Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEANEKARAGAMAN BERBAGAI JENIS

ARTHROPODA DI KAWASAN RUSUNAWA UNIVERSITAS RIAU


Adhe Winda Septiana
adhe.winda1290@student.unri.ac.id
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman berbagai artropoda tanah yang
terdapat di Rusunawa sebagai daerah ternaung dan Laboratorium PMIPA Universitas Riau sebagai
daerah terdedah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 November 2018. Alat dan bahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah alkohol, larutan sunlight, gelas plastik, kantong plastik
dan parang. Pada analisis keanekaragaman arthropoda tanah dilakukan dengan metode Pitfall trap
untuk menangkap Arthropoda tanah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil untuk daerah
ternaung 4 jenis dan daerah terdedah 8 jenis. Dapat disimpulkan bahwa Indeks Similaritas
komunitas kedua daerah tersebut 0,5 ini menunjukkan bahwa komunitas tersebut sama. Hewan
yang sesuai untuk dijadikan bioindikator adalah jangkrik (Grillus assimilis) karena hanya
ditemukan pada daerah terdedah saja.

Kata kunci: keanekaragaman, ekologi, arthopoda, tanah

PENDAHULUAN
Tanah merupakan tempat tinggal berbagai bentuk yang tak terhitung jumlahnya.,
baik berupa tumbuhan, hewan maupun mikroba. Kehidupan hewan sangat bergantung pada
habitatnya karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu spesies hewan tanah sangat
ditentukan oleh keadaan daerah. Hewan tanah mempunyai arti penting dalam proses
pembentukan lahan yang merupakan substrat bagi tanaman, misalnya untuk stabilitas air
tanah, dan sebagai sumber mineral. Hewan tanah cepat bereaksi terhadap akibat dari
pengolahan tanah. Kesuburan tanah dapat dilihat oleh adanya biota tanah salah satunya
yaitu Arthropoda (Rima, 2013). Arthropoda tanah memiliki peran secara umum sebagai
pemecah bahan-bahan organik dalam tanah. Sehingga unsur hara dalam tanah akan
bertambah.
Apabila perubahan disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut tidak
menguntungkan bagi Arthropoda tanah, maka respon yang diberikan oleh Artropoda tanah
adalah penyesuaian diri terhadap perubahan tersebut. Jika Arthropoda tanah tidak mampu
menyesuaikan diri maka arthropoda tanah akan memberikan respon bermacam-macam
terhadap perubahan faktor lingkungan tersebut. Arthropoda tanah memiliki banyak peran
selain sebagai detritivor, predator dan lain-lain. Berdasarkan, tempat hidupnya di tanah,
hewan tanah dibagi, menjadi dua yaitu Epifauna dan Infauna tanah. Epifauna tanah adalah
hewan yang hidup di atas permukaan tanah. Sedangkan Infauna tanah adalah hewan yang
hidup di dalam tanah (Mas’ud, 2011). Arthropoda meliputi serangga yang merupakan
bagian dari keanekaragaman hayati, yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan
maupun keanekaragaman jenisnya. Serangga memiliki nilai penting antara lain nilai
ekologi, estetika dan ekonomi (Silviana, 2014). Serangga juga merupakan spesies hewan
yang jumlahnya paling dominan diantara spesies hewan lainnya. Penelitian
mengungkapkan bahwa ada sekitar 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsikan.

1
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan
khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat
mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi
predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain.
Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda akan mencerminkan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk terhadap aktivitas manusia (Galih,
et all, 2016).
Arthropoda memiliki ciri-ciri yaitu memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu tubuh
bersegmen (ruas) rangka luar (eksoskeleton) yang keras, dan ekor. Tubuh dibungkus oleh
kutikula sebagai rangka luar yang terbuat dari protein dan kitin, memiliki eksoskeleton
yang bersifat kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada kurun waktu tertentu
yang disebut eksidisis, ukuran tubuh bervariasi, memiliki bentuk tubuh simetris bilateral,
dan hidup secara bebas. Tujuan penelitian adalah untuk 1) Menganalisis jumlah spesies, 2)
Kelimpahan relatif, 3) Indeks nilai penting, 4) Keanekaragaman, 5) Kemerataan dan 6)
Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan terhadap keanekaragaman, kemerataan,
kelimpahan Arthropoda tanah dan Indeks keanekaragaman di lahan Rusunnawa dan
Laboratorium PMIPA Universitas Riau.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif dengan
pendekatan kuantitatif guna mengungkap struktur dan komposisi komunitas arthropoda
tanah. Penelitian dilaksanakan di Rusunawa dan Laboratorium PMIPA Univeristas Riau
pada tanggal 8 dan 9 November 2018. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
alkohol, larutan sunlight, gelas plastik, kantong plastik dan parang. Objek dari penelitian ini adalah
Arthropoda yang terdapat di Rusunawa sebagai tempat ternaung dan Laboratorium PMIPA
Universitas Riau sebagai tempat terdedah yang terperangkap jebakan pitfall trap.
Pada lahan penelitian dipasang masing-masing 5 pitfall pada masing-masing tempat. Luas
lahan yang digunakan pada suatu tempatnya masing-masing 0,5 ha. Penetapan 5 Pitfall trap
diletakkan secara sistematis yang masing-masing jebakan dimasukkan alkohol dan larutan basa
yaitu sunlight. Ditinggalkan selama 24 jam kemudian diamati, dihitung jumlah jenis hewan
artropoda tanah yang telah terjebak dan dianalisis keanekaragamannya. Arthropoda yang
ditemukan kemudian diidentifikasi secara deskriptif dan parameter yang digunakan untuk
menghitung struktur komunitas meliputi komposisi, keanekaragaman, kemerataan, kelimpahan
relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting.

Pitfall

Gambar 1. Gambaran plot pitfall (jebakan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengamatan pada luasan 0,5 Ha baik pada Pithfall terdedah
maupun Pitfall ternaung didapatkan beraneka macam spesies yang dapat dilihat pada tabel
1, sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah individu pada daerah ternanung


No Nama Spesies Jumlah

2
1. Solenopsis invicta 14
2. Monomonum minimum 26
3. Dolichodeus thoracius 2
4. Salatus scenitus 1
Total 43

Tabel 2. Jumlah individu pada daerah terdedah


No. Nama Spesies Jumlah
1. Gryllus assmilis 6
2. Dolichodeus thoracius 12
3. Solenopsis invicta 5
4. Araneus diadematus 9
5. Blattodea sp 1
6. Monomonum minimum 1
7. Spesies A 1
8. Spesies B 1
Total 36

Dari hasil pengamatan dari 2 lokasi yang berbeda, didapatkan hasil daerah terdedah
lebih banyak jenisnya jika dibandingkan dengan ternaung, yaitu 8 spesies pada daerah
terdedah sedangkan pada daerah ternaung hanya 4 spesies. Namun untuk tingkat jumlah
individunya, daerah ternaung lebih banyak yaitu berjumlah 43 spesies sedangkan terdedah
hanya 36 spesies.

1) Indeks Diversitas Spesies H’


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan indeks diversitas pada 2 lokasi sebagai
berikut :
0.4 0.365 0.355
0.35
Indeks Kemerataan H'

0.3
0.238
0.25 0.223

0.2

0.15

0.1

0.05

0
Solenopsis invicta Monomorium Dolichoderus Salatus scenitus
minimum thoracius

Diagram 1. Indeks Diversitas Daerah Ternaung

3
0.4
0.356
0.35 0.32 0.33
0.293
Indeks kemerataan H'

0.3

0.25

0.2

0.15 0.121 0.121

0.1

0.05

0
Gryllus Dolichodeus Solenopsis Araneus Blattodea sp Monomorium
assimilis thoraceus scenitus duodematus minimum

Diagram 2. Indeks Diversitas Daerah Terdedah

Indeks diversitas spesies menggambarkan tingkat kestabilan suatu komunitas


tegakan. Semakin tinggi nilai H’, maka komunitas tersebut tersebut semakin tinggi tingkat
kestabilannya. Pada daerah ternaung, indeks diversitas tertinggi terdapat pada spesies
Solenopsis invicta, yaitu sebesar0,365. Sedangkan pada daerah terdedah, indeks diversitas
tertinggi terdapat pada spesies Dolichodeus thoraceus yaitu sebesar 0,356.

2). Indeks Kemerataan (E)


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan indeks kemerataan pada 2 lokasi sebagai
berikut :

0.4
0.34
0.35
Indeks Kemerataan (E)

0.3
0.25
0.2
0.13
0.15
0.1
0.1
0.05
0
0
Solenopsis invicta Monomorium Dolichoderus Salatus scenitus
minimum thoracius
Diagram 3. Indeks Kemerataan Daerah Ternaung

4
0.2 0.18
Indeks Kemerataan (E) 0.17
0.18
0.15
0.16 0.14
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02 0 0 0 0
0

Diagram 4. Indeks Kemerataan Daerah Terdedah

Indeks kemerataan (E) merupakan nilai jumlah individu dalam anggota populasi
yang menyusun suatu komunitas. Semakin tinggi nilai indeks kemerataan, maka semakin
sama kesempatan dari setiap jenis serangga dalam komunitas tersebut. Pada daerah
ternaung, indeks kemerataan tertinggi terdapat pada spesies Dolichodeus thoraceus.
Sedangkan padadaerah terdedah, indeks kemerataan tertinggi terdapat pada spesies
Solenopsis invicta. Semakin tinggi nilai E’, maka kemerataan jenis dalam komunitas
semakin stabil dan semakin rendah nilai E’, maka kemerataan jenis dalam komunitas
tersebut semakin rendah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada area Rusunawa Universitas
Riau sebagai daerah ternaung didapatkan 4 jenis spesies dan total individunya berjumlah
43 spesies. Sedangkan pada area Laboratorium PMIPA Universitas Riau sebagai daerah
terdedah didapatkan 8 jenis spesies dan total individunya 36 spesies. Untuk Indeks
Similaritas komunitas kedua daerah tersebut 0,5 ini menunjukkan bahwa komunitas
tersebut sama. Hewan yang sesuai untuk dijadikan bioindikator adalah jangkrik (Grillus
assimilis), karena pada daerah terdedah jangkrik ditemukan sebanyak 6 ekor sedangkan
untuk daerah ternaung tidak ditemukan jangkrik. Komposisi jenis hewan arthropoda yang
dominan ditemukan adalah insecta, karena kelas insecta sering dijumpai disekitar kita.
Seperti jankrik, semur laba-laba dan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Galih El Fikri, Prahanasa Incaloberty, Teguh Arifianto, Wahyu Anggarwanto, Bagyo


Yanuwiadi. 2016. Diversitas Arthropoda Tanah sebagai Bioindikator Lahan
Perkebunan dan Hutan Sekunder di Wana Wisata Rawa Bayu, Desa Bayu,
Banyuwangi. Jurnal Biotropika. Vol. 4. No. 2. Hal: 32-37.

Mas’ud A, Sundari. 2011. Kajian Struktur Komunitas Epifauna tanah di Kawasan Hutan
Konservasi Gunung Sibela Halmahera Selatan Maluku Utara. Bioedukasi Volume
2, nomor 1 7-15
Rima, R. 2013. Ekologi Pertanian. Malang : Universitas Brawijaya
5
Silviana, F. (2014). Perancangan dan Implementasi Aplikasi Pembelajaran Kingdom
Animalia pada platform Android, Program studi Teknik Informatika

Anda mungkin juga menyukai