BIOLOGI DASAR
JUDUL
TANGGAL
: 5 November 2014
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 B
NAMA
NIM
1. Dwikie
Setiawan
1407025019
2. Laela Rosmawati
1407025026
3. Imilia Simanjutak
1407025036
1407025059
1007025093
menyebabkan orang yang brilian tapi sederhana ini mendapat julukan Bapak
Genetika (Pai, 1985: hal. 4 dan 5 ).
Oleh karena itu, Praktikum tentang Genetika Percobaan Persilangan
Monohibrid dan Dihibrid Mendel ini dilakukan agar para praktikan dapat
mengetahui persilangan monohibrid dan dihibrid dangan mengunakan kacing
berwarna dengan kantong kain sebagai alat peraga peluang persilangan dihibrid
dan monohibrid yang didapatkan secara acak dengan perhitungan khi-kuadrat
sebagai perhitungan percobaan monohibid dan dihibrid apakah berlaku hukum
mendel atau tidak berlaku dalam percobaan tersebut dengan perbandingan
perhitungan tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyebabkan orang yang brilian tapi sederhana ini mendapat julukan Bapak
Genetika (Pai, 1985: hal. 4 dan 5 ).
Sejak dahulu, manusia menyadari bahwa orang tua mewariskan cirricirinya jepada keturunannya. Anak manusia mirip orang tuanya, domba dan sapi
mirip induknya, sementara tanaman gandum mirip tanaman induknya. Manusia
juga percaya bahwa sifatm-sifatorang tua bercampur dalam keturunannya.
Namun, tak ada orang yang tau cara kerja pewarisan sifat sampai jawabnya
ditemukan oleh biarawan bernama Gregor Mendel (Walker, 2003: hal. 10)
Seorang biarawan asutria, gregor mendel pada tahun 1843 bergabung ke
biara di brunn, Austria. Mendel tekun berkebun dan mempelajari sains. Sejak
1856, ia mulai menggunakan kebun biara sebagai laboratorium. Mendel memilih
ercis untuk percobaannya. Ercis memiliki sifat sifat dengan variasi yang jelas
berbeda sehingga mudah diidentifikasi.misalnya, ercis bias tinggi atau pendek dan
berbunga ungu atau putih (walker, 2003: hal 10)
Salah satu sifat yang dipelajari Mendel adalah warna bunga. Mendel
menyilangkan ercis berbunga ungu dan putih, dengan memindahkan serbuk sari
bunga ungu ke bunga putih, dan sebaliknya.ia menanam biji- biji yang dihasilkan
dan mencatat warna bunga hasil persilangan. Lalu, ia membiarkan tanaman hasil
persilangan saling menyerbuki dan menghasilkan biji. Biji- biji itu kembali
ditanam dan diamati oleh mendel ( Walker, 2003: hal. 10)
Semua keturunan hasil persilangan ercis berbunga ungu dan putih disebut
generasi pertama-berbunga ungu. Namun, sifat putih tidak hilang. Saat ercis
generasi kedua dihasilkan, sebagian diantaranya berbunga putih. Mendel
mengajukan teori bahwa didalam setiap ercis terdapat satuan- satuan pewarisan
sifat kecil .ia berhasil mengetahui bahwa setiap tanaman induk awal membawa
sepasang factor identik yang menghasilkan hanya bunga ungu atau hanya bunga
putih (Walker, 2003: hal. 11)
Generasi pertama mewarisi satu faktor ungu dari salah satu induk dan satu
faktor putih dari induk yang lain, namun berbunga ungu. Mendel menjelaskan
bahwa factor ungu dominana terhadap faktor putih, satu factor ungu saja sudah
cukup untuk membuat bunga bewarna ungu. Sebagian tumbuhan generasi kedua
berbunga putih karena mewarisi faktor faktor putih saja. Mandel menyebutkan
factor putih resesif karena tersembunyi, atau menghilang, dalam generasi
pertama (Walker, 2003: hal. 11)
Dengan teori faktornya, mendel menunjukkan bahwa sifat yang
diwariskan ke generasi baru dalam kondisi terpisah. Trobosan mendel masih
belum diakui saat ia meninggal pada tahun 1884, namun ditemukan kembali di
awal abad ke -20 oleh para ilmuwan yang sedang menyelidiki pewarisan sifat.
Faktorfaktor mendel diberi nama baru, yaitu gen. penelitian mendel menjadi
dasar ilmu genetika (Walker, 2003: hal. 11)
Bedasarkan penelitian gregor mendel gen adalah intruksi, saat mendel
hidup orang percaya bahwa ciri- cirri orang tua bercampur dalam anakan mereka.
Percobaan mendel menggunakan tumbuhan menunjukkan bahwa yang sebenarnya
diwariskan orang tua ke anak- anakanya adalah gen. setiap gen adalah intruksi
yang mengendalikan cirri tertentu, seperti warna mata. Gen ditemukan di dalam
sel disepanjang kromosom, yang berpasangan. Gen juga berpasangan mungkin
terdapat dalam bentuk berbeda, disebut alel, yang menghasilkan versi berbeda dari
ciri yang sama, seperti mata biru atau cokelat (Walker, 2003: hal. 24)
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui
sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik
itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor. Hukum
Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotip heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
(hukum Mendel kedua): Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung pada
distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum pemilihan bebas
(Kimball, 1983: hal. 76).
Pengamatan mendel yang menyatakan sifat indivvidu mempunyai hanya
satu pasang gen bagi tiap sifat, berarti, bahwa setiap induk hanya memberikan
satu dari sepasang gennya kepada keturunannya sebab jika keturunannya mewarisi
kedua gen dari tiap induk maka keturunannya itu akan mempunyai dua pasang
induk. Maka akan terdapat penambahan jumlah gen pergenerasi secara geometris
(Pai, 1985: hal. 10 ).
Pasangan dua gen sekawan yang menentukan sesuatu sifat dinyatakan
sebagai alel sekalipun alela-alela yang menentukan sifat-sifat yang diteliti mendel
dalam tanaman ercis nyatanya berbeda dengan dua bentuk, dominan dan resesif,
namun kita tau sekarang bahwa beberapa sifat dapat ditentukan oleh gen-gen yang
bisa berada dalam banyak macam bentuk. Fenomena ini disebut sebagai multiple
allelism atau alelisme majemuk (Pai, 1985: hal. 10 ).
Dalam analisisnya, mendel menemukan bahwa pasangan alel yang
menentukan suatu sifat tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan
pengecualian yang jarang terjadi didalam alam, tidak ada pasangan alel secara
normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi kegenerasi lain. Fenomena
ini, yang disebut hukum segregasi atau hukum pemisahan, digambarkan oleh
persilangan f1 (tiinggi) X f1 (tinggi). Hanya jika kedua gen, T dan t dari setiap
tanaman f1 berpisah kedalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara
terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkinkan untuk diperoleh
kombinasi seperti TT, Tt dan tt (Pai, 1985: hal. 10 ).
Mendel
mula-mula
membiakkan
tanaman-tanaman
yang
hanya
memperlihatkan sifat-sifat dominan, sifat tinggi dan polong hijau dan tanamantanaman yang menggabungkan sifat-sifat resesif, sifat pendek dan polong kuning.
(Pai, 1985: hal. 3 ).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum tentang Genetika Percobaan Persilangan Monohibrid dan
Dihibrid Mendel ini dilaksanakan pada hari rabu, 5 November 2014, pada pukul
14.3017.00 WITA, bertempat di Laboratorium Anatomi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman,Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Kalkulator
- Alat tulis
- Kamera
- Kantong kain
- Buku gambar
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Persilangan Monohibrid
- Kancing merah putih yang telah dilekatkan
3.2.2.2 Persilangan Dihibrid
-Kancing plastik dengan kombinasi warna : merah-hitam, merah-hijau, putihhitam dan putih-hijau
- Kantong Kain
3.3
Cara kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan
Diamati
genotif
(o)
Harapan (E)
(O
1
( 55 50 )
50
4
RR
55
Rr
100
rr
45
X= = 0,5
x200= 50
(100 10
100
X== 0
2
(
4
45 50
45
X== 0,32
x200 = 100
1
4
x200 = 50
Total
200
200
X
Db = K-1 = 3-1 = 2
X2 total = 5,99
X2 hitung = 1.06
2
hitung= 1.06
(O
Pada percobaan satu persilangan 1:2:1 X2 hitung = 1.06 X2 total = 5,99, maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
sehingga hukum mendel 1 berlaku.
Harapan (E)
3
(155 15
150
4
RR
155
rr
45
x200= 150
X== 8
( 45 50 )
50
X== 8
1
4
x200 = 50
Total
200
200
X
Db = K-1 = 2-1 =1
X2 total = 5.99
X2 hitung = 0.667
Jadi, H1 = X2 hitung < X2 tabel
2
hitung= 0.667
Pada percobaan dua persilangan 3:1 X2 hitung = 0.667 X2 total = 5,99, maka
(O
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
sehingga hukum mendel 1 berlaku.
Diamati (o)
Harapan (E)
9
x
16
R_B_
119
x200=112,5
3
x
16
R_bb
35
x200=37,5
3
x
16
rr B_
31
x200= 7,5
3
1
x
16
rrbb
15
Total
200
x200=12,5
200
2
hitung= 226.507
Db = K-1 = 4-1 = 3
X2 total = 5.99
X2 hitung = 226.507
Jadi, H1 = X2 hitung > X2 tabel
Pada percobaan tiga persilangan 9:3:3:1 X2 hitung = 226.507 X2 total = 5,99,
maka diterima bahwa sebaran pengamatan sangat berbeda nyata dengan sebaran
harapan sehingga hukum mendel 1 tidak berlaku
4.2 Pembahasan
Dalam analisisnya, Mendel menemukan bahwa pasangan alela yang
menentukan suatu sifat tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan
pengecualiaan yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel yang
secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi yang lain.
Fenomena ini yang disebut hokum segresi atau hokum pemisahan, digambarkan
oleh persilangan F1(tinggi) x F1(tinggi). Hanya jika kedua gen, T dan t, dari setiap
tanaman F1 berpisah kedalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara
terpisah pada waktu reproduksi saja, maka dimungkinkan untuk diperoleh
kombinasi seperti terlihat pada diagram terdahulu, yaitu TT,Tt dan tt (Pai, 1985:
hal. 10 ).
Untuk
menguji
kebenaran
asumsinya
mengenai
unit
pewarisan
yang lain dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya
(Pai, 1985: hal. 10-12 ).
Karena percobaan-percobaan genetis pada umumnya didasarkan pada
analisis data yang diperoleh dari persilangan tumbuhan dan hewan percobaan,
penting bagi para ahli genetika untuk mampu menentukan apakah deviasi-deviasi
(penyimpangan) dari rasio yang diharapkan disebabkan oleh peluang saja atau
oleh beberapa faktor tidak terduga selain peluang pada percobaan ini.
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama
dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan
hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui
sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi
asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik
itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor. Hukum
Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotip heterozigot.
Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet
(Kimball, 1983: hal. 74).
Dihibrid merupakan bagian dari hukum Mendel II, yaitu pengelompokan
gen secara bebas (Independent Assortment of Genes). Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing
kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid,
yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda.
Disebut juga Hukum Asortasi (Kimball, 1983: hal. 75).
Pasangan dua gen sekawan yang menentukan sesuatu sifat dinyatakan
sebagai alel sekalipun alela-alela yang menentukan sifat-sifat yang diteliti mendel
dalam tanaman ercis nyatanya berbeda dengan dua bentuk, dominan dan resesif,
namun kita tau sekarang bahwa beberapa sifat dapat ditentukan oleh gen-gen yang
bisa berada dalam banyak macam bentuk. Fenomena ini disebut sebagai multiple
allelism atau alelisme majemuk (Pai, 1985: hal. 10 ).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(O
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, J.W. 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Pai, C. Anna. 1985. Dasar-Dasar Genetika . Jakarta: Erlangga
Walker, Richard. 2003. Gen & DNA. Jakarta: Erlangga