Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila
respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah
antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme
lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu organisme,
semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik. Seringkali suatu
perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate
behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat
disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari
berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh
keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat.
Perilaku hewan merupakan bentuk strategi adaptasi bagi keberlangsungan
hidup hewan yang meliputi semua gerakan motorik dan semua sensasi yang
dialami oleh hewan sebagai respon atas perubahan internal milieu dan lingkungan
eksternal (fisik, biotis, sosial). Terdapat beragam jenis perilaku pada hewan.
Sallah satuperilaku yang menarik untuk di pelajari sistem navigasi alami yang
dimiliki oleh hewan.

1
Ketika sistem navigasi otomatis di mobil dan kendaraan lainnya adalah
inovasi terbaru dan masih sangat mahal harganya, tanpa kita sadari ternyata ada
beberapa makhluk hidup di bumi yang memiliki sistem navigasi alamiah yang
unik dan sangat luar biasa sekali dalam lingkaran kehidupan makhluk-makhluk
itu. Ternyata di balik mahal dan gemerlapnya pengembangan sistem navigasi
untuk manusia, Tuhan telah menganugerahkan sistem navigasi tersendiri untuk
beberapa hewan di bumi, murah dan gratis.
Sudah menjadi naluri hewani bahwa ada beberapa hewan yang melakukan
migrasi. Migrasi adalah perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contonya terdapat pada dunia burung, serangga, ikan dan beberapa mamalia.
Fenomena migrasi ini menghasilkan jalur-jalur perpindahan yang dilewati oleh
hewan-hewan tersebut. Sebut saja burung, pada burung jalur migrasi ada dua,
yaitu jalur pergi dan jalur pulang, dan bahkan jalur-jalur ini akan berubah-ubah
setiap kali musim migrasi berganti.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalahdalam pembuatan makalah kami yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaman pola orientasi hewan ?
2. Bagaimana navigasi pada hewan ?
3. Bagaimana hewan-hewan tertentu melakukan navigasi dalam berpindah ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Hewan


Perilaku atau behavior adalah suatu respon atau tanggap terhadap sinyal
yang berasal dari lingkungan atau sinyal yang berasal dari organisme lainnya.
Umumnya prilaku yang muncul oleh suatu organisme memiliki tujuan yaitu :
1. Untuk mencari makanan dan minum
2. Mendapat dan menjaga daerah teroterial
3. Untuk melindungi diri
4. Untuk bereproduksi demi kelangsungan hidup mereka
Dari tujuan tersebut maka umumnya tingkah laku atau behavior merupakan
suatu kegiatan yang melibatkan semua system dalam tubuh tapi hanya
dipengaruhi oleh system syaraf dan endokrin sebagai pusat koordinasi.
Adakalanya perilaku hewan berkaitan dengan adaptasi. Namun adaptasi ini
merupakan suatu bentuk usaha untuk menyeimbangkan berbagai proses
metabolisme dan perilaku dengan perubahan secara siklik yang terjadi di
sekelilingnya atau lingkungannya.
Bagaimana perilaku atau tingkah laku hewan ini terbentuk tergantung
dengan keadaan serta perubahan lingkungan. Dimana sensori input dalam tubuh
kemudian terjadi penyaringan sensori yang membuka informasi genetik dan
pengalaman lau, kemudian pembentukan pola dalam tubuh dan akan di keluarkan
motorik menjadi behavior. Dalam tubuh organisme segala bentuk masukan
(sensori) input akan mengalami proses penyaringan dalam system syaraf. Dan
hasilnya kemudian disampaikan sebagai informasi yang dapat ditunjukkan kepada
penerimanya
Dua macam respon tingkah laku adalah innate (serentak) dan learned
(dipelajari), innate respon muncul seketika spontan dan konsisten terhadap suatu
rangsang. Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul tetapi berubah

3
denga adanya pengalaman dari organisme tertsebut sehingga respon yang muncul
akan lebih tepat dan sesuai dengan rangsangan yang sama diberikan berkali-kali.

2.2 Prinsip Orientasi Dan Pola Orientasi


Orientasi adalah perilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar
tubuhnya menjauhi atau mendekati diri / kerarah sumber rangsangan. Dalam
orientasi, seekor hewan dapat menentukan arah kompas dan berjalan dalam
lintasan yang lurus untuk menempuh jarak tertentu atau hingga sampai di tempat
tujuan.Perilaku ini sangat mendasar pada setiap hewan untuk mencari makan,
minum, sinar matahari lawan jenis, interaksi, interaksi dengan anggota
kelomponya.
 Kinesis merupakan salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana
dimana organisme-organisme akan merespon secara tidak langsung
terhadap rangsangan. Contoh perilaku kinesis terjadi pada Paramecium
sp. yang merespon kadar CO2.
 Taksis juga merupakan tingkah laku orientasi untuk hewan-hewan yang
dapat menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak
dilakukan antara lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya
terhadap suatu organisme, termotaksis yaitu pengaruh suhu terhadap
organisme, geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau mendekati
bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme.
 Refleks, merupakan perilaku gerak spontan sebagian atau keseluruhan
tubuh pada individu. Gerak refleks pada hewan terbagi atas gerak tonic
refleks yaitu gerakan refleks yang lambat contohnya terjadi pada gerak
peristaltik cacing tanah. Kedua, ada gerak hasic refleks atau gerakan
yang cepat terjadi pada serangga saat menjauhi mangsanya.

2.3 Sistem Navigasi Hewan


Sistem navigasi adalah suatu sistem yang dapat mempermudah untuk
mengetahui suatu tempat dengan kata lain Navigasi atau pandu arah adalah
penentuan kedudukan (position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya

4
dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang pedoman arah (compass) dan peta serta
teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.Wikelski mengungkapkan,
sejumlah hewan memiliki apa yang dinamakan built-in magnetic system layaknya
kompas pada umumnya. Namun demikian, banyak hal yang masih belum
diketahui mengenai bagaimana cara hewan tersebut melakukan proses navigasi.
Beberapa penelitian lebih lanjut merujuk kepada peranan bau dalam
navigasi. Ini sebagai salah satu mekanisme yang sangat penting bagi navigator
untuk memberitahu di mana keberadaan dan membawa Anda pulang,
Setiap hewan yang kembali ke tempat yang tepat setelah melakukan
perjalanan yang panjang atau kembali ke tempat semula lagi dan lagi, merupakan
suatu kemampuan navigasi yang dimiliki oleh hewan.
Contoh sistem navigasi paling kompleks terjadi pada burung. Burung dapat
"melihat" medan elektromagnetik bumi ketika mereka terbang di angkasa.Para
ilmuwan mengatakan banyak makhluk hidup, termasuk burung, dapat merasakan
kekuatan magnet bumi untuk membantu navigasi mereka ketika terbang.Tetapi
sekarang peneliti menemukan reaksi berbeda yang dihasilkan pada mata setiap
burung tergantung arah putaran medan magnet. Reaksi itu bisa menciptakan
sebuah gambar medan magnet dalam nuansa berbeda, gelap dan terang pada mata
burung, kata para peneliti menurut laporan Daily Mail. Para peneliti juga
mengatakan, jika benar itu akan menjadi contoh lain keajaiban alam dalam
ujicoba menggunakan bahan kimia paling eksotis mereka menemukan, hasilnya
tidak bisa menyamai kemampuan yang dimiliki mata burung. Teori kompleks ini
melibatkan pemeriksaan proses dimana cahaya dipancarkan oleh mata seekor
burung, yang telah menarik perhatian komunitas ilmiah lebih dari 30 tahun. Pada
akhir 1970-an fisikawan Schulten Klaus menyimpulkan bahwa burung menavigasi
diri dengan mengandalkan reaksi biokimi geomagnetik pada mata mereka.Sejak
itu penelitian telah mengidentifikasi sel-sel khusus dalam mata burung yang
melakukan kemampuan itu dibantu dengan protein cryptochrome. Ketika sebuah
foton cahaya masuk ke mata burung, itu masuk ke dalam kontak mata dengan
cryptochrome dan memberikan energi dorong yang meletakkannya ke dalam
ruang kuantum, suatu keadaan dimana elektron terpisah tetapi masih mampu

5
mempengaruhi satu sama lain. Para ilmuwan telah lama berpendapat bahwa mata
burung memiliki belitan-berbasis kompas, tetapi sekarang dalam paper terbaru
mereka mengklaim proses itu bisa menghasilkan gambar medan elektromagnetik
bumi pada matanya. Belum ada satu pun penelitian yang memberikan bukti nyata,
sehingga membutuhkan banyak penelitan lagi, tetapi prospek penemuan telah
memberikan harapan.Tulisan itu ditulis oleh fisikawan kuantum Simon Benjamin
dari Universitas Oxford dan Universitas Nasional Singapura.
Mengapa dan bagaimana awalnya burung bermigrasi, serta apa yang
membuat mereka memutuskan untuk bermigrasi,Teknik navigasi didasarkan pada
banyak indera. Cara ini merupakan hasil kombinasi beberapa kemampuan
termasuk kemampuan mendeteksi daerah medan magnet, menggunakan
pengenalan visual dan juga isyarat pada olfactorius. Reaksi kimia di pigmen
cahaya khusus sensitif terhadap panjang gelombang tinggi dipengaruhi oleh
daerah tersebut. Dengan pengalaman mereka mempelajari berbagai petunjuk
daerah dan pemetaan ini dilakukan oleh megnetitas pada sistem trigeminal.
Beberapa penelitian terbaru berhasil menemukan sebuah hubungan syaraf di
antara mata dan “kelompokan N”, bagian otak depan yang aktif selama penetapan
arah migrasi, yang diyakini menyebabkan burung dapat melihat medan magnet di
bumi. Beberapa cara lain yang digunakan burung untuk menentukan arah antara
lain:
1. Sun Compass (Kompas Matahari)
Beberapa jenis burung mampu menentukan arah dengan baik hanya jika
dapat melihat matahari dengan jelas. Bahkan burung migran malam
menggunakan ini sabagai isyarat untuk berangkat pada senja hari.
2. Star Compass (Kompas Bintang).
Burung Elang yang terbang malam biasanya harus mengontrol terbangnya
sendiri dalam keadaan kurang jelas, langit berbintang tapi akan menjadi
tidak terlihat jika sedang berawan atau mendung. Maka mereka
meggunakan pedoman hubungan beberapa rasi bintang dan bukan pada 1
bintang saja.
3. Odor Map (Peta Rangsang Bau)

6
Biasanya dipakai oleh migran jarak dekat untuk pulang ke sarang.
4. Magnetic Map (Peta Medan Magnet)
Burung migrasi dapat mengandalkan pada instingnya untuk pulang.
Gangguan terhadap medan magnet dapat mengganggu kemampuan ini.
5. Magnetic Compass (Kompas Medan Magnet).
Beberapa burung Elang tampaknya memiliki “kompas” yang terpasang di
organ tubuhnya untuk digunakan saat sedang berawan.
Penelitian berikutnya mengenai sistem navigasi burung Elang menunjukkan
bahwa medan magnet bumi berpengaruh terhadap beberapa spesies. Berbagai
kajian menunjukkan bahwa tampaknya burung pemangsa memiliki sistem
reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka menentukan arah
dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu burung
menentukan arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama
migrasi. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat
merasakan perbedaan medan magnet bumi sebesar 2%. Peneliti dari Jerman
menemukan bahwa jika mata kanan burung ditutupi oleh penutup mata, burung
tidak dapat menentukan arah terbang secara efektif, sementara mereka bisa
terbang sangat baik jika mata kiri ditutup sebagai gantinya.
Telah lama diketahui bahwa burung dapat merasakan medan magnet dan
menggunakannya untuk navigasi, terutama ketika bermigrasi ke selatan ketika
musim dingin. Sekarang para peneliti menemukan bahwa burung itu benar-benar
bisa melihat medan magnet dengan mata kanan yang kemudian memberikan
informasi ke otak bagian kiri. Burung melihat medan magnet sebagai warna
terang atau gelap. Perubahan posisi kepala juga merupakan kompas alami yang
mereka miliki ketika terbang. Para ilmuwan yakin bahwa burung memiliki suatu
molekul dalam retinanya yang aktif saat terkena cahaya biru di mana masing-
masing molekul memiliki elektron yang tak berpasangan. Penglihatan visual biasa
maupun penglihatan magnetik pada burung melibatkan variasi cahaya dan
bayangan. Tetapi bedanya, penglihatan visual cenderung memiliki garis-garis
tajam dan tepi, sedangkan penglihatan magnetik memiliki perubahan lebih
bertahap dari terang ke gelap.

7
Para peneliti yang dipimpin oleh Katrin Stapput dari Goethe-Universitat di
Frankfurt, Jerman, menemukan bahwa ketika gaya magnetik ini terdistorsi oleh
pola terang dan gelap, burung mengalami kebingungan sehingga tidak dapat
memisahkan informasi dari gambar visual dan magnetik.

2.4 Macam- Macam Navigasi Hewan


Setiap hewan memiliki sistem navigasi yang berbeda-beda. Kemampuan
navigasi hewan dengan memanfaatkan bau, cahaya matahari, gelombang
ultrasonik, galaksi bima sakti seperti rasi bintang. Ada beberapa contoh hewan
yang memiliki kemampuan navigasi diantaranya yaitu sebagai berikut
 Belut atau ikan zidat. Hewan pemilik tubuh panjang, termasuk dalam
kelompok ikan bertulang, membentuk lintasan yang hebat di seluruh
lautan. Belut Eropa sebagai contohnya, lahir di sungai-sungai Eropa
kemudian melakukan perjalanan melintasi Laut Sargasso dengan jarak
ribuan mil untuk bertelur.
 Bar-tailed godwit. Sejenis burung pantai yang mampu terbang dalam satu
kali perjalanan dari peternakan asal mereka di Alaska melintasi dunia
sampai ke Selandaia Baru. Pada tahun 2007, bar-tailed godwit betina
melakukan migrasi terpanjang yang pernah dilakukan secara non-stop.
Jika diukur dari Alaska hingga Selandia Baru, burung ini kurang lebih
menmpuh jarak 11.500 kilometer.
 Blackpoll warbler. Burung penghuni hutan di Amerika Tengah telah
menemukan jalan keluar untuk mendapatkan perlindungan saat musim
dingin tiba di Venezuela. Burung ini menggemukkan tubuh mereka
sebelum naik di atas angin dan terbang berlayar dari utara Amerika Serikat
menuju Amerika Selatan dalam waktu seratus jam, melintasi angin di atas
laut terbuka.
 Kelelawar mexican free-tailed. Kelelawar merupakan mamalia terbang
yang sangat umum dijumpai di Texas, di mana mereka membentuk koloni
hingga jutaan. Dalam sebuah studi, peneliti menemukan bahwa mereka

8
dapat terbang sejauh 70 kilometer dari sebuah gua yang menjadi rumah
mereka, hanya untuk mencari ngengat atau nyamuk.
 Semut gurun sahara. Semut gurun Sahara ini merupakan serangga yang
mampu melakukan perjalanan yang lumayan hingga mencapai 0,5
kilometer dari sarang mereka untuk mencari makan. Meskipun semut-
semut ini berlari berantakan dengan berbagai, mereka mampu mengingat
seberapa jauh mereka pergi dengan menghitung langkah. Serta menavigasi
dengan menggunakan pola cahaya yang terpolarisasi dari matahari.
 Kumbang. Binatang ini terlihat sangat kecil, tetapi kumbang kotoran
memiliki pandangan yang sangat tegas terhadap bintang. Kumbang adalah
serangga pertama yang terbukti menggunakan bintang dari galaksi Bima
Sakti untuk membantu mengarahkan jalan.
Meskipun mata mereka terlalu lemah untuk membedakan rasi bintang
tetapi para ilmuwan meyakini bahwa serangga ini menggunakan cahaya
Bima Sakti untuk menavigasi arah jalan mereka agar lurus. Dan juga untuk
memastikan agar mereka tidak berputar kembali ke tumpukan bola kotoran
si pesaing.
"Bahkan pada malam tak berbulan, kumbang kotoran masih berhasil
menunjukkan arah di sepanjang jalan lurus," kata Dr Marie Dacke dari
Universitas Lund, Swedia. Menurutnya, ini mendorong mereka untuk
membuktikan bahwa kumbang tersebut mengeksploitasi langit berbintang
sebagai arah orientasi.
 Lebah Madu, Lebah mengikuti polarisasi cahaya melalui sebuah labirin.
Lebah menavigasi Matahari, lantas bagaimana mereka melakukannya saat
langit mendung? Ternyata mereka membaca petunjuk posisi Matahari
yang tersembunyi dalam cahaya terpolarisasi seperti yang dilakukan oleh
pasukan Viking dalam salah satu teori. Mata lebah madu dapat melihat
orientasi polarisasi cahaya, karena sinar Matahari yang menembus
atmosfer membuat polarisasi karakteristik yang mengungkapkan lokasi
Matahari. Lebah madu diduga menggunakan fotoreseptor khusus di mata
untuk menavigasi ketika Matahari tertutup awan, kata Mandyam

9
Srinivasan, neurosian visi dan persepsi dari Universitas Queensland di
Brisbane, Australia. Sekarang Srinivasan menyatakan telah menemukan
"bukti utama" bahwa teori ini benar dan melapor ke Philosophical
Transactions of the Royal Society B. Srinivasan dan timnya menciptakan
sebuah "labirin" sederhana dari empat terowongan dengan perempatan
jalan dan membanjiri dua koridor dengan polarisasai cahaya paralel di
sepanjang koridor, dua koridor lainnya dengan polarisasi cahaya tegak
lurus. Mereka kemudian melatih 40 lebah dalam "teka-teki" untuk masuk
melalui satu koridor dan keluar melalui koridor kedua yang memiliki
pahala gula di ujungnya (koridor di sebelah kanan pintu masuk). Baik
pintu masuk dan keluar yang "benar", terang dengan sinar terpolarisasi
tegak lurus dengan panjang koridor (lampu di koridor ke kiri dan lurus ke
depan dipenuhi dengan polarisasi cahaya ke arah lain). Setelah pelatihan,
Srinivasan menghapus gula. Lebah terus memilih koridor yang "benar"
(satu sisi kanan) 74 persen dari waktu rata-rata berbanding dengan 15
persen lebah memilih lurus ke depan dan 11 persen berbelok ke kiri.
Tetapi ketika tim merubah pencahayaan sehingga koridor lurus ke depan
sebagai karakteristik pola keluar yang "benar", sebagian besar lebah (56
persen) memilih untuk keluar dari sini sebagai gantinya. Lebah yang tetap
memilih ke kanan turun menjadi 31 persen dan sisanya 13 persen berbelok
ke kiri. Pertukaran arah yang "benar" dilakukan lagi (kali ini ke koridor
kiri) untuk mengubah perilaku lebah, sebanyak 51 persen lebah
mengambil rute keluar ke kiri. Hanya 14 persen memilih lurus ke depan,
dan 34 persen berubah ke kanan. "Lebah membaca dan tetap setia dengan
pola polarisasi yang tampaknya telah mereka kaitkan dengan pahala gula",
kata Srinivasan.
 Penyu Laut, Sampai saat ini, bagaimana spesies seperti penyu laut dapat
bermigrasi ribuan mil di lautan tanpa petunjuk apa-apa menjadi misteri
besar para ilmuwan. Sebagaimana diketahui, penyu adalah kura-kura laut.
Berbeda dengan kura-kura, penyu memiliki sepasang tungkai depan
sebagai kaki pendayung. Penyu laut tidak dapat menarik kepalanya ke

10
dalam apabila merasa terancam, berbeda dengan kura-kura. Walaupun
seumur hidup berkelana di dalam air, sesekali mereka tetap harus ke
permukaan. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup
jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Seperti, jarak 3.000 kilometer
dapat ditempuh hewan yang bernapas dengan paru-paru itu dalam waktu
58 - 73 hari. Kini, para peneliti dari University of North Carolina yakin
bahwa mereka telah menemukan jawabannya. Penyu tempayan, spesies
penyu laut, dapat menentukan garis bujur dengan menggunakan dua set
isyarat magnetik, seperti kompas. Ini adalah kali pertama kemampuan
tersebut ditunjukkan dalam migrasi hewan. Penelitian ini pun kemudian
langsung dipublikasikan di jurnal Current Biology. Sebelumnya, sejumlah
jenis penyu diperkirakan hanya mampu menggunakan isyarat magnetik
untuk menentukan lintang, dan diyakini tidak mampu mengenali garis
bujur. Tapi, temuan ini mengejutkan para peneliti ketika mengembangkan
suatu metode yang melibatkan kekuatan dan sudut medan magnet Bumi.
"Bagian tersulit dari navigasi terbuka di laut bebas adalah menentukan
posisi bujur dan arah timur-barat," kata Nathan Putman yang bertindak
sebagai kepala riset. Dikutip VIVAnews dari BBC, Jumat 25 Februari
2011. "Membutuhkan waktu berabad-abad untuk mengetahui garis bujur
dalam perjalanan panjang mereka di laut," tandasnya. Namun, bagi penyu
tempayan, migrasi ini harus ditempuh ketika mereka sampai ke laut dari
sarang mereka di pinggir pantai. Saat mencapai pantai, tiap penyu kecil
akan melewati kursus singkat untuk berenang di laut terbuka. Bagaimana
peneliti mengetahui bahwa penyu dapat mengenali garis bujur dengan
isyarat medan magnet? Peneliti membawa sejumlah penyu tempayan yang
ditangkap dari laut Florida. Mereka ditempatkan di dalam wadah air
melingkar dan ditambatkan sistem pelacakan elektronik untuk memantau
arah berenangnya. Para penyu kemudian dikenakan isyarat medan magnet
yang direplikasikan di dalam kolam. Kedua isyarat itu ditempatkan di dua
lokasi berbeda dengan pada garis lintang yang sama, namun di garis bujur
yang berbeda sepanjang rute migrasi mereka. Penyu tempayan bereaksi

11
untuk tiap-tiap medan magnet dan berenang ke arah yang mereka tuju.
Dalam kenyataan, arah itu sesuai dengan rute migrasi yang membentuk
lingkaran. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa penyu
dapat menentukan informasi bujur menggunakan medan magnet.
 Ikan Salmon, Sebuah studi baru yang diterbitkan minggu ini di jurnal
Current Biology, menunjukkan bahwa, salmon menemukan jalan kembali
ke hulu sungai dengan merasakan medan magnetik unik yang ada di
sungai. Sebagai bagian dari studi ini, tim peneliti menggunakan data
tangkapan ikan salmon selama lebih dari 56 tahun terakhir, untuk
mengidentifikasi rute yang diambil ikan salmon di sepanjang bumi bagian
utara, yang kemungkinan berada di dekat Alaska atau Kepulauan Aleutian
di Samudera Pasifik, hingga muara sungai tempat mereka berasal yaitu
sungai Fraser di British Columbia, Kanada. Data ini kemudian
dibandingkan dengan intensitas medan magnet bumi di lokasi penting
pada rute migrasi ikan salmon. Bumi memiliki medan magnet yang
melemah seiring makin dekatnya dengan khatulistiwa dan dan medan
magnet ini secara bertahap berubah secara tahunan. Oleh karena itu,
intensitas magnetosfer di lokasi tertentu memiliki keunikan dan sedikit
berbeda dari tahun ke tahun. Karena Pulau Vancouver terletak tepat di
depan mulut Sungai Fraser, hal ini menghalangi akses langsung ke mulut
sungai dari Samudra Pasifik. Namun, salmon dapat menyelinap melalui
bagian belakang Pulau Vancouver dan mencapai mulut sungai dari utara
melalui Selat Queen Charlotte atau dari selatan melalui Selat Juan De
Fuca. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas medan
magnet dapat memprediksi rute mana yang digunakan ikan salmon untuk
memutari Pulau Vancouver pada suatu tahun tertentu. Salmon
kemungkinan lebih memilih rute yang memiliki medan magnet yang
paling mirip dengan medan magnet di sungai Fraser pada tahun
sebelumnya. "Hasil ini konsisten dengan pendapat bahwa ikan salmon
remaja mampu “belajar dan mengingat” medan magnetik unik yang
menuntun kembali ke hulu sungai tempat mereka, dan kemudian mencari

12
medan magnet yang sama selama migrasi yang bertujuan untuk melakukan
pemijahan," kata Nathan Putman, seorang peneliti pasca-doktoral di
Oregon State University dan penulis utama pada penelitian ini. Telah lama
diketahui bahwa beberapa hewan menggunakan medan magnet bumi
untuk menyesuaikan diri dan menggunakannya sebagai penunjuk rute.
Namun, para ilmuwan belum pernah mendokumentasikan kemampuan
hewan untuk "belajar" mengenali medan magnet. Sebelumnya mereka
hanya sekedar meneliti pewarisan informasi tentang hal itu atau cara
hewan menggunakan medan magnet untuk menemukan lokasi tertentu.
Studi ini memberikan bukti empiris pertama mengenai pengenalan medan
magnetik pada hewan dan merupakan penemuan baru yang fenomenal di
bidang perilaku biologi. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa, hal ini
kemungkinan dapat digunakan untuk meramalkan pergerakan salmon
menggunakan pemodelan geomagnetik, dimana hal ini akan memiliki
implikasi penting bagi pengelolaan perikanan. Putman mengatakan para
ilmuwan tidak tahu persis bagaimana awal dan seberapa sering salmon
memeriksa medan magnet bumi untuk mengidentifikasi lokasi geografis
mereka selama melakukan perjalanan kembali ke rumah. "Tapi," katanya,
"bagi salmon, untuk dapat pergi dari beberapa lokasi yang berjarak 4.000
mil jauhnya di tengah Pasifik, mereka perlu membuat pilihan migrasi yang
benar di awal dan mereka perlu tahu untuk memulai dari arah mana.
Untuk itu, kemungkinan besar mereka akan menggunakan medan
magnet.” Putman menambahkan, "Pada saat salmon melewati rute
tersebut, arus laut, dan kekuatan lain kemungkinan menghempaskan
mereka. Jadi mereka mungkin perlu memeriksa kembali posisi medan
magnet selama migrasi agar mereka tetap pada jalur. Setelah mereka dekat
dengan garis pantai, mereka perlu untuk menetapkan target jalur mereka,
dan kemungkinan akan terus- menerus mengecek medan magnet yang
sesuai selama tahap migrasi mereka." Putman mengatakan bahwa, sekali
salmon mencapai sungai tempat mereka menetas, mereka mungkin akan
menggunakan penciuman mereka untuk menemukan anak sungai tertentu

13
di mana mereka menetas sebelumnya. Namun, pada jarak yang sangat
jauh, medan magnet akan menjadi pertanda yang lebih berguna bagi
salmon. Seperti Salmon Pasifik lainnya, salmon sockeye bertelur di daerah
sungai yang berkerikil. Setelah salmon menetas, mereka menghabiskan
waktu satu sampai tiga tahun di air tawar, dan kemudian mereka
bermigrasi menuju laut. Selanjutnya, salmon menempuh perjalanan ribuan
mil dari sungai rumah mereka menuju Pasifik Utara selama sekitar dua
tahun dan setelah dewasa, mereka bermigrasi kembali ke tempat mereka
menetas. Ketika migrasi, salmon harus mengalami transisi dari air tawar
ke air laut, dan kemudian kembali lagi. Selama proses transisi, salmon
mengalami metamorfosis yang hampir sama dengan metamorfosis ulat
menjadi kupu-kupu. Setiap metamorfosis salmon tersebut melibatkan
pergantian jaringan insang yang memungkinkan ikan untuk menjaga
keseimbangan garam yang sesuai dalam lingkungannya. Salmon
mempertahankan garam ketika di air tawar dan memompa keluar
kelebihan garam ketika di air garam. Salmon biasanya akan kelelahan
setelah mereka melakukan keseluruhan migrasi yang dapat mencapai jarak
hingga 8.000 mil. Mereka biasanya akan segera mati setelah pemijahan.
 Ikan Salem, Bayi ikan salem yang sebelumnya tidak memiliki
pengalaman migrasi mampu mengorientasikan diri sesuai dengan ladang
magnet Bumi ke arah lahan pencarian makan di laut yang seringkali
disinggahi nenek-moyang mereka. Satu studi baru yang disiarkan pada
Kamis (6/2) memperlihatan ikan salem mungkin mewarisi sejenis "GPS
yang terpasang di dalam diri mereka, yang selalu menunjukkan mereka
jalan pulang". Nathan Putman dari Oregon State University dan rekannya
meneliti bayi ikan salem dewasa Chinook dari Willamette River Basin di
Oregon untuk menemukan bukti pilihan orientasi yang akan menunjukkan
penggunaan "peta magnetik warisan". Ikan tersebut, yang menetas di air
tawar tapi bermigrasi ke laut dan menghabiskan waktu beberapa tahun
untuk berkelana di samudra seperti spesies lain "semelparous Pacific
salmon", belum pernah melakukan migrasi mereka menuju laut sehingga

14
mereka naif dalam urusan navigasi. Para peneliti itu menggunakan sistem
kumparan magnet untuk membuat ikan salem Chinook muda terpajan pada
medan magnet yang ada di dekat garis lintang jalur khas mereka di
samudra. Mereka mendapati sifat khas medan magnet batas utama jalur
samudra membimbing ikan salem Chinook menuju arah selatan, sementara
medan magnet di selatan jauh mendorong ikan salem untuk bergerak
menuju arah utara. "Temuan kami tentu saja menunjukkan bahwa bahkan
sebelum ikan tersebut menyentuh samudra, mereka sudah memiliki
informasi mengenai bagaimana mereka mesti menuju untuk sampai, atau
tetap berada di lokasi yang menguntungkan," kata Putman sebagaimana
dilaporkan Xinhua. "Pada dasarnya, ikan bertindak seakan-akan mereka
memiliki peta yang dilandasi atas medan magnet," kata Putman. Studi
lebih lanjut memperlihatkan ikan salem Chinook menggunakan gabungan
kekuatan magnet dan sudut kecenderungan untuk menilai lokasi geografis
mereka serta membimbing mereka secara benar. Mengingat sistem
navigasi semacam itu juga telah dilaporkan pada kura-kura laut, para
peneliti tersebut berspekulasi sistem navigasi serupa juga ada pada spesies
lain laut dengan pola sejarah hidup yang sama, seperti ikan tuna, belut,
ikan paus, anjing laut dan ikan hiu.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar
tubuhnya menjauhi atau mendekati diri / kerarh sumber rangsangan.
Dalam orientasi,seekor hewan dapat menentukan arah kompas dan
berjalan dalam lintasan yang lurus untuk menempuh jarak tertentu atau
hingga sampai di tempat tujuan
2. Sistem navigasi pada hewan adalah kemampuan hewan yang memiliki
navigasi yaitu kemampuan memandu arah atau penentuan kedudukan
(position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya dan pengetahuan
tentang arah (compass) dimiliki dan dipahami oleh hewan tersebut.

3.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran diperlukan
keaktifan dalam belajar baik didalam maupun diluar kampus. Selain itu
dibutuhkan juga kritik dan saran yang membangun dari tiap-tiap dosen pengampu
agar kedepannya dalam menyediakan materi hingga ke pemaparan materi diskusi,
mahasiswa bisa lebih baik dari sebelumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Navigasi Hewan. (online)


http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/01/mengulik-sejumlah-hewan-
dengan-sistem-navigasi-handal Diakses : 8 Februari 2017.

Anonim. 2014 . Navigasi. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Navigasi Diakses :


8 Februari 2017.

Anonim. 2011. Misteri Migrasi Penyu Laut Terjawab. (online)


http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/206506-misteri-migrasi-penyu-
laut-terjawab-sudah Diakses : 12 Januari 2017.

Apriyani, Nina. 2012. Perilaku Hewan. (online)


http://ninaapriyani.blogspot.com/2011/02/biologi-perilaku-hewan.html.
Diakses : 8 Februari 2017.

Yudiantara, Putu. 2011. Behavior. (online) http://putu-


yudiarta.blogspot.com/2011/11/behavior.html#.VO2BrvmUeD4 Diakses : 8
Februari 2017.

17

Anda mungkin juga menyukai