Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Sebelum maupun sesudah terbitnya buku Mendel (1866), banyak teori
hukum pewarisan sifat yang dikemukaan oleh para ahli, antara lain Teori Darah;
menyatakan bahwa pewarisan sifat dibawa oleh darah. Teori ini gugur setelah
ditemukannya transfusi darah, sebab orang yang menerima tambahan darah
ternyata sifatnya tidak berubah seperti sifat donornya, Teori preformasi;
menyatakan adanya makhluk hidup kecil didalam gamet sebagai calon individu
baru, Teori Epigenesis; (teori ini mengkritik teori preformasi); menyatakan bahwa
sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa akan mengadakan pertumbuhan
sedikit demi sedikit, Teori Pangenesis; menyatakan bahwa setelah ovum dibuahi
oleh spermatozoa maka dalam ovum terdapat tunas-tunas yang tumbuh menjadi
makhluk hidup baru, Teori Heckel; menyatakan bahwa yang bertanggung jawab
atas pewarisan sifat adalah substansi inti dari spermatozoa, namun dengan
kemajuan teknologi terbukti bahwa pendapat Mendel adalah yang paling benar,
yaitu sifat menurun dibawa oleh faktor penentu (yang sekarang disebut dengan
istilah gen) dan ditentukan oleh separuh dari induk jantan (spermatozoa) dan
separuh dari induk betina (ovum).
Untuk membuktikan kebenaran teorinya, Gregor Johann Mendel
melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman-tanaman yang dipilih
adalah tanaman kacang kapri (pisum Sativum). Hukum pewarisan Mendel adalah
hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor
Johann Mendel dalam karyanya. Hukum pewarisan Mendel adalah hukum
mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang kita kenal dengan hukum
segregasi dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann
Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga

tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum
mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu
mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
6. Apa saja penyimpangan semu hukum mendel?

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.

Latar Belakang Hukum Mendel


Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok


Melakukan penyerbukan sendir
Mudah dilakukan penyerbukan silang
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
Mempunyai keturunan banyak
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya

adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman
galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai indukinduknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan
prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa
hipotesis, yaitu: Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor
keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina. Setiap pasang factor
keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya, misalnya tinggi atau
rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut
alel, Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif, Pada waktu pembentukan gamet, pasangan

factor atau masing-masing alel akan memisah secara bebas, Individu murni
mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
B.

HUKUM MENDEL I (Hukum pemisahan/Segregation of allelic genes)


Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan:
pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan
dalam dua sel anak. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda). Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga
pokok:
1.

Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan

2.

huruf besar, misalnya R).


Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam
gambar di bawah ini).
Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada

gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara
visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
C.

Hukum Mendel II (Hukum Pemilihan Bebas/Independent Assortment of


Geness)
(Hukum

pengelompokkan

gen

secara

bebas

atau

asortasi).Pada

pembentukkan sel kelamin (gamet), alel mengadakan kombinasi secara bebas


sehingga sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih (polihibrid).

Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat


seperti

yang

dilakukan

oleh

Mendel

tersebut

di

atas

dinamakan

persilanganmonohibrid. Mendel melakukan persilangan monohibrid untuk enam


macam sifat lainnya, yaitu warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijaukuning), warna biji (hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji
(halus-keriput), dan letak bunga (aksial-terminal).
Selain

persilangan

monohibrid,

Mendel

juga

melakukan

persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua


macam sifat seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni
kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya
berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika
tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam
individu generasi F2,masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijauhalus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1.
Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing
adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput masingmasing adalah gen W dan gen w, maka persilangan dihibrid terdsebut dapat
digambarkan secara skema seperti pada diagram berikut ini.
Kuning, halus
x
GGWW
ggww
Gamet :
GW
gw

F1
:
Kuning, halus
GgWw
Menyerbuk sendiri (GgWw x GgWw )

Hijau, keriput

F2 :
Gam
et
Gam
et
GW

GW

Gw

gW

gw

GGWW
GGWw
GgWW
GgWw
(kuning,halu (kuning,halus) (kuning,halu (kuning,halus)
s)
s)
Gw
GGWw
GGww
GgWw
Ggww
(kuning,halu (kuning,kerip (kuning,halu (kuning,kerip
s)
ut)
s)
ut)
Gw
GgWW
GgWw
ggWW
ggWw
(kuning,halu (kuning,halus) (hijau,halus) (hijau,halus)
s)
Gw
GgWw
Ggww
ggWw
ggww
(kuning,halu (kuning,kerip (hijau,halus) (hijau,keriput)
s)
ut)
Dari diagram persilangan dihibrid tersebut di atas dapat dilihat bahwa
fenotipe F2memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1 sebagai akibat terjadinya segregasi gen G
dan W secara independen. Dengan demikian, gamet-gamet yang terbentuk dapat
mengandung kombinasi gen dominan dengan gen dominan (GW), gen dominan
dengan gen resesif (Gw dan gW), serta gen resesif dengan gen resesif (gw). Hal
inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (the law of
independent assortment) atau hukum Mendel II.

D.

Teori Pewarisan Sifat


Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :

1.Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,
bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de
Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma

dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan
bahwa ovarium pada burung sama dengan ovarium pada kelinci.
2.Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan
bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature
yang telah terbentuk sebelumnnya.
3.Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
4.Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan bahwa
sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap struktur
fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5.Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap
bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa
sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan
sifat.
E. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan
contoh persilangan berikut: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang
diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan
perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :

Kacang
ercis Batang
: Tinggi

Parental
1: (P1)

><

Kacang ercis
Batang
Pendek

><

tt

Genotipe

TT

Fenotipe

Tinggi

Pendek

Gamet

T dan T

t dan t

Filial (F1)

Parental
2 : (P2)

Kacang
ercis Batang
Tinggi

Genotipe :

T t

Gamet

T dan t

Tt

Fenotipe
:
Batang Tinggi

><

Kacang ercis
Batang Tinggi
T t

><

T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :


Gamet

TT (Tinggi) .1

Tt (Tinggi) .2

Tt (Tinggi) .3

Tt (pendek) .4

Gamet

Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap
gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan
memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan
monohibrid dominan penuh adalah : Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan
Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1

b.

Persilangan Monohibrid Intermediet

Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. Perhatikan contoh : Tanaman
Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni
putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah
muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat
dilihat sebagai berikut :
P1

Genotipe :
Gamet
:
F1

P2
Gamet

:
:

Tanamaman berbunga
><
merah
MM
><
M dan M
Mm
Mm (merah muda)
M dan m

><
><

Tanaman
berbunga
putih
Mm
m dan m
Fenotipe : berbunga
merah muda
Mm (merah muda)
M dan m

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :


Gamet Gamet M
M
M

MM (Merah)

Mm (merah muda)

Mm (merah muda)

Mm (putih)

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet


adalah :
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1.
Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji

bulat warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna
hijau.
bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1
seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1
ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh F2.
Keturunan kedua F2 yang diperoleh sebagai berikut. Persilangan
tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji
dan warna biji.
B = bulat, dominan terhadap keriput
b = keriput,
K = kuning, dominan terhadap hijau
k = hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda
(dihibrid) di bawah :
P1

Kacang ercis berbiji

bulat warna kuning

Genotipe
:
Gamet
:
F1

P2
Gamet

><

Kacang

berbiji

keriput warna hijau

BBKK

><

Bbkk

BK dan BK

><

bk dan bk

BbKk

ercis

Fenotipe : berbiji bulat

BbKk

><

warna kuning
BbKk

BK,B k,bK,bk

><

BK,Bk,bK,bk

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :


F
2 : Gamet

Gamet

BK

Bk

bK

Bk

BK

BBKK 1

BBKk 2

BbK
K

BbKk 4

Bk

BBKk

BBkk

BbKk

Bbkk

bK

BbKK

BbKk

10 bbKK

11 bbKk

12

Bk

BbKk

1
3

Bbkk

14 bbKk

15 Bbkk

16

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang


mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
bulat kuning
bulat hijau
keripit kuing
keriput hijau

a.
b.
c.
d.

= nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
= nomor : 6, 18, 1
= nomor : 11, 12, 15
= nomor : 16

Perbandingan Fenotipe F2 adalah :


bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
Kemungkinan
ke1

Kotak nomor

Genotipe

Fenotipe

BBKK

Bulat kuning

2, 5

BBKk

Bulat kuning

3, 9

BbKK

Bulat kuning

4,7, 10, 13

BbKk

Bulat kuning

BBkk

Bulat hijau

8, 14

Bbkk

Bulat hijau

11

bbKK

Keriput kuning

12, 15

bbKk

Keriput kuning

16

bbkk

Keriput hijau

Perbandingan Genotipe nya :


BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1: 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang
tinggi, biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput,
warna biji hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan
Trihibrid.
P1
:
:
Fenotipe:

TTKKBB

><

Ttkkbb

Tinggi,kuning,bul
at

><

Pendek,keriput,hij
au

Genotipe

TKB

><

Tkb

F1

TtKkBb
Fenotipe
Tinggi,kuning,bulat

P2

TtKkBb

><

Gamet

TtKkBb

TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,t
Kb, tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah
Jumla Jumlah Macam
h Sifat Macam Genotip
Gamet
Beda
e F2
1
2
3
N

21 = 2

Jumlah
Macam Perbandingan
Fenotipe Fenotipe F2
F2

Jumlah
Individu
F2

3:1

9:3:3:1

16

27

27:9:9:9:3:3:3:1 64

2 =4
2 =8
2

4n

F.

Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Dalam

kondisi

normal,

persilangan

monohibrida

menghasilkan

perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida


menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan
Mendel dapat menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat.
Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan perbandingan yang merupakan
variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1 atau 9 : 7 atau 15 : 1.
Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan Hukum
Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai
penyimpangan semu Hukum Mendel. Penyimpangan tersebut terjadi karena
adanya beberapa gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip.
Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti
prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut
meliputi:
1. Interaksi

gen

(Interaksi

beberapa

pasangan

gen)

Penelitian tentang adanya interaksi gen ini ditemukan oleh William Bateson
(1861-1926) dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak
ditentukan oleh satu gen tunggal pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang
berbeda dapat berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat
fenotip.
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger),
antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger
dengan belah atau tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk
mawar atau gerigi (rose) dengan genotip Rpp, dan jengger berbentuk sumpel
(walnut), dengan genotip R-P-.
Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial pea
(biji), semua keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih
memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut.

Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip baru
yaitu walnut atau sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya pial walnut?
Pial walnut muncul karena interaksi 2 pasang alel (gen) yang dominan.
Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial walnut dihasilkan 4
macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1 pial yang baru yaitu single dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi karena adanya 2 pasang alel (gen)
yang resesif.
2. Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan
sebagai gen dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan
akan tampak pengaruhnya. Apabila bersama-sama dengan gen dominan yang
lainnya.
Peristiwa kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun
1912) setelah menyilangkan bunga Linaria marocanna berwarna merah (Aabb),
dengan bunga Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya
adalah bunga berwarna ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga
kedua induknya (yaitu merah dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3
merah: 4 putih.
Warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam
lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan warna
ungu. Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam
lingkungan asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih. Faktor A, apabila
mengandung pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada
antosianin dalam plasma sel. Faktor B apabila kondisi basa dan b dalam kondisi
asam.
Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh
karena itu, tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau
AAbb, sedangkan tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau
aabb. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah memiliki

antosianin di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan


bunga putih tidak memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat
basa.
3.

Polimeri
Polimeri atau karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot dengan
banyak sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi bagian yang sama
dari suatu organisme. Peristiwa polimeri ditemukan oleh Lars Frederik Nelson
dan Ehle, Setelah melakukan percobaan dengan menyilangkan gandum berbiji
merah dengan gandum berbiji putih. Persilangan itu menghasilkan keturunan
heterozigot berwarna merah lebih muda bila dibandingkan dengan induknya
yang homozigot (merah). Oleh karena itu, biji merah bersifat dominan tidak
sempurna terhadap warna putih. Setelah generasi F1 disilangkan sesama, pada
generasi F2 diperoleh perbandingan fenotip 3merah : 1putih. Contoh: Gandum
berbiji merah : M1M1M2M2 x Gandum berbiji putih : m1m1m2m2
Banyaknya jumlah faktor M memengaruhi warna bijinya. Semakin
banyak faktor M yang ada, warnanya semakin tua atau semakin gelap.
Kapankah peristiwa polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi pada pewarisan,
warna kulit manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen).
Jika faktor pigmen kulit manusia dilambangkan dengan P, genotip orang
berkulit putih p1p1 p2p2 p3p3.
Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam (negro),
maka keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo matang), yang
berfenotip P1p1 P2p2 P3p3. Derajat kehitaman kulit bergantung pada
banyaknya faktor pigmen P.

4.

Epistasis-hipostasis
Epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau
mengalahkan ekspresi gen lain yang tidak selokus (sealel). Hipostasis adalah
gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain yang tidak selokus (yang
bukan alelnya). Epistasis dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a.

Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang berwarna
merah dengan umbi berwarna kuning. Gen A menyebabkan umbi berwarna
merah dan gen B menyebabkan umbi berwarna kuning. Persilangan tersebut
dapat dilihat di bawah ini.

Jika dilihat, hasil perbandingan fenotip F2 tersebut adalah 12 merah :


3 kuning : 1 putih. Angka perbandingan tersebut merupakan variasi atau
modifikasi dari perbandingan dihibrida 9:3:3:1.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
epistasis dominan terjadi bila sebuah gen dominan mengalahkan pengaruh
gen lain yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen A bersifat epistasis
terhadap gen B dan b. Oleh karena itu, meskipun dalam genotip terdapat gen
B atau b, gen A tetap menutup ekspresi dari gen B dan b.

b.

Epistasis Resesif

Peristiwa ini terjadi jika gen resesif mengalahkan pengaruh gen


dominan dan resesif yang bukan alelnya. Rumusnya adalah gen aa epistasis
terhadap B dan b. Pada persilangan antara anjing berambut emas dan anjing

berambut coklat, dihasilkan keturunan F1 berambut hitam. Beberapa gen yang


berperan adalah gen B (menentukan warna hitam), gen b (menentukan warna
coklat), gen E (menentukan keluarnya warna), dan gen e (menghambat
keluarnya warna). Peristiwa persilangannya dapat dilihat sebagai berikut.

Dari hasil penyilangan tersebut menunjukkan perbandingan fenotip 9


hitam: 4 emas: 3 coklat. Oleh karena itu, rumus epistasis resesif adalah aa
epistasis terhadap B dan b. Dalam contoh ini, aa adalah ee (menghambat
keluarnya warna).

c.

Epistasis dominan resesif


Epistasis dominan resesif merupakan peristiwa suatu gen menghambat
ekspresi fenotip yang disebabkan oleh gen mutan yang bukan alelnya. Gen
mutan tersebut bersifat menghambat, sehingga disebut gen penghalang atau
inhibitor atau gen suspensor.
Epistasis dominan resesif terjadi pada persilangan lalat buah
(Drossophila melanogaster). Gen P menentukan warna mata merah, gen p

menentukan warna mata ungu, gen S merupakan gen non-suspensor, dan s


merupakan gen suspensor. Berikut ini peristiwa persilangannya.

Perbandingan fenotipnya adalah 13 merah: 3 ungu. Rumus epistasis


dominan resesif adalah A epistasis terhadap B dan b serta bb epistasis terhadap
A dan a.

5.

Gen-gen komplementer
Gen-gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen dominan
yang berbeda, sehingga saling melengkapi. Jika kedua gen tersebut terdapat
bersama-sama dalam genotip, maka akan saling membantu dalam menentukan
fenotip. Jika salah satu gen tidak ada, maka pemunculan fenotip menjadi
terhalang.
Apabila F1 (keturunan pertama) hasil perkawinan 2 orang yang bisu tuli
disilangkan dengan sesamanya, maka generasi atau keturunan F2 ada yang
normal dan bisu tuli.

Dalam hal ini, gen T dan gen B tidak akan menunjukkan sifat normal
apabila kedua gen tersebut tidak terdapat bersama-sama dalam satu genotip.
Dengan demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa gen B, atau jika hanya
terdapat gen B tanpa gen T maka akan tetap memunculkan sifat bisu tuli. Rasio
fenotip F2 yang dihasilkan adalah 9Normal : 7 bisutuli

6.

Gen Dominan Rangkap


Gen dominan rangkap merupakan dua gen dominan yang memengaruhi
bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Kedua gen itu berada bersama-sama
dan fenotipnya merupakan gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan tersebut.
Contoh : Pada persilangan tanaman Bursa sp. yang berbuah oval dengan
tanaman Bursa sp. yang berbuah segitiga, dihasilkan keturunan pertama (F1)
yaitu tanaman Bursa sp. semua berbentuk oval. Untuk mengetahui hasil
keturunan F2, cermatilah diagram dibawah ini :

7.

Atavisme
Pial walnut dihasilkan dari persilangan ayam berpial rose dan pea. Pial
pea dikatakan menghilang dan muncul sifat di luar induknya. Setelah ayam
berpial walnut disilangkan sesamanya, dihasilkan 4 macam pial yaitu rose, pea,

walnut, dan single. Pada peristiwa ini, pial rose dan pea muncul kembali setelah
menghilang pada keturunan pertama. Charles Darwin, peristiwa munculnya
kembali sifat keturunan pada generasi berikutnya setelah sempat menghilang ini
disebut atavisme.
Atavisme juga terjadi pada burung merpati (Columba livia) India. Hasil
perkawinan antara sesama merpati berekor seperti kipas, akan menghasilkan
merpati berekor lurus. Merpati berekor seperti kipas muncul kembali setelah
perkawinan antara sesame merpati berekor lurus. Sumber: BSE SMA/MA Kelas
XII, Siti Nur Rochmah, dkk, Pusat Perbukuan Depdiknas, 2009.

G. Hereditas pada Manusia


Hereditas pada manusia mempelajari mengenai macam penurunan
sifat/kelainan pada manusia. Penurunan sifat pada manusia dibedakan menjadi
dua, yaitu sifat yang terpaut koromosom tubuh (autosomal), dan sifat yang
terpaut kromosom sex (gonosomal). Sifat yang autosomal manifestasinya dapat
muncul baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Sedangkan sifat yang
gonosomal manifestasinya dipengaruhi oleh jenis kelamin, bisa hanya muncul
pada anak laki-laki saja atau perempuan saja.
1.

Sifat/Cacat Menurun Autosomal


Beberapa sifat/cacat menurun yang terpaut pada kromosom tubuh (autosom)
a.

antara lain sebagai berikut:


Albinisme
Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai
tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut,
dan kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap cahaya. Gen
penyebab

albino

bersifat

resesif,

sedangkan

alel

dominannya

mengendalikan sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan suami
isteri yang masing-masing membawa gen albino (carrier).
P

: Aa

Aa

F : AA : normal 2 Aa : normal (carrier) aa : albino

b.

Thalasemia
Thallasemia merupakan kelainan dimana sel darah merah seseorang
berbentuk tidak beraturan, kadar Hb sedikit sehingga penderita sering
kekurangan oksigen (hipoksemia). Cacat ini disebabkan oleh gen dominan.
Ada dua jenis thallasemia, yaitu thallasemia mayor (ThTh) dan
thallasemia minor (Thth). Sel darah merah penderita thallasemia mayor
semua berbentuk tidak beraturan dan umumnya lethal. Sedangkan pada
penderita thallasemia minor sebagian sel darah merahnya berbentuk tak
beraturan. Penderita bisa bertahan hidup dengan melakukan transfusi
reguler. Penderita thallasemia mayor lahir dari perkawinan antar penderita
thallasemia minor.

c.

Thth

x Thth

: ThTh : thallasemia mayor 2Thth : thallasemia minor thth : normal

Golongan Darah
Ada banyak klasifikasi golongan darah, diantaranya adalah
golongan ABO, Rhesus, dan MN. Dua yang pertama memiliki nilai medis,
sedang yang terakhir tidak. Ketiga golongan tersebut ditemukan oleh K.
Landsteiner.

Golongan ABO
Golongan ini membagi golongan darah menjadi empat, yaitu A,
B, AB, dan O, didasarkan pada adanya jenis antigen tertentu pada sel
darah yang disebut isoaglutinogen. Susunan genotif dan kemungkinan
gamet yang dibentuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Golongan darah ABO dikendalikan oleh alela ganda IA, IB, dan
IO. IA dan IB kodominan, dan keduanya dominan terhadap IO. Contoh:

perkawinan antara pria golongan A heterozigot dengan wanita B


heterozigot.

IAIO

: IA , IO

IBIO
IB , IO

IAIB

: golongan AB

IAIO

: golongan A

IBIO

: golongan B

IOIO

: golongan O

Golongan Rhesus
Golongan ini dinamakan berdasar nama kera dari India, Macacus
rhesus, yang dulu sering digunakan untuk mengetes darah orang.
Golongan darah ini ada dua yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Susunan
genotif dan kemungkinan gamet dapat dilihat pada tabel berikut.
Golongan Rhesus ini memiliki arti penting pada perkawinan. Bila
seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus -, kemungkinan
anaknya menderita eritroblastosis fetalis (penyakit kuning bayi). Contoh
: perkawinan antara pria Rh + dengan wanita Rh P

pria Rhesus +

wanita Rhesus

RhRh

Rh
Rhrh Rhesus +

rhrh
rh
(eritroblastosis fetalis)

Golongan MN
Golongan ini tidak memiliki nilai medis karena hanya dijumpai
antigen penentu golongan dalam eritrosit dan tidak dijumpai antibodi
dalam plasma. Golongan ini dikendalikan oleh gen IM dan IN
kodominan satu sama lain. Susunan genotif dan kemungkinan gamet
dapat dilihat pada tabel berikut.

Contoh: perkawinan antara pria golongan M (homozigot) dengan


wanita golongan N (homozigot)
P

pria golongan M
IMIM

2.

IM

IMIN

wanita golongan N

ININ
IN
: golongan MN

Sifat/Cacat Menurun Gonosomal


Sifat yang diturunkan terpaut kromosom sex (gonosom) dibedakan
menjadi dua, yaitu terpaut kromosom X dan terpaut kromosom Y. Gen yang
terpaut kromosom X dapat diturunkan pada anak perempuan dan anak lakilaki, tetapi fenotif yang muncul bergantung pada susunan genotifnya.
Sedangkan gen yang terpaut kromosom Y hanya diturunkan pada anak lakilaki.
A.

Cacat menurun yang terpaut kromosom X

Dua contoh cacat menurun yang terpaut kromosom X adalah hemofili dan
butawarna.
a.

Hemofili
Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit
untuk membeku. Penyakit ini disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat
normal dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal memiliki dua gen
H pada masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat
gen h, wanita ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili
(carrier).
Bila pada kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut
menderita hemofili dan umumnya lethal. Pria menderita hemofili bila pada
kromosom X-nya terdapat gen h, dan normal bila terdapat gen H. Seorang
anak laki-laki hemofili dapat lahir dari ibu carrier.

Menurut sejarah, wanita pertama carrier hemofili adalah Ratu


Victoria. Disebut pertama karena silsilah di atas Ratu Vicotria tidak
diketahui. Pangeran Andrew mewarisi gen ini dari ibunya dan meninggal
saat kecelakaan dengan luka yang tidak seberapa parah.
P

pria normal x

XHY

XHXh

XH, Y

XH, Xh

: XHXH

wanita carrier

XHXh
b.

wanita

XHY

normal

: wanita normal carrier

pria

normal

Xhy : pria hemofili

Butawarna (colorblind)
Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa
membedakan warna. Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan
hijau (dikromatis). Sedangkan pada butawarna total orang tidak bisa
melihat warna. Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat
normal dikendalikan gen dominan C.
Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna
yang menikah dengan wanita carrier.
P

: pria butawarna
XcY

Xc, Y

wanita carrier
XCXc
XC, Xc

F: XCXc : wanita normal carrier XcXc : wanita butawarna XCY : prianormal XcY : pria
butawarna
B.

Cacat menurun yang terpaut kromosom Y


Gen-gen yang terpaut pada kromosom Y hanya diwariskan pada anak
laki-laki, oleh karena itu sering disebut sebagai gen holandrik.
Contoh dari cacat yang terpaut kromosom Y adalah: hypertrichosis,
hystrixgraviour, dan webbedtoes. Ketiganya disebabkan oleh gen resesif :

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

B.

Saran
Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena apabila
salah menyilangkan , maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat
materi pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupan mendatang, maka
disarankan kepada seluruh siswa agar rajin mempelajarinya.

Anda mungkin juga menyukai