Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN BIOLOGI DASAR

“MENGENAL EKOSISTEM”

Oleh :
Nama : Zahirotul ‘Ula
NIM : 140210101037
Kelompok : 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. Judul
Mengenal Ekosistem

II. Tujuan
Mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem dan
kedudukannya dalam ekosistem.

III. Dasar Teori


Ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan
timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi
lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi lebih
ditekankan kepada kelengkapan komponen.(Tim Dosen Pembina,2014:36)
Lingkungan di sini memiliki pengertian merupakan totalitas komponen baik
fisik atau komponen abiotik (tanah, air, udara, iklim, dsb) maupun komponen
biotik atau makhluk hidup (tumbuhan, hewan, fungi, protista monera dan virus).
Kedua komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.(Subchan,
2005:1)
Semua faktor-faktor abiotik dalam berbagai macam kombinasi akan
mempunyai hubungan dengan struktur sebuah ekosistem.(Sudarmadji,2004:20)
Organisme yang menyusun bagian biotik dibedakan menjadi tiga kategori
berdasarkan peranannya dalam ekosistem, yaitu produsen semua tumbuhan hijau
yang menggunakan energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan organik
dari nutrisi anorganik di lingkungannya; konsumen adalah semua hewan yang
memakai secara langsung atau tidak langsung nutrisi melalui rantai makanan dari
tumbuhan hijau; makhluk pengurai, mikroba dan fungi yang membusukkan,
menguraikan, ataupun menguraikan sampah anorganik dan kembali menjadi
nutrisi ke lingkungan.(Sudarmadji,2004:20)
Berbagai jenis organisme yang memakan organisme lain dan kotoran,
pemakan detritus, serta makhluk pengurai adalah konsumen. Disebut sebagai
konsumen karena mereka hanya memanfaatkan semua bahan organik yang telah
disusun oleh produsen. Berbagai organisme ini dapat pula dikelompokkan sebagai
heterotrop. Karena secara harfiah berarti “pemakan lainnya”. Sebaliknya sejumlah
organime yang mampu menggunakan cahaya atau energi kimia untuk membangun

2
nutrisi anorganik menjadi materi organik disebut autotrop (penyedia mkan
sendiri). Jadi semua autotrop adalah produsen, semua organisme lainnya
konsumen, dan pemakan detritus, makhluk pengurai adalah heterotrop.
(Sudarmadji, 2004:29)
Berdasarkan habitatnya ekosistem dapat dibagi :
1. Ekosistem mangrove
2. Ekosistem pantai
3. Sungai dan danau
4. Ekosistem rawa gambut
5. Ekosistem rawa air tawar
6. Hutan dataran rendah
7. Hutan dataran rendah yang tidak umum.
8. Gunung
9. Gua (Irwan,1996:66)
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan hidup eksternalnya
didominasi oleh daratan. Hanya 29,24% dari seluruh permukaan bumi.
(Sunaryono, 2014:5)
Ekosistem perairan adalah suatu sistem lingkungan perairan yang
merupakan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara jasad hidup
perairan (komponen biotik), dengan lingkungan fisik perairan (komponen
abiotik), dan antar komponen itu sendiri, serta merupakan tatanan kesatuan
secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup (Haruddin,2011:31)
Pengertian aliran energi dalam ekosistem adalah proses berpindahnya energi
dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan
dengan rantai makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem
mempertahankan diri dengan siklus energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber
eksternal. Pada tingkat trofik pertama, produsen primer (tumbuhan, alga, dan
beberapa bakteri) menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan
tanaman organik melalui fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada
tanaman membuat tingkat trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri

3
dari tingkat trofik ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili
tingkat trofik lebih tinggi lagi. (Sridianti,2014)
Di dalam ekosistem terdapat rantai makanan, yaitu lintasan konsumsi
makanan yang terdiri dari beberapa spesies organisme. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofik. Bagian paling sederhana dari suatu rantai
makanan berupa interaksi dua spesies yaitu interaksi antara spesies mangsa (prey)
dengan pemangsa (predator).(Dewi,2014:120)
Rantai makanan ialah suatu urutan tahapan ketika beberapa energi yang
ditangkap oleh produsen primer ditransfer energi yang ditangkap oleh produsen
primer ditransfer ke organisme di tingkat tropis yang lebih rendah. Contohnya,
rerumputan bluestem dan tumbuhan lain merupakan produsen primer di prairi
rumput tinggi.(Starr,1986:463)
Ada tiga tipe rantai makanan dalam hampir semua komunitas. Tipe pertama
dikenal sebagai tipe rantai makanan perumput yaitu materi tumbuhan yang
berpindah dari kelompok konsumen yang satu ke kelompok konsumen berikutnya.
Tipe kedua dikenal sebagai rantai makanan pembusuk yang di dalamnya
organisme-organisme yang mati diuraikan oleh serangkaian organisme pembusuk.
Tipe ketiga dikenal sebagai rantai makanan parasit yang di dalamnya organisme
yang lebih kecil memangsa organisme yang besar.(Kaligis,1986:4.25)
Sebenarnya proses makan memakan dalam rangka untuk mendapatkan energi
yang terjadi di dalam komponen biotik ekosistem tidaklah sederhana, rantai-rantai
makanan membentuk jaringan-jaringan yang kompleks sehingga disebut jaring-
jaring makanan (food web).(Subchan,2005:19)
Piramida makanan adalah piramida yang menggambarkan jumlah berat dan
energi mulai dari produsen sampai konsumen puncak. Piramida ini dibuat dengan
satu asumsi bahwa pada saat terjadi peristiwa makan dan dimakan telah terjadi
perpindahan energi dari makhluk hidup yang dimakan ke makhluk hidup
pemakannya. (Timi,2013)

4
IV. Metode Penelitian
4.1. Alat dan Bahan
Alat:
a. Pasak
b. Tali rafia
c. Alat tulis
Bahan:
Ekosistem daratan (daerah di sekitar kampus)

4.2. Langkah Kerja

Menentukan ekosistem daratan yang akan diamati

Menentukan daerah pengamatan dengan


membuat kuadran 1x1 m2.

Melakukan inventarisasi tentang komponen


abiotik dan biotik yang terdapat di dalamnya.

Membuat diagram yang menghubungkan komponen-


komponen dalam ekosistem tersebut dan daur energi
yang ada didalamnya.

5
V. Hasil Pengamatan
5.1. Tabel Pengamatan Komponen Abiotik
No Persentase
Nama Jumlah Persentase
. di Ekosistem
1. Batu 4 20%
2. Daun kering Banyak 5%
3. Air Banyak 5%
4. Ranting 9 45%
5. Sinar matahari Banyak 5% 29,85%
6. Angin Banyak 5%
7. Tanah Banyak 5%
8. Kain 1 5%
9. Plastik 1 5%

5.2.Tabel Pengamatan Komponen Biotik


No Persentase
Nama Jumlah Persentase
. di Ekosistem
1. Capung 3 6,38%
2. Belalang hijau 1 2,13%
3. Belalang coklat 2 4,25%
4. Lalat 5 10,64%
5. Nyamuk Banyak 2,13%
6. Laba-laba 3 6,38%
7. Kepompong 1 2,13%
70,15%
8. Semut merah Banyak 2,13%
9. Semut hitam Banyak 2,13%
10. Lebah 1 2,13%
11. Ulat bulu 3 6,38%
12. Kepik 2 4,25%
13. Kupu-kupu 1 2,13%
14. Gulma 1 2,13%
No Persentase
Nama Jumlah Persentase
. di Ekosistem
15. Pohon mangga 1 2,13%
16. Tanaman A 2 4,25%
17. Tanaman B 10 21,27%
18. Tanaman C 1 2,13%
70,15%
19. Tanaman D 4 8,51%
20. Tanaman E Banyak 2,13%
21. Tanaman F 1 2,13%
22. Tanaman G 1 2,13%

6
VI. Pembahasan
Praktikum ini mengamati daerah di sekitar kampus. Kebanyakan merupakan
ekosistem daratan yang ditumbuhi rumput. Lalu mengambil kuadran berukuran
1mx1m dari daerah tersebut sebagai daerah pengamatan. Ekosistem yang diamati
termasuk dalam ekosistem daratan dan terbuka karena terletak di alam terbuka
sehinga energi bisa masuk dan keluar ke dalam sistem. Ekosistem bergantung oleh
kelengkapan komponen yang ada di daerah tersebut bukan bergantung terhadap
ukuran komponen. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh komponen sebagai
berikut batu sejumlah 4 buah, daun kering yang tak terhitung baik dari rumput
ataupun daun mangga, beberapa air yang menggenang di daun sisa dari air hujan,
ranting sejumlah 9 buah ranting mangga yang telah mati ataupun batang tanaman,
sinar matahari, angin yang berhembus cenderung tenang, tanah, sebuah kain bekas
yang tertimbun di dalam tanah, sebuah plastik bekas yang tertimbun di dalam
tanah, 3 ekor capung, seekor belalang hijau, 5 ekor lalat, 2 ekor belalang coklat,
beberapa nyamuk, 3 ekor laba-laba, sebuah kepompong di daun mangga, semut
merah dan hitam yang banyak di tanah, seekor lebah, 3 ekor ulat bulu kecil
berwarna hitam, 2 ekor kepik, 1 tanaman gulma, 1 pohon mangga, 2 tanaman A,
10 tanaman B, 1 tanaman C, 4 tanaman D, banyak tanaman E, 1 tanaman F, dan 1
tanaman G.
Menurut hasil pengamatan terdapat makhluk hidup tunggal dan kumpulan
makhluk hidup. Hal ini dapat dijadikan sebagai tingkatan komponen yaitu
individu, populasi, dan komunitas. Individu adalah makhluk hidup tunggal seperti
pohon mangga, kepompong, lebah, kupu-kupu, gulma, tanaman C, tanaman F dan
tamanan G. Populasi adalah kumpulan dari individu-individu yang sejenis seperti
populasi nyamuk, populasi semut merah, populasi lalat, populasi semut hitam,
populasi tanaman B, populasi tanaman E, dan lainnya.
Setiap komponen di dalam ekosistem memiliki karakteristik tertentu dan
peran masing-masing. Hal itu yang membedakan ekosistem di suatu daerah
dengan daerah yang lain. Komponen abiotik dari ekosistem yang terdapat di
daerah pengamatan antara lain batu yang besar dan yang kecil. Warnanya ada
yang hijau, abu-abu dan hitam. Batu berfungsi sebagai tempat berlindungnya
makhluk hidup kecil seperti semut. Daun kering dari rumput maupun pohon

7
mangga yang telah mati. Daun-daun ada yang berwarna coklat dan ada pula yang
berwarna kuning. Daun-daun tersebut berukuran kecil maupun besar sedangkan
ranting kebanyakan berasal dari ranting pohon mangga. Daun dan ranting yang
lama-kelamaan akan lapuk dan menjadi bahan organik (tanah) sehingga dapat
menjadi humus bagi kesuburan tanah. Jika kesuburan meningkat maka tumbuhan
semakin subur sehingga mengundang makhluk hidup lain. Selain itu untuk
mencegah dari terpaan air hujan secara langsung yang dapat membuat tanah
menjadi padat dan daya serapnya berkurang. Air yang menggenang di permukaan
daun dengan keadaan masih jernih dan yang masuk ke dalam tanah menjadikan
tanah memiliki kandungan air yang cukup. Air merupakan sumber makanan bagi
tumbuhan dan minum bagi hewan. Selain itu air berguna untuk kelembapan
lingkungan dan tanah serta pelarut mineral-mineral. Tanah yang berwarna coklat
kehitaman, bertekstur remah, dan kandungan air yang banyak. Tanah berfungsi
sebagai media tanam bagi tumbuhan dan tempat hidup organisme. Tanah
mengandung unsur hara sebagai bahan fotosintesis.
Sinar matahari tidak menerpa daerah ekosistem yang diamati secara langsung
karena di sekitar daerah tersebut terdapat tanaman yang lebih tinggi dan besar.
Namun daerah tersebut mendapat cahaya yang cukup. Cahaya yang berasal dari
sinar matahari berguna sebagai sumber energi bagi makhluk hidup. Selain itu
digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Angin yang berhembus
cenderung tenang. Angin adalah udara yang bergerak, udara digunakan oleh
makhluk hidup untuk bernafas dan fotosintesis. Hal ini dikarenakan proses
fotosintesis memerlukan CO2 yang terdapat di udara. Selain itu angin membantu
dalam penyebaran biji dan penyerbukan. Kain dan plastik bukan bagian dari
ekosistem karena kedua benda tersebut merupakan benda buatan yang
membutuhkan waktu yang lama untuk terurai di dalam tanah. Kain dan plastik ada
di dalam tanah karena ada orang yang tidak membuangnya tidak pada tempatnya.
Seiring dengan berjalannya waktu kain dan plastik tersebut tertimbun atau tertutup
oleh tanah. Namun kain dan plastik bisa dijadikan tempat berlindung bagi
makhluk hidup tertentu.
Dalam kenyataan komponen abiotik tidak sekedar itu masih ada suhu,
kelembapan, dan pH Tanah. Namun komponen-komponen tersebut tidak diamati

8
karena tidak adanya alat. Suhu berpengaruh karena suhu menentukan kerja enzim.
Kelembapan menunjukkan intensitas uap air dalam ekosistem tersebut.
Kelembapan berpengaruh terhadap penguapan. Jika tumbuhan melakukan
penguapan berlebihan maka dengan udara yang lembap dapat mencegah
tumbuhan mengering. Dan pH tanah pengaruh terhadap kecepatan metabolisme
dan kemampuan adaptasi makhluk hidup.
Sedangkan komponen biotik antara lain capung yang berukuran kecil.
Capung memiliki dua mata majemuk yang besar di kepalanya. Tubuh nyamuk
panjang dan ramping seperti jarum, beruas, berantena pendek, dan bersayap
transparan. Makanan capung adalah serangga kecil seperti lalat, nyamuk dan
lainnya. Capung termasuk serangga karnivora. Capung berperan dalam
penyeimbang ekosistem karena mengontrol populasi serangga kecil seperti lalat,
nyamuk, dan lainnya. Selain itu membantu dalam penyerbukan. Belalang yang
diamati terdapat dua jenis yaitu belalang hijau dan belalang coklat. Belalang
memiliki ciri-ciri tubuh berbuku-buku, memiliki sayap untuk terbang, memiliki
kaki belakang yang panjang sehingga dapat melompat, dan antena. Belalang
merupakan serangga herbivora yang memakan daun-daun tanaman. Peran
belalang adalah membantu proses penyerbukan.
Lalat memiliki sepasang sayap untuk terbang, mata majemuk, berantena dan
tubuhnya pendek. Makanan lalat adalah makanan cair seperti serbuk sari sehingga
lalat dapat berperan dalam membantu penyerbukan. Nyamuk bertubuh kecil,
memiliki dua sayap bersisik, bentuk mulut penghisap, tubuh yang langsing, dan
enam kaki panjang untuk terbang. Makanan nyamuk adalah nektar dari bunga
sehingga nyamuk berperan dalam membantu penyerbukan. Namun nyamuk betina
menghisap darah biasanya darah manusia untuk mendapatkan protein. Ciri dari
laba-laba adalah memiliki empat pasang kaki, tidak bersayap, tubuh berbuku-
buku. Laba-laba membuat jaring-jaring untuk menjerat mangsanya. Jaring-jaring
tersebut adalah helaian serat protein tipis tetapi kuat. Biasanya makanannya
adalah serangga yang lebih kecil seperti lalat, nyamuk, capung, semut, dan
lainnya. Laba-laba termasuk serangga karnivora. Berperan dalam mengendalikan
populasi makanannya.

9
Kepompong merupakan fase dalam metamorfosis kupu-kupu. Kepompong
yang diamati berada di bawah permukaan daun mangga dan berwarna coklat.
Kepompong bersifat inaktif sehingga tidak membutuhkan makanan. Ada dua jenis
semut di daerah yang diamati yaitu semut hitam yang berukuran besar dan semut
merah yang berukuran kecil. Ciri-ciri semut memiliki antena, eksoskeleton
(kerangka luar) sebagai perlindungan, mempunyai mata majemuk, tiga pasang
kaki dan hidup berkoloni. Semut mengangkut sari makanan, kotoran, hewan yang
mati, dan lainnya. Semut tinggal di dalam tanah sehingga dapat membantu
mengaerasi tanah. Lebah berukuran kecil, dapat terbang karena memiliki dua
sayap, memiliki bentuk mulut penghisap, berwarna belang (kuning hitam). Lebah
mengumpulkan sari-sari bunga sebagai makanannya. Hal ini dapat membantu
dalam proses penyerbukan tanaman. Ulat bulu permukaannya terdapat bulu yang
dapat membuat gatal di kulit, tubuh berwarna hitam, dan berjalan dengan
merayap. Ulat memakan daun-daun untuk bekalnya menjadi kepompong. Ulat
berperan dalam siklus (metamorfosis) kupu-kupu. Kepik berwarna hitam
tubuhnya lonjong dan memiliki sayap. Merupakan serangga omnivora yang
memakan makanan cair atau butiran kecil. Kupu-kupu memiliki warna sayap yang
indah, berantena dan bentuk mulut penghisap. Kupu-kupu menghisap sari-sari
bunga sehingga dapat membantu proses penyerbukan.
Gulma yang diamati melekat pada batang pohon mangga, bentuk daunnya
bulat, tebal, dan padat. Memiliki batang yang kecil. Gulma tersebut menjadi
parasit di pohon mangga karena memperoleh bahan makanan dengan mengambil
dari pohon mangga. Gulma tersebut berklorofil sehingga dapat berfotosintesis.
Peranannya adalah memberikan sumber makanan bagi hewan. Pohon Mangga
merupakan tumbuhan dikotil dengan tulang daun menyirip, pohon berkambium
sehingga dapat mmbesar, pohon bercabang-cabang, dan berakar tunggang. Pohon
mangga dapat menjadi tempat tinggal bagi hewan-hewan. Memberikan
perlindungan dan sebagai sumber makanan untuk hewan.
Tanaman-tanaman yang terdapat di daerah tersebut sulit untuk diketahui
jenis-jenisnya maka tanaman tersebut dinamakan sesuai urutan abjad. Tanaman A
memiliki karakteristik bentuk daunnya lonjong, tepi daun tidak bergerigi tulang,
daunnya padat tebal, daunnya menyirip dan permukaan daunnya halus. Tanaman

10
B memiliki karakteristik bentuk daunnya lonjong agak meruncing di ujung tepi,
daun sedikit bergerigi, daunnya seperti berongga dengan tulang daun menyirip,
dan permukaan daun yang kasar. Tanaman C memiliki karakteristik bentuk
daunnya seperti hati yang tepinya bergelombang, merupakan tumbuhan yang
merambat, daunnya tipis dan permukaannya halus. Tanaman D memiliki
karakteritik bentuk daunnya hampir seperti hati tapi agak bulat, tepi daunnya
bergerigi, daunnya seperti berongga, tulang daun menyirip dan permukaan
daunnya kasar seperti ada serabut-serabutnya. Tanaman E merupakan rumput-
rumputan memiliki karakteristik bentuk daunnya panjang, tepi daunnya tidak
bergerigi, tulang daunnya sejajar, daunnya tipis, dan permukaanya halus.Tanaman
F memiliki karakteristik bentuk daunnya bulat, tulang daunnya menyirip, tepi
daunnya tidak bergerigi, merupakan tanaman berbunga dengan mahkota sebanyak
5 buah, bunganya berwarna putih, dan permukaannya halus.serta Tanaman G
memiliki karakteristik bentuk daunnya panjang, tepi daunnya tidak bergerigi, dan
permukaannya halus. Tanaman-tanaman tersebut berguna untuk menyediakan
sumber makanan bagi hewan herbivora, akar-akarnya dapat mengikat tanah
sehingga ketika hujan tidak hanyut, menyediakan tempat untuk organisme yang
berada di sekitarnya.
Persentase komponen tersebut adalah 100% terbagi menjadi komponen
abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah komponen yang tak hidup yang
mendukung ekosistem dalam tumbuh dan berkembangnya komponen biotik.
Kompone abiotik antara lain batu, daun kering, air, ranting, sinar matahari, angin,
tanah, kain, dan plastik. Persentase komponen abiotik sebesar 29,85%. Sedangkan
komponen biotik adalah komponen makhluk hidup antara lain capung, belalang
hijau, belalang coklat, lalat, nyamuk, laba-laba, kepompong, semut merah, semut
hitam, lebah, ulat bulu, kepik, kupu-kupu, gulma, pohon mangga, tanaman A,
tanaman B, tanaman C, tanaman D, tanaman E, tanaman F, dan tanaman G.
Persentase komponen biotik sebesar 70,15%. Berdasarkan diagram lingkaran dari
pengamatan persentase komponen abiotik lebih rendah daripada presentase
komponen biotik. Hal ini menandakan bahwa ekosisten tidak seimbang. Sehingga
memungkinkan terjadinya persaingan dalam perebutan makanan diantara
tumbuhan dalam menyerap bahan anorganik.

11
Komponen Abiotik dan Biotik

0.3

Abiotik

Biotik

0.7

Diagram lingkaran Presentase Komponen Abiotik dan Biotik

Persentase setiap satuannya dalam komponen masing-masing antara lain


komponen abiotik meliputi batu sebesar 20%, daun kering sebesar 5%, air 5%,
ranting sebesar 45%, sinar matahari sebesar 5%, angin sebesar 5%, tanah sebesar
5%, kain sebesar 5%, dan plastik sebesar 5%. Komponen biotik meliputi capung
sebesar 6,38%,belalang hijau sebesar 2,13%,belalang coklat sebesar 4,25%, lalat
sebesar 10,64%, nyamuk sebesar 2,13%, laba-laba sebesar 6,38%, kepompong
sebesar 2,13%, semut merah sebesar 2,13%, semut hitam sebesar 2,13%, lebah
sebesar 2,13%, ulat bulu sebesar 6,38%, kepik sebesar 4,25%, kupu-kupu sebesar
2,13%, gulma sebesar 2,13%, pohon mangga sebesar 2,13%, tanaman A sebesar
4,25%, tanaman B sebesar 21,27%,tanaman C sebesar 2,13%,tanaman D sebesar
8,51%,tanaman E sebesar 2,13%,tanaman F sebesar 2,13%, dan tanaman G
sebesar 2,13%.

Komponen Abiotik
Batu Daun kering Air Ranting Sinar matahari
Angin Tanah Kain Plastik

5% 5% 20%
5%
5%
5% 5%

5%

45%

12
Diagram Lingkaran Komponen Abiotik

Komponen Biotik
Capung Belalang hijau Belalang coklat Lalat Nyamuk
Laba-laba Kepompong Semut merah Semut hitam Lebah
Ulat bulu Kepik Kupu-kupu Gulma Pohon Mangga
Tanaman A Tanaman B Tanaman C Tanaman D Tanaman E
Tanaman F Tanaman G

8% 4%
2% 2% 2% 6% 2%
11%
2%

2%

21%
6%

2%
4% 2%
4% 6%
2%
2%
2% 2%
2%

Diagram Lingkaran Komponen Biotik


Berdasarkan diagram lingkaran presentase komponen abiotik paling banyak
adalah ranting yaitu 45%. Hal ini dikarenakan bahwa di daerah tersebut terdapat
banyak tumbuhan. Sedangkan yang lain juga banyak namun dikarenakan tidak
terhitung jumlahnya dianggap satu komponen (kesatuan) sehingga presentasenya
hanya 5%. Presentase komponen biotik paling banyak adalah tanaman B sebesar
21%. Tumbuhan menduduki jumlah terbanyak 45% lalu pemakan daun
(herbivora) 37% dan terakhir karnivora 12% serta sisanya makhluk hidup yang
tidak berkaitan seperti kepompong. Tumbuhan memberikan jumlah yang banyak
karena tumbuhan menyediakan makanan untuk pemakan daun. Jika jumlah
tumbuhan sedikit maka akan terjadi perebutan makanan yang dapat
mengakibatkan matinya individu sehingga jumlah pemakan daun semakin sedikit.
Jika pemakan daun semakin sedikit maka karnivora pun semakin sedikit. Jumlah
komponen di ekosistem harus sesuai dan seimbang agar terwujudnya
keseimbangan ekosistem.

13
Setiap komponen yang terdapat di ekosistem memiliki kedudukan masing-
masing. Tumbuhan selaku komponen biotik berkedudukan sebagai produsen
karena tumbuhan Tumbuhan dalam pengamatan ini adalah pohon mangga, gulma,
tanaman A, tanaman B, tanaman C, tanaman D, tanaman E, tanaman F, dan
tanaman G. Kebanyakan tumbuhan yang diamati dapat membuat makanan sendiri
dan menyediakan bahan makanan sendiri dari bahan organik dengan melakukan
proses fotosistesis. Tumbuhan seperti ini disebut fotoautotrof. Selain itu terdapat
hewan dalam daerah yang diamati. Hewan tidak bisa menyediakan makanan
sendiri sehingga mengambil makanan yang disediakan organisme lain. Hewan
berkedudukan sebagai konsumen.
Kedudukan komponen-komponen tersebut dalam ekosistem memiliki
keterkaitan. Komponen biotik bergantung dengan keberadaan komponen abiotik.
Hubungannya produsen akan dimakan oleh konsumen. Lalu konsumen yang mati
akan terurai menjadi zat organik termasuk tumbuhan selaku produsen yang mati
akan terurai juga. Makhluk hidup yang berkedudukan sebagai pengurai
(dekomposer) adalah jamur dan bakteri. Jamur dan bakteri terdapat di setiap
ekosistem namun ukurannya yang tak kasat mata sehingga sulit diamati secara
langsung.
Hubungan komponen abiotik dan biotik dapat ditunjukkan dengan skema di
bawah ini.

Produsen Konsumen

Lingkungan
Dekomposer
abiotik

 
Pada skema tersebut menunjukkan bahwa produsen bergantung pada
lingkungan abiotik (biotik dan abiotik), lingkungan bergantung pada dekomposer

14
(pengurai), dekomposer(pengurai) bergantung pada konsumen dan produsen,
sedangkan konsumen bergantung pada keberadaan produsen.
Peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu
membentuk suatu rantai makanan. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu
ekosistem disebut tingkat trofik. Semua tumbuhan yang diamati merupakan
produsen karena berklorofil sehingga dapat membuat makanan sendiri. Makhluk
hidup yang termasuk produsen pada tingkatan trofik antara lain pohon mangga,
gulma, tanaman A, tanaman B, tanaman C, tanaman D, tanaman E, tanaman F,
dan tanaman G. Makhluk hidup yang memakan produsen disebut konsumen
tingkat pertama pada tingkatan trofik yang merupakan herbivora antara lain ulat
bulu, lebah, kupu-kupu dan kepik. Sedangkan konsumen yang memakan
konsumen tingkat pertama pada tingkatan trofik merupakan karnivora disebut
konsumen tingkat kedua yaitu capung dan laba-laba. Kepompong masih belum
diketahui penggolongannya karena pada fase tersebut kepompong bersifat inaktif
dan tidak makan. Ketika konsumen mati maka akan terurai dengan sendirinya
karena bakteri dan fungi ataupun dibantu oleh semut, lalat, dan organisme lainnya
sebagai detritivor (mengonsumsi dan menguraikan makanannya menjadi bagian
yang lebih kecil.). Jadi setelah organisme mati maka akan terjadi penguraian
bahan organik menjadi bahan anorganik.
Rantai makanan dari komponen yang diamati sebagai berikut :
Gulma,Pohon Mangga,Tanaman A-G→ulat bulu
Gulma,Pohon Mangga,Tanaman A-G→belalang
Tanaman F → kupu-kupu →capung→ laba-laba
Tanaman F → nyamuk→capung→ laba-laba
Tanaman F → semut→ laba-laba
Tanaman F → lebah → laba-laba
Tanaman F → lalat→capung → laba-laba
Tanaman F→kepik→laba-laba
Bedasarkan rantai makanan yang terjadi, maka dapat pula dibentuk jaring-
jarinhg makanan. Jaring-jaring makanan adalah peristiwa makan dan dimakan
yang digambarkan dalam bentuk jaring-jaring yang saling berhubungan.

15
Berdasarkan ekosistem yang kami amati, maka terbentuklah sebuah jaring-jaring
makanan sebagai berikut :

Nyamuk
Laba-laba
Semut merah

Capung
Semut hitam
Semut

Ulat bulu Kupu-kupu Nyamuk


Lebah
Belalang Lalat
Kepik

Gulma, Pohon Mangaga, Tanaman A,B,C,D,E,dan G. Tanaman F

Jaring-jaring makanan tersebut dapat menunjukkan aliran energi dan aliran


makanan. Aliran energi dalam ekosistem adalah proses berpindahnya energi dari
suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan
rantai makanan atau dengan piramida ekologi.

m
m s
uee
nee
n
nInIII
II
K
K rno
Poo sud
ns mu

Keterangan :
Produsen : Pohon mangga, gulma, tanaman A, B, C, D, E, F, dan G.
Konsumen I : Ulat bulu, belalang, nyamuk, lalat, kupu-kupu, kepik,semut,
dan lebah
Konsumen II : Capung dan laba-laba

16
Konsumen III : Laba-laba
Piramida ekologi yang digunakan merupakan piramida jumlah
menggambarkan hubungan kepadatan populasi/ jumlah individu diantara tingkat
trofik. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk hidup yang menempati tingkat trofik
yang lebih rendah, jumlahnya lebih banyak dibanding dengan makhluk hidup
yang menempati tingkat trofik yang lebih tinggi.
Aliran energi dimulai dari cahaya matahari sebagai penyedia energi terbesar
di bumi, lalu oleh tumbuhan sebagai produsen digunakan melakukan fotosintesis
dan membuat makanan dalam bentuk glukosa, energi cahaya matahari diubah
menjadi energi kimia, kemudian energi kimia tersebut mengalir pada konsumen
tingkat pertama dalam jalur rantai makanan, lalu energi kimia yang terdapat di
konsumen tingkat pertama mengalir ke konsumen tingkat kedua. Dan terakhir
energi kimia yang terdapat di konsumen tingkat kedua mengalir ke konsumen
tingkat ketiga. Energi respirasi di lepas ke lingkungan tidak dapat dipindahkan ke
makhluk hidup lain. Oleh karena itu energi tropik yang lebih atas semakin sedikit
daripada sebelumnya.
Bagian piramida makanan paling bawah adalah produsen yaitu Pohon
mangga, gulma, tanaman A, B, C, D, E, F, dan G. Produsen menyediakan
makanan untuk konsumen. Dalam ekosistem produsen jumlahnya lebih banyak
sehingga tidak terjadi persaingan diantara konsumen. Jika persaingan terjadi bisa
mengakibatkan kepunahan. Lalu Ulat bulu, belalang, nyamuk, lalat, kupu-kupu,
kepik, semut, dan lebah sebagai konsumen tingkat I. Jumlah konsumen tingkat I
jumlahnya lebih sedikit daripada produsen dan lebih banyak daripada konsumen
tingkat II. Jika jumlah konsumen tingkat II meningkat mengakibatkan produsen
berkurang sehingga terjadi ketidakseimbangan. Capung dan laba-laba sebagai
konsumen tingkat II jumlahnya lebih sedikit daripada konsumen tingkat I. Dan
laba-laba yang juga sebagai konsumen tingkat III serta sebagai konsumen puncak.
Semakin tinggi tingkat trofik maka semakin sedikit jumlah organismennya

VII.Penutup
7.1. Kesimpulan

17
Ekosistem bergantung oleh kelengkapan komponen. Komponen yang ada
di ekosistem daratan sekitar kampus meliputi komponen biotik dan abiotik yang
saling berkaitan. Komponen biotik adalah komponen yang tak hidup yang
menunjang ekosistem seperti tumbuhan(pohon mangga, gulma, tanaman A,B,C,
D,E,F, dan G) dan hewan (capung, lalat, lebah, laba-laba, kupu-kupu, kepompong,
belalang, ulat bulu, kepik, nyamuk dan semut. Sedangkan komponen abiotik
adalah komponen yang hidup seperti tanah, batu, sinar matahari, angin, ranting,
daun kering, air, dan benda tak hidup lainnya. Dalam ekosistem setiap organisme
memiliki kedudukan masing-masing. Organisme yang berkedudukan sebagai
produsen adalah tumbuhan (Pohon mangga, gulma, tanaman A,B,C,D,E,F,dan G).
Dan organisme yang berkedudukan sebagai konsumen adalah hewan. Ulat bulu,
belalang, nyamuk, lalat, kupu-kupu, kepik, semut, dan lebah sebagai konsumen I,
Capung sebagai konsumen II,dan laba-laba sebagai konsumen II dan III.

7.2. Saran
 Dalam menghitung jumlah komponen abiotik dan biotik sebaiknya
dilakukan secara cermat dan teliti.
 Sebaiknya memilih daerah pengamatan yang terdapat banyak
komponen abiotik maupun biotik agar interaksi antar komponen dan
kelengkapannyan bisa diamati dengan jelas dan lengkap.
 Sebaiknya tetap menjaga ekosistem yang ada ketika praktikum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Baiq Indah.2014.Analisis Dinamik Model Rantai Makanan Tiga Tingkat


Trofik Dengan Fungsi Respon Michaelis-Menten.Jurnal Mahasiswa
Matematika.Vol.2.Hal.120: Universitas Brawijaya [30 April 2015]

Haruddin,dkk.2011. Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap


Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional Di Pulau
Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara.Jurnal
Ekosains.Vol.3.Hal.29: Universitas Sebelas Maret Surakarta. [29 April
2015]

Irwan,Zoer’aini Djamal.1996.Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan


Pelestariannya.Jakarta:Bumi Aksara.

Kaligis,Jenny.1986.Buku Materi Pokok Biologi I.Jakarta:Karunika.

Sridianti.2014. Pengertian Aliran Energi dalam Ekosistem.


http://www.sridianti.com/pengertian-aliran-energi-dalam-
ekosistem.html [30 April 2015]

Starr,Cecie.,dkk.2008.Biologi:Kesatuan dan Keseragaman Makhluk Hidup.


Jakarta: Salemba Teknika.

Subchan,Wachju.2005.Ilmu Pengetahuan Lingkungan.Jember:Universitas Jember.

Sudarmadji.2004.Pengantar Ilmu Lingkungan .Jember:Universitas Jember.

Sunaryono.2014.Ekosistem Darat dan Ekosistem Akuatik Sebagai Sumber


Daya.http://www.slideshare.net/sunaryono/ekosistem-darat-ekosistem-
akuatik [01 Mei 2015]

Tim Dosen Pembina.2014.Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.Jember:Universitas


Jember.

Timi,Trisanto. 2013. Piramida Ekologi.


http://trisantotimmi.binushacker.net/2013/03/piramida-ekologi.html.[01
Mei 2015]

19

Anda mungkin juga menyukai