NPM : 2320211105
KELAS : C
1. struktur materi genetik, meliputi: gen, kromosom, DNA, RNA, plasmid, episom,
dan elemen tranposabel,
3. kerja materi genetik, meliputi: ruang lingkup materi genetik, transkripsi, modifikasi
pasca transkripsi, kode genetik, translasi, konsep one gene one enzyme, interaksi
kerja gen, kontrol kerja gen pada prokariotik, kontrol kerja gen pada eukariotik,
kontrol genetik terhadap respon imun, kontrol genetik terhadap pembelahan sel,
ekspresi kelamin, perubahan materi genetik, 4) perubahan materi genetik, meliputi:
mutasi, dan rekombinasi, 5) genetika dalam populasi, dan 6) perekayasaan materi
genetik (Nusantara 2014).
B. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN ILMU GENETIKA
Jauh sebelum teori pewarisan sifat ditemukan oleh Mendel, manusia telah
berusaha mengartikan dan memahami bagaimana sifat-sifat diturunkan dari induk
keturunannya. Konsep tentang pewarian sifat sebenarnya sudah diketahui oleh
peradaban manusia bahkan pada masa mesir kuno. Dalam perspektif sejarah, ilmu
genetika berkembang sebagai ilmu pengetahuan setelah melalui berbagai tahapan dan
penemuan yang mendahuluinya.
Pada tahun 1833, Robert Bown melaporkan pengamatan inti sel dan pada
tahun 1839-an Hugo von Mohl mendeskripsikan mitosis pada inti sel. Sampai
pada akhir 1858, Rudolf Virchow menyimpulkan semua penemuan tersebut
dalam teorinya tentang sel yang terkenal dalam bahasa latin aphorism omnis
cellula e cellula yang berarti semua sell berasal dari sel sebelumnya. Sampai
pada akhirnya di tahun 1858, ahli biologi memahami bagaimana sel
berkembang dan mengetahui tentang inti sel.
Pada periode ini, para ahli menemukan teori tentang kromosom, yang
menyatakan bahwa kromosom merupakan untaian dari gen-gen. Pada masa ini
pula dasar-dasar evolusi modern dan genetika molekuler berkembang. Pada
tahun 1900, tulisan Mendel tentang hukum pewarisan sifat yagn diterbitkan
1866, secara terpisah ditemukan kembali oleh tiga ahli berbeda, yakni oleh
Hugo de Vries, Carl Correns, and Erich von Tschermak. Selanjutnya Water
Sutton di tahun 1903 mengeluarkan hipotesis perilaku kromosom yang dapat
menjelaskan teori pewarisan sifat Mendel. Hipotesis ini pada akhirnya
menuntun ditemukan teori bahwa gen terletak di kromosom. Dilanjutkan oleh
Alferd Stuertevant yang menciptakan peta genetik pertama yang
mengambarkan bagaimana gen-gen tersusun dan terpaut dalam suatu pautan
pada kromosom.
J.G. Mendel adalah orang yang pertama kali mengetengahkan satu mekanisme
pewarisan sifat menurun melalui eksperimen di bidang genetika. Berdasarkan
percobaan itu maka teori para ilmiah dari genetika saat itu yakni The Blending
Theory of Inheritance tidak benar. Sebelum Mendel melakukan percobaan
penyilangan dengan tanaman kapri (Pisum sativum) para ahli telah mempunyai
pemikiran tentang adanya kehidupan yang berkesinambungan, yang membawa faktor
keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan
seperti yang dilakukan oleh Mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat
dipakai untuk membuktikan pemikiran mereka belum ada. Mendel berhasil
membuktikan bahwa pemindahan sifat melainkan merupakan pola yang dapat
diperkirakan. Dasar pemikiran Mendel inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk
memperoleh sifat-sifat yang diinginkan dengan melakukan hibridisasi. Berdasarkan
jasanya dalam melakukan studi genetika dengan melakukan persilangan pada kacang
polong Mendel mendapat julukan sebagai Bapak Genetika‖. Meskipun dalam
perkembangannya genetika tidak hanya membahas tentang faktor-faktor keturunan
saja .
Hukum Mendel I menyatakan bahwa pewarisan sifat dari kedua gen induk
yang berupa pasangan alel yang akan mengalami pemisahan. Pemisahan tersebut
akan diterima oleh setiap gamet dengan jumlah satu gen induk yang diterimanya.
Hukum Mendel I dapat disebut dengan Hukum Segregasi bebas yang menyatakan
pewarisan sifat induk pada pembentukan gamet keturunan akan melalui pembelahan
gen induk yakni terjadi pada persilangan monohibrid. Monohibrid adalah persilangan
antar dua individu dengan spesies yang sama tetapi memiliki satu sifat yang berbeda.
Monohibrid menghasilkan keturunan pertama (F1) yang seragam. Keturunan pertama
(F1) monohibrid mempunyai fenotip yang serupa dengan induknya yang dominan
jika dominansi tampak sepenuhnya. Pemisahan alel terjadi saat keturunan pertama
(F1) heterozigot membentuk gamet-gamet yang akan menyebabkan gamet hanya
memiliki salah satu alel saja.
Genetika adalah ilmu tentang keturunan yang mempelajari berbagai
problematika manusia seperti kesehatannya, cacat lahirnya jasmani maupun mental,
pewarisan ciri-ciri dan kelainan bawaan, bahkan sampai merekayasanya. Kita ketahui
bahwa kehidupan manusia berawal dari pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur
wanita (Ovum) dan menghasilkan suatu bentuk yang telah terbuahi (zigot) yang
dalam psikologi Islam disebut Nutfah, yaitu air mani (sperma) yang keluar dari sulbi
(tulang belakang) laki-laki lalu bersarang dirahim perempuan. Sperma dan sel telur
disebut sel benih (germ cell), sel ini mengandung 46 kromosom yang dibentuk
menjadi 23 pasang, dalam setiap pasang kromosom terdiri dari 1 kromosom pihak
ayah dan 1 kromosom pihak ibu. Semua orang ingin punya keturunan yang baik,
sempurna jasmani rohani, sehingga bila seorang anak lahir, pertama mereka akan
bertanya perempuan atau laki-laki, setelah itu cacat atau tidak. Ada beberapa penyakit
yang memang diwariskan seperti Thalasemia, polidaktili, kemampuan mengecap
(nontaster), Anonychia (kelainan kuku pada beberapa jari yang tidak ada atau tidak
baik tumbuhnya, Retinal aplasia (kelainan pada retina, buta), Katarak (gen dominant
K), cystic fibrosis (kelainan metabolisme sehingga terjadi penurunan fungsi pancreas,
infeksi pernafasan kronis, paru-paru), albinisme, dan kretinisme. Kelainan pada
kromosom selain terjadi karena bawaan, juga dapat terjadi karena nondisjuntion
waktu ibu membentuk sel telur, sehingga hilangnya sebuah kromoson kelamin selama
mitosis setelah zigot XX atau XY terbentuk. Seperti syndrome turner.atau malah
terjadi trisomi atau penambahan kromoson waktu oogenesis, nondisjuction XX,
sehingga kromosom bertambah jadi 47 XXY contohnya pada syndrome Klinefelter.
Gambar 1.2 Gangguan Genetika
Gangguan genetik diakibatkan oleh evolusi mutasi DNA yang bisa diturunkan sebab
mutasi terjadi di sel ovum atau sel sperma.
3) Gangguan Multifaktorial
4) Abnormalitas kromosom
5) Mutasi
Berikut ini adalah beberapa kelainan genetik yang cukup sering terjadi di
tengah masyarakat:
1. Buta warna
Salah satu kelainan genetik yang mungkin tidak asing lagi adalah buta warna.
Normalnya, mata manusia memiliki tiga jenis sel kerucut yang bereaksi terhadap
panjang gelombang cahaya berbeda-beda. Untuk dapat melihat warna dengan baik,
maka pigmen dari ketiga jenis sel kerucut tersebut harus dapat bekerja dengan baik.
Jika tidak, maka akan terjadi buta warna.
Kelainan genetik ini disebabkan oleh adanya kesalahan gen yang kemudian
memengaruhi perkembangan sel darah merah. Sel darah merah penderita penyakit ini
memiliki bentuk yang tidak wajar, sehingga menyebabkan sel darah tersebut tidak
dapat hidup lama seperti sel darah sehat pada umumnya. Penyakit sel sabit dapat
menimbulkan masalah, karena memungkinkan sel darah tersebut terjebak di dalam
pembuluh darah. Anak dengan kondisi ini sejak lahir dapat mengalami anemia, rentan
terhadap infeksi, dan sakit di beberapa bagian tubuh. Meski begitu, ada juga penderita
yang bisa hidup normal.
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelompok kelainan pada darah yang terjadi secara turun
temurun. Kelainan genetik ini terjadi karena adanya kesalahan pada salah satu gen
pada kromosom X yang menentukan bagaimana tubuh membuat faktor pembekuan
darah. Kondisi ini menyebabkan darah tidak dapat membeku secara normal, sehingga
ketika penderitanya mengalami cedera atau luka dan perdarahan yang terjadi akan
lebih lama.
4. Sindrom Klinefelter
Ciri khas lain pada kelainan genetik ini adalah kurangnya hormon testosteron
dan infertilitas.
Sindrom Down terjadi karena adanya materi genetik yang berlebih pada anak,
sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan anak secara fisik dan mental.
Normalnya, seseorang mendapatkan 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari
ibu dengan total 46 kromosom. Pada sindrom Down, terjadi kelainan genetik di mana
jumlah kromosom 21 bertambah, sehingga total kromosom yang didapat oleh anak
adalah 47 kromosom. Kondisi ini tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan
genetik, namun dapat dideteksi lebih awal sebelum anak lahir. Kondisi anak dengan
sindrom Down dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagian anak dapat
hidup dengan cukup sehat, sedangkan sebagian lagi memiliki masalah kesehatan,
seperti kelainan jantung atau kelainan otot. Sebagian besar kondisi medis yang
disebabkan oleh kelainan genetik tidak dapat dicegah. Namun, ada yang bisa
terdeteksi sejak di dalam kandungan melalui pemeriksaan kromosom, sehingga orang
tua dapat mengantisipasi perawatan medis yang tepat untuk meningkatkan kualitas
hidup anak tersebut setelah lahir. Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk rutin
memeriksakan kehamilan ke dokter guna mendeteksi sejak dini kelainan genetik pada
janinnya.
DAFTAR PUSTAKA