Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

(Biomagnifikasi, Eutrofikasi dan Rantai Makanan)

Nama Kelompok :

I Wayan Nova Iswara Wiguna (1519151023)


I Dewa Gede Soja Prabawa Sukma (1519151025)
I Putu Aditya Prabowo (1519151027)

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Tenik
Universitas Udayana
A. BIOMAGNIFIKASI

Biomagnifikasi adalah pelipat gandaan biologi karena adanya rantai makanan yang
desebabkan oleh zat yang persistant, dimana zat persistant adalah zat yang tidak dapat
terurai. Biomagnifikasi juga dikenal sebagai Biologycal Magnification atau
Bioamplication. Biologycal Magnification ini menjelaskan bahwa zat kimia yang
terakumulasi pada tubuh organisme lebih tinggi konsentrasinya pada organisme tingkat
tinggi dibanding organisme tingkat rendah pada suatu rantai makanan., dimana zat kimia
tersebut bersifat persistant. Hal ini terjadi karena konsumen tingkat tinggi pada rantai
makanan, seperti predator, memakan makhluk yang lebih rendah dalam rantai makanan
dan menyerap zat dari organisme yang mereka konsumsi.

1. Contoh Zat Kimia yang Mungkin Biomagnified.


a. DDT (diklorodifeniltrikloroetana) : Insektisida, digunakan untuk membunuh
serangga.
b. Agen Oranye : Herbisida, digunakan untuk membunuh pohon di Kamboja selama
Perang Vietnam. Kanker yang disebabkan dalam tentara.
c. PCB : Bahan kimia dalam transformator listrik, dll Penyebab kanker dalam
konsentrasi tinggi.

2. Proses Terjadinya Biomagnifikasi


Pada perairan yang tercemar logam berat, fitoplankton dan zooplanton akan tercemar
juga, jika plankton ini dimakan ikan kecil maka kandungan logam berat pada ikan kecil ini
akan lebih besar daripada kandungan logam berat pada plankton dan jauh lebih besar
daripada kandungan logam berat pada perairan tersebut, demikian seterusnya jika ikan
tersebut dimakan oleh ikan yang lebih besar, kemudian dimakan oleh ikan yang lebih besar
lagi dan akhirnya oleh konsumen "terakhir" adalah manusia; maka kandungan logam berat
tadi pada manusia akan jauh lebih besar daripada kandungan logam berat di perairan
tersebut. Itulah kenapa disebut 'magnification' yang artinya 'pembesaran' atau 'pelipat
gandaan'.
3. Kasus Biomagnifikasi.

Gambar Teluk Minamata

Teluk Minamata terletak di kota Minamata, Kumamoto Perfecture, Jepang. Tragedi


ini tejadi pada tahun 1959, sector perekonomia utama di Minamata adalah perikanan. Pada
saat itu laporan mengenai penyakit aneh di Minamata sangat banyak masuk pada
pemerintah daerah Kumamoto, Pasien menderita Kejang-kejang, tidak bisa bicara dengan
jelas, berjalan dengan terhuyung-huyung, lumpuh, koordinasi gerakan terganggu dan
gangguan fungsi kerja sistem syaraf lainnya. Ketika diamati lingkungan sekitar, kucing
juga menjadi gila, berjalan berputar-putar dan terhuyung-huyung. Tidak hanya itu, juga
burung camar dan gagak yang mati dan terlihat di sepanjang teluk Minamata. Para peneliti
dari Universitas Kumamoto (Medical study group) dan Kementrian kesehatan dan
kesejahteraan Jepang melaporkan bahwa pada teluk Minamata telah terjadi pencemaran
methyl-mercury. Sebagian besar ikan dan hewan laut lainnya di teluk Minamata juga sudah
tercemar, hal inilah penyebab utama penduduk mengalami gangguan pada system syaraf.
Umumnya penduduk Minamata mengkonsumsi ikan rata-rata sebanyak 3 kg per harinya,
sehingga hal ini menyebabkan bioakumlasi pada penderita. Penyebab pencemaran ini
adalah pabrik besar yang bernama Chisso, yang lebih parahnya adalah ketika anak-anak
yang lahir dengan berbagai gejala, kelumpuhan, cacat, keterbelakangan mental, bahkan
ada yang meninggal beberapa hari setelah lahir. Padahal orang tua sang bayi dalam
keadaan sehat, tanpa menunjukkan gejala-gejala tertentu.

4. Dampak Biological Magnifikasi


a. Merusak jaringan tubuh
b. Menimbulkan otot kejang, kelumpuhan dan otot lemah
c. Dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker

B. Rantai Makanan

Rantai makanan adalah rangkaian peristiwa makan dan dimakannya suatu organisme
oleh organisme lain dalam suatu ekosistem untuk kelansungan hidupnya. Pada peristiwa
ini akan terjadi perpindahan energi dan materi dari satu organisme pada tingkat tropik satu
ke lainnya. Rantai makanan tersusun atas beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini
disebut dengan tingkat trofik. Adapun bagian dari tinkat trofik tersebut adalah.

1. Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat memproduksi zat organik dari zat
anorganik. Produsen tidak memakan makhluk hidupnya. Melainkan membuatnya
sendiri. Satu-satunya jenis makhluk hidup yang mampu melakukan proses tersebut
adalah tumbuhan dengan cara fotosintesis. Contoh dari produsen yaitu alga, lemut dan
tumbuhan hijau.
2. Konsumen
Konsumen adalah makhluk hidup yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan
tergantung kepada organisme lain. Konsumen mengonsumsi organisme lainnya untuk
bertahan hidup. Dalam suatu ekosistem yang berperan sebagai konsumen biasanya
adalah hewan. Konsumen dibagi atas beberapa tingkatan dalam suatu rantai makanan.
Pertama konsumen primer, yaitu hewan yang memakan tumbuhan (herbivora) secara
langsung, contohnya sapi, kelinci, dan lain-lain. Konsumen II (sekunder) yaitu hewan
yang memakan konsumen primer (karnivora). Seterusnya konsumen II dimakan oleh
konsumen III (tersier). Seterusnya kegiatan makan-memakan berlangsung terus
hingga sampai kepada konsumen terakhir atau biasa disebut konsumen puncak.
Konsumen puncak adalah tingkatan dari konsumen dimana tidak ada lagi makhluk
hidup lain yang memakannya. Seperti singa, beruang, buaya dan tentunya manusia.

3. Dekomposer (pengurai)
Dekomposer (pengurai) merupakan pemeran terakhir dalam suatu rantai makanan,
dimana organisme ini berperan menguraikan bahan organik menjadi bahan anorganik.
Dekomposer mengurai bahan organik dari tumbuhan mati atau bangkai hewan dan
mengembalikan nutrisinya ke dalam tanah yang kemudian digunakan oleh produsen
untuk berfotosintesis. Dari sinilah siklus rantai makanan dimulai kembali.
Dekomposer disebut juga detritivor atau pemakan bangkai. Contoh dari organisme
ini seperti bakteri pembusuk dan jamur.

Rantai makanan tersusun atas beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini disebut


dengan tingkat trofik. Susunan-susunannya dimulai dari produsen hingga
dekomposer. Produsen sebagai organisme yang mampu membuat makanan sendiri
berada di tingkat trofik pertama. Kemudian konsumen yang memakan produsen
berada pada tingkat trofik kedua. Pada tingkat ketiga diduduki oleh konsumen yang
memakan konsumen pertama, begitu juga pada tingkat trofik keempat dan seterusnya.

4. Jenis Jenis Rantai Makanan


Berdasarkan jenis organisme yang menduduki tingkat pertama trofik, rantai
makanan di bagi dua yaitu, rantai makanan perumput dan rantai makanan detritus.

a. Rantai Makanan Perumput (Grazing Food Chain)


Rantai makanan paling sering ditemui dan dikenali. Rantai makanan ini dimulai
dari tumbuhan sebagai produsen pada tingkat trofik pertamanya.
Contoh dari siklus rantai makanan ini yaitu :
rumput --> belalang --> burung --> ular.

b. Rantai Makanan Detritus


Rantai makanan ini tidak dimulai dari tumbuhan, tetapi dimulai dari detritivor.
Detritivor adalah organisme heterotrof yang memperoleh energi dengan cara
memakan sisa-sisa makhluk hidup.
Contoh rantai makanan detritus yaitu :
serpihan daun (sampah) --> cacing tanah --> ayam --> manusia.
C. EUTROFIKASI
1. Definisi Eutrofikasi

Eutrofikasi yaitu suatu proses dimana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat
dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga sering disebut dengan blooming.
Blooming artinya mekar dengan sangat cepat. Eutrofikasi adalah pengayaan (enrichment)
air dengan nutrien/unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan
dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan. Unsur hara yang
dimaksud adalah nitrogen (N) dan fosfor (P).

Eutrofikasi merupakan proses alamiah dan dapat terjadi pada berbagai perairan,
tetapi bila terjadi kontaminasi bahan-bahan nitrat dan fosfat akibat aktivitas manusia dan
berlangsung terus menerus, maka proses eutrofikasi akan lebih meningkat. Kejadian
eutrofikasi seperti ini merupakan masalah yang terbanyak ditemukan dalam danau dan
waduk, terutama bila danau atau waduk tersebut berdekatan dengan daerah urban atau
daerah pertanian.

Dilihat dari bahan pencemarannya eutrofikasi tergolong pencemaran kimiawi.


Eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang
berlebihan kedalam ekosistem perairan. Eutrofikasi terjadi karena adanya kandungan
bahan kimia yaitu fosfat (PO3-). Suatu perairan disebut eutrofikasi jika konsentrasi total
fosfat ke dalam air berada pada kisaran 35-100g/L. Eutrofikasi banyak terjadi di
perairan darat (danau, sungai, waduk, dll). Sebenarnya proses terjadinya Eutrofikasi
membutuhkan waktu yang sangat lama (ribuan tahun), namun akibat perkembangan ilmu
teknologi yang menyokong medernisasi dan tidak diiringi dengan kearifan lingkungan
maka hanya dalam hitungan puluhan atau beberapa tahun saja sudah dapat terjadi
Eutrofikasi

2. Penyebab Eutrofikasi
Beberapa detergen mengandung phospat, oleh karana itu deterjen juga merupakan
sumber pnyebab eutrofikasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Walaupun
banyak undang-undang dan peratauran yang membatasi atau melarang penggunaan
detergen yang mengandung phospat, namun sampai saat ini belum berdampak pada
eliminasi masalah eutrofikasi. Selain P (fosfor) senyawa lain yang harus di perhatiakan
adalah nitrogen. Distribusi mudah larut dan mudah berpindah di dalam tanah, sedangkan
tanaman kurang mampu menyerap semua pupuk nitrogen. Sebagai akibatnya, rembesan
nitrogen yang verasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, rembesan
nitrogen yang berasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah semakin meluas, tidak
terbatas pada area sandy soil. Sejumlah kelebihan nitrogen akan berakhir di air tanah.
Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat secara bertahap meningkat di beberapa mata air
di areal pertanian, yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia yang
mengkonsumsi air tersebut sebagai air minum.

Dalam tanah, pupuk N akan dengan cepat melepas amonium dan nitrat. Nitrat
sangat mudah larut (kelarutannya tinggi) sehingga mudah hilang melalui pelepasan.
Hampir 30% N hilang melalui leaching (pencucian). Nitrat masuk kedalam air
permuakaan melalui aliran air dibawah permukaan atau drainase dan masuk kedalam air
tanah melalui penapisan lapisan tanah sebelah bwah. Pada umumnya konsentrasi N di
perairan. Pada umumnya konsentrasi N di perairan meningkat (tinggi) pada saat
pemupukan, terutama setelah hujan. Nitrogen dapat pula hilang sebagai amonia dari
penggunaan sumber-sumber nutrien organik seperti pupuk, pupuk cair (slury). Adanya
amonia di perairan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi oleh pemupukan yang
berasal dari material organik. N tinggi juga berasal dari peternakan terbuka. Dari laporan
penelitian di UK ditunjukkan bahwa area peternakan menghasilkan limbah N lebih dari
600 kg/ha/hari dan yang hilang/lepas ketanah dapat mencapai 200 kg/ha.

3. Dampak Eutrofikasi di Perairan


Efek dari eutrofikasi moderat pada perairan yang miskin nutrien tidak bersifat
negatif. Peningkatan pertumbuhan alga dan berbagai vegetasi dapat menguntungkan bagi
kehidupan fauna akuatik. Salah satu contoh adalah produksi ikan meningkat. Jika
eutrofikasi terus berlanjut, pertumbuhan plankton menjadi sangat lebat, sehingga
menutupi perairan. Proses ini akan mengakibatkan gelap di bawah permukaan air, dan
kondisi ini berbahaya bagi vegetasi bentik. Problem yang serius akibat eutrofikasi
ditimbulkan oleh petumbuhan alga sel tunggal secara hebat, proses dekomposisi dari sel
yang mati akan mengurangi oksigen terlarut. Tanaman akuatik (termasuk alga) akan
mempengaruhi konsentrasi O2 dan pH perairan disekitarnya. Pertumbuhan alga yang
pesat, akan menyebabkan fluktuasi pH dan oksigen terlarut menjadi besar pula. Hal ini
akan menyebabkan terganggunya proses metabolik dalam organisme, yang akhirnya
dapat menyebabkan kematian.
Di perairan yang sangat kaya akan nutrien, produksi plankton dapat menjadi sangat
berlebihan. Spesies plankton tertentu muncul secara berkala dalam kuantitas yang sangat
besar, yang sering dikenal sebagai algal bloom. Beberapa alga tertentu dapat
menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap di perairan, dan mengakibatkan konsekuensi
yang sama jika perairan menerima material organik dari sumber-sumber pencemar, yaitu
sejumlah besar oksigen dalam air terkonsumsi ketika sejumlah besar plankton yang mati
berpindah ke dasar perairan dan terdegradasi. Defisiensi oksigen dapat mengurangi
kehiupan bentik dan ikan. Jika perairan bentik menjadi de-oksigenasi, hidrogen sulfid
(H2S) akan meracuni semua bentuk kehidupan di perairan. Akhirnya eutrofikasi berat
dapat menimbulkan pengurangan sejumlah spesies tanama dan hewan di perairan.

Secara singkat dampak eutrofiaksi di perairan dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Rusaknya habitat untuk kehidupan berbagai spesies ikan dan invertebrata.


Kerusakan habitat akan menyebabkan berkurangnya biodiversitas di habitat akuatik
dan spesies lain dalam rantai makanan.
b. Konsentrasi oksigen terlarut turun sehingga beberapa spesies ikan dan kerang tidak
toleran untuk hidup.
c. Rusaknya kualitas areal yang mempunyai nilai konservasi/ cagar alam margasatwa.
d. Terjadinya alga bloom dan terproduksinya senyawa toksik yang akan meracuni
ikan dan kerang, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat dan merusak
industri perikanan. Pada masa kini hubungan antara pengkayaan nutrien dengan
adanya insiden keracunan kerang di perairan pantai/laut meningkat
e. Produksi vegetasi meningkat sehingga penggunaan air untuk navigasi maupun
rekreasi menjadi terganggu. Hal ini berdampak pada pariwisata dan industri
pariwisata
4. Contoh Kasus Eutrofikasi

Danau Jatiluhur adalah salah satu danau yang terkena kasus eutrofikasi, dikarenakan
karena limbah pakan ikan yang sembarang dibuang ke danau. Hal ini menyebabkan
tumbuhan enceng gondok tumbuh banyak dan tidak terkontrol pada danau tersebut. Ini
menyebabkan rusaknya habitat ikan dan invertebrata. Kerusakan habitat akan menyebabkan
berkurangnya biodiversitas di habitat akuatik dan spesies lain dalam rantai makanan. Selain
itu danau juga terlihat kumuh dengan tanaman eceng gondok yang tumbuh liar pada danau.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Nama : Sutrisna Ari Kesuma


Nim : 1519151020
Pertanyaa : Apa yang terjadi apabila tidak ada Dekomposer dalam rantai makanan
detritus?
Jawaban : Apabila decomposer tidak ada, maka tidak akan ada yang menguraikan
sisa-sisa atau sampah dari makhluk hidup, sehingga terjadi penumpukan
samapah atau kotoran yang akan mencemari lingkungan.
2. Nama : Cokorda Bagus Pemayun
Nim : 1519151028
Pertanyaan : Apa ciri-ciri danau yang sudah terkena Eutrofikasi?
Jawaban : Ciri-ciri danau yang terkena Eutrofiasi antara lain.
a. Airnya keruh dan beraroma busuk.
b. Terjadi peningkatan yang signifikan pada populasi ganggang
(Algae Blooming).
c. Terjadi pendangkalan pada danau tersebut.
d. Pertumbuhan enceng gondok sangat cepat dan tidak terkontrol.
3. Nama : Olivia Triska Ulandari
Nim : 1519151005
Pertanyaan : Kenapa senyawa Nutrien dinyatakan dampak positif dari eutrofikasi?

Jawaban : Senyawa nutrient ini diperlukan oleh tumbuhan sebagai nutrisi, namun
dalam konteks ini senyawa tersebut terlalu berlebih sehingga
menyebabkan terjadinya pertumbuhan dengan sangat cepat
dibandingkan pertumbuhan yang normal serta tidak terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai