What is hijab?
Menurut Yusuf Qardawi, ada tiga kata yang muncul ketika membahas hijab atau
kerudung (dalam Bahasa Indonesia):
1. Khimar (bahasa Arab): kain yang menutupi kepala atau rambut, selain muka dan telapak
tangan.
2. Niqab: baju yang menutupi seluruh tubuh wanita tanpa terkecuali. Biasanya yang terlihat
hanya lubang kecil di bagian mata.
3. Hijab: dalam Al Qur’an digambarkan sebagai tembok penghalang atau tirai penutup
sehingga seseorang tidak bisa melihat apa yang ada dibalik tembok atau tirai tersebut.
Contohnya, dalam shaf sholat atau kajian-kajian biasanya ada hijab (pembatas) antara
jamaah laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat).
Perintah berhijab ada dalam surah Al Ahzab ayat 53:
Pada zaman Rasulullah, dulu para sahabat dan para tamu yang berkunjung ke
rumah Rasulullah karena ada keperluan atau ingin meminta makanan harus melalui tabir
atau hijab.
What is identity?
• Menurut Stella Ting Toomey, identitas merupakan refleksi diri atau atau cerminan diri
yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialis. Pada dasarnya,
identitas merunjuk pada refleksi diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri
kita.
Muslimah Identity
Pada tanggal 1 Februari, para muslim di Filipina memperingati hari tersebut
sebagai Hijab’s Day. Kemudian, pada tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari
Gerakan Menutup Aurat (GEMAR).
Gambar ini merupakan salah satu opini dari salah seorang muslimah yang
merayakan Hijab’s Day di Filipina. Kalau kita berkaca dengan muslimah-muslimah yang
tinggal di negara islamophobia dan hijabophobia, mereka itu banyak mengadakan seruan,
agenda, dan aksi untuk melawan opini-opini yang mengatakan bahwa hijab itu
mengekang kebebasan wanita. Padahal, dalam islam, hijab itu menjaga kemuliaan wanita.
Perintah Menutup Aurat
Tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakperempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka!
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali (menjadi identitas) dan
kerenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang”.
Pada awal mula islam, perempuan belum ada yang berhijab. Jadi, ketika mereka
ingin buang hajat di malam hari, biasanya ada laki-laki yang mengganggu mereka. Saat
itu, belum ada pembeda antara muslimah yang sudah merdeka dengan budak. Jadi,
turunlah ayat ini yang menyeru istri-istri nabi dan orang-orang mukmin untuk
mengenakan hijab. Mengapa budak tidak diperintahkan untuk berhijab? Karena budak di
zaman dahulu itu pekerjaannya sangat banyak dari pagi sampai malam sehingga tidak
dianjurkan karena tidak mau memberatkan. Kemudian, hijab diwajibkan untuk semua
muslimah termasuk hamba sahaya.
Popularity
Pendapat muslimah A (sebelah kiri) tidak benar karena saat ini, “Jilbab dan
identitas muslimah bukanlah suatu hal yang membatasi gerak langkah sosial seorang
wanita. Muslimah juga bisa berkarya dan menuai prestasi-prestasi nyata bagi dunia”.
Contohnya, seorang role model bernama Dewi Sandra. Awalnya dia tidak berhijab,
kemudian menjadi muslim. Lalu, keluar dari islam dan kembali lagi masuk Islam.
Kemudian, sekarang menjadi muslimah yang berhijab dan berprestasi.
Kita semua tahu jawabannya …Tidak benar sama sekali. Saat ini, banyak
muslimah yang menjadi relawan yang turun ke lapangan, dan lain sebagainya. Orang itu
akan respect terhadap akhlak kita walaupun mungkin mereka bukan Islam.
Kedudukan sosial kita di tengah masyarakat bukanlah ditentukan oleh identitas
kita sebagai muslimah atau hijab yang kita kenakan. Toh buktinya ada bauanyak banget
muslimah di sana yang tetap bisa aktif di berbagai kegaiatan. Menajdi dokter, guru,
insinyur, arsitek, direktur, penulis, penggerak kegiatan sosial, semua posisi itu juga terisi
oleh muslimah. Jadi, muslimah juga bisa melakukan pengabdian masyarakat. Jangan
sampai kita salah dalam mengartikan hijab. Hijab bukan menghalangi kita dari aktivitas
sosial, justru ia melindungi kita dari hal-hal buruk di kehidpan sosial kita.
Maka jadilah muslimah yang berjalan dalam koridor ketaan di mana pun kakimu
dipijakan, niscaya kemudan akan Allah berikan. Identitas kemuslimahanmu tidak akan
pernah menurunkan derajatmu, tidak di dunia apalagi di akhirat. Justru iman yang
bersinar yang akan menjadi jalan menuju surge Allah yang dirindukan. Jadi, semua itu
dikembalikan kepada diri kita. Jika kita mau membuka diri, walaupun kita berhijab,
insyaa Allah kita akan diterima di kehidupan sosial kita.
Sumber:
• Aisyah, Dewi Nur. 2018. Awe Inspiring me (Cetakan kelima). Jakarta : Ikon
• Republika.co.id
• Iiq-annur.ac.id