Gambar 1. Pengukuran karakter morfometrik ikan keureling meliputi panjang dasar sirip
anal (ABL), tinggi badan (BD), lebar badan (BW), tinggi pangkal ekor (CPD), panjang pangkal
ekor
46 (CPL), panjang
Schindler I dasar sirip dorsal
& Schmidt J. (DBL),
Reviewtinggiof
siripthe
dorsal (DFH), diameter mata
mouthbrooding (ED),(Teleostei,
Betta
tinggi kepala (HD), panjang kepala (HL), lebar kepala (HW), jarak antar mata (IW), panjang
Osphronemidae) from Thailand, with descriptions of two new species. Zeitschrift
sirip ekor bagian bawah (LCLL), panjang sirip ekor bagian tengah (LMCL), panjang sirip ekor
fur Fischkunde,
bagian atas (LUCL), (8): 2006,
panjang 47-69.
sungut rahang atas (MXBL), panjang sebelum sirip anal (PAL),
panjang sirip dada
(PCL), panjang sebelum sirip dorsal (PDL), panjang sebelum sirip perut
(PPL), panjang sirip perut (PVL), panjang standar (SL), panjang sungut moncong
(SNBL),
panjang moncong (SNL), panjang total (TL).
Sebagai pendukung data karakter secara perlahan agar tulang tidak rapuh.
morfologi ikan, dilakukan juga analisis Otot pada tubuh ikan dibersihkan dengan
terhadap bentuk tubuh, bentuk sirip ekor, pinset dan pisau. Sisa daging pada tulang
tipe sisik, letak & bentuk mulut ikan, letak ikan dibersihkan dengan menggunakan sikat
sirip perut terhadap sirip dada, pigmentasi halus.
sisik serta ada tidaknya noktah hitam Tahapan kimiawi diawali dengan
dibagian batang ekor (Rahayu et al. 2013). merendam preparat skeleton kedalam
Pengukuran setiap parameter mormometrik formalin 10% selama tujuh hari. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan caliper bertujuan agar tidak terjadi perbusukan
dengan ketelitian 0.01 mm. pada tulang-tulang rawan. Selanjutnya
Pembuatan preparat skeleton ikan dilakukan perendaman dalam larutan etanol
keureling 100% selama 24 jam guna menghilangkan
Pembuatan preparat skeleton air dan sisa lemak yang melekat pada
dilakukan secara fisik dan kimiawi. Tahapan preparat skeleton (Taylor & Van Dyke
fisik diawali dengan meletakkan ikan 1985). Preparat skeleton hasil pengawetan
keureling dengan posisi kepala di kiri dan dijemur dibawah sinar matahari selama
ekor di kanan. Sisik ikan dihilangkan dengan tujuh hari. Setelah melewati proses
menggunakan pisau atau pinset. Otot dan penjemuran, skeleton akan berwarna putih
sisik ikan disiram dengan air panas, dan kaku. Pembersihan preparat skeleton
sehingga melepuh dan berwarna putih dilakukan menggunakan sikat dengan bulu
matang. Penyiraman air panas dilakukan halus untuk kemudian dilapisi dengan cat
Bentuk sirip dorsal memanjang panjang sirip dada dan tinggi kepala yang
dengan jari-jari keras dan lemah serta lebih pendek dibandingkan dengan ikan nila,
bentuk sirip ekor bercagak dua (forked). mujahir dan gurami (Khayra et al. 2016).
Konfirmasi kunci identifikasi sesuai dengan Karakteristik morfometrik ikan
ikan keureling (Tor tambroides) di aliran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
sungai Tangse, Kecamatan Tangse, genetiknya, akan tetapi juga dipengaruhi
Kabupaten Pidie, Aceh Weber & Beaufort oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor
1916, Saanin 1984, Kottelat et al. 1993. Ikan lingkungan yang mempengaruhi
keureling memiliki karakter panjang karakteristik morfologi ikan adalah
pangkal ekor yang lebih panjang temperatur, salinitas, oksigen terlarut,
dibandingkan dengan ikan Nila, Mujair, radiasi, kedalaman air, kecepatan arus, dan
Sepat siam, Gurami dan Gabus. Akan tetapi ketersediaan makanan (Antonucci et al,
sebaliknya ikan Keureling memiliki karakter 2012). Teletchea 2009 mengungkapkan
panjang moncong, panjang sirip perut, bahwa perubahan morfologi yang terjadi
.
Gambar 3. Morfologi skeleton axial ikan keureling tampak lateral. Skala bar: 1 cm