Anda di halaman 1dari 9

Teori Asal Usul Kehidupan

a) Teori Abiogenesis

Teori abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea yang


menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari benda tak hidup yang
berlangsung secara spontan. Orang menyusun teori itu berdasarkan fakta-fakta
yang tidak terlalu sulit ditemukan. Contohnya ikan dan katak berasal dari
lumpur, cacing berasal dari tanah, lalat berasal dari belatung dan belatung dari
daging yang busuk, serta kuman berasal dari makanan basi.
Teori ini dianut oleh ilmuwan terdahulu
(klasik), yaitu antara lain Aristoteles (384-322
SM), kemudian diteguhkan pula oleh seorang
Belanda bernama Antony van Leuwenhoek pada
tahun 1677. Leuwenhoek didukung oleh alat
mikroskop temuannya yang dapat
memperlihatkan kuman, sel sperma, sel darah,
dan lain-lain. Ia memperhatikan makhluk renik
yang tumbuh berasal dari jerami yang
direndam, kuman berasal dari udara dan makanan basi.
Teori abiogenesis tersebut dianut selama lebih dari 20 abad tanpa ada
sanggahan, sampai orang mulai kritis dengan pertanyaan apa benar lalat muncul
dari daging busuk begitu saja tanpa ada peristiwa tertentu sebelumnya.

b) Teori Biogenesis
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup. Teori biogenesis dikemukakan oleh Francesco Redi, Louis Pasteur, dan
Lazzaro Spallanzani.
1. Francesco Redi
Redi merupakan orang pertama yang melakukan eksperimen
untuk membantah teori abiogenesis. Dia melakukan percobaan
dengan menggunakan bahan daging segar yang ditempatkan
dalam labu dan diberi perlakuan tertentu.
Labu I : diisi daging segar dan dibiarkan terbuka
Labu II : diisi daging segar dan ditutup dengan kain kasa
Labu III : diisi daging segar dan ditutup rapat
Ketiga labu diletakkan di tempat yang sama selama beberapa hari. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Labu I : dagingnya busuk, banyak terdapat belatung
Labu II : dagingnya busuk, terdapat sedikit belatung
Labu III : dagingnya tidak busuk, tidak terdapat belatung

Menurut Redi belatung yang terdapat pada daging berasal dari telur lalat. Labu ke III
tidak terdapat belatung karena tertutup rapat sehingga lalat tidak bisa masuk.
Sayangnya, meskipun tertutup rapat ternyata pada labu tersebut bisa muncul belatung.
Ini disebabkan karena Redi tidak melakukan sterilisasi daging pada disain
percobaannya.

2. Lazzaro Spallanzani
Spallanzani juga melakukan percobaan untuk membantah teori
abiogenesis, tetapi menggunakan bahan kaldu. Disainnya sebagai
berikut:
 Labu I : diisi kaldu lalu dipanaskan dan dibiarkan terbuka
 Labu II : diisi kaldu, lalu ditutup dengan gabus yang disegel dengan lilin,
kemudian dipanaskan

Setelah dingin kedua labu diletakkan di tempat yang sama. Beberapa hari kemudian
hasilnya sebagai berikut:

 Labu I : berubah busuk dan keruh, banyak mengandung mikroba (bakteri)


 Labu II : tetap jernih, tidak mengandung mikroba

Menurut Spallanzani mikroba yang tumbuh dan menyebabkan busuknya kaldu berasal
dari mikroba yang beraada di udara. Pendukung paham abiogenesis keberatan dengan
disain Spallanzani karena menurut anggapan mereka, labu yang tertutup menyebabkan
gaya hidup (elan vital) dari udara tidak dapat masuk, sehingga tidak memungkinkan
munculnya makhluk hidup (mikroba).
3. Louise Pasteur

3.1 Percobaan Louise Pasteur

3.2 Pada percobaan Pasteur mikroorganisme terperangkap pada pipa S sehingga


tidak bisa masuk ke dalam kaldu
3.3 Jika labu dimiringkan, dan kaldu sedikit meluap menyentuh bagian pipa S
maka mikroorganisme terbawa masuk ke dalam kaldu. Mikroorganisme yang
tumbuh menyebabkan kaldu menjadi keruh

Pasteur menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia


menggunakan kaldu dalam labu yang disumbat dengan gabus.
Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan pipa berbentuk
leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Setelah dingin
dibiarkan beberapa hari kemudian diamati. Ternyata air kaldu
tetap jernih dan tidak ditemukan mikroba.

Disain pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup
dari udara, tetapi ternyata tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu. Menurut Pasteur,
mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka tidak bisa masuk
karena terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan bila labu dimiringkan
sedemikian rupa sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan menyentuh ujung pipa,
ternyata beberapa hari kemudian menyebabkan busuknya kaldu.

Bukti eksperimen ketiga ilmuwan tersebut melahirkan sebuah teori baru yang disebut
teori biogenesis. Teori biogenesis berisi tiga pernyataan sebagai berikut :
1. Omne vivum ex ovo yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo yang berarti setiap telur berasal dari makhluk hidup.
3. Omne vivum ex vivo yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup.

c) Teori Cosmozoic (Kosmozoan)


Teori cosmozoic atau kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk
hidup bumi berasal dari spora kehidupan yang berasal dari luar angkasa. Spora
kehidupan ini tidak dapat bertahan di planet ruang angkasa yang sangat dingin,
kering, dan adanya radiasi yang mematikan. Akhirnya spora tersebut pindah
kebumi. Teori ini disanggah oleh para ilmuwan yang menyatakan bahwa spora
kehidupan tersebut saat mencapai tidak dapat bertahan hidup akibat pergesekan
diangkasa atau pergesekan dengan lapisan ozon bumi.

d) Teori Penciptaan (Special Creation)


Teori ini diperoleh tidak berdasarkan eksperimen,teori ini beranggapan
bahwa makhluk hidup diciptakan oleh tuhan seperti apa adanya.

e) Teori Evolusi Kimia

Teori ini diawali dengan teori terbentuknya bumi dan planet-planet lain.
Teori tersebut diantaranya teori nebula (kabut asap) dan teori big bang
(dentuman besar). Teori nebula menyatakan bahwa bermiliar tahun yang lalu
bintang-bintang diangkasa dalam keadaan tidak stabil sehingga meledak. Teori
ini menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali oleh terbentuknya senyawa-
senyawa organik di atmosfer. Dengan adanya gas-gas, seperti metana (CH4),
hidrogen (H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3) di atmosfer serta bantuan energi
dari sinar kosmis dan kilatan halilintar, dapat terbentuk senyawa organik seperti
asam amino. Senyawa organik tersebut terkumpul dalam sup primordial (sup
purba). Melalui sup purba inilah kemungkinan kehidupan paling sederhana
muncul.
Teori evolusi kimia ini diajukan oleh A.I. parin, seorang ahli biokimia
Rusia dan .B.S. Haldane, seorang ahli genetika Inggris sekitar 1924. Akan tetapi,
teori ini baru dapat dibuktikan oleh Stanley Miller, seorang peneliti Amerika,
pada 1953. Melalui percobaannya, Miller membuat sebuah alat yang meniru
keadaan awal bumi sebelum kehidupan terbentuk. Alat percobaan Miller
tersusun atas tabung kaca yang dilengkapi dengan kran-kran untuk
memasukkan bermacam-macam gas, seperti metan (CH4), uap air (H2O),
hidrogen (H2), dan amonia (NH3). Mirip gas-gas yang terdapat di atmosfer bumi
awal. Tabung tersebut dilengkapi dengan dua elektroda yang dihubungkan
dengan listrik 75.000 volt untuk menghasilkan bunga api listrik sebagai
pengganti halilintar. Setelah beberapa hari, air penampungan dari rangkaian
tabung kaca Miller berubah warna. Setelah dianalisis, perubahan warna air
penampungan karena adanya asam amino dalam air. Seperti Anda ketahui, asam
amino merupakan zat organik pembentuk protein. Hal ini membuktikan bahwa
zat anorganik (materi tidak hidup) dapat membentuk setidaknya zat organik
yang terdapat pada makhluk hidup. Pembentukan asam amino pada sup purba
dapat menjadi langkah pertama dalam evolusi yang menghasilkan makhluk
hidup.

Tahapan Evolusi Kimia

Evolusi kimia berlangsung sebelum evolusi biologi. Tahapan yang diperkirakan


terjadi adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan senyawa kimia organik sederhana dari zat-zat anorganik
dengan bantuan energi kosmis di atmosfer purba.
2. Pembentukan senyawa kimia yang lebih kompleks: urea, formaldehid, asetat,
dan sebagainya asam amino, glukosa, asam lemak, nukleotida.
3. Pembentukan senyawa kompleks dengan cara polimerasi senyawa monomer
Organic.
4. asam amino polimer protein.
5. glukosa polimer amilum, selulosa.
6. asam lemak + gliserol lemak.
7. nukleotida RNA.
8. Beberapa molekul sederhana dan molekul polimer berinteraksi menjadi
agregat seluler. Beberapa molekul berfungsi secara struktural dan menjadi
substrat reaksi untuk menghasilkan energi bagi reaksi-reaksi sintesis.
9. Beberapa molekul (nukleotida) mengalami polimerasi menjadi RNA yang
mampu bertindak sebagai enzim untuk sintesis, sekaligus mengarahkan
jalannya reaksi-reaksi dalam kompartemen (koaservat atau protobion).
10.RNA menjadi cukup stabil untuk bertindak sebagai molekul pembawa
informasi genetis.
11.Reaksi-reaksi kimia agregat cikal bakal seluler tersebut tersekat atau
terjebak dalam sekat hidrofobik (lemak) dan ini menjadi cikal bakal sel.

f) Teori Evolusi Biologi


Evolusi biologi menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan
hasil dari evolusi molekul anorganik yang menjadi struktur kehidupan (sel).
Molekul yang dihasilkan secara abiotik disebut protobion.

Ada 3 jenis protobion yaitu koaservat, mikrosfir, dan liposom.

 Koaservat merupakan tetesan stabil yang terbentuk pada polimer. Bila


pada koaservat ditambah enzim, enzim tersebut akan diserap.
 Mikrosfir merupakan protobion yang terbentuk menjadi tetes-tetes kecil
saat didinginkan. Mikrosfir memiliki 2 membran dan memungkinkan
terjadinya peristiwa osmosis.
 Liposom adalah protobion yang terbentuk menjadi tetes-tetes kecil bila
mengandung lipid tertentu.
Hipotesis evolusi biologi
RNA mereplikasi dirinya sendiri dan membentuk polipeptia. RNA dilengkapi
dengan suatu membran, menyebabkan protobion mendapatkan materi
genetiknya dan berkembang sebagai suatu unit. Unit protobion akan memberi
salinan gennya kepada anakannya. Protobion akan menjadi sel purba yang
merupakan cikal bakal sel sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai