Anda di halaman 1dari 12

SHARE IT Akhwat

Hari/tanggal : Ahad, 14 Februari 2021

Pukul : 14.00 – 15.30 WITA

Tempat pelaksanaan : Google Meet

Pemateri : Mei Leni Stiarini

Moderator : Nur Rahmah Fadlin

Hijabku, Identitas atau Popularitas?

What is hijab?

Menurut Yusuf Qardawi, ada tiga kata yang muncul ketika membahas hijab atau
kerudung (dalam Bahasa Indonesia):

1. Khimar (bahasa Arab): kain yang menutupi kepala atau rambut, selain muka dan telapak
tangan.
2. Niqab: baju yang menutupi seluruh tubuh wanita tanpa terkecuali. Biasanya yang terlihat
hanya lubang kecil di bagian mata.
3. Hijab: dalam Al Qur’an digambarkan sebagai tembok penghalang atau tirai penutup
sehingga seseorang tidak bisa melihat apa yang ada dibalik tembok atau tirai tersebut.
Contohnya, dalam shaf sholat atau kajian-kajian biasanya ada hijab (pembatas) antara
jamaah laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat).
Perintah berhijab ada dalam surah Al Ahzab ayat 53:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kau memasuki rumah-rumah Nabi


kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya),
tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah
kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruh keluar), dan
Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan)
kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati merek. Dan tidak boleh kamu menyakiti
(hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menyakiti istri-istrinya selama-lamanya setelah
(Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) disisi Allah.”

Pada zaman Rasulullah, dulu para sahabat dan para tamu yang berkunjung ke
rumah Rasulullah karena ada keperluan atau ingin meminta makanan harus melalui tabir
atau hijab.

What is identity?

• Menurut Stella Ting Toomey, identitas merupakan refleksi diri atau atau cerminan diri
yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialis. Pada dasarnya,
identitas merunjuk pada refleksi diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri
kita.

• Menurut Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne, identitas sebagai pengidentifinisian


diri seseorang sebagai indivindu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan, dan sikap.

Intinya, identitas itu adalah sesuatu yang mencerminkan diri kita.

Muslimah Identity
Pada tanggal 1 Februari, para muslim di Filipina memperingati hari tersebut
sebagai Hijab’s Day. Kemudian, pada tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari
Gerakan Menutup Aurat (GEMAR).

Gambar ini merupakan salah satu opini dari salah seorang muslimah yang
merayakan Hijab’s Day di Filipina. Kalau kita berkaca dengan muslimah-muslimah yang
tinggal di negara islamophobia dan hijabophobia, mereka itu banyak mengadakan seruan,
agenda, dan aksi untuk melawan opini-opini yang mengatakan bahwa hijab itu
mengekang kebebasan wanita. Padahal, dalam islam, hijab itu menjaga kemuliaan wanita.
Perintah Menutup Aurat
Tercantum dalam surah Al-Ahzab ayat 59:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakperempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka!
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali (menjadi identitas) dan
kerenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang”.
Pada awal mula islam, perempuan belum ada yang berhijab. Jadi, ketika mereka
ingin buang hajat di malam hari, biasanya ada laki-laki yang mengganggu mereka. Saat
itu, belum ada pembeda antara muslimah yang sudah merdeka dengan budak. Jadi,
turunlah ayat ini yang menyeru istri-istri nabi dan orang-orang mukmin untuk
mengenakan hijab. Mengapa budak tidak diperintahkan untuk berhijab? Karena budak di
zaman dahulu itu pekerjaannya sangat banyak dari pagi sampai malam sehingga tidak
dianjurkan karena tidak mau memberatkan. Kemudian, hijab diwajibkan untuk semua
muslimah termasuk hamba sahaya.

Popularity
Pendapat muslimah A (sebelah kiri) tidak benar karena saat ini, “Jilbab dan
identitas muslimah bukanlah suatu hal yang membatasi gerak langkah sosial seorang
wanita. Muslimah juga bisa berkarya dan menuai prestasi-prestasi nyata bagi dunia”.
Contohnya, seorang role model bernama Dewi Sandra. Awalnya dia tidak berhijab,
kemudian menjadi muslim. Lalu, keluar dari islam dan kembali lagi masuk Islam.
Kemudian, sekarang menjadi muslimah yang berhijab dan berprestasi.

Muslimah dan Studi: “Meruntuhkan Tembok Cina”


“Sukses adalah milik pembelajar yang tak kenal lelah. Karena ketika kamu tahu
lebih banyak, kamu bisa menggapai lebih banyak.”
- Robin Sharma
Mengapa ada peribahasa yang menyuruh kita untuk menuntut ilmu sampai ke
negeri Cina? Karena zaman dahulu itu, negeri Arab sangat jauh dari negeri Cina. Bukan
berarti Cina adalah tempat dengan pendidikan yang paling baik. Jadi, maksud dari
peribahasa tersebut adalah sejauh apapun tempat kita belajar, gapai.
Sukses adalah milik pembelajar. Ada tiga istilah yang perlu dibedakan
definisinya:
1. Belajar: sekadar belajar
2. Pelajar: belajar dengan tahapan sesuai jenjang (SD-SMP-SMA-Perguruan
Tinggi)
3. Pembelajar: belajar hingga ke liang lahat (sampai menutup usia)
Menuntut ilmu merupakan bagian dari perjuangan yang membutuhkan kesabaran,
ketekunan, dan keikhlasan ekstra. Jadi, mari kita luruskan niat kita dan berusaha dengan
sungguh-sungguh. Jangan setengah-setengah. Kalau mau IPK cumlaude, ikut exchange,
dan lain-lainnya, maka tulislah. Buat wishlist kita. Selama kita berusaha, insyaa Allah
kita akan mampu mencapainya.
Saat kita menjadikan Allah muara atas segala aktivitas dan menyakini ilmu akan
menaikkan derajat kita di sisi-Nya, maka kekuatan dari-Nya lebih dari cukup membuat
semua impian terlaksana.
“Percaya, dari semua kesulitan kita Allah pasti akan menolong kita.”
Pada hakikatnya, ketika kita dilanda masalah, artinya Allah sedang ingin bercakap
dengan kita. Misalnya,
“Hei, Mei. Lagi dapat masalah? Minta nih dengan aku.”
Jadi, kalau kita ada masalah, kuncinya adalah sabar dan sholat. Mintalah kepada
Allah. Sesuai dengan surah Al-Insyirah ayat 5-6:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan.”

Muslimah dan Prestasi: “Bukan Roro Jonggrang”


Apakah prestasi itu dapat dicapai hanya dalam waktu satu malam seperti
pembuatan candi Roro Jonggrang? Tidak. Walaupun akan ada bantuan Allah, kita harus
tetap berusaha agar hasilnya memuaskan.
“Tidak ada yang bisa mencegahmu memutuskan menjadi luar biasa.”
-Mark Samboru”
Quote ini mengatakan bahwa keputusan untuk menjadi luar biasa itu ada pada
keputusan diri kita sendiri.
Yuk kita kenalan dengan 3 orang muslimah penerima nobel:

Apa sih Nobel Prize (penghargaan nobel) itu?


Nobel prize adalah sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada merka
yang telah melakukan penelitian, menemukan teknik atau hal yang luar biasa untuk
masyarakat. Misalnya, penemu vaksin.
• Dr. Shirin Ebadi: seorang muslimah Iran yang mendapatkan nobel sebagai aktivis HAM
ditahun 2003.
• Tawakkal Karman: seorang jurnalis dan politisi Yaman yang diberikan penghargaan
nobel di bidang perdamaian ditahun 2011.
• Malala Yousefzai: seorang muslimah Pakistan yang merupakan penerima nobel termuda
si usianya yang beru 17 tahun.
• Next ? Mudahan salah satu di antara kita ya aamiin
Selain ketiga muslimah yang telah berjasa besar di bidangnya, terdapat sederet
nama muslimah yang dimuat di Huffingotn Post sebagai “10 Muslim Women You
Should Know”, yang telah berjasa besar dan memiliki prestasi luar biasa di bidangnya,
diantaranya:
Fatimah Al Fihri (asal Maroko yang berkontribusi besar di bidang pendidikan),
Sultan Raziyya (muslimah yang dinobatkan sebagai sultan penguasa di Delhi), Nana
Asma’u (yang menjadi putri Nigeria dan dikenal sebagai perempuan penggerak
pendidikan bagi wanita Afrika), dan Anousheh Anshari (muslimah pertama yang pergi
keluar angkasa pada tahun 2006) serta kalau di Indonesia Dewi Nur Aisyah (ahli
epidemiologi dan pakar informatika penyakit menular).
Ingat, mengukir prestasi itu bukan seperti Roro Jongrang yang menutut agar
keinginannya bisa terwujud hanya dalam satu malam. Semua itu tentu membutuhkan
perjuangan yang tidak sebentar, ikhtiar yang tidak ala kadar, serta manajemen diri yang
rapi dan terjadwal. Jadi, ketika kita mempunyai wishlist, jangan lupa dievaluasi. Jika ada
yang belum terlaksana, maka cari tahu langkah apa yang harus dilakukan agar mimpi itu
dapat dicapai. Usahakan kita memiliki buku jurnal pribadi untuk mengatur kegiatan
sehari-hari kita.

Muslimah dan Pekerjaan: “Karena Rezeki Allah Amatlah Luas”


“Sukses bukanlah suatu kebetulan. Sukses lahir dari kerja keras, kegigihan,
banyak belajar, berani berkorban, dan yang terpenting, mencintai hal yang kamu
lakukan.”
-Pale
Sukses itu relative. Tiap orang memiliki definisi sukses yang berbeda.
Seharusnya, semakin sukses, semakin meningkat rasa syukur kita. Jadi, kalau kita sudah
sukses, tapi belum bisa bersyukur, perlu dipertanyakan kesuksesan kita. Ingat, jika kita
bersyukur, maka nikmat akan bertambah.
Zaman sekarang ini, kita tumbuh menjadi pribadi yang tidak peka dan tidak
peduli. Kita sibuk dengan HP kita masing-masing. Padahal, kita, sebagai pemuda,
seharusnya peduli dengan lingkungan sekitar, masalah-masalah terkini, dan perubahan
alam. Kita, para pemuda, yang seharusnya mengkritisi dan mencari solusi.
Sulit mudahnya mencari pekerjaan bergantung ikhtiar tiap-tiap individu, sejauh
mana ia mampu menda ikhtiar dan terus belajar. Tapi yang pasti, menjadi muslimah
tidaklah menyulitkan seseorang ketika mencari pekerjaan, terutama di Indonesia.
Mengutip perkataan Mba Asma Nadia, “Jika kita menjadi yang terbaik di
bidangnya, tentu tidak akan ada yang menolak kita.” Jika memang kita adalah orang yang
berkompetensi di bidang yang kita tekuni, tentu pintu pekerjaan terbuka lebar bagi kita.
Jadi, kita perlu untuk menjadi seorang professional di bidang pekerjaan kita.

Muslimah dan Kehidupan Sosial: “Takut Tersisih. Emangnya Babak Eliminasi?!”


“It was not muslim who have made Islam great. It is Islam that has made the
muslim great.”
-anonymous
Bukan muslim yang membuat Islam itu menjadi hebat, tetapi Islam yang membuat
muslim itu menjadi hebat. Jadi, islam akan tetap berjaya tanpa kita. Tapi, kalau kita tidak
akan bisa berjaya tanpa Islam.

“Menjadi Muslimah akan membuat diri sulit bersosialisasi di lingkungan sosial,


benarkah?”

Kita semua tahu jawabannya …Tidak benar sama sekali. Saat ini, banyak
muslimah yang menjadi relawan yang turun ke lapangan, dan lain sebagainya. Orang itu
akan respect terhadap akhlak kita walaupun mungkin mereka bukan Islam.
Kedudukan sosial kita di tengah masyarakat bukanlah ditentukan oleh identitas
kita sebagai muslimah atau hijab yang kita kenakan. Toh buktinya ada bauanyak banget
muslimah di sana yang tetap bisa aktif di berbagai kegaiatan. Menajdi dokter, guru,
insinyur, arsitek, direktur, penulis, penggerak kegiatan sosial, semua posisi itu juga terisi
oleh muslimah. Jadi, muslimah juga bisa melakukan pengabdian masyarakat. Jangan
sampai kita salah dalam mengartikan hijab. Hijab bukan menghalangi kita dari aktivitas
sosial, justru ia melindungi kita dari hal-hal buruk di kehidpan sosial kita.
Maka jadilah muslimah yang berjalan dalam koridor ketaan di mana pun kakimu
dipijakan, niscaya kemudan akan Allah berikan. Identitas kemuslimahanmu tidak akan
pernah menurunkan derajatmu, tidak di dunia apalagi di akhirat. Justru iman yang
bersinar yang akan menjadi jalan menuju surge Allah yang dirindukan. Jadi, semua itu
dikembalikan kepada diri kita. Jika kita mau membuka diri, walaupun kita berhijab,
insyaa Allah kita akan diterima di kehidupan sosial kita.
Sumber:

• Aisyah, Dewi Nur. 2018. Awe Inspiring me (Cetakan kelima). Jakarta : Ikon

• Republika.co.id

• Iiq-annur.ac.id

Sesi Tanya Jawab


1. Sulistia Rahmah (PGSD, 2019)
Zaman sekarang, hijab banyak mengalami modifikasi dan perubahan. Bagaimana cara
kita agar tetap berpegang pada niat berhijab sesuai syariat islam? Karena kadang ada
niat untuk mengikuti trend hijab kekinian.
Jawaban:
Hijab sesuai syariat islam itu menutupi dada, tidak transparan, dan tidak ketat (tidak
membentuk lekuk tubuh). Masalah model hijab itu tergantung pada niat kita.
Misalnya, di awal niatnya karena hanya ingin menunaikan kewajiban sehingga
mengenakan hijab yang simple saja. Jadi, usahakan sampai akhir, niat kita hanya
untuk menjalankan syariat islam.
Masalah variasi hijab, menurut kakak tidak apa-apa. Asalkan sesuai syariat islam tadi.
Dan, yang paling penting adalah niat. Jadikan hijab itu sebagai pakaian ketakwaan
bukan pakaian kesombongan yang dapat mengantarkan pemakainya ke neraka. Ketika
kita memakai suatu pakaian karena merasa bagus, nanti akan muncul rasa sombong.
Contoh niat yang benar:
“Ya Allah, ulun niat mengenakan hijab ini untuk menutup aurat. Kalau ulun jadi
tambah cantik karena hijab ini, maka itu bonus. Yang ulun harapkan hanyalah
penilaian dari pian, bukan manusia. Yang penting, pian ketuju dengan ulun, pian
sayang dengan ulun, dan menjadikan ulun wanita yang taat dan sholehah.”

2. Aprilia Putri (PBSI, 2020)


Bagaimana cara halus mengajak teman untuk istiqomah berhijab? Teman saya ada
yang mengenakan hijab hanya untuk mengikuti tren kekinian. Jika dia bosan, maka
dia tidak menggunakan hijab lagi. Saat saya ajak untuk meneruskan memakai hijab,
dia bilang belum siap.
Jawaban:
Kita perlu memahamkan teman kita tersebut bahwa mengenakan hijab itu adalah
kewajiban. Ketika kita enggan mengenakannya, kita tidak hanya memperoleh dosa
bagi diri kita, tetapi juga orang tua kita. Jadi, ingatkan selalu dia. Ingatkan bahwa
orangtuanya juga akan menanggung dosa ketidakmauan dia untuk berhijab.
Kemudian, kenalkan dia dengan role model muslim yang punya dampak syiar islam.
Jangan lupa ajak dia ikut ta’lim. Ketika kita mengingatkan, usahakan dia tidak
tersinggung dengan nasehat kita. Jangan menasehatinya di tengah orang banyak
karena dikhawatirkan dia akan malu. Bisa juga tunjukkan kepada dia artis-artis yang
baru berhijrah. Walaupun mungkin dia cuma mau mengikuti jilbab-jilbab yang
kurang syar’i, tidak apa-apa. Bertahap. Yang penting dia sudah mau mengenakan
jilbab. Ingatkan juga bahwa berhijab bukan hanya kewajiban untuk menutup aurat,
tetapi juga untuk menghindarkan dirinya dari orang-orang yang berniat tidak baik.
Dan ingat, kita sudah terlalu banyak mengorbankan orang tua kita. Jangan ditambah
lagi dengan beban dosa kita yang tidak mau berhijab. Langkah terakhir dan yang
paling ampuh adalah doa. Doakan dia karena doa adalah senjata ampuh umat muslim.
3. Sri Maulida Ulfah (PPKn, 2019)
Bagaimana tanggapan kakak (Mei) mengenai orang-orang yang mau memperbaiki
akhlak terlebih dahulu? Soal hijab nanti saja. Yang penting akhlak dulu.
Jawaban:
Apakah Bunda Fatimah putri Rasulullah memperbaiki akhlak terlebih dahulu ketika
ada syariat yang mengharuskan untuk menutup aurat?
Apakah Bunda Fatimah itu akhlaknya tidak baik?
Buya Yahya tidak terima dengan statement, “Perbaiki akhlak dulu baru berhijab.”
Memangnya Bunda Fatimah yang memutuskan berhijab dahulu itu akhaknya tidak
baik? Tidak, akhlak beliau baik sekali.
Ada dua sudut pandang dalam statement ini.
Pandangan pertama, kakak tidak setuju dan kurang respect dengan orang yang
beralasan ingin menghijabi hati dahulu baru mau mengenakan hijab. Kalau belum
siap, katakan saja alasannya. Misalnya, keluargaku tidak ada yang mengenakan hijab
jadi aku belum siap berhijab. Kalau dalihnya ingin memperbaiki akhlak dahulu,
pandangan kakak justru dengan berhijab terlebih dahulu kita telah melakanakan
perintah Allah. Harapannya dengan mengenakan hijab tersebut, hal-hal negative yang
ada di sekitar kita dapat tertangkal dan tidak sampai kepada diri kita karena kita malu
dengan hijab kita. Harapannya, kita bisa memperbaiki akhlak dan mengenakan hijab
secara berbarengan. Sambil berhijab, sambil memperbaiki akhlak.
Kedua, kita tidak bisa memaksakan semua orang untuk langsung berhijab. Wallahu
‘alam. Kita tidak bisa ngejudge orang karena yang tahu alasan pasti mengapa dia
tidak bisa berhijab itu hanya dia dan Allah.

Anda mungkin juga menyukai