Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Perkembangan Genetika

Sejarah genetika berasal dari era klasik dengan kontribusi Pythagoras,


Hippocrates, Aristoteles, Epicurus, dan lain-lain. Genetika modern dimulai
dengan karya biarawan Agustinian, Gregor Johann Mendel. Karyanya tentang
tanaman kacang polong, yang diterbitkan pada tahun 1866, memberikan bukti
awal bahwa, setelah ditemukan kembali pada tahun 1900-an, membantu
menegakkan teori pewarisan Mendel.

Di Yunani kuno, Hippocrates berpendapat bahwa semua organ tubuh


orang tua mengeluarkan “benih” yang tidak terlihat, komponen miniatur, yang
ditularkan melalui hubungan seksual dan digabungkan di dalam rahim ibu untuk
membentuk bayi. Pada masa Modern Awal, buku On Animal Generation karya
William Harvey bertentangan dengan teori genetika dan embriologi Aristoteles.

Penemuan kembali karya Mendel pada tahun 1900 oleh Hugo de Vries,
Carl Correns, dan Erich von Tschermak membawa kemajuan pesat dalam bidang
genetika. Pada tahun 1915, prinsip dasar genetika Mendel telah dipelajari pada
berbagai macam organisme - terutama lalat buah Drosophila melanogaster.
Dipimpin oleh Thomas Hunt Morgan dan rekan-rekannya yang merupakan "ahli
drosofilis", para ahli genetika mengembangkan model Mendel, yang diterima
secara luas pada tahun 1925. Bersamaan dengan penelitian eksperimental, para
ahli matematika mengembangkan kerangka statistik genetika populasi, yang
membawa penjelasan genetika ke dalam studi evolusi.

Dengan terbentuknya pola dasar pewarisan genetik, banyak ahli biologi


beralih ke penyelidikan sifat fisik gen. Pada tahun 1940-an dan awal 1950-an,
percobaan menunjukkan DNA sebagai bagian kromosom (dan mungkin
nukleoprotein lain) yang menampung gen. Fokus pada organisme model baru
seperti virus dan bakteri, bersamaan dengan penemuan struktur heliks ganda DNA
pada tahun 1953, menandai transisi ke era genetika molekuler.

Pada tahun-tahun berikutnya, ahli kimia mengembangkan teknik untuk


mengurutkan asam nukleat dan protein, sementara banyak ahli kimia lainnya yang
meneliti hubungan antara kedua bentuk molekul biologis ini dan menemukan
kode genetik. Regulasi ekspresi gen menjadi isu sentral pada tahun 1960an; pada
tahun 1970an ekspresi gen dapat dikontrol dan dimanipulasi melalui rekayasa
genetika. Pada dekade terakhir abad ke-20, banyak ahli biologi berfokus pada
proyek genetika berskala besar, seperti pengurutan seluruh genom.

Pengetahuan genetika sudah ada sebelum abad XIX, disebut Pre-Mendel


bangsa babylonia 6000 tahu lampau telah menyusun silsilah kuda untuk
memperbaiki keturunanya. Beberapa abad sebelum masehi bangsa Cina sudah
mengenal seleksi terhadap benih-benih padi untuk mencari sifat-sifat unggul pada
tanaman itu. Di Amerika dan Eropa juga sudah ribuan tahun lampau orang
melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan jagung, yang
asalnya ialah dari rumput liar.

Tapi semua itu belum diuraikan secara ilmiah; belum dapat dicirikan sifat-
sifat menurun tertentu pada suatu makluk.

Barulah sejak penemuan Gregor Mendel (1822-1884), pengetahuan


genetika berkembang dan menjadi suatu lapangan ilmu dalam bidang biologi.
Ayah mendel petani buah di austria dan ini mempengaruhinya sejak kecil. Ketika
mendel bertambah besar ia tertarik melakukan penyerbukan silang. Ini
dilakukannya terhadap banyak sekali jenis tumbuhan dan beberapa jenis binatang .
stelah ia belajar filsafat 2 tahun di unufersitas, ia masuk biara dekat Brunn,
Austria (sekarang jadi Brno, termasuk Cekoslokia), dan jadi rahib. Disini ia dapat
mengembangkan pengamatanya dalam bidang tanaman di samping mendalami
hidup keagamaan. Ia pun diijinkan memakai pekarangan biara untuk dipakai
sebagai kebun percobaan.

Setelah mengajar beberapa tahun dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan


alam di SD ia masuk universitas lagi, mengambil kuliah dalam ilmu pasti dan
ilmu pengetahuan alam.
Keluar dari sana ia kembali ke biara, dan mengejar lagi, sambil terus
melakukan percobaan persilangan. Ia banyak memakai ercis dalam percobaan
persilangan itu.

Mendel berhasil mengamati sesuatu macam sifat keturunan (karakter) dari


generasi ke generasi, dan berhasil pula membuat perhitungan matematika tentang
sifat genetis karakter itu. Faktor genetisnya ia sebut determinant. Inilah
keunggulannya dibandingkan dengan percobaan persilangan yang sering dilakuan
orang sebelumnya.

Karena itu mendel disebut sebagai ‘’Bapak Genetika’’, yang memberi dasar
pengetahuan genetika modern.

Namun penemuanya itu, meski telah dia ceramahkan didepan perhimpunan


ilmu pegetahuan alam di negaranya, lalu setahun kemudian (1866) di terbitkan
pula dalam majalah perhimpunan itu, tetap saja tidak mendapat perhatian.

Mungkin juga orang masih terpengaruh oleh buku carles darwin ‘’On The
Origin Of Spesis‘’ (tentang evolusi) yang tersohor sampe kini, yang terbit 7 tahun
sebelumnya (1859). Sehingga penemuan mendel itu tertutupi begitu saja. Darwin
pun 2 tahun sejak terbitbuku mendel itu (1868) menerbitkan sebuah buka berjudul
‘’Variation Of Animals And Plants Under Demostication’’, yang isinya
menyebutkan bahwa ada perubahan yang berangsur dan berurutan terus (kontinu)
terdapat pada makhluk. Sedangakan penemuan mendel membuat klasifikasi yang
tegas antara berbagai variasi dalam persilangannya, dan dari situ dia membuat
perhitungan matematika. Berupa perbandingan antara berbagai variasi yang
timbul. Ini berlawanan dengan yang ditulis Darwin.

Baru tahun 1900, yakni 34 tahun kemudian, karangan mendel di baca orang
kembali dan menjadi bahan referensi para ahli. Sarjana-sarjana yang dianggap
penemu kembali karya mendel itu ialah Hugo de Vries, Carl Correns dan Erich
Von Tschermak-Seysenegg. Mereka menulis karangan dengan mengutip karya
mendel itu. Sejak itu pengetahuan genetika pun berkembang cepat.
W. Bateson (1861-1926) bersama R.C Punnet membuat percobaan
terhadap ayam untuk membuktikan apakah penemuan Mendel berlaku pula pada
hewan (1907). Mereka temukan adanya sifat-sifat yang menyimpang dari
perhitungan matematika mendel; mereka pulalah yang menemukan adanya
interaksi antara gen dalam menumbuhkan suatu variasi. Menurut Bateson variasi
yang terdapat dalam spesis bisa juga timbul oleh variasi dalam interaksi antara
gen-gen.

Sementara itu pengetahuan orang tentang sitologi berkembang pesat, dan


menjadi penunjang penting bagi perkembangan genetika. Setelah ditemukannya
dua buah kromosom dalam inti ovum dan sperma, dan empat buah dalam zigot
Parascaris oleh E. Van Beneden (1883), T. Boveri (1891) mengemukakan
sebuah teori, bahwa kromosom yang terkandung dalam inti sel ialah yang
membawa bahan genetis. Tingkah laku materi genetis itu di kenal lebih mendalam
setelah W. Flemming (1882) dan W. Roux (1883) mengamati proses pembelahan
sel somatis, yang kemudian diberi nama mitosis. A.Weismann (1887) melihat
bagaimana kromosom itu membagi dua waktu pembelah sel dalam pembentukan
gamet, yang kemudian dikenal dengan meiosis. Demikianlah W. S. Sutton (1902)
berkesimpulan bahwa ada kesejajaran tingkah laku kromosom ketika sel sedang
membelah dengan segregasi bahan genetis yang ditemukan mendel.

J. Belling (1930) berjasa dalam mengembangkan sitogenetika, karena ia


menemukan cara yang mudah dan sederhana untuk mengamati tingkah laku
kromosom, di bawah mikriskop.

T. H. Morgan (1914) menemukan, bahwa gen yang menjadi unit terkecil


bahan genetis, yang istilahnya di perkenalkan oleh W. Johannsen (1903),
terdapat banyak dalam satu kromosom. Dalam proses pewarisannya kepada
keturun menyimpang dari penemuan mendel. Sebelumnya di anggap bahwa gen
berada pada kromosom sendiri-sendiri, sehingga setiap gen mengalami pemisahan
yang seimbang ketika gametogenesis. Morgan menyebut gen-gen itu berangkai.

Bahan genetis rupanya tidaklah baka, dapat berubah, seperti ditemukan


Hugo de Vries (1901). Dia menyebutkan bahwa perubahan genetis yang bukan
karena pengaruh hibrid itu merupakan mutasi. Kemudian A. Garrod (1909)
menemukan banyak penyakit bawaan disebabkan keabnormalan kegiatan enzim,
sedangkan enzim-enzim itu diproduksi oleh gen. V. M. Ingram (1956) pun
melihat, beda Hb normal dan abnormal terdapat pada perbedaan urutan asam-
asam amino dalam molekul globinnya, dan itu karena mutasi.

Tingkah laku mutasi diperdalam oleh H.J. Muller (1927). Ia dapat


melakukan mutasi buatan atau induksi dengan meradiasi seekor hewan dengan
sinar X. Kemudian C. Auerbach (1962) memperkenalkan berbagai zat kimia
yang juga dapat menimbulkan mutasi buatan.

Pengetahuan genetika lebih maju lagi, dengan diketahuinya susunan


molekul gen, yang terdiri dari ADN (Asam Deoksiribosa Nukleat). Bangunannya
dibuat model oleh J. D. Watson dan F. H. C. Crick (1953) dan disempurnakan
oleh M. H. F. Wilkins (1961).

Sejak M. W. Nirenberg (1961) menyusun kode genetis yang menentukan


urutan asam-asam amino dalam sintesa protein, diketahuilah bahwa gen itu
bekerja menumbuhkan suatu karakter lewat sintesa protein dalam sel-sel tubuh.

Selanjutnya A. Korrberg (1958) dapat mengisolasi ADN dan membuat


tiruannya. Sedangkan H. G. Khorana (1971) dalam membuat sintesis gen itu in
vitro berhasil menerusi sifat gen asli, karena mampu melakukan transkripsi untuk
sintesa protein dalam sel.

Perkembangan genetika mutakhir ialah transformasi gen. Gen kini dapat


dipindah-pindahkan dari satu individu ke individu lain dengan memperalat virus
atau bakteri. Dasar transformasi ini ditemukan F. Griffith (1928) pada bakteri
pneumococcus. Berpuluh-puluh tahun kemudian dikembanglkan oleh banyak
sarjana seperti O. T. Avery, C. MacLeod dan M. McCarty (1944), dan
belakangan A. Hershey dan M. Chace (1952). Mereka kemudian mendapat
Hadiah Nobel berkat jasa-jasa mereka yang besar dalm genetika biokimia
mikroba.
Peristiwa heterosis, yakni munculnya sifat unggul oleh hibrid, sehingga
dapat melipat gandakan produksi tanaman pangan (“revolusi hijau”) dan ternak
berkat jasa para ahli breeding W. Johanssen, G. H. Sholl, S. Wright, E. M. Eats
dan D. F. Jones (1900-1917). Zat kimia yang dapat menginduksi mutasi ikut
berperan menciptakan heterosis ini, dan sekaligus mendorong manusia
“membikin” spesies baru di alam.

Bagian Bunga dan Penjelasannya

Seperti makhluk hidup lainnya, bunga juga terbagi menjadi beberapa


bagian dengan fungsinya masing-masing.

1. Kelopak Bunga

Kelopak bunga atau calyx merupakan bagian paling luar berwarna hijau
seperti daun atau kecoklatan. Bagian ini berfungsi melindungi mahkota pada saat
kuncup. Kelopak bunga akan membuka pada saat mahkota bunga mekar
sempurna. Sebenarnya kelopak bunga merupakan modifikasi dari daun.

2. Mahkota Bunga
Mahkota bunga merupakan bagian paling mudah dikenali karena
berukuran besar dan berwarna mencolok. Bagian ini berfungsi membantu
penyerbukan bunga dengan menarik perhatian para serangga agar hinggap. Selain
itu tugas mahkota juga melindungi alat reproduksi bunga (putik dan benang sari).
Petal atau kelopak pada mahkota bunga umumnya berjumlah 5 helai dan terletak
pada lingkar dalam kelopak bunga.

3. Kepala Putik

Salah satu bagian bunga yang tidak kalah penting adalah putik. Organ ini
merupakan alat reproduksi bunga betina atau biasa disebut dengan gynoecium.
Oleh sebab itu bagian ini mengandung sel-sel telur untuk bereproduksi. Posisi
putik terletak pada tengah bunga dan terdiri dari tiga bagian yaitu stigma atau
kepala putik, stilus atau tangkai putik, dan ovarium atau bakal buah.

4. Tangkai Putik

Tangkai putik merupakan saluran penghubung antara kepala putik dengan


ovarium. Selain itu tangkai putik berfungsi menyangga kepala putik agar bisa
berdiri tegak dan tetap pada posisinya. Bagian ini memiliki tabung serbuk sari
yang digunakan untuk membantu proses pembuahan dengan mengantarkan polen
ke bagian bakal buah.

5. Benang Sari

Bunga memiliki dua organ reproduksi yaitu putik dan benang sari. Bagian
ini merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari anter atau kepala sari untuk
menyimpan serbuk sari, polen atau serbuk sari untuk penyerbukan, dan filamen
atau tangkai sari untuk membantu proses reproduksi. Benang sari bekerja dengan
cara mikrosporangium dan spora haploid yaitu pelepasan serbuk sari dengan
bantuan agen penyerbukan seperti air, angin, atau serangga, kemudian serbuk sari
menempel pada putik bunga yang sama atau lainnya.

6. Bakal Biji
Bakal biji biasanya banyak ditemukan pada tumbuhan berbiji. Sedangkan
pada bunga bakal biji berfungsi melindungi sel telur dan menjadi tempat
pertemuan antara sel-sel telur yang akan dibuahi. Bakal biji letaknya didalam
bakal buah.

7. Bakal Buah

Sebenarnya bakal buah masih satu bagian dengan putik, namun organ ini
memiliki fungsi penting sehingga diklasifikasikan menjadi komponen tersendiri.
Bakal buah mengandung sel telur. Bagian ini menjadi tempat terjadinya
pembuahan yaitu proses peleburan antara sel telur betina dan jantan yang
kemudian menghasilkan bakal buah.
8. Dasar Bunga

Dasar bunga atau receptacle merupakan bagian tempat melekatnya


makhtoba dan komponen bunga lainnya agar tetap berada di posisinya meskipun
terkena terpaan angin. Secara tidak langsung dasar bunga menjadi pondasi yang
terletak di ujung bunga setelah tangkai bunga.

9. Daun Pelindung

Meskipun tidak semua bunga memiliki daun pelindung, bagian ini


berfungsi sebagai tempat melekatnya mahkota bunga atau tempat tumbuhnya
kuncup bunga. Sekilas daun pelindung mirip dengan daun namun letaknya berada
pada dasar rangkaian bunga.

10. Tangkai Bunga

Sama seperti dasar bunga, tangkai berfungsi penyokong dan sebagai


penghubung antara bunga dengan ranting. Tangkai bunga memiliki ukuran
diameter yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Beberapa tangkai bunga
berbentuk merambat atau majemuk, hal ini biasanya dikondisikan sesuai dengan
lingkungan hidup bunga.

Pembelahan Sel

Pembelahan sel adalah suatu proses yang membagi satu sel induk menjadi
dua atau lebih sel anak. Tujuan pembelahan sel adalah untuk menambah jumlah
dan jenis sel, atau membentuk sel-sel lain dengan tujuan tertentu. Pembelahan sel
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu amitosis, mitosis, dan meiosis. Perbedaan
pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis:

1. Pembelahan mitosis terjadi di sel tubuh atau sel somatik sedangkan


pembelahan meiosis terjadi di sel gamet atau sel kelamin.
2. Pembelahan mitosis menghasilkan dua anakan yang bersifat diploid (2n)
sedangkan pembelahan meiosis menghasilkan empat sel anakan yang
bersifat haploid (n).
3. Pembelahan mitosis berfungsi untuk regenerasi dan pertumbuhan
sedangkan pembelahan meiosis berfungsi untuk mempertahankan jumlah
kromosom saat pembentukan zigot.
4. Pembelahan mitosis terjadi selama 3× sedangkan pembelahan meiosis
terjadi selama 2×.

Pembelahan sel pada prokariota dikenal dengan nama pembelahan biner


(binary fision) atau pembelahan sel secara langsung. Pembelahan yang dimaksud
betujuan untuk kepentingan reproduksi. Sel yang dihasilkan adalah sel anak yang
memiliki otonomi sendiri. Pembelahan sel pada eukariota ada dua jenis, yaitu
mitosis dan meiosis. Mitosis menghasilkan sel anak yang dapat membelah lagi,
sedangkan meiosis mengubah suatu sel menjadi suatu gamet yang tidak dapat
membelah lagi hingga fertilisasi.

Anda mungkin juga menyukai