Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika (2018).

Vol 2(1), 35-44

Karakteristik Morfometrik dan Skeleton Ikan Keureling ( Tor


tambroides Bleeker 1854)
Morphometrics and Skeleton Characteristics of Thai mahseer’s (Tor
tambroides Bleeker 1854)
Yusrizal Akmal1, Ilham Zulfahmi2, Fatmawati Saifuddin3
1 Program Studi Aquakultur. Fakultas Pertanian, Universitas Almuslim
Kabupaten Bireuen, Aceh 24261
2Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Mahasiswa, Darussalam,

Banda Aceh 23111


3Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Almuslim

Kabupaten Bireuen, Aceh 24261


Email: drh.yusrizal.akmal.msi@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik morfometrik dan skeleton


ikan keureling, Tor tambroides (Bleeker, 1854). Tahapan pembuatan preparat skeleton,
dilakukan di Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al Muslim
Kabupaten Bireuen. Identifikasi terminologi tulang skeleton ikan dilakukan di Laboratorium
Terpadu Biologi, Program studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry. Pengukuran karakter morfometrik ikan dilakukan berdasarkan persamaan
Schindler & Schmid 2006. Pembuatan preparat skeleton dilakukan secara fisik dan kimiawi,
sedangkan penamaan setiap bagian skeleton dilakukan dengan cara membandingkan
kemiripan bentuk dan letak dari setiap bagian tulang belakang ikan yang telah diteliti
sebelumnya, baik dari famili yang sama maupun dari famili yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan karakteristik morfologi yang khas pada ikan keureling diataranya adalah letak
mulut terminal dengan bentuk mulut dan bibir terdapat lipatan kulit yang terjumbai dan bisa
disembulkan, bentuk moncong cembung serta memiliki dua pasang sungut pada rahang atas.
Tulang rangka Ikan keureling terdiri dari skeleton axial dan skeleton appendicularis. Ossa
cranium, ossa verterbrae, ossa costae, urostylus vertebralis termasuk dalam skeleton axial,
sedangkan ossa appendicularis terdiri dari sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip
punggung, sirip anal dan sirip ekor.
Kata Kunci: Morfometrik, Tor tambroides, skeleton axial, skeleton appendicularis

Abstract:This study aims to describe the characteristics of morphometrics and skeleton of


keureling fish, Tor tambroides (Bleeker, 1854). skeleton preparations was conducted at the
Laboratory of Mathematics and Natural Sciences, Al Muslim University of Bireuen District.
Meanwhile, identification of bone skeletal fish terminology was done at Integrated Biology
Laboratory, Biology Study Program, Faculty of Science and Technology, Ar-Raniry Islamic State
University. Measurements of fish morphometric characters were based on Schindler & Schmid
equations 2006. The preparation of skeleton preparat was done throught physically and
chemically processes. The naming of each section of the skeleton was done by comparing the
similarity of the shape and location of each of the previously studied fish spine, either from the
same family or from different families. The results showed typical morphological
characteristics in the keureling fish, among which is the location of the mouth of the terminal
with the shape of the mouth and lips there are pendulous leather folds and can be disembulkan,
convex muzzle shape and has two pairs of tentacles on the upper jaw. Skeletal bones Fish
keureling consists of axial skeleton and appendicularis skeleton. Ossa cranium, ossa verterbrae,
ossa costae, vertebral urostylus are included in the axial skeleton, whereas appendicularis ossa
consists of a pair of pectoral fins, a pair of abdominal fins, dorsal fin, anal fin and tail fin.
Key Words: Morphometrics, Tor tambroides, skeleton axial, skeleton appendicularis

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA|35


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol. 2(1) : 35-42

I. PENDAHULUAN 60 bagian tulang yang saling berhubungan


(Aerts 1991). Tulang tengkorak terbagi atas
Ikan keureling (Tor tambroides, beberapa bagian utama yaitu neurocranium
Bleeker 1854) termasuk kedalam kelompok (terdiri atas tulang- tulang ethmoid, orbital,
siprinid air tawar penting di wilayah occipital), bagian rahang (terdiri atas tulang-
perairan Indonesia dan Malaysia. Di tuang rahang atas dan bawah), bagian
Indonesia terdapat empat jenis yang suspensorium, bagian operkular, bagian
termasuk populasi jenis ikan ini, yaitu: Tor branchial dan bagian arcus hyoid (Nikmehr
tambroides, Tor douronensis dan Tor soro et al. 2016). Ikan memiliki dua sirip
(Kottelat et al. 1993). Ikan dari genus ini berpasangan dan tiga sirip tunggal. Sirip
memiliki potensi yang baik dalam industri berpasangan terdiri dari sirip dada (pinna
akuakultur (Ingram et al. 2005), baik sebgai pectoralis) dan sirip perut (pinna pelvis)
ikan hias (Ng 2004) maupun ikan konsumsi. (Lauder & Madden 2007), sedangkan sirip
Populasi ikan keureling dikhawatirkan telah tunggal terdiri dari sirip punggung (pinna
mendekati kepunahan. Hal ini disebabkan dorsalis), sirip anal (pinna analis), dan sirip
tangkap lebih, kerusakan hutan, kegiatan ekor (pinna caudalis) (Cardeira et al. 2012).
antropogenik, fluktuasi debit air, dan alih Mayoritas penelitian ikan keureling
fungsi lahan serta belum ada kegiatan saat ini mengarah pada upaya konservasi
budidaya (Haryono & Subagja 2008, Sikder dan domestikasi (Haryono 2006, Muchlisin
et al. 2012, Ali et al. 2013). Data dasar et al. 2015). Salah satu data yang diperlukan
biologi dan ekologi dari ikan ini juga belum untuk mewujudkan hal tersebut adalah data
banyak diketahui. mengenai karakter morfometrik serta
Setiap spesies mempunyai morfologi skeleton ikan keureling. Penelitian
karakteristik morfologi dengan ciri-ciri ini bertujuan untuk mendeskripsikan
khusus yang dapat menjadi pembeda antara karakteristik morfometrik dan skeleton ikan
satu spesies dengan spesies lainnya. keureling (Tor tambroides).
Beberapa karakter morfometrik yang sering
diukur antara lain panjang total, panjang
baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan,
II. METODOLOGI
tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata Penelitian ini dilaksanakan mulai
(Parin 1999). Adanya perbedaan bulan Februari sampai dengan Juni 2018.
karakteristik morfologi pada setiap spesies Tahapan penelitian meliputi preparasi
dapat menjadi petunjuk mengenai habitat sampel, pembuatan preparat skeleton dan
dan gaya adaptasinya terhadap lingkungan identifikasi terminologi skeleton. Tahapan
(Bhagawati et al. 2013). Karakteristik pembuatan skeleton anggota gerak,
morfologi merupakan hasil dari ekspresi dilakukan di Laboratorium Matematika dan
fenotip yang dihasilkan oleh suatu gen, Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al
sehinggan analisis morfometrik juga dapat Muslim Kabupaten Bireuen, sedangkan
digunakan untuk mengukur efek genetik identifikasi terminologinya dilakukan di
terdahap suatu spesies (Kusrini et al. 2008). Laboratorium Terpadu Biologi, Program
Ikan dideskripsikan memiliki struktur studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
morfologi tulang rangka yang kompleks dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
sangat kinetik (Ferry-Graham & Lauder Contoh ikan keureling yang
2001). Tulang rangka (skeleton) pada ikan digunakan pada penelitian ini berasal dari
terdiri dari skeleton axial terbagi atas tulang pedagang ikan di wilayah aliran sungai
tengkorak (ossa cranium), tulang belakang Tangse Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
(ossa vertebrae), tulang rusuk (ossa costae) Contoh ikan memiliki bobot ±5 kg dengan
dan sirip medial (pinna medial). Skeleton panjang total 60 cm. Jumlah ikan yang
appendicularis terdiri dari sirip dada (pinna berhasil dikoleksi sebanyak dua ekor dalam
pectoralis), sirip perut (pinna pelvic) dan keadaan mati segar untuk selanjutnya
jari-jari sirip (pinnae) (Lőw et al. 2016). diangkut ke laboratorium
Sistem skeleton tengkorak ikan
teleost dewasa diketahui terdiri atas sekitar

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA|36


yang dekat secara taksonomi umumnya akan memiliki
bentuk morfologi yang hampir serupa. Jumlah karakter
morfometrik ikan Keurling yang diukur berjumlah 25
Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol. 2(1) : 35-42
karakter (Gambar 4.1). Nilai tranformasi dari pengukuran
Identifikasi Morfologi
morfometrik
Identifikasi diukur
morfologi berdasarkan persamaan
ikan perhitungan karakter meristik Schindler
ikan mengacu dan
dilakukan dengan menggunakan kepada Smith 1945 dan Haryono 2001.
pengukuran 46 karakter morfometrik. Skema pengukuran morfometrik ikan
Schmidt .
Pengukuran karakter morfometrik dan keureling disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengukuran karakter morfometrik ikan keureling meliputi panjang dasar sirip
anal (ABL), tinggi badan (BD), lebar badan (BW), tinggi pangkal ekor (CPD), panjang pangkal
ekor
46 (CPL), panjang
Schindler I dasar sirip dorsal
& Schmidt J. (DBL),
Reviewtinggiof
siripthe
dorsal (DFH), diameter mata
mouthbrooding (ED),(Teleostei,
Betta
tinggi kepala (HD), panjang kepala (HL), lebar kepala (HW), jarak antar mata (IW), panjang
Osphronemidae) from Thailand, with descriptions of two new species. Zeitschrift
sirip ekor bagian bawah (LCLL), panjang sirip ekor bagian tengah (LMCL), panjang sirip ekor
fur Fischkunde,
bagian atas (LUCL), (8): 2006,
panjang 47-69.
sungut rahang atas (MXBL), panjang sebelum sirip anal (PAL),
panjang sirip dada
(PCL), panjang sebelum sirip dorsal (PDL), panjang sebelum sirip perut
(PPL), panjang sirip perut (PVL), panjang standar (SL), panjang sungut moncong
(SNBL),
panjang moncong (SNL), panjang total (TL).

Sebagai pendukung data karakter secara perlahan agar tulang tidak rapuh.
morfologi ikan, dilakukan juga analisis Otot pada tubuh ikan dibersihkan dengan
terhadap bentuk tubuh, bentuk sirip ekor, pinset dan pisau. Sisa daging pada tulang
tipe sisik, letak & bentuk mulut ikan, letak ikan dibersihkan dengan menggunakan sikat
sirip perut terhadap sirip dada, pigmentasi halus.
sisik serta ada tidaknya noktah hitam Tahapan kimiawi diawali dengan
dibagian batang ekor (Rahayu et al. 2013). merendam preparat skeleton kedalam
Pengukuran setiap parameter mormometrik formalin 10% selama tujuh hari. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan caliper bertujuan agar tidak terjadi perbusukan
dengan ketelitian 0.01 mm. pada tulang-tulang rawan. Selanjutnya
Pembuatan preparat skeleton ikan dilakukan perendaman dalam larutan etanol
keureling 100% selama 24 jam guna menghilangkan
Pembuatan preparat skeleton air dan sisa lemak yang melekat pada
dilakukan secara fisik dan kimiawi. Tahapan preparat skeleton (Taylor & Van Dyke
fisik diawali dengan meletakkan ikan 1985). Preparat skeleton hasil pengawetan
keureling dengan posisi kepala di kiri dan dijemur dibawah sinar matahari selama
ekor di kanan. Sisik ikan dihilangkan dengan tujuh hari. Setelah melewati proses
menggunakan pisau atau pinset. Otot dan penjemuran, skeleton akan berwarna putih
sisik ikan disiram dengan air panas, dan kaku. Pembersihan preparat skeleton
sehingga melepuh dan berwarna putih dilakukan menggunakan sikat dengan bulu
matang. Penyiraman air panas dilakukan halus untuk kemudian dilapisi dengan cat

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA|37


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
spray pilox clear transparan dan dijemur ikan keureling, serta berguna dalam
kembali selama tiga hari. Apabila ada pengujian yang dapat membedakan bentuk
potongan tulang yang terlepas, ditempel kombinasi dengan statistik multivariat. Ikan
dengan menggunakan perekat pada sendi yang memiliki kekerabatan yang dekat
asalnya. Preparat skeleton dimasukkan ke secara taksonomi umumnya akan memiliki
dalam wadah, diikat, dan direkat agar tidak bentuk morfologi yang hampir serupa.
lepas Jumlah karakter morfometrik ikan keureling
Identifikasi terminologi skeleton yang diukur berjumlah 25 karakter. Nilai
Preparat skeleton axial dan skeleton tranformasi dari pengukuran morfometrik
appendicularis yang telah bersih dirangkai diukur berdasarkan persamaan Schindler &
menjadi satu kesatuan untuk dianalisis Schmid 2006.
setiap bagian-bagiannya. Pemberian nama
nomenklatur berdasarkan Lepiksaar 1994, Karakteristik Morfometrik Ikan
serta struktur penyusun tulang anggota Keureling (Tor tambroides)
gerak ikan diberi nama berdasarkan Hilton Secara visual, ikan keureling memiliki
& Stevenson 2013, Jalili et al. 2015, Nasri et cuping berukuran sedang pada bibir bawah
al. 2016. Pemotretan skeleton dilakukan tetapi tidak menyentuh ujung bibir, jari-jari
dengan menggunakan kamera Canon EOS terakhir sirip punggung yang mengeras
700D. Gambar yang diperoleh diolah dengan lebih pendek dari pada kepala tanpa
menggunakan Adobe Photoshop CS3. Semua moncong. Sirip punggung memiliki bentuk
hasil pengamatan dianalisis secara yang licin, kepala tidak berkerucut, antara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk garis rusuk dan sirip punggung terdapat tiga
gambar. setengah baris sisik (Gambar 2). Nilai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN karakter morfometrik dari ikan keureling
Uji morfometrik digunakan untuk disajikan pada Tabel 1
mendeskripsikan bentuk morfologi skeleton

Gambar 2. Ikan keureling, Tor tambroides (Bleeker 1854), Skala bar: 1 cm

Karakteristik morfologi ikan (Gambar 2). Sisik sikloid ikan keureling


keureling diataranya adalah memiliki berjumlah 353 – 423 dan memiliki banyak
bentuk tubuh compressed (torpedo), letak pigmen karotenoid yang memberikan warna
mulut ikan terminal dengan bentuk mulut terang dan putih, kekuningan atau
dan bibir yang khas yakni terdapat lipatan keemasan serta bagian punggungnya
kulit yang terjumbai serta bisa disembulkan, berwarna gelap. Jumlah sisik sepanjang
bentuk moncong cembung serta memiliki gurat sisi sebanyak 23 – 25 buah.
dua pasang sungut pada rahang atas

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 38


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
Tabel 1. Nilai Karakter Morfometrik Ikan Keureling
Hasil Rata- Tranformasi
Karakter Morfometrik
Rata Morfometrik

Lambang Keterangan ( cm ) (%)


ABL Panjang Dasar Sirip Anal 5,07 8,25
BD Tinggi Badan 16,61 27,05
BW Lebar Badan 9,86 16,06
CPD Tinggi Pangkal Ekor 6,37 10,36
CPL Panjang Pangkal Ekor 11,93 19,43
DBL Panjang Dasar Sirip Dorsal 7,89 12,85
DFH Tinggi Sirip Dorsal 10,89 17,73
ED Diameter Mata 1,82 2,96
HD Tinggi Kepala 10,46 17,03
HL Panjang Kepala 13,55 22,06
HW Lebar kepala 7,17 11,68
IW Jarak antar Mata 4,77 7,77
LCLL Panjang Sirip Ekor bagian Bawah 19,44 31,65
LMCL Panjang Sirip Ekor bagian Tengah 4,81 7,82
LUCL Panjang Sirip Ekor bagian Atas 14,08 22,92
MXBL Panjang Sungut Rahang Atas 5,72 9,31
PAL Panjang sebelum Sirip Anal 35,08 57,12
PCL Panjang Sirip Dada 8,16 13,28
PDL Panjang Sebelum Sirip Dorsal 26,61 43,33
PPL Panjang sebelum Sirip Perut 26,46 43,08
PVL Panjang Sirip Perut 10,55 17,17
SL Panjang Standar 49,60 80,76
SNBL Panjang Sungut Moncong 5,04 8,21
SNL Panjang Moncong 4,42 7,19
TL Panjang Total 61,41 100,00

Bentuk sirip dorsal memanjang panjang sirip dada dan tinggi kepala yang
dengan jari-jari keras dan lemah serta lebih pendek dibandingkan dengan ikan nila,
bentuk sirip ekor bercagak dua (forked). mujahir dan gurami (Khayra et al. 2016).
Konfirmasi kunci identifikasi sesuai dengan Karakteristik morfometrik ikan
ikan keureling (Tor tambroides) di aliran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
sungai Tangse, Kecamatan Tangse, genetiknya, akan tetapi juga dipengaruhi
Kabupaten Pidie, Aceh Weber & Beaufort oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor
1916, Saanin 1984, Kottelat et al. 1993. Ikan lingkungan yang mempengaruhi
keureling memiliki karakter panjang karakteristik morfologi ikan adalah
pangkal ekor yang lebih panjang temperatur, salinitas, oksigen terlarut,
dibandingkan dengan ikan Nila, Mujair, radiasi, kedalaman air, kecepatan arus, dan
Sepat siam, Gurami dan Gabus. Akan tetapi ketersediaan makanan (Antonucci et al,
sebaliknya ikan Keureling memiliki karakter 2012). Teletchea 2009 mengungkapkan
panjang moncong, panjang sirip perut, bahwa perubahan morfologi yang terjadi

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 39


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
pada ikan akibat faktor lingkungan Skeleton ikan keureling merupakan
terkadang menjadi kesulitan bagi peneliti sekumpulan tulang-tulang yang saling
dan mengidentifikasi suatu jenis spesies berhubungan untuk melakukan suatu
ikan. Sehingga perlu pendekatan/metode gerakan dengan bantuan otot. Kajian
tambahan lainnya untuk mendalami morfologi skeleton ikan bertujuan untuk
taxonomi suatu jenis species ikan berupa memahami hubungan taksonomik dan
analisi gen (Dawnay et al. 2007). filogenetik antarspesies ikan (Mafakheri et
al. 2015, Jalili et al. 2015). Skeleton ikan
Karakteristik Skeleton Ikan Keureling keureling terbagi dalam dua bagian yaitu
(Tor tambroides) terdiri dari skeleton axial dan skeleton
appendicularis (Gambar 3)

.
Gambar 3. Morfologi skeleton axial ikan keureling tampak lateral. Skala bar: 1 cm

Ossa cranium merupakan kumpulan dari ossa dentale, os articulare, ossa


tulang yang terletak di daerah anterior yang branchiostegale, os preoperculum, os
merupakan skeleton axial. Bagain ossa interoperculum, os suboperculum dan os
cranium bagain dorsal terdiri dari os operculum (Gambar 4). Rahang bawah
premaxillare, os maxilare, os nasale, os terdiri dari ossa dentale dan os articulare
lacrimale, os infraorbitale, os frontale, os sedangkan rahang bawah terdiri dari os
parietale, os temporale dan os occipitale. premaxillare dan os maxilare.
Bagian ossa cranium bagain ventral terdiri

Gambar 4. Terminologi skeleton ikan keureling tampak lateral. Skala bar: 1 cm


Ikan memiliki tengkorak yang sangat kinetic menjadi satu kesatuan
merupakan bentuk yang kompleks dan sehingga terbentuk seperti satu tulang yang

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 40


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
kompak (Ferry-Graham & Lauder 2001). operculum dengan posisi latero-ventral dari
Selain itu, ontogeni tengkorak dapat tulang belakang (ossa vertebralis). Sirip
memberikan informasi penting mengenai punggung terletak pada bagian dorsal, sirip
asal tulang dari awal perkembangannya perut dan sirip anal terletak pada bagian
hingga dewasa (Bogutskaya et al. 2008). ventral, sedangkan sirip ekor terletak pada
Tengkorak juga memiliki fungsi yang bagian posterior dari tulang belakang (ossa
penting, yaitu sebagai pelindung otak dan vertebralis). Menurut Standen 2011 ikan
beberapa alat indera seperti penglihatan, menggantungkan 20% pergerakan dan
penciuman, dan pendengaran (Warwick & dorongannya pada sirip. Umumnya ikan
Williams 1973). memiliki dua sirip berpasangan dan tiga
Ikan keureling memiliki empat tulang sirip tunggal. Sirip berpasangan terdiri dari
axial vertebralis yang termasuk dalam sirip dada dan sirip perut (Lauder & Madden
tulang Weber (Weberian apparatus), 19 2007), sedangkan sirip tunggal terdiri dari
ossa abdominal vertebralis, 18 pasang ossa sirip punggung, sirip anal, dan sirip ekor
costae, 16 ossa caudal vertebralis dan satu (Cardeira et al. 2012).
os urostylus vertebralis (Gambar 2).
Leprevost & Sire 2014, menyebutkan bahwa IV. KESIMPULAN
profil morfologi ossa vertebralis yang
dimiliki ikan sangat memengaruhi Karakteristik morfologi yang khas
kecepatan dan gaya renang ikan tersebut. pada ikan keureling diataranya adalah letak
Menurut Bird & Hernandez 2007, mulut ikan terminal dengan bentuk mulut
tulang Weber berhubungan langsung dan bibir yang khas yakni terdapat lipatan
dengan gelembung renang dan pendengaran kulit yang terjumbai serta bisa disembulkan,
bagian dalam sedangkan lengkungan ossa bentuk moncong cembung serta memiliki
costae pada ikan sangat dipengaruhi oleh dua pasang sungut pada rahang atas dengan
kapasitas rongga abdominal dan gaya sisik berwarna terang dan putih, kekuningan
renang ikan (Takeuchi & Hosoya 2011). atau keemasan ini merupakan penanda dari
Menurut Enghoff 1991, jumlah ossa sub famili Cprinidae khususnya genus Tor.
vertebralis pada setiap famili ikan sangat Ikan keureling terdiri dari skeleton axial dan
dipengaruhi oleh bentuk morfologi, sifat skeleton appendicularis. Ossa cranium, ossa
hidup, umur dan kemampuannya berevolusi. verterbrae, ossa costae, urostylus
Ikan yang hidup pada perairan berarus vertebralis termasuk dalam skeleton axial,
deras umumnya memiliki jumlah ossa sedangkan ossa appendicularis terdiri dari
verterbrae yang lebih tinggi, dengan bentuk sepasang sirip dada, sepasang sirip perut,
ossa costae yang lebih pendek dan tidak sirip punggung, sirip anal dan sirip ekor.
melengkung sempurna dibandingkan
dengan ikan yang hidup pada perairan UCAPAN TERIMA KASIH
relatif tenang (Liem et al. 2001, Leprevost & Ucapan terima kasih disampaikan
Sire 2014). kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
Skeleton appendicularis ikan Kepada Masyarakat, Kementerian Riset,
keureling terdiri dari sepasang sirip dada Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
(pinna pectoralis), sepasang sirip perut Indonesia yang telah mendanai penelitian
(pinna pelvis), sirip punggung (pinna ini melalui skema Penelitian Dosen Pemula
dorsalis), sirip anal (pinna analis) dan sirip (PDP) 2018 (SK No.0045/E3/LL/2018).
ekor (pinna caudalis) (Gambar 4). Sirip dada
terletak pada bagian posterior dari ossa

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 41


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
(2001) Aquatic prey capture in ray-
DAFTAR PUSTAKA finned fishes: a century of progress and
new directions. Journal of Morphology,
Aerts P (1991) Hyoid morphology and 248(2): 99 – 119.
movements relative to abducting forces Haryono (2001) Variasi Morfologi dan
during feeding in Astatotilapia elegans Morfometri Ikan Dokun (Puntius
(Teleostei, Cichlidae). Journal of lateristriga) di Sumatera. Biota 6(3):
Morphology, 208(3): 323 – 345. 109 – 116.
Ali S, Barat A, Kumar P, Sati J, Kumar R, dan Haryono & Subagja J (2008) Populasi dan
Haldar RS (2013) Study of length- habitat ikan tambra, Tor tambroide
weight relationship and condition (Bleeker, 1854) di perairan kawasan
factor for the golden mahseer, Tor Pegunungan Muller Kalimantan
puttiora from Himalayan rivers from Tengah. Biodiversitas, 9(4): 306 – 309.
India. Journal of Environmental Biology, Haryono (2006)
Aspek biologi ikan tambra
35: 225 – 228.
(Tor tambroides Blkr.) yang eksotik dan
Antonucci F, Boglione C, Cerasari V, Caccia E,
langka sebagai dasar domestikasi.
Costa C (2012) External shape analyses
Biodiversitas, 7(2) : 195 – 198.
in Atherina boyeri (Risso, 1810) from
Hilton EJ & Stevenson DE (2013) Osteology
different environments. Italian journal
of the Prowfish, Zaprora silenus
of zoology, 79(1): 60 – 68.
(Cottiformes: Zoarcoidei: Zaproridae).
Bhagawati D, Abulias MN, dan Amurwanto A
Journal of Morphology, 274(10): 1143 –
(2013) Fauna ikan siluriformes dari
1163.
Sungai Serayu, Banjaran, dan Tajum di
Ingram BA, Sungan S, Gooley GJ, Sim YS,
Kabupaten Banyumas. Jurnal MIPA
Tinggi D, de Silva SS (2005) Induced
36(2): 112 - 122.
spawning, larval development and
Bird NC & Hernandez LP (2007)
rearing of two indigenous Malaysian
Morphological variation in the
Mahseer, Tor tambroides and Tor
weberian apparatus of Cypriniformes.
douronensis. Aquaculture Research,
Journal of Morphology, 268(9): 739 –
36(10): 1001 – 1014.
757.
Jalili P, Eagderi S, Nikmehr N, Keivany Y
Bogutskaya NG, Naseka AM, Golovanova IV
(2015) Descriptive osteology of Barbus
(2008) Descriptive osteology of
cyri (Teleostei: Cyprinidae) from
Gymnocorymbus ternetzi (Teleostei:
southern Caspian Sea basin. Iranian
Characiformes:
Journal of Ichthyology, 2(2): 105 – 112.
Characidae). Zoosystematica
Khayra A, Muchlisin ZA, Sarong MA (2016)
Rossica, 17(2): 111 – 128.
Morfometrik lima species ikan yang
Cardeira J, Valles R, Dionısio G, Estevez A,
dominan tertangkap di Danau Aneuk
Gisbert E, Pousao-Ferreira P, Cancela
Laot, Kota Sabang. DEPIK, Jurnal Ilmu-
ML, Gavaia PJ (2012) Osteology of the
Ilmu Perairan, Pesisir dan
axial and appendicular skeletons of the
Perikanan, 5(2): 57 – 66.
meagre Argyrosomus regius
Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN,
(Sciaenidae) and early skeletal
Wirjoatmodjo S (1993) Freshwater
development at two rearing facilities.
Fishes of Western Indonesia and
Journal of Applied Ichthyology, 28(12):
Sulawesi. Periplus Edition (HK) and
464–470 .
EMDI Project. Indonesia, pp68.
Dawnay N, Ogden R, McEwing R, Carvalho
Kusrini E, Hadie W, Alimuddin, Sumandinata
GR, Thorpe RS (2007) Validation of the
K, Sudrajat A (2008) Studi morfometrik
barcoding gene COI for use in forensic
udang jerbung (Fenneropenaeus
genetic species identification. Forensic
merguiensis de Man) dari beberapa
science international, 173(1): 1 – 6.
populasi di perairan Indonesia. Jurnal
Enghoff IB (1991) Mesolithic eel-fishing at
Riset Akuakultur, 4(1): 15 – 21.
Bjornsholm, Denmark, spiced with
Lauder GV & Madden PGA (2007) Fish
exotic species. Journal of Danish
locomotion: kinematics and
Archaeology, 10(1): 105-118.
hydrodynamics of flexible foil-like fins.
Ferry-Graham LA & Lauder GV

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 42


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
Experiments in Fluids, 43: 641– 653. Identification Guide for Fishery
Lepiksaar J (1994) Introduction to Purposes. The Living Marine Resources
osteology of fishes for of the Western Central Pacific. Volume
paleozoologists. J. Lepiksaar.–Göteborg, 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to
pp.71-79. Carangidae). Food and Agriculture
Leprevost A & Sire JY (2014) Architecture, Organization of the United Nations,
mineralization and development of the Rome, pp.2162-2179.
axial skeleton in Acipenseriformes, and Rahayu DA, Listyorini D, Ibrohim I (2013)
occurrences of axial anomalies in Morphological Study for Identification
rearing conditions; can current Improvement of Poeciliidae Family
knowledge in teleost fish help?. Journal Based on Gonopodium Structures and
of Applied Ichthyology, 30(4): 767 – Morphometric Analysis. Journal of
776. Tropical Life Science, 3(2): 91-95.
Liem K, Bemis W, Walker WF, Grande L Saanin H (1984) Taksonomi dan Kunci
(2001) Chapter 8: The postcranial Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta,
skeleton: The axial skeleton. In:Lewis T pp.520.
(ed). Functional Anatomy of the Schindler I & Schmidt J (2006) Review of the
Vertebrates: An Evolutionary mouthbrooding Betta (Teleostei,
Perspective. Emily Barrosse. Orlando, Osphronemidae) from Thailand, with
pp.269–293. descriptions of two new species.
Lőw P, Molnár K, Kriska G (2016) Atlas Of Zeitschrift fur Fischkunde, (8): 47-69.
Animal Anatomy And Histology. Sikder MT, Yasuda M, Yustiawati, Syawal SM,
Springer, pp17. Saito T, Tanaka S, dan Kurasaki M
Mafakheri P, Eagderi S, Farahmand H, (2012) Comparative Assesment on
Mousavi-Sabet H (2015) Osteological water quality in the major rivers of
structure of Kiabi loach, Dhaka and West Java. International
Oxynoemacheilus kiabii (Actinopterygii: Journal of Environmental Protection
Nemacheilidae). Iranian Journal of (IJEP), 2(4): 8-13.
Ichthyology, 1(3): 197 – 205. Smith HM (1945) The freshwater fishes
Muchlisin ZA, Batubara AS, Siti-Azizah MN, of Siam or Thailand. In: Bulletin
Adlim M, Hendri A, NurFadli, United States National Museum No.
Muhammadar AA, Sugianto S (2015) 188. Washington, D.C.: United States
Feeding habit and length weight National Museum.
relationship of keureling fish, Tor Standen EM (2011) Buoyancy, Locomotion,
tambra Valenciennes, 1842 and Movement in Fishes, Paired Fin
(Cyprinidae) from the western region Swimming. Elsevier Inc, McGill
of Aceh Province, Indonesia. University, Canada, pp.564.
Biodiversitas, 16(1): 89 – 94. Takeuchi H & Hosoya K (2011) Osteology of
Nasri M, Eagderi S, Farahmand H (2016) Ischikauia steenackeri (Teleostei:
Descriptive and comparative osteology Cypriniformes) with comments on its
of Bighead Lotak, Cyprinion milesi systematic position. Ichthyological
(Cyprinidae: Cypriniformes) from Research, 58(1): 10-18.
southeastern Iran. Vertebrate-Zoology, Taylor WR & Van Dyke CC (1985) Revised
66(3): 251 – 260. procedures for staining and clearing
Ng CK. (2004) Kings of the Rivers: Mahseer small fishes and other vertebrates for
in Malaysia and the Region. Inter Sea bone and cartilage study. Cybium 9 (2):
Fishe- ry (M), Kuala Lumpur,pp.17. 107–119.
Nikmehr N, Eagderi S, Jalili P (2016) Teletchea F (2009). Molecular identification
Osteological description of Barbus methods of fish species: reassessment
lacerta Heckel, 1843 (Cyprinidae) from and possible applications. Reviews in
Tigris basin of Iran. Journal of Fish Biology and Fisheries, 19 (3): 265.
Entomology and Zoology Studies, 4(4): Warwick R & Williams PL (1973). Gray’s
473-477. Anatomy. Thirthy five Edition.
Parin NV (1999) Exocoetidae. In: Carpenter Philadelphia (US): WB Saunders.

KE, NiemVH. 1999. FAO Species

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 43


Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol 2(1), 35-44
Weber M & Beaufort de LF (1916) The Archipelago. Volume III. E. J. Brill,
Fishes of the Indo-Australian Leiden, pp.150.

e-ISSN 2614-6738/p-ISSN 2621-5314 JISA| 44

Anda mungkin juga menyukai