Oleh :
\
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan
semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut
terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di
kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur,
yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi
semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan
memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka (Tarumingkeng,
2001). Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni
mereka yang membentuk sebuah kesatuan. Semut adalah makhluk hidup dengan
populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk setiap 700 juta semut yang
muncul ke dunia ini, hanya terdapat 40 kelahiran manusia. Semut terbagi atas
beberapa jenis diantaranya; semut rangrang, semut api, semut hitam, semut putih,
semut beludru, dan sebagainya (Borror et al., 1992).
Feromon memainkan peran penting dalam komunikasi serangga. Semut
menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber
makanan. Semut pencari pergi ke sumber makana (Yahya, 2004). Sesaat setelah
makanan tersebut ditemukan, lalu semut-semut tersebut akan memanggil semut lain
dengan cairan feromon yang disekresikan dalam kelenjar-kelenjar mereka. Saat
kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi feromon ini membatasi pekerja.
Jika makanan sangat kecil atau jauh, pencari menyesuaikan jumlah semut yang
mencoba mencapai makanan dengan mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar,
semut mencoba lebih giat untuk meninggalkan lebih banyak jejak, sehingga lebih
banyak semut dari sarang yang membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak
pernah ada masalah dalam konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena
di sini ada “kerja tim” yang sempurna (Purnomo, 2002).
Secara alamiah koloni semut mampu menemukan rute terpendek dalam
perjalanan dari sarang ke tempat-tempat sumber makanan. Koloni semut dapat
menemukan rute terpendek antara sarang dan sumber makanan berdasarkan jejak
kaki yang mengandung pheromone pada lintasan yang telah dilalui. Semakin banyak
semut yang melalui suatu lintasan, maka semakin jelas bekas jejak kakinya. Hal ini
menyebabkan lintasan yang dilalui semut dalam jumlah sedikit, semakin lama
semakin berkurang kepadatan semut yang melewatinya, atau bahkan tidak dilewati
sama sekali. Sebaliknya lintasan yang dilalui semut dalam jumlah banyak, semakin
lama semakin bertambah kepadatan semut yang melewatinya, atau bahkan semua
semut melalui lintasan tersebut (Lestari & Sari, 2013).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini ialah mengetahui aktivitas semut dalam
memperoleh makanan dan mendeskripsikan perilakunya.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, kamera, dan
alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah semut tanah, sumber makan berupa bolu
pandan, biskuit, nasi, gula merah, dan gula pasir.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Makanan diletakan di atas tanah sebagai sumber makanan semut.
3. Waktu pertama kali memberi makan dicatat
4. Dilakukan pengamatan berupa jumlah dan jenis semut yang datang dan
membawa makanan.
5. Dilakukan pengamatan terhadap jalur makan semut dari sumber makanan
hingga ke sarang.
6. Pengamatan dilakukan selama 1 jam dengan estimasi lima menit (5) sekali.
7. Semua hasil dan rute pencarian makanan semut dicatat.
DAFTAR REFERENSI
Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, edisi VI. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Lestari, H.P. & E.R. Sari. 2013. Penerapan Algoritma Koloni Semut untuk
Optimisasi Rute Distribusi Pengangkutan Sampah di Kota Yogyakarta.
Jurnal Sains Dasar, 2 (1), pp 13-19.
Yahya, H. 2004. Keajaiban Pada Semut. Memahami Hikmah Dari Kehidupan Semut.
Bandung: PT Syamil Cipta Media.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.1 Hasil pengamatan aktivitas semut dengan pemberian gula pasir.
Jumlah semut ke sumber
Jam
Aktivitas semut makanan Keterangan
pengamatan
datang Membawa
07.00 Mengerumuni 4 -
07.05 Mengerumuni 28 -
07.10 Mengerumuni 41 -
07.15 Mengerumuni 124 -
07.20 Mengerumuni 166 -
Mengerumuni
07.25 178 3
dan membawa
Mengerumuni
07.30 153 6
dan membawa
Mengerumuni
07.35 149 5
dan membawa
Mengerumuni
07.40 159 4
dan membawa
07.45 Mengerumuni 162 -
Mengerumuni
07.50 152 7
dan membawa
Mengerumuni
07.55 183 5
dan membawa
Mengerumuni
08.00 136 4
dan membawa
Tabel 2.2 Hasil pengamatan aktivitas semut dengan pemberian gula jawa.
Jumlah semut ke sumber
Jam
Aktivitas semut makanan Keterangan
pengamatan
datang Membawa
07.00 Datang - -
07.05 Mengerumuni 1 -
07.10 Mengerumuni 2 -
07.15 Mengerumuni 2 1
Mngerumuni
07.20 2 1
dan membawa
07.25 Membawa 2 2
Mengerumuni
07.30 2 1
dan membawa
07.35 Membawa 2 2
07.40 - - -
07.45 Mengerumuni 1 1
07.50 Mengerumuni - -
07.55 Membawa 1 1
08.00 Membawa - -
Keterangan:
= sarang semut
= sumber makanan
Lokasi : Lobi belakang Fakultas Biologi
Sumber makanan : Biskuit
Waktu awal penebaran makanan : 07.00 WIB
Warna dan ukuran semut yang dating : Merah, ukuran 1 mm
Hitam, ukuran 1 cm
= sumber makanan
Tabel 2.5 Hasil pengamatan aktivitas semut dengan pemberian bolu pandan.