ZOOLOGI INVERTEBRATA
(ABKC-2302)
“MOLLUSCA (SIPUT)”
Disusun oleh :
Kelompok II B
Depiatul Jannah (1810119320010)
Firatul Hanisa (1810119210001)
Siti Masriana (1810119320004)
Asisten dosen :
M. Farhan Azzhari
Nur Aulia Rahmah
Asisten Lapangan :
Atikah
Muhammad Mirza Fahlevi
Dosen pengasuh :
Dr. Dharmono, M.Si.
Mahrudin, S.Pd., M.Pd.
Maulana Khalid Riefani, S,Si., M.Sc., M.Pd.
Nurul Hidayati Utami, S.Pd., M.Pd.
1. Lup
2. Pinset
3. Plastik sampel
4. Kertas label
5. Alat tulis
7. Papan baki/nampan
(*)Keawjam, (1986)
.(**)Pitojo, (1996)
(***)Lamarck (1819); Hyman (1967); dan Pennak (1978)
(****) Isnaningsih dan Marwoto.(2011) serta Ramakrisna et al,(2014)
(*****)Tores et al, (2011)
(******)I Gede Agus Suarmustika, (2003)
(*******)Riyanto, (2003)
(********)Marliana, Melly.( 2018)
(*********)Martin P.R., A.L Estebenet And N.J Cazzaniga. 2001
PERTELAAN MOLLUSCA
Spesies ke-: 2 Nama loka: Keong terompet Nama Spesies: Faunus ater
kelompok, 2020)
Sumber :
(*) Uli Safa’ah, Sri Utami&Cicilia Novi Primiani (2018)
(**) Akmaludidin,Agung Rizky Perdana,Azmi Nanda
Fadhilah,Zahratun Nadirah&Abdul Hafizh (2017)
(***)N.R.Isnaningsih&DwiA.Listiawan (2010)
(****) Arista Juni Arti, Sri Utami& Nurul Kusuma Dewi (2018)
(*****) Linnaeus, (1758)
(******) Rahmi Agustina, Ali S, Ferdinan Yulianda, Suhendrayatna
(2017).
(*******)Marliana, Melly.( 2018)
(********)Tores et al, (2011)
(*********)Martin P.R., A.L Estebenet And N.J Cazzaniga. 2001
PERTELAAN MOLLUSCA
Spesies ke-: 3 Nama local: Siput air tawar Nama Spesies: Filopaludina
Tinggi : 1 cm
Permukaan (Berduri; Kasar Halus (****)
Licin; Kasar)
Bibir (Bergerigi/tidak; Tidak Bergelombang (**)
bergelombang) bergelombang
Arah putaran spiral Kanan Kanan (****)
(kanan; Kiri)
Warna Hitam Hijau zaitun hingga
kehitaman (**)
Operculum/penutup Ada Ada (**)
(ada/tidak)
2. Siphon
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Sub class : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Family : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Pomacea canalicuta L. (Lamarck (1819); Hyman (1967);
dan Pennak (1978)
Keong mas termasuk hewan Gastropoda karena tergolong
kelompok hewan yang menggunakan perutnya sebagau kaki untuk
bergerak. Kata Gastropoda berasal dari 2 kata, yaitu Gaster yang
artinya perut dan Podos yang artinya kaki. Perut hewan ini dapat
menghasilkan lendir yang berfungsi untuk melindungi dan
mempermudahnya dalam bergerak. Tubuhnya simetri bilateral, pada
bagian kepala terdapat 2 buah tantakel yang berfungsi sebagai indra
penglihatan dan penciuman. Hewan-hewan ini memiliki cangkang,
tubuhnya dilindungi oleh cangkang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat
di lapangan, bahwa bentuk cangkang keong mas bulat agak lonjong
sedangkan yang saya temukan diliteratur yaitu bulat. Memiliki jumlah
cangkang tunggal, struktur cangkang yang dimiliki kuat, adapun
ukuran cangkang keong mas memiliki Panjang 3 cm tebal 0,2 cm
;lebar 2cm, permukaan cangkangnya licin, memiliki arah putaran spiral
memutar kekanan, warna cangkangnya coklat kekuningan. Bibir keong
mas ini bergelombang, memiliki operculum atau penutup, keong mas
ini memiliki shipon. Adapun habitatnya sering ditemui didaerah
persawahan atau diselokan yang tergenang air.
Menurut literaturr Keong mas mampu bertahan hidup didalam
tanah hingga sampai 6 bulan lamanya dan bila mendapat suatu
pengairan maka keong akan berkembangbiak kembali. Keong mas
muda menyerang ruas-ruas tanaman padi yang masih muda (umur ± 1-
2 bulan) dan membuat ruas-ruas tanaman patah berserakan di sekitar
rumpun tanaman padi. Dampak terburuk adalah produktivitas sawah
semakin menurun, bahkan gagal panen (IRRI, 2003). Populasi keong
mas yang tinggi dapat merusak tanaman padi hingga sampai 100%
(Hamidy dkk., 2004; Sery dkk., 2006; dan Syahpriansyah dkk.,
2009).Ditinjau dari suhu air pada sawah-sawah tempat penelitian
masih berada pada rentang suhu yang diperlukan untuk kehidupan
keong mas yaitu 28,3oC - 28,6oC dimana menurut Halimah dan Ismail
(1989), keong mas dapat hidup pada suhu berkisar antara 23 oC -32
oC.
2. Keong terompet (Faunus ater)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Caenogastropoda
Family : Pachychilidae
Genus : Faunus
Spesies : Faunus ater. (Linnaeus, 1758)
Keong terompet (Faunus ater) termasuk hewan Gastropoda
karena tergolong kelompok hewan yang menggunakan perutnya
sebagau kaki untuk bergerak. Kata Gastropoda berasal dari 2 kata,
yaitu Gaster yang artinya perut dan Podos yang artinya kaki. Perut
hewan ini dapat menghasilkan lendir yang berfungsi untuk melindungi
dan mempermudahnya dalam bergerak. Tubuhnya simetri bilateral,
pada bagian kepala terdapat 2 buah tantakel yang berfungsi sebagai
indra penglihatan dan penciuman. Hewan-hewan ini memiliki
cangkang, tubuhnya dilindungi oleh cangkang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat
di lapangan, bahwa bentuk cangkang berbentuk lonjong, memiliki
jumlah cangkang tunggal, memiliki struktur cangkang nya kuat,
memiliki ukuran cangkangnya panjangnya 2,5 cm, lebar 0,5 cm, dan
tebalnya 0,8 cm, permukaan cangkangnya licin, arah putaran spiral
cangkang kearah kanan, warna cangkang hitam, memiliki operculum
atau penutup, memiliki shipon. Habitat nya biasa ditemukan area
persawahan dan diselokan yang berlumpur.
Berdasarkan kriteria Indeks Morisita, pola penyebaran siput,
Faunus ater bersifat mengelompok karena nilai Indeks Morisita lebih
besar dari satu. Suin (1997) menyatakan bahwa kebanyakan hewan
dasar distribusinya mengelompok, karena mereka memilih hidup pada
habitat yang paling sesuai baginya. Ayunda (2011) menegaskan bahwa
penyebab utama pola sebaran mengelompok bagi biota perairan adalah
kondisi lingkungan, cara berproduksi, dan kebiasaan makan. Pola
sebaran yang mengelompok akan memudahkan individu untuk
berhubungan satu sama lainnya untuk berbagai kebutuhan, seperti
bereproduksi dan mencari makan.Pola penyebaran seragam mayoritas
terjadi pada bulan Desember dan Januari (untuk Stasiun 1 dan 2)
termasuk hal yang tidak lazim terjadi, karena pola penyebaran seragam
jarang terdapat pada populasi alami. Kondisi yang mendekati keadaan
demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara
individu yang relatif ketat (Michael, 1994). Intervensi zat pencemar
yang memasuki perairan juga dapat memicu ketidaklaziman ini,
Stasiun 1 dan Stasiun 2 merupakan daerah yang melewati pemukiman
penduduk. Masuknya limbah rumah tangga dan industri kecil lainnya
menyebabkan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
Faunus ater. Ketersediaan zat organik menjadi rendah dan persaingan
untuk mendapatkan makanan menjadi semakin ketat.
pola pertumbuhan Faunus ater selama 3 bulan pengamatan
bersifat allometrik negatif, dimana pertambahan cangkang lebih cepat
dari vupenambahan berat Faunus ater. Allometrik negatif merupakan
karakteristik dari Faunus ater, karena moluska melindungi dirinya dari
lingkungan dengan cangkangnya, sehingga pertumbuhan cangkang
lebih diutamakan dari pertumbuhan bagian tubuh yang lain. Seed
dalam Kastoro (1992) menyebutkan bahwa cangkang merupakan
bagian yang paling menonjol pada moluska sehingga pertumbuhan
moluska ini adalah pertambahan panjang cangkang yang diikuti
dengan pertambahan tubuhnya.
3. Keong air tawar (Filopaludina)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Viviparidae
Family : Viviparida
Genus : Filopaludina
Spesies : Filopaludina (Habe, 1964)
Keong air tawar (Filopaludina) termasuk hewan Gastropoda
karena tergolong kelompok hewan yang menggunakan perutnya
sebagau kaki untuk bergerak. Kata Gastropoda berasal dari 2 kata,
yaitu Gaster yang artinya perut dan Podos yang artinya kaki. Perut
hewan ini dapat menghasilkan lendir yang berfungsi untuk
melindungi dan mempermudahnya dalam bergerak. Tubuhnya
simetri bilateral, pada bagian kepala terdapat 2 buah tantakel yang
berfungsi sebagai indra penglihatan dan penciuman. Hewan-hewan
ini memiliki cangkang, tubuhnya dilindungi oleh cangkang.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat
di lapangan, bahwa bentuk cangkang berbentuk oval, memiliki
jumlah cangkang tunggal, memiliki struktur yang kuat, permukaan
cangkangnya licin, ukuran cangkang memiliki panjang 2 cm, lebar
1,5 cm, dan tinggi nya 1 cm. Permukaan cangkang nya bertekstur
kasar, bibir keong air tawar bergelombang, arah putaran spiral
cangkangnya memutar kekanan, warna cangkangnya hitam, memiliki
operculum atau penutup. Biasanya keong air tawar ini diemukan
Disungai, dirawa , dikolam,sawah dan selokan.
Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa no koleksi
3,10,11 adalah jenis Filopaludina sumatrensis yang menurut
pengamatan Van Benthem Jutting (1956) memang berbeda dengan
jenis yang disebutnya Bellamya javanica. Dalam penelitian ini
karakter pembeda antara keduanya yang utama adalah adanya garis
lingkar, perbedaan jumlah seluk dan ukuran rata-rata cangkang. Jenis
Filopaludina j umumnya memiliki garis lingkar sedang dan ukuran
cangkangnya relatif lebih besar dibandingkan F. sumatrensis, namun
ukuran embryonic shell nya lebih kecil. Jumlah embryonic shell pada
Filopakudina javanica lebih banyak ( rata-rata 14 /induk)
dibandingkan Filopaludina sumatrensis (rata-rata 12/induk). Ukuran
radula pada Filopaludina rata – rata lebih panjang ( > 3mm) dari F.
sumatrensis ( < 3mm), demikian pula jumlah baris gigi pada
Filopaludiana lebih besar , yakni 115 baris, sedangkan pada
Filopaludina. sumatrensis hanya 9 baris.
Berdasarkan karakter-karakter radula yang menunjukan
persamaan dan perbedaan tersebut, kesepuluh koleksi kemudian
dianalisis untuk mengetahui tingkat kekerabatannya. Hasil analisis
kekerabatan radula Filopaludina menunjukkan bahwakekerabatan
radula Filopaludina dipengaruhi oleh habitat. Radula Filopaludina
yang menempati perairan lotik (habitat berair mengalir cepat) saling
berkerabat dekat. Begitu pula halnya dengan radula Filopaludina
yang menempati perairan lentik(habitat akuatik yang menggenang,
tenang atau hanya terjadi sedikit aliran) saling
berkerabat dekat. Keduanya saling membentuk kelompok walaupun
jenisnya berbeda dan berasal dari pulau yang berbeda pula. Troschel
(1856-1863) dalam Bandel (1984) menyatakan radula sebagai
karakter yang paling penting untuk mengungkap sistem natural
Gastropoda dan digunakan pada tingkatan spesies (Sarasin &
Sarasin, 1898; Troschel, 1857 dalam Rintelen et. al, 2007;). Namun,
Sarasin& Sarasin (1898) juga menyatakan bahwa radula pada
tingkatan spesies terlalu bervariasi. Michel (2000) awalnya
menggunakan morfologi radula untuk membedakan spesies
Lavigeria di Danau Tanganyika, Afrika. Namun setelah dilakukan
penelitian lebih detil terhadap jaringan tubuhnya, diduga perbedaan
radula terjadi akibat jenis tersebut mengonsumsi makanan yg
berbeda.
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Akmaludidin,Agung Rizky Perdana,Azmi Nanda
Fadhilah,Zahratun Nadirah&Abdul Hafizh (2017). STUDI
AWAL KELIMPAHAN FOSIL MOLUSKA PADA FORMASI
SENTOLO BAGIAN ATAS. ROCEEDING, SEMINAR
NASIONAL KEBUMIAN KE-10PERAN PENELITIAN
ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DI INDONESIA13–14 SEPTEMBER
(2017); GRHA SABHA PRAMANA. Diakses pada
https://repository.ugm.ac.id/274228/1/PSP-10.pdf. Diakses
pada tanggal 18 Desember 2020.
Arista Juni Arti, Sri Utami& Nurul Kusuma Dewi (2018).
Keanekaragaman dan Kemelimpahan Gastropoda Di
Sungai Catur Madiun sebagai Bahan Penyusun Modul
Berbasis Discovery Learning. Diakses pada
http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/snsev/snse2018/paper
/view/2992/2926. Diakses pada Tanggal 18 Desember 2020.
Habe, Tadashige (1964). Fauna Molusca Air Tawar Thailand.
Diakses melalui http://www.marinespecies.org/aphia.php?
p=taxdetails&id=827276. Pada tanggal 20 Desember 2020
Hamidy, S., Khalid, J., Adil, M. dan Hamdani, 2004. Rakitan
Teknologi Pengendalian Keong Mas. Malang: UMM Press.
Halimah S.W dan Ismail. 1989. Penelitian Pendahuluan Budidaya
Siput Emas (Pomacea sp.) Buletin Penelitian Perikanan
Darat. Vol.8 No.1. Balai penelitian Perikanan Air Tawar.
Bogor.
Jutting, 1956:328; Marwoto dan Nurinsiyah, 2009:206; Marwoto
dkk, 2011:12.(2009). Keanekaragaman keong air tawar
marga Filopaludina di Indonesia dan status taksonominya
(Gastropoda: Viviparidae).Conference: Seminar Nasional
Moluska 2 "Moluska: Peluang Bisnis dan Konservasi"At:
Bogor
Keawjam R.S. 1986. The Apple Snail of Thailand; Distribution,
Habitat and Sheel Morphology. Malacogical Review 19 (2) :
61-81.
Martin P.R., A.L Estebenet And N.J Cazzaniga. 2001. Factors
affecting the distribution of pamacea canalicuta
(Gastropoda: ampullariidae) along its southernmost natural
limit. Malacologia 43 (1-2), 12-23
Marwoto, R.M. dan N. R. Isnaningsih. 2011.Notes on the
Distribution ofInvasive Freshwater Snail (Lamarck, 1822)
and (D'orbigny, 1835) In IndonesiaPomacea canaliculate, P.
Insularum. Biotropia Vol. 18 No. 2, 2011: 123 – 128.
MolluscaBase. Faunus ater (Linnaeus, 1758). Accessed through:
World Register of Marine Species at:
http://www.marinespecies.org/aphia.php?
p=taxdetails&id=581169 Pada tanggal 20 Desember 2020.
N.R.Isnaningsih&DwiA.Listiawan (2010). KEONG DAN
KERANG DARI SUNGAI-SUNGAI DI KAWASAN KARST
GUNUNG KIDUL. Di akses pada http://e-
journal.biologi.lipi.go.id/index.php/zoo_indonesia/article/do
wnload/2342/2108. Diakses pada tanggal 18 Desember
2020.
Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemantauan Keong
Mas.Trubus Agriwidya, Jakarta.
Putri, Aditya. (2018). Tutut atau Keong sawah. Kesehatan.
Riyanto, 2003. Aspek-Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea
canaliculata L). Forum MIPA, 8 (1).
Suarmustika, I Gede Agus, 2003. Variasi Morfometri dan Karakter
Morfologi Keong Mas (Pomacea canaliculata) Pada Sawah
di Desa Abiansemal Bandung-Bali. Universitas Udayana.
Bali.
Uli Safa’ah, Sri Utami&Cicilia Novi Primiani (2018).
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MOLLUSCA
SEBAGAI BIONINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI
AREA PERSAWAHAN DAN DAS KECAMATAN GERIH
KABUPATEN NGAWI. Diakses pada
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/simbiosis/article/do
wnload/664/636. Diakses pada tanggal 18 Desemberr 2020.
Ristiyantri mawarto, 2019 Prosiding Seminar Nasional Moluska 2
“Moluska: Peluang Bisnis dan Konservasi” Bogor, 11-12
Februari 2009.I
Unysah,( 2017) Akumulasi Logam Berat pada Siput (Faunus ater)
dan Struktur Populasinya di Daerah Aliran Sungai Krueng
Reuleng, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar,
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah
2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia