Disusun Oleh :
Nama
: Najmah Farhatie
Anita Mufidatun
Emi Lestari
Kelompok : 14
Asisten
: Fesi Mastriyona
B1J013205
B1J013206
B1J013211
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunitas tumbuhan atau sering disebut asosiasi tumbuhan, dapat
peneliti/surveyor
dapat
memperoleh
informasi/data
yang
diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu
populasi. Supaya data penelitian yang akan diperoleh bersifat valid, maka sebelum
melakukan penelitian dengan metode sampling kita harus menentukan terlebih
dahulu tentang metode
bergantung
pada
keadaan
morfologi
jenis
tumbuhan
dan
penyebarannya, tujuan penelitian dan biaya serta tenaga yang tersedia (Latifah,
2000).
Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam
suatu wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial)
dan waktu (temporal). Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri
atas beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga
terdapat berbagai tipe vegetasi. Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk
pertumbuhan (growth form atau life form) tumbuhan dominan (terbesar, paling
melimpah, dan tumbuhan karakteristik). Contoh bentuk pertumbuhan (growth
form): termasuk herba tahunan (annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak
yang meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome,
tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan semak
kerdil (Hardjosuwarno, 1990).
(transect), atau tanpa plot, misalnya cara bitterlich, individu terdekat, kuadrat dan
cara berpasangan (Fachrul, 2007).
B.
Tujuan
A.
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum acara Luas Minimum antara lain
tali rafia, meteran, patok bambu, plastik, dan alat tulis.
Bahan yang diperlukan adalah vegetasi tumbuhan yang ada di halaman
samping Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
B.
Metode
1.
2.
3.
4.
0,25 m
0,25 m
0,5 m
II
2m
IV
III
1m
1m
0,25
A.
Hasil
Jumlah
Luas Petak
Presentasi
Spesies
5
100 =100
5
2
100 =40
5
10
3
100 =42,86
7
11
1
100 =10
10
Perhitungan :
a. Luas Petak Pertama
Jumlah spesies = 5
jumlah spesies baru
jumlah spesies awal
Presentasi Penambahan =
=
=
x 100%
5
5
x 100 %
100 %
Presentasi Penambahan =
=
=
c. Luas Petak Ketiga
Jumlah spesies = 10
x 100%
2
5
x 100 %
40 %
Presentasi Penambahan =
=
=
x 100%
3
7
x 100 %
42,86 %
Presentasi Penambahan =
=
=
x 100%
1
10
x 100 %
10 %
14
n
12
8
6
4
2
y
u
0
0,5
0,25
0,125
X = 0,1
0,0625
10
B.
Pembahasan
minimal terlebih dahulu. Bentuk plot persegi dimulai dengan membuat sebuah
plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan kuadrat (luas)terkecil,
misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 cm. Kemudian kuadrat diperluas
dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yangterdapat di
dalam kuadrat luasan dicatat.
Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat
digunakan menggunakan metode petak (plot), metode jalur (transek), dan metode
kuadran. Metode petak merupakan prosudur yang paling umum digunakan untuk
pengambilan contoh berbagai tipe organisme termasuk komunitas tumbuhan.
Metode petak terdiri dari dua yaitu petak tunggal dan petak ganda. Metode petak
tunggal hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili
suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2008).
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat
bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm 2 sampai 100 m2. Suatu
syarat untuk daerah pengambilan contoh harus representatif bagi seluruh vegetasi
yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu
vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasipopulasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat
komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian
untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu
atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini
berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya
terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas
tersebut (Tjitrosedirdjo, 1984).
Menurut Suwena (2005), suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat
suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari
vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Tujuan
dari luas minimum adalah untuk mengetahui luas petak yang paling kecil
(minimal) tetapi dapat mewakili keragaman vegetasi dari semua jenis yang ada
dalam komunitas tersebut. Kerapatan jenis sangat berpengaruh terhadap luas
minimum. Jika jenisnya banyak (rapat) maka luas minimumnya bernilai
sebaliknya (rendah).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan pembahasan di atas dapat di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan yang ada di halaman samping Fakultas
Biologi Universita Jenderal Soedirman Purwokerto yaitu presentasi
penambahan pada luas petak pertama sebesar 100% dengan jumlah total
spesies yang ditemukan ada 5 jenis. Presentasi penambahan pada luas
petak kedua sebesar 40% dengan jumlah total spesies yang ditemukan ada
7 jenis. Presentasi penambahan pada luas petak pertama sebesar 42,86%
dengan jumlah total spesies yang ditemukan ada 10 jenis. Presentasi
penambahan pada luas petak pertama sebesar 10% dengan jumlah total
spesies yang ditemukan ada 11 jenis.
DAFTAR REFERENSI
Badriah, N. 2011. Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area). Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala.
Fachrul, M.N. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka.
Hidayat S. 2014. Kondisi Vegetasi Di Hutan Lindung Sesaot, Kabupaten Lombok
Barat, Nusa Tenggara Barat, Sebagai Informasi Dasar Pengelolaan
Kawasan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 3 (2) pp : 97 - 105
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Latifah, S. 2000. Analisis Vegetasi Hutan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Rahardjanto, A.K. 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
UMM Press.
Suprianto, B. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung: UPI.
Suwena, M. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem
Sawah di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak (Biodiversity of
Ediblewild Plants on Paddy Ecosystem of Gunung Salak Forest Area).
Jurnal Ekologi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Tjitrosedirdjo, S., Utomo, I.H. & Wiroatmodjo, J. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Jakarta: PT. Gramedia.
Wang J, Q Yan , Z Liu , & C Luo. 2013. Analysis On The Change Of Vegetation
Coverage In Qinghai Province From 2000 To 2012. International Archives
of the Photogrammetry, Volume XL-7/W1,