Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reptil merupakan satwa bertulang belakang yang bersisik. Satwa reptil terdiri dari
48 famili, sekitar 905 genus dengan 6,547 spesies. Jumlah ini terus berubah seiring
dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan jenis-jenis baru. Indonesia
memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu Ordo Testudinata, Squamata dan Crocodylia.
Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan reptil primitif yang terdiri dari 1 jenis
dan hanya terdapat di Selandia Baru. Ordo Testudinata terdiri dari sekitar 260 jenis
dari 75 genus dan 13 famili. Testudinata mencakup jenis yang hidup di laut, perairan
darat, maupun darat. Testudinata mewakili sekitar 4% dari seluruh jenis reptil di
dunia. Buaya termasuk dalam ordo Crocodylia. Secara keseluruhan terdapat 22 jenis
buaya dalam 8 genus dan 3 famili (Endarwin, 2006).
Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur bercangkang,
dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan kehilangan
cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Secara
umum habibat amfibi dan reptil terbagi menjadi 5 yakni terrestrial, arboreal, akuatik,
semi akuatik, dan fossorial. Reptil dan amfibi menghuni hampir seluruh permukaan
bumi, kecuali di antartika (Yudha et al. 2015).
Ordo Squamata dibagi lebih lanjut menjadi tiga sub-ordo, yaitu Sauria (Lacertilia)
yang mencakup kadal, Amphisbaenia dan Serpentes (Ophidia) yang mencakup ular.
Kadal merupakan kelompok terbesar dalam reptil. Kadal terdiri dari 3.751 jenis
dalam 383 genus dan 16 famili, atau 51% dari seluruh jenis reptil. Amphisbaenia
terdiri dari 4 famili yang kemudian dibagi menjadi 21 genus dan 140 jenis, atau
sekitar 2% dari seluruh reptil. Ular, atau Serpentes, terdiri dari 2,389 jenis dalam 471
genus dan 11 famili, atau sekitar 42% dari seluruh jenis reptile. Buaya termasuk
dalam ordo Crocodylia. Secara keseluruhan terdapat 22 jenis buaya dalam 8 genus
dan 3 famili. Total jenis buaya di dunia sekitar 0,3% dari seluruh jenis reptile
(Endarwin, 2006).
Setiap Familli dari Sub Ordo Sauria menempati habitat yang berbeda. Familli
Scincidae hidup di serasah, lubang-lubang dan pohon, Familli dari Agamidae hidup di
habitat pepohonan, Familli Gekkonidae di pepohonan, bangunan-bangunan,

Universitas Sriwijaya
sedangkan Familli Lacertidae pada perkebunan dan semak-semak. Kadal hidup pada
berbagai jenis habitat, beberapa hidup di pepohonan, di atas tanah bahkan di dalam
tanah. Kadal menyukai tempat yang lembab dan memiliki banyak serasah, pepohonan
dan semak-semak. Kadal merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem dan
merupakan bagian keanekaragaman hayati yang menghuni kawasan hutan,
perkebunan, dan lingkungan masyarakat (Rosadi et al. 2017).
Herpetofauana (amfibi dan reptil) memiliki peran sangat penting bagi
penyusunan suatu ekosistem, secara ekologis herpetofauna berperan sebagai
pemangsa konsumen primer seperti serangga atau hewan invertebrata lainnya.
Secara ekonomis, beberapa jenis herpetofauan dapat dijadikan sumber protein
hewani, hewan peliharaan, dan bahan obat-obatan. Kehidupan amfibi di alam
merupakan suatu hal yang menarik untuk dijadikan daya tarik ekowisata.
Berbagai aktivitas satwa liar menjadi hal yang unik untuk disajikan kepada
wisatawan dalam kemasan ekowisata (Yanuarefa et al. 2012).
Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna. Amfibi
dan reptil juga sering dimanfaatkan sebagai makanan dan sumber senyawa obat.
Selain itu, sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam
penelitian. Hal ini dikarenakan amfibi dan reptil merupakan organisme model
yang sangat berguna bagi banyak studi lapangan perilaku, ekologi dan pengajaran.
Amfibi dan reptil merupakan komponen utama dalam ekosistem dan sering
digunakan sebagai indikator status suatu kerusakan lingkungan. Reptil memiliki
peran penting dalam kehidupan manusia dan lingkungan, sebagai objek pertanian
dan peternakan, dan dalam bidang pengobatan (Yudha et al. 2015).
Kadal dan ular adalah dua kelompok hewan anggota ordo Squamata, kelas
Reptilia. Dua kelompok hewan reptil ini secara umum hidupnya dekat dengan air,
mereka sering sekali ditemukan di dalam dan di sekitar sungai. Beberapa jenis
ular dan kadal hidup pada pepohonan dan tanah di tepian sungai. Reptil tersebut
dapat dijadikan sebagai hewan peliharaan dan kadang juga dapat dikonsumsi
(Yudha et al. 2016).

1.2.Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari ciri-ciri reptil yang penting untuk
identifikasi, klasifikasi dan mengenal beberapa jenis anggota reptil.

Universitas Sriwijaya
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penertian Reptil


Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (Poikilothermic) yang
dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Reptilia tidak
dapat mengatur suhu internal layaknya hewan mamalia yang berdarah panas
(Homoiothermic) sehingga mereka bergantung pada lingkungan sekitar untuk
dapat mengatur suhu tubuh mereka. Berjemur di bawah sinar matahari merupakan
upaya reptilia dalam menghangatkan diri dan meningkatkan metabolisme tubuh,
sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia biasanya berpindah ke tempat
yang teduh atau berpindah ke kawasan perairan (Pradana, 2013).

2.2. Karakteristik Reptil


Tubuh reptilia tertutup oleh sisik yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata
maupun berduri. Fungsi sisik dari tubuh reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi
air yang memungkinkan agar reptilia terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh
dari wilayah perairan. Reptilia tidak memiliki telinga eksternal dan rambut
maupun bulu. Pada umumnya reptilia merupakan hewan karnivora. Jenis kura-
kura dan beberapa jenis kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan
chameleon merupakan jenis reptil pemakan serangga atau insektivora. Sistem
reproduksi reptilia adalah ovipar dan sebagian ovivipar, contoh pada jenis ular boa
(Boa constrictor) yang merupakan salah satu jenis ular dengan reproduksi
ovivipar (Yanuarefa et al. 2012).

2.3. Ordo Reptil


2.3.1. Ordo Testudinata
Ordo testudinata terdiri dari jenis penyu dan kura-kura. Jenis reptil yang
paling kuno adalah penyu, kura-kura dan terrapins, mereka telah hidup di bumi
sejak 200 tahun yang lalu pada zaman mesozoikum. Pada umumnya kura-kura
bergerak lambat dan memiliki tempurung yang membuat mereka lebih mudah
untuk dikenali dari jenis reptil lainnya. Jenis kura-kura digolongkan menjadi dua

Universitas Sriwijaya
kelompok berdasarkan cara menarik leher kura-kura ke dalam tubuh yaitu
pleurodira (side-necked turtles) dan cryptodira (Pradana, 2013).

2.3.2. Ordo Squamata


Ordo squamata adalah bangsa yang memiliki jumlah spesies terbanyak
dibandingkan dengan tiga ordo reptilia lainya. Ordo squamata terbagi menjadi tiga
sub-ordo yang terdiri dari serpentes (ular), sauria (kadal) dan amphisbaenia (kadal
cacing). Dari sub-ordo serpentes terbagi menjadi 27 famili yang terdiri dari sekitar
2700 jenis dan di Indonesia terdapat sekitar 250 jenis ular. Ular merupakan jenis
reptil yang tidak memiliki kaki dan telinga eksternal. Ular dapat dijumpai di hutan
hujan tropis dan dapat di temukan diberbagai macam habitat terestrial maupun
aquatik. Habitat gurun pasir juga dapat dijumpai jenis ular, contohnya adalah jenis
boa pasir (Eryx muelleri) dan viper bertanduk (Yanuarefa et al. 2012).

2.3.3. Ordo Crocodilia


Terdiri dari tiga famili yaitu Alligatoridae, Crocodylidae dan Gavialidae.
Dari ketiga famili tersebut memilik 24 spesies buaya yang hidup hingga saat ini.
Sejarah evolusi buaya berasal dari geosaurus yang merupakan reptil purba yang
hidup pada zaman mesozoikum sekitar 225 juta tahun yang lalu. Ordo crocodylia
dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis di dunia, hampir semua jenis
buaya ditemukan di kawasan perairan. Indonesia memiliki empat jenis buaya
yaitu buaya muara (Crocodilus porosus), buaya irian (Crocodilus novaeguineae),
buaya siam (Crocodilus siamensis) dan buaya senyulong (Tomistoma schlegelii).
Buaya memiliki ciri-ciri moncong yang panjang dan memiliki rahang yang sangat
kuat untuk mengunyah mangsa (Rosadi et al. 2017).

2.3.4. Ordo Rhynchocephalia


Merupakan satu-satunya ordo dari reptilia yang terdiri dari satu famili yaitu
sphenodontidae. Tuatara hanya memiliki dua spesies yaitu Sphenodon punctatus
dan Sphenodon guntheri. Tuatara yang hidup hingga kini diyakini memiliki daya
bertahan hidup yang kuat dari zaman mesozoikum. Perkembangan tuatara sangat
lambat, untuk mencapai seksual membutuhkan waktu 20 tahun dan masa
reproduksi tuatara dari fertilisasi hingga menetas membutuhkan waktu hingga 15
bulan (Pradana, 2013).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Maret 2019, pukul
08:00 WIB sampai dengan pukul 10:00 WIB. Bertempat di laboratorium
Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sarung tangan lateks,
masker, pisau bedah dan baki bedah. Sedangkan untuk bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah Crocodylus sp., Geckko gecko, Hemidactylus frenatus,
Mabouya multifasciata dan Phyton reticulus.

3.3. Cara Kerja


Digambar morfologi dan dideskripsikan sampel spesies. Lalu identifikasi
spesies dan tentukan klasifikasinya.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. Gekko gecko


Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata

1 Famili : Gekkonidae
Genus : Gekko
2
Spesies : Gekko gecko

Keterangan :

1. Caput

2. Femur

Deskripsi :
Tokek merupakan bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia yang
bernilai ekonomi tinggi, bila telah mencapai berat badan tertentu. Famili
Gekkonidae terdiri dari 83 genus dan 670 spesies di seluruh dunia. Menurut
Nugrahani (2011), Pada umumnya semua jenis tokek memiliki morfologi yang
sama yaitu memiliki tubuh pendek, lebar, dan gemuk. Memiliki jari kaki yang
besar disertai cakar yang melengkung ke belakang. Tokek memiliki kaki yang
lengket dan berbentuk seperti bantalan penghisap atau scansor, sehingga
memungkinkan tokek untuk berjalan di dinding, bahkan pada permukaan yang
terbalik dan licin.

Universitas Sriwijaya
4.2. Hemidactylus frenatus

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
3
Ordo : Squamata
1
Famili : Gekkonidae
2
Genus : Hemidactylus
Spesies : H. frenatus

Keterangan :

1. Caput

2. Caudal

3. Kaki (Passive pedes)

Deskripsi :
Cicak merupakan termasuk ordo squamata memiliki sisik atau berperisai
yang terbuat dari bahan tanduk. Menurut Fajriah (2016), Hemidactylus
merupakan salah satu genus dari famili Gekkonidae yang memiliki anggota
spesies yang banyak dan memiliki penyebaran yang luas dibandingkan anggota
genus Gekkonidae lainnya. Ciri utama H. frenatus yaitu tubuh bagian dorsal
berwarna putih abu-abu sampai coklat, memiliki panjang tubuh 7,5-15 cm, ekor
bulat memanjang dengan enam sisik tuberkal. H. frenatus jantan umumnya
memiliki panjang dan berat tubuh lebih besar dari H. frenatus betina.

Universitas Sriwijaya
4.3. Mabouya multifasciata
Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
1
Ordo : Squamata
Famili : Latertilia
2
Genus : Mabouya
3 Spesies : M. multifasciata

Keterangan :

1. Ekor

2. Truncus

3. Caput

Deskripsi :
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu
kelas reptil yang objeknya yaitu kadal yang memiliki kulit licin. Indonesia
memiliki lebih dari 600 jenis reptil. Reptil tersebar luas di Asia tenggara, meliputi
padang rumput, air tawar, paya gambut, hutan primer, sekunder, hutan
pegunungan, pantai, laut, batu karang dan lainnya. Menurut Origia et al (2012).,
Individu jantan dengan ciri-ciri tubuh kekar, ekor sangat panjang hampir tiga kali
lipat panjang tubuhnya. Memiliki sisik di kepala yang cukup jelas, permukaan
sisik perutnya halus dengan lempengan seperti sisik yang cukup besar. Sisik tubuh
bagian samping terlihat jelas dan memiliki batasan antara dorsal dan ventral.

Universitas Sriwijaya
4.4. Phyton reticulatus

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
2 Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Pythonidae
Genus : Phyton
1 Spesies : Phyton reticulatus

Keterangan :

1. Caput

2. Truncus
Deskripsi :
Ular termasuk kedalam salah satu jenis herpetofauna yang memiliki habitat
dan penyebaran sangat luas. Ular dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali di
daerah kutub. Ular dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok, antara lain
ular terrestrial yang hidup di tanah/daratan, ular akuatik dan semi akuatik yang
hidup di daerah perairan, ular fossorial yang hidup di dalam tanah, dan ular
arboreal yang hidup di atas pohon. Menurut Asri et al (2015)., Umumnya ular
dapat ditemukan pada daerah yang memiliki suhu, kelembaban, cahaya matahari
yang stabil, serta adanya kelimpahan makanan. Ular dapat berhabitat dekat
dengan lingkungan manusia, seperti di halaman rumah, kebun, sawah, ladang,
hutan, sungai, rawa-rawa, gua, pantai, dan laut.

Universitas Sriwijaya
4.5. Siebenrocktella crassicolis

Klasifikasi:

Kingdom : Animalia
1 Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
2
Ordo : Testuninata
Famili : Chelidae
3
Genus : Siebenrocktella
Spesies : S. crassicolis

Keterangan :

1. Caput

2. Karapaks

3. Digiti

Deskripsi :
Kura-kura atau Testudinata berada pada kelompok reptil dan memiliki
badan yang terbungkus oleh tulang yang berbentuk seperti tempurung. Menurut
Akira et al (2012)., Bagian-bagian dari tempurung tersebut memiliki istilah
khusus yang sudah baku, yaitu bagian punggung disebut karapas dan bagian
bawah atau perut disebut plastron. Untuk mengetahui jenis bangsa kura-kura,
bagian-bagian pada kerapas dan plastron, seperti bentuk, jumlah keping sisik
ataupun tanda lain yang ada seringkali membantu dalam mencirikan jenisnya.
Kura-kura pipi putih memiliki ciri-ciri karapas dan plastron yang keras karena
dilapisi keping sisik.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :
1. Ular termasuk salah satu reptil yang tidak memiliki kantung kemih.
2. Pada hewan reptil alat pendengarannya berupa membran timpani.
3. Kura- kura alat perlindungan dirinya berupa karapaks yang keras dan kuku.
4. Gecko gecko melindungi dirinya menggunakan gigi rahangnya yang kuat.
5. Beberapa reptil berkembangbiak dengan cara ovivar dan ada juga yang
berkembangbiak secara ovovivivar.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Endarwin, Wempy. 2006. Keanekaragaman Jenis Reptil dan Biologi


Cyrtodactylus ef fumosus Di taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Lampung- Bengkulu. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Matswapati, D. 2009. Biologi Reproduksi Ular Sanca Batik (Phyton reticulatus).


[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Origia, K., W. Novarino dan D. H. Tjong. 2012. Jenis Jenis Kadal (Sub-Ordo
Sauria) di Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1(1):
86-92.

Rosadi, A. B., A. Slamet dan K. Madang. 2017. Identifikasi Jenis-Jenis Reptilia


(Sub Ordo Sauria) Di Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu Dan Kontribusinya Dalam
Pembelajaran Biologi Sma. Jurnal Ilmu Sains. 3(8): 19-26.

Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan. Jakarta: Kencana.

Yanuarefa, M. F., G. Hariyanto dan J. Utami. 2012. Panduan Lapan


Herpetofauna (Ampibi dan Reptil). Banyuwangi: Balai Taman Nasional
Alas Purwo.

Yudha, D. S., R. Eprilurahman, H. Jayanto dan I. F.Wiryawan. 2016.


Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di Sepanjang
Sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biota. 1 (1): 31−38.

Yudha, D.S., R. Eprilurahman, I.A. Muhtianda, D. F. Ekarini dan O. C. Ningsih.


2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka
Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MIPA. 38(1): 8-
13.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1.1. Gekko gecko Gambar 1.2 . Hemidactylus frenatus


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 1.3. Phyton reticulatus Gambar 1.4. S. crassicolis


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) (Sumber: Dokumentasi Pribadi,2019)

Gambar 1.5. Mabouya multifasciata

Universitas Sriwijaya
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai