Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

JUDUL

: GENETIKA PERCOBAAN PERSILANGAN


MONOHIBRID DAN DIHIBRID MENDEL

TANGGAL

: 5 November 2014

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 B
NAMA
NIM
1. Dwikie
Setiawan

1407025019

2. Laela Rosmawati

1407025026

3. Imilia Simanjutak

1407025036

4. Nur Lila Yanti

1407025059

5. Febella Ayu Audia

1007025093

LABORATORIUM ANATOMI HEWAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum abad ke-17, orang menyangka bahwa kehidupan timbul secara
spontan. Pengamatan sehari-hari menyongkong teori generatio spontanea
(kehidupan timbul secara spontan). Di dalam faham-faham ini tidak dapat
keterangan pasti mengenai proses-proses pewarisan. Memang benar tidak ada
suatu ukuran kesatuan di mana orang dapat meramalkan kombinasi sifat-sifat
orang tua yang akan ditemukan pada keturunannya secara pasti. (Pai, 1985: hal. 2
dan 3).
Pada pertengahan abad ke-19, Gregor Mendel, seorang rahib dari orde
Augustin dengan mengkombinasikan pemikiran yang logis, perhatian yang besar
terhadap hibridasi tanaman (penyilanagan varietas-varietas berlainan) dan bakat
dalam analisa statistik, sampai pada suatu kesimpulan yang dikenal sebagai
hukum-hukum genetika klasik. Mendel mempunyai kelebihan lain daripada hanya
karena kegemaran pada matematika dan nasib baik. Dia berhasil terutama Karena
dia memiliki kemampuan untuk menyusun suatu kumpulan kriteria untuk
melakukan eksperimen yang hingga sekarang harus dilakukan dalam studi
genetika, jika hendak dicapai hasil yang berarti. Aplikasi yang tepat dari kriteria
inilah

yang mengahasilkan formulasi hukum Mendel bagi genetika, yang

menyebabkan orang yang brilian tapi sederhana ini mendapat julukan Bapak
Genetika (Pai, 1985: hal. 4 dan 5 ).
Oleh karena itu, Praktikum tentang Genetika Percobaan Persilangan
Monohibrid dan Dihibrid Mendel ini dilakukan agar para praktikan dapat
mengetahui persilangan monohibrid dan dihibrid dangan mengunakan kacing
berwarna dengan kantong kain sebagai alat peraga peluang persilangan dihibrid
dan monohibrid yang didapatkan secara acak dengan perhitungan khi-kuadrat
sebagai perhitungan percobaan monohibid dan dihibrid apakah berlaku hukum
mendel atau tidak berlaku dalam percobaan tersebut dengan perbandingan
perhitungan tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
-

Mempelajari penggabungan acak gamet-gamet dan betina dari F1 pada saat


pembuahan atau fertilisasi

Menentukan hasil perhitungan dari pengujian khi-kuadrat untuk


mendapatkan hasil kesimpulan hukum mendel

Melakukan pengujian khi-kuadrat untuk menarik kesimpulan dengan


menggunakan rumus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum abad ke-17, orang menyangka bahwa kehidupan timbul secara


spontan. Pengamatan sehari-hari menyongkong teori generatio spontanea
(kehidupan timbul secara spontan). Sebagai contoh, para ilmuwan tanpa
mikroskop mengamati adanya belatung-belatung yang sekonyong-konyong timbul
pada daging mentah yang sebelumnya tidak memperlihatkan adanya telur-telur
serangga yang kecil-kecil (Pai, 1985: hal. 2 ).
Suatu kepercayaan luas yang dianut adalah teori darah dari keturunan,
yang menyatakan bahwa faktor-faktor pembawa sifat yang berada dalam darah
kedua orang tua dipindahkan dengan suatu cara ke dalam telur yang dibuahi
dalam reproduksi seksual. Sampai hari ini, didalam bahasa sehari-hari terdapat
istilah-istilah tak berarti yang mencerminkan faham pemindahan sifat melalui
darah ini, seperti terdapat di dalam darahnya dan darah adik-kakak dan
bahkan dia mempunyai darah jelek (Pai, 1985: hal. 3 ).
Di dalam faham-faham ini tidak dapat keterangan pasti mengenai prosesproses pewarisan. Memang benar tidak ada suatu ukuran kesatuan di mana orang
dapat meramalkan kombinasi sifat-sifat orang tua yang akan ditemukan pada
keturunannya secara pasti. Ilmuwan pertaama yang membuktikan bahwa
pemindahan sifat tidak meragukan tapi dapat mempunyai pola yang dapat
diperkirakan, tidak berasal dari institusi akademis atau ilmiah, sebagaimana orang
sangka, namun dari lingkungan yang sunyi di sebuah biara di Austria (Pai, 1985:
hal. 3 dan 4 ).
Pada pertengahan abad ke-19, Gregor Mendel, seorang rahib dari orde
Augustin dengan mengkombinasikan pemikiran yang logis, perhatian yang besar
terhadap hibridasi tanaman (penyilangan varietas-varietas berlainan) dan bakat
dalam analisa statistik, sampai pada suatu kesimpulan yang dikenal sebagai
hukum-hukum genetika klasik. Mendel mempunyai kelebihan lain daripada hanya
karena kegemaran pada matematika dan nasib baik. Dia berhasil terutama Karena
dia memiliki kemampuan untuk menyusun suatu kumpulan kriteria untuk
melakukan eksperimen yang hingga sekarang harus dilakukan dalam studi
genetika, jika hendak dicapai hasil yang berarti. Aplikasi yang tepat dari kriteria
inilah

yang mengahasilkan formulasi hukum Mendel bagi genetika, yang

menyebabkan orang yang brilian tapi sederhana ini mendapat julukan Bapak
Genetika (Pai, 1985: hal. 4 dan 5 ).
Sejak dahulu, manusia menyadari bahwa orang tua mewariskan cirricirinya jepada keturunannya. Anak manusia mirip orang tuanya, domba dan sapi
mirip induknya, sementara tanaman gandum mirip tanaman induknya. Manusia
juga percaya bahwa sifatm-sifatorang tua bercampur dalam keturunannya.
Namun, tak ada orang yang tau cara kerja pewarisan sifat sampai jawabnya
ditemukan oleh biarawan bernama Gregor Mendel (Walker, 2003: hal. 10)
Seorang biarawan asutria, gregor mendel pada tahun 1843 bergabung ke
biara di brunn, Austria. Mendel tekun berkebun dan mempelajari sains. Sejak
1856, ia mulai menggunakan kebun biara sebagai laboratorium. Mendel memilih
ercis untuk percobaannya. Ercis memiliki sifat sifat dengan variasi yang jelas
berbeda sehingga mudah diidentifikasi.misalnya, ercis bias tinggi atau pendek dan
berbunga ungu atau putih (walker, 2003: hal 10)
Salah satu sifat yang dipelajari Mendel adalah warna bunga. Mendel
menyilangkan ercis berbunga ungu dan putih, dengan memindahkan serbuk sari
bunga ungu ke bunga putih, dan sebaliknya.ia menanam biji- biji yang dihasilkan
dan mencatat warna bunga hasil persilangan. Lalu, ia membiarkan tanaman hasil
persilangan saling menyerbuki dan menghasilkan biji. Biji- biji itu kembali
ditanam dan diamati oleh mendel ( Walker, 2003: hal. 10)
Semua keturunan hasil persilangan ercis berbunga ungu dan putih disebut
generasi pertama-berbunga ungu. Namun, sifat putih tidak hilang. Saat ercis
generasi kedua dihasilkan, sebagian diantaranya berbunga putih. Mendel
mengajukan teori bahwa didalam setiap ercis terdapat satuan- satuan pewarisan
sifat kecil .ia berhasil mengetahui bahwa setiap tanaman induk awal membawa
sepasang factor identik yang menghasilkan hanya bunga ungu atau hanya bunga
putih (Walker, 2003: hal. 11)
Generasi pertama mewarisi satu faktor ungu dari salah satu induk dan satu
faktor putih dari induk yang lain, namun berbunga ungu. Mendel menjelaskan
bahwa factor ungu dominana terhadap faktor putih, satu factor ungu saja sudah
cukup untuk membuat bunga bewarna ungu. Sebagian tumbuhan generasi kedua

berbunga putih karena mewarisi faktor faktor putih saja. Mandel menyebutkan
factor putih resesif karena tersembunyi, atau menghilang, dalam generasi
pertama (Walker, 2003: hal. 11)
Dengan teori faktornya, mendel menunjukkan bahwa sifat yang
diwariskan ke generasi baru dalam kondisi terpisah. Trobosan mendel masih
belum diakui saat ia meninggal pada tahun 1884, namun ditemukan kembali di
awal abad ke -20 oleh para ilmuwan yang sedang menyelidiki pewarisan sifat.
Faktorfaktor mendel diberi nama baru, yaitu gen. penelitian mendel menjadi
dasar ilmu genetika (Walker, 2003: hal. 11)
Bedasarkan penelitian gregor mendel gen adalah intruksi, saat mendel
hidup orang percaya bahwa ciri- cirri orang tua bercampur dalam anakan mereka.
Percobaan mendel menggunakan tumbuhan menunjukkan bahwa yang sebenarnya
diwariskan orang tua ke anak- anakanya adalah gen. setiap gen adalah intruksi
yang mengendalikan cirri tertentu, seperti warna mata. Gen ditemukan di dalam
sel disepanjang kromosom, yang berpasangan. Gen juga berpasangan mungkin
terdapat dalam bentuk berbeda, disebut alel, yang menghasilkan versi berbeda dari
ciri yang sama, seperti mata biru atau cokelat (Walker, 2003: hal. 24)
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui
sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik
itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor. Hukum
Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotip heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu

gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet


(Kimball, 1983: hal. 74 ).
Dihibrid merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan
gen secara bebas (Independent Assortment of Genes). Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing
kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid,
yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda.
Disebut juga Hukum Asortasi (Kimball, 1983: hal. 75).
Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada
pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda.
Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu
hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifatsifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu
akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu
demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda (Kimball, 1983: hal.
75).
Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan
frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan
kromosom non homolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua
dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama
baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat
digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotip
klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio
ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan
dan resesif (Kimball, 1983: hal. 75 ).
Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulat-kuning,
101 ercis keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriput-hijau. Ciri khas
karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis ini dan
membuktikan adanya genotip terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi
baru ciri-cirinya. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang merupakan genotip
tunggal. Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang terakhir

(hukum Mendel kedua): Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada
distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas
(Kimball, 1983: hal. 76).
Pengamatan mendel yang menyatakan sifat indivvidu mempunyai hanya
satu pasang gen bagi tiap sifat, berarti, bahwa setiap induk hanya memberikan
satu dari sepasang gennya kepada keturunannya sebab jika keturunannya mewarisi
kedua gen dari tiap induk maka keturunannya itu akan mempunyai dua pasang
induk. Maka akan terdapat penambahan jumlah gen pergenerasi secara geometris
(Pai, 1985: hal. 10 ).
Pasangan dua gen sekawan yang menentukan sesuatu sifat dinyatakan
sebagai alel sekalipun alela-alela yang menentukan sifat-sifat yang diteliti mendel
dalam tanaman ercis nyatanya berbeda dengan dua bentuk, dominan dan resesif,
namun kita tau sekarang bahwa beberapa sifat dapat ditentukan oleh gen-gen yang
bisa berada dalam banyak macam bentuk. Fenomena ini disebut sebagai multiple
allelism atau alelisme majemuk (Pai, 1985: hal. 10 ).
Dalam analisisnya, mendel menemukan bahwa pasangan alel yang
menentukan suatu sifat tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan
pengecualian yang jarang terjadi didalam alam, tidak ada pasangan alel secara
normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi kegenerasi lain. Fenomena
ini, yang disebut hukum segregasi atau hukum pemisahan, digambarkan oleh
persilangan f1 (tiinggi) X f1 (tinggi). Hanya jika kedua gen, T dan t dari setiap
tanaman f1 berpisah kedalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara
terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkinkan untuk diperoleh
kombinasi seperti TT, Tt dan tt (Pai, 1985: hal. 10 ).
Mendel

mula-mula

membiakkan

tanaman-tanaman

yang

hanya

memperlihatkan sifat-sifat dominan, sifat tinggi dan polong hijau dan tanamantanaman yang menggabungkan sifat-sifat resesif, sifat pendek dan polong kuning.
(Pai, 1985: hal. 3 ).

BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tentang Genetika Percobaan Persilangan Monohibrid dan
Dihibrid Mendel ini dilaksanakan pada hari rabu, 5 November 2014, pada pukul
14.3017.00 WITA, bertempat di Laboratorium Anatomi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman,Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Kalkulator
- Alat tulis
- Kamera
- Kantong kain
- Buku gambar
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Persilangan Monohibrid
- Kancing merah putih yang telah dilekatkan
3.2.2.2 Persilangan Dihibrid
-Kancing plastik dengan kombinasi warna : merah-hitam, merah-hijau, putihhitam dan putih-hijau
- Kantong Kain
3.3

Cara kerja

3.3.1 Persilangan Monohibrid


- Dilembarkan kancing secara serempak .
- Kancing warna merah menunjukan alel R dan warna putih menunjukan
alel r
- Dicatat kombinasi sisi kancing yang muncul, yaitu RR, Rr, atau rr.
- Dilakukan pelemparan sebanyak 200 kali.
- Diuji fenotip data percobaan sesuai dengan hipotesis yang diperlukan
dengan uji khi-kuadrat.

3.3.2 Persilangan Dihibrid


- Pada dua buah kantong masing-masing berisi 16 kancing plastik yang terdiri
dari 4 merah-hijau ( RB ) = bunga merah, bunga bulat. 4 merah- hijau (Rb)
= bunga merah, bunga oval. 4 putih-hitam ( rB) = bunga putih, buah oval. 4
putih-hijau (rb)= bunga putih, buah oval.
- Diambil dengan tangan kiri kancing pada kantong kiri, dan dengan tanggan
kanan kancing pada kantong kanan, pada waktu yang bersamaan sehingga
dibentuk suatu kombinasi kancing.
- Dikembalikan kombinasi kancing tersebut itu kedalam kantong asalnya, lalu
diulangi hingga 200 kali.
- Dilakukan pengujian khi-kuadrat

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Persilangan Monohibrid

Pengamatan

Diamati

genotif

(o)

Harapan (E)

(O

1
( 55 50 )
50
4
RR

55

Rr

100

rr

45

X= = 0,5

x200= 50

(100 10
100
X== 0

2
(
4

45 50
45
X== 0,32

x200 = 100

1
4

x200 = 50

Total

200

200

X
Db = K-1 = 3-1 = 2
X2 total = 5,99
X2 hitung = 1.06

2
hitung= 1.06

Jadi, H0 = X2 hitung X2 tabel

(O

Pada percobaan satu persilangan 1:2:1 X2 hitung = 1.06 X2 total = 5,99, maka

diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
sehingga hukum mendel 1 berlaku.

4.1.2 Tabel Persilangan Monohibrid Penuh


Pengamatan Diamati (o)
gamet

Harapan (E)

3
(155 15
150
4
RR

155

rr

45

x200= 150

X== 8

( 45 50 )
50
X== 8

1
4

x200 = 50

Total

200

200

X
Db = K-1 = 2-1 =1
X2 total = 5.99
X2 hitung = 0.667
Jadi, H1 = X2 hitung < X2 tabel

2
hitung= 0.667

Pada percobaan dua persilangan 3:1 X2 hitung = 0.667 X2 total = 5,99, maka

(O

diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
sehingga hukum mendel 1 berlaku.

4.1.3 Tabel Persilangan Dihibrid Penuh


Pengamatan
genotif

Diamati (o)

Harapan (E)

9
x
16
R_B_

119

x200=112,5

3
x
16
R_bb

35

x200=37,5

3
x
16
rr B_

31

x200= 7,5
3

1
x
16
rrbb

15

Total

200

x200=12,5
200

2
hitung= 226.507

Db = K-1 = 4-1 = 3
X2 total = 5.99
X2 hitung = 226.507
Jadi, H1 = X2 hitung > X2 tabel
Pada percobaan tiga persilangan 9:3:3:1 X2 hitung = 226.507 X2 total = 5,99,
maka diterima bahwa sebaran pengamatan sangat berbeda nyata dengan sebaran
harapan sehingga hukum mendel 1 tidak berlaku

4.2 Pembahasan
Dalam analisisnya, Mendel menemukan bahwa pasangan alela yang
menentukan suatu sifat tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan
pengecualiaan yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel yang
secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi yang lain.
Fenomena ini yang disebut hokum segresi atau hokum pemisahan, digambarkan
oleh persilangan F1(tinggi) x F1(tinggi). Hanya jika kedua gen, T dan t, dari setiap
tanaman F1 berpisah kedalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara
terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkinkan untuk diperoleh
kombinasi seperti terlihat pada diagram terdahulu, yaitu TT,Tt dan tt (Pai, 1985:
hal. 10 ).
Untuk

menguji

kebenaran

asumsinya

mengenai

unit

pewarisan

selanjutnya, Mendel menggabungkan berbagai sifat menjadi satu galur murni,


kemudian melakukan hibridisasi tanaman-tanaman ini, memberi kesempatan F1
melakukan penyerbukan sendiri dan sekali lagi mencatat rasionya. Jika tanamantanaman F1 yang tinggi dan hijau diberi kesempatan untuk menyerbuk sendiri,
kedua-dua tipe parental (induk) timbul pada generasi F2, seperti diharapkan dari
hasil-hasil terdahulu. Akan tetapi sebagai tambahan, timbul 2 tanaman kelas baru:
tinggi kuning dan pendek hijau, mewakili kombinasi-kombinasi baru dari sifatsifat induk. Dan ke-4 kelas ini tampil secara tetap dalam rasio 9 : 3 : 3 : 1 dengan
distribusi sebagai berikut: 9 tinggi hijau, 3 tinggi kuning, 3 pendek hijau dan 1
pendek kuning, yang dalam symbol gen masing-masing bias ditulis 9 (T-G-), 3 (Tgg), 3 (ttG-) dan 1 (ttgg). Pengamata ini menghasilkan formulasi hokum genetika
Mendel kedua, yaitu hokum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang
menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas dari satu dengan

yang lain dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya
(Pai, 1985: hal. 10-12 ).
Karena percobaan-percobaan genetis pada umumnya didasarkan pada
analisis data yang diperoleh dari persilangan tumbuhan dan hewan percobaan,
penting bagi para ahli genetika untuk mampu menentukan apakah deviasi-deviasi
(penyimpangan) dari rasio yang diharapkan disebabkan oleh peluang saja atau
oleh beberapa faktor tidak terduga selain peluang pada percobaan ini.
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui
sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik
itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor. Hukum
Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotip heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet
(Kimball, 1983: hal. 74).
Dihibrid merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan
gen secara bebas (Independent Assortment of Genes). Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing
kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid,
yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda.
Disebut juga Hukum Asortasi (Kimball, 1983: hal. 75).
Pasangan dua gen sekawan yang menentukan sesuatu sifat dinyatakan
sebagai alel sekalipun alela-alela yang menentukan sifat-sifat yang diteliti mendel
dalam tanaman ercis nyatanya berbeda dengan dua bentuk, dominan dan resesif,

namun kita tau sekarang bahwa beberapa sifat dapat ditentukan oleh gen-gen yang
bisa berada dalam banyak macam bentuk. Fenomena ini disebut sebagai multiple
allelism atau alelisme majemuk (Pai, 1985: hal. 10 ).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

(O

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Pada fertilisasi sempurna akan terjadi penggabungan yang secara acak


dari dua alel yang berbeda, dimana satu faktor berasal dari tetua jantan
dan satu lagi berasal dari tetua betina, yang sesuai dengan hukum Mendel
II yaitu, pada pembentukan gamet F1 masing-masing gen suatu sifat dari
tetua betina berpadu bebas dengan masing-masing gen suatu sifat dari
tetua jantan.
Pada percobaan yang dilakukan untuk menentukan apakah perhitungan
tersebut berlaku atau tidak ialah dengan melihat perbandingan hasil
hitung dengan sebaran harapan apakah sesuai atau tidak untuk
berlakunya hukum mendel tersebut
Untuk melakukan pengujian Khi-kuadrat dengan cara
X , dimana O = hasil pengamatan dan E= harapan
5.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya, sebaiknya pada saat dilakukan percobaan ini,


hendaknya pada saat pengambilan kancing pada kantong kain, kantong tersebut
diacak agar tidak terjadi pengambilan kancing yang sama secara berurutan.

DAFTAR PUSTAKA
Kimball, J.W. 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Pai, C. Anna. 1985. Dasar-Dasar Genetika . Jakarta: Erlangga
Walker, Richard. 2003. Gen & DNA. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai