Anda di halaman 1dari 35

PENEMUAN, PERKEMBANGAN TEORI DAN

CARA MEMPELAJARI SEL


TUGAS BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

Oleh :

Mirra Fatharani NIM 17725251045


Ratna Yunitasari NIM 17725251052
Kijambu John Baptist NIM 17725259001

PENDIDIKAN BIOLOGI C
FAKULTAS PASCASARAJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
POKOK BAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN BIOLOGI SEL

Biologi sel sering dikenal dengan sitologi, karena merupakan cabang biologi yang
mengkaji tentang gejala kehidupan pada tingkat sel. Sel merupakan satuan fungsinal terkecil
dari kehidupan sekaligus dapat menjadi satuan struktural suatu organisme tertentu. Kemajuan
dalam bidang biologi sel paralel dengan kemajuan dalam bidang ilmu fisika dan kimia.
Pemakaian elektron mikroskop membantu pengenalan struktur sel sampai pada tingkat
ukuran milimikron, misalnya organela yang berukuran kecil dan struktur makromolekul yang
berukuran besar. Keinginan untuk interpretasi atau menjelaskan berbagai gejala kehidupan
semakin terpenuhi berkat kemajuan biologi sel, khususnya talah diketemukannya berbagai
satuan struktur dasar fungsional pada sel, misalnya DNA, RNA dan bebagai macam
makromolekul lainnya.
Perkembangan biologi sel sangat erat hubungannya dengan perkembangan cabang
biologi lainnya. Analisis berbagai fenomena kejadian biotek sangat memerlukan pengetahuan
biologi sel, terutama aspek kehidupan yang berhubungan dengan kelangsungan kehidupan
(genetika kelakuan dan evolusi), aktivitas atau fungsi kehidupan , dan berbagai aspek
kehidupan lainnya. Oleh karena itu sekarang berkembang berbagai paduan cabang biol ogi
dengan biologi sel, misalnya meliputi aspek sitogenetik, sitotaksonomi, sitofisiologi,
sitokimia, sitopatologi, sitoekologi dan lain sebagainya.
Kronologi perkembangan biologi sel yang sekaligus menampakan besarnya andil para
ahli dan peranan ilmu pengetahuan lain terhadap proses perkembangan biologi sel disajikan
pada tabel berikut:
NO Tahun Kejadian
1 590SM Euclid mengemukakan sifat-sifat reflektif pada permukaan cembung
2 65M Senecca melaporkan bahwa bola gelas yang diisi air dapat membantu
melihat benda yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa
3 127-151 Ptolomeus melakukan percobaan memperbesar pandangan suatu benda
M dengan benda berpermukaan cembung
4 1485 M Da Vinci menekankan pentingnya penggunaan lensa untuk mengamati
benda-benda kecil
5 1590 M Jans dan Z. Jansen mencoba memadukan 2 lensa konvek pada suatu
tabung, sebagai alat pembesar
6 1661 M Malpighi melakukan penelitian antomi dan embriologi pad tumbuhan
dan hewan. Ia mempu menemkan susuna kapiler yang sejak 30 tahun
yang lalu telah dipikirkan oleh Harvey
7 1665 M R. Hooke menerbitkan mikrographia yang memuat hasil pengamatannya
pada gabus secara mikroskopik
8 1672 M Grew menerbitkan hasil studinya tentang anatomi tumbuhan
9 1674 M Anton van Leeuwenhoek berhasil menyusun model mikroskpo dengan
fokus pendek; dengan alat itu ia menemukan protozoa, bakteria, rotifera
dan animalculus (spermatozoa)
10 1759 M Wolfe menggunakan mikroskop untuk study embriologi
11 1770 M Hiil memperkenalkan cara atau teknik pengawetan bahan dari kayu, ia
menggunakan alum, alkohol dan karmin untuk mempersiapkan preparat
mikroskopik
12 1780 M Adams dan kawan-kawan memperkenalkan mikrotom untuk memotong
preparat mikroskopik
13 1802- Mirbel melalukan observasi pada jaringan tanaman dan sampai pada
1808 M kesimpulan bahwa tanaman tersusun atas jalinan membrana selular
14 1809 M J.B Lamarck menyatakan bahwa dalam kehidupan organisme, sel
mempunyai fungsi yang penting
15 1824 M R.J.H Dutrochet mengemukakan prinsip sel, bahwa semua hewan dan
tumbuhan terdiri dari sel yang tetap bersatu oleh kekuatan adosif
16 1828 M R. Brown menyatakan bahwa partikel dalam sel mengalami gerakan
yang dinamakan gerakan Brown
17 1831 M R. Brown menaerbitkan hasil observasinya tentang inti sel pada
tumbuhan
18 1832 M Dumortier mengamati proses pembelahan proses pembelahan sel pada
algae, yang juga pernah dilaporkan oleh Turpia pada tahun 1826
19 1835- H.Von Mohl melakukan penelitian lebih teliti tentang mitosis. Ia
1839 M menyatakan bahwa pembelahan sel dapat diamati dengan mudah pada
obyek yang diambil dari ujung-ujung tanaman baik akar maupun batang
20 1838 M M. J Scheleiden menerbitkan buku yang memuat pengrtian tentang
genesis jaringan tumbuhan. Ia menemukan nukleoli, dan
mengemukakan tentang teori sel
21 1839 M T. Schwan mengemukakan teori sel pada hewan
22 1840 M J. E Purkinje memberikan nama protoplasama untuk substansi dalam sel
23 1845 M Von Siebold memperkenalkan protozoa sebagai organisme satu sel
24 1845 M Kolliker mengemukakan bahwa protozoa dan ovum merupakan produk
seluler dari suatu organisme
25 1858 M R. Virchow menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel yang telah ada
26 1858 M R. Virchow melakukan studi patologik pada sel
27 1861 M Schultze menyatakan bahwa sel merupakan akumulasi substansi hidup
(protoplasma) yang berada pada dalam ruang tertentu dan memiliki inti
dan membran sel. Konsep protoplasma ini didasarkan pada hasil
studinya bahwa ada persamaan isi sel pada protozoa, sel tumbuhan dan
sel hewan
28 1863 M Waldeyer melaporkan penggunaan hematoksilin untuk penawaran
kromosom
29 1865 M G. Mendel menemukan prinsip dasar genetika
30 1866 M Heckel mengemukakan plastid
31 1867 M L. ST George menemukakan organel sel yang sekarang dinamakan
kompleks golgi
32 1870 M W. His membuat mikrotom untuk pemotongan preparat mikroskopik
secara serial
33 1869 M F. Miescher menemukan nuklein
34 1876 M O. Hertwing mengemukakan bahwa fertilisasi merupakan peleburan
antara inti spermatozoa dan inti sel telur
35 1877 M E. Able menemukan minyak eersi untuk objective mikroskop pada
pembesaran kuat
36 1879 M H. Fol melakukan observasi proses penetrasi spermatozoa pada sel telur
waktu terjadinya fertilisasi
37 1879 M W. Flemming mengemukakan terminologi untuk kromatin
38 1882 M W. Flemming mengemukakan proses mitosis pada sel hewan
39 1882 M Strasburger mengemukakan proses mitosis pada sel tumbuhan, dan
mengemukakan terminologi sitoplasma dan nukleuoplasma
40 1883 M W. Roux menegmukakan bahwa di dalam kromosom terdapat satuan-
satuan herediter
41 1883 M E. Van Beneden menunjukkan bahwa gamet mengandung jumlah
kromosom sebanyak setengah jumlah kromosom
42 1886 M R. Almann mewarna mitokondria dan komponen granular lainnya
dalam sel, serta mengemukakan pentingnya mitokondria dalam proses
respirasi sel
43 1887 M Van Beneden menemukan sentriol
44 1888 M T. Boveri menemukan sentriol
45 1888 V Waldeyer memperkenalkan terminologi untuk kromosom
46 1892 M A. Weissmann mengemukakan bahwa kromosom merupakan komponen
penting dalam inti, dan satuan-satuan herediter terdapat di sepanjang
kromosom dalam susunan tertentu
47 1892 M T. Boveri menemukan proses spermatogenesis dan oogenesis pada
Ascaris
48 1898 M G.Golgi menemukan komplek golgi pada sel saraf
49 1907 M Harrison mengembangkan teknik baru dalam kulturisasi dan studi sel
terpisah dari kesatuan organismenya
50 1914 M R. Feulgen menegembangkan teknik pewarnaan DNA
51 1944 M Avery dkk mengemukakan bahwa DNA adalah material genetic
52 1953 M Wilkins mengemukakan pola defraksi sinar-X dari DNA
53 1953 M J.D.Watson dan F. H. C. Crick merumuskan model konfigurasi DNA

Upaya mengkaji struktur kehidupan dalam sel telah dirintis sejak zaman dahulu,
meskipun keterangan yang diberikan saat itu belum mendasarkan pada hasil eksperimen
melainkan berupa pandangan filosofik. Sebagai contoh dikemukakan oleh Aristoteles dan
Parhcelsus, bahwa semua hewan dan tumbuhan disusun oleh beberapa elemen yang masing-
masing selalu berulang. Adanya pola berulang dari suatu elemen dalam susunan kehidupan
dapat dibuktikan dalam kehidupan biologi sekarang; misalnya otot tersusun dari gugusan
elemen-elemen yang sama yang membentuk kesatuan otot itu. Begitu juga berlaku bagi
bagian tubuh lainnya baik pada tumbuhan maupun pada hewan dijumpai susunan elemen-
elemen yang berulang. Saat itu tidak dikenal bahwa elemen-elemen itu sebenarnya
mempunyai kesamaan sifat dasar yang berupa stuktur fungsional dasar dari kehidupan, yang
sekarang dikenal sebagai sel.
Ide penggunaan lensa cembung (konvek) untuk pengamatan objek biologi yang tidak
terjangkau dengan mata telanjang telah dimulai sejak 600 tahun sebelum masehi. Euclid,
590SM mempelajari sifat refleksi dari benda-benda dengan permukaan cembung. Senece,
pada tahun 65 M melaporkan bahwa gelas yang diisi air mampu membantu mata untuk
melihat benda yang tidak bisa diamati dengan mata biasa. Da Vinci, pada tahun 1485 M
merintis perkebangan visualisasi sel. Pda tahun 1665 M Robert Hooke ahli botani Inggris
mampu menunjukkan sel gabus dengan menggunakan lensa pembesar. Marcello Malphigi
ahli anatomi Italia dengan kemahirannya menggunakan alat pembesar menemukan korpus
kulum darah. Jans dan Ischaria Janssen, pada tahun 1950 M menyusun 2 lensa cembung pada
satu tabung. Kemudian berdasarkan pengalaman ini Leeuwenhock pada tahun 1674 M
menyusun mikroskop yang lebih baik. Verma dan Agarwal tahun 1979 M menjelaskan
bahwa Zernike 1955 M telah mengembangkan mikroskop fase kontras. Sedangkam
mikroskop elektron didesain oleh Knoll dan Ruska dari jerman tahun 1932 M, Marton dari
Belgia pada tahun 1934 M dan Prebus, Millyer dari Kanada 1934 M. Dengan mikroskop
dapat menemukan berbagai kehidupan satu sel antara lain: infusoria (protozoa), bakteria,
rotifera,dll. Untuk mencapai kepuasan ilmiah, berbagai modifikasi mikroskop telah banyak
dibuat orang seningga sekarang dikenal berbagai macam mikroskop misalnya: mikroskop
binokular, fase kontras, ultraviolet, vluopresen, dll.
B. Perkembangan Konsep dan Teori Sel
a. Penemuan Teori Sel
Penemuan tentang sel memberi konsekuensi logik usaha konseptualisasinya, dan
mencapai puncaknya pada saat lahirnya teori sel yang dirumuskan secara terpisah oleh dua
orang pada waktu yang berbeda.
Pada tahun 1833, beberapa tahun sebelum penemuan protoplasma oleh Purkinje,
Robert Brown mempublikasikan sebuah makalah yang mendeskripsikan struktur
mikroskopik dari organ reproduktif dari tanaman. Dalam makalah ini Brown
menggambarkan fokus perhatiannya pada nucleus sebagai inti sel tanaman dalam
pembelajaran ini. Inti sel merupakan suatu unit jaringan suatu tanaman. Brown
mempelajari dasar dari konsep sel sebagai fondasi unit organisme hidup yang dikenal
dengan teori sel. Yang pertama dari tiga hipotesis teori sel dikembangkan oleh Theodor
Schwan dan Matthias Jacob Schleiden. Yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup
tersusun atas satu atau lebih inti sel, dan bahwa sel merupakan unit fungsional makhluk
hidup.
Pada tahun 1838, Matthias Jacob Schleiden mengemukakan hasil dari penelitian di
dalam tumbuhan. Schleiden menarik kesimpulan, tanpa memperhatikan dari suatu jaringan
yang tampak, tumbuhan berasal dari sel dan embrio tanaman yang dibangun dari individu
sel. Pada tahun 1839, kolaborasi antara Theodor Schwan yang mempublikasikan laporan
tentang dasar kehidupan sel pada binatang. Schwan juga mengusulkan bahwa semua
jaringan, apakah dia otot ataupun saraf, elastik atau kaku, semuanya tersusun atas sel.
Schwan lebih jauh menyimpulkan bahwa sel tumbuhan dan binatang secara keseluruhan
dianalogikan dengan struktur dan bahwasanya sel merupakan unit fungsional makhluk
hidup. Schwan menyatakan bahwa tiap-tiap sel secara individual kesatuan yang
independen, yang juga dioperasikan secara bersamaan oleh sel-sel lain. Schleiden dan
Schwan memberikan gagasan tentang keaslian sel untuk membktikan penemuan yang
paling akhir., keduanya setuju menyatakan bahwa sel dapat dibangun dari material bukan
sel. Dua ilmuwan ini menjadi ilmuwan dunia, yang diambil dari sejumlah ilmuan beberapa
tahun sebelum observasi oleh para ilmuwan diterima sebagai fakta bahwa sel tidak
dibangun dari organisme yang disebut teori generasi spontaneus.
Pada tahun 1855, Rudolf Virchow yang menyatakan sebuah konsep omnis cellulae
cellula yang melengkapi teori sel sebagai berikut :
1. Semua makhluk hidup tersusun atas inti sel
2. Sel adalah unit fungsional makhluk hidup
3. Semua sel tersusun atas organel-organel sel
b. Konsep Protoplasma
Tahun 1829 oleh Hertwig diajukan teori protoplasma, sel adalah kumpulan substansi
hidup yang disebut protoplasma dengan di dalamnya mengandung inti yang disebut
nukleus dan diluarnya dibatasi oleh dinding sel. Ada beberapa organisme yang struktur
selnya tidak jelas, tetapi terdiri atas protoplasma. Berdasarkan jumlah sel yang
menyusunnya, tubuh makhluk hidup ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan
banyak sel (multiseluler). Pada sel tumbuhan, di sebelah luar membran sel terdapat
dinding sel yang relatif tebal. Protoplasma yang terdapat di luar inti dinamakan
sitoplasma, dan protoplasma yang terdapat didalam inti dinamakan karioplasma.

C. Cara Analisis Seluler Terhadap Gejala Genetika


Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari penurunan sifat. Cara
analisis seluler terhadap gejala genetika diawali dengan pernyataan Weisman pada tahun
1883, ditemukan Germ Plasma yaitu teori pemindahan faktor-faktor herediter dari
generasi ke generasi dengan sistem yang berkelanjutan terus-menerus. Teori tersebut
didukung oleh penelitian Van Beneden, Flemming, Starsburger, Boveri dengan
mengamati langsung sel-sel gamet.
Setelah teori yang ditemukan Weissman menggugah ahli biologi Frisrick Misser
yang menemukan nuclein (inti sel). Setelah inti sel ditemukan penelitian difokuskan pada
inti. Penelitian berlanjut dengan penelitian Robert Foulgen, Andre Boivin, Boger,
Colette, Alfred, Hans Ris mengemukakan bahwa DNA adalah materi dari gena. Teori
yang hampir sama dikemukakan oleh Fred Grifith, James L. Alloway, O. T. Avery,
Maclyn, Mc Carty Colin mengemukakan DNA merupakan materi genetik yang penting.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh ahli biologi tersebut sehingga persoalan sel
berdasarkan pada struktur dasar fungsional dari komponen sel tersebut pada tingkatan
molekuler.
Biologi molekuler dapat berfungsi sebagai pendekatan menerangkan mekanisme
hayati yang berhubungan dengan kesatuan fungsional adalah sel. Dengan disukungnya
teknologi instrumen yang tinggi dapat mendekatkan persoalan biologi secara empirik.
D. Cara Analisis Seluler Terhadap Gejala Fisiologis
Gejala faali merupakan gejala fisiologis atau dapat dikatakan gejala yang terjadi pada
saat kerja tubuh dalam keadaan normal. Kemudian, untuk melakukan analisis tersebut
dilakukan cara-cara sebagai berikut:
a. Melihat susunan organismenya
Cara melihat susunan organisme yaitu dengan cara mengamati secara strukturaal
susunan individu organisme yang dapat berupa susunan molekuler, sel, agregasi sel,
jaringan, organ dan sistem. Proses-proses metabolisme di dalam tubuh makhluk hidup
terjadi di dalam sel, yang dapat dibuktikan dengan adanya kemajuan teknik dan
instrument penelitian sel hidup. Pengamatan sel hidup dapat dilakukan dengan
mikroskop fase contrahaz dan analisis mikrosinematigrafi. (Djohar: 1985)
b. Meneliti selnya
(De Robertias dkk), perkembangan penelitian sel hidup dimulai Sejak 1909
Harrison yang menumbuhkan sel saraf embrio in Vitro. Penelitian ini membuka pintu
baru dalam pengembangan kultur jaringan, sehingga dapat dilakukan isolasi sel hidup.
Meskipun demikian perhatian terhadap sel hidup telah dimulai sejak 1899 oleh
Miescher dan Hardy melalui perhatiannya pada sel yang dijelaskan. Melalui
penjelasan sel tersebut dapat diungkapkan berbagai macam gerakan pada sel misalnya
gerak siklosis, gerak amoeboid, gerakan silia, flagela, dan kontraksi otot. (Djohar:
1985)
c. Analisis secara biokemik
Analisis biokemik (biokimia) yang menunjang pengungkapan aktivitas sel.
Perintisan analisis biokimia yang maknanya besar bagi perkembangan biologi sel
adalah hasil karya Miescher pada tahun 1869, dan Kossel pada tahun 1891.
Penelitiannya dilakukan pada sel pus, spermatozoa, hemolisa eritrosis burung, mampu
mengisolasi asam nukleat yang mempunyai arti penting untuk menerangkan berbagai
gejala kehidupan. Konsep aktivitas katalitik oleh Otswald, dan hasil penemuan enzim
yang digunakan sel untuk proses transformasi energi untuk mempertahankan
kehidupan, merupakan peristiwa penting dalam menjelaskan fungís kehidupan. Ciri
oksidasi seluler akhirnya diketemukan oleh Eland tahun 1903, Warburg tahun 1908,
dan Keilin tahun 1934 yaitu mitokondria sebagai tempat berlangsungnya oksidasi
seluler, akhirnya dapat diungkapkan oleh Claude, Hogeboom dan lain-lainnya.
(Djohar: 1985)
d. Menggunakan tekhnik fraksionasi sel
Kemajuan dalam teknik fraksionasi sel , perunutan radioaktif , analisis mikro dan
ultramikrokimia, penerapan reaksi enzimatik, biologi sel semakin mampu
menerangkan berbagai gejala kehidupan. Menggunakan teknik di atas, komponen sel
telah sanggup diteliti secara terpisah. Kombinasi antara cara analisis biokemik dengan
penggunaan elektron miksroskop dan teknik autoradiografi, lebih memperjelas usaha
identifikasi dan karakterisasi fraksi-fraksi sel fungsinya bagi kehidupan. (Djohar:
1985)
D. CARA MEMPELAJARI SEL
Klasifikasi cara mempelajari sel dapat dilihat dari sifat selnya, misalnya cara
mempelajari sel hidup dan cara mempelajari sel yang mati. Selain itu juga dipandang dari
teknik bagaimana sel itu dipelajari.
Pada dasarnya ada dua macam teknik mempelajari sel, yaitu :
1. Teknik analisis instrumental
Pada teknik analisis instrumental ini disajikan untuk memperoleh gambaran cara
mempelajari struktur sel. Pada teknik ini ada dua sifat sel yang menjadi dasar
pengembangan, yaitu:

a. Ukuran sel yang sangat kecil (mikroskop)


Sel mempunyai ukuran sangat kecil yang dinyatakan dalam micron (1 mikron: µ
=1/1000 mm = 1/25.400 inci). sel hewan terkecil mencapai 4 mu (milimikron),
meskipun demikian ada beberapa sel protozoa yang mempunyai ukuran mencapai
beberapa mm misalnya Spirostomum dari golongan Ciliata mencapai 3 mm dan
Porospora gigantean dari golongan Sporozoa mencapai ukuran sampai 16 mm.
padahal daya mata manusia untuk membedakan antara abjek tidak mampu
melebihi 0,1 mm (100µ). Oleh karena itu diperlukan teknik instrumental yang
mampu membesarkan objek untuk mempelajari sel berupa mikroskop. Setiap jenis
mikroskop mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya
mikroskop electron mempu untuk mengenal bagian sel sampai pada tinngkatan
molekul tetapi tidak dapat digunakan untuk mempelajari sel hidup karena terlalu
tebal.
b. Sifat sel yang tembus cahaya
Untuk mengatasi sifat ke dua dari sel yaitu sifatnya yang tembus cahaya
dibutuhkan alat yang dapat meningkatkan kontras. Sel memiliki sifat tembus
cahaya karena sel mengandung banyak air sehingga bila sel telah kering sifat
kontrasnya meningkat.

Teknik lain untuk meningkatkan kontras sel yaitu dengan cara pewarnaan, namun
teknik ini tidak dapat digunakan sel hidup karena untuk mewarnai sel diperlukan
serangkaian teknik mulai dari fiksasi, dehidrasi embedding, pemotongan atau seksi dan
pewarnaan. Untuk meningkatkan sifat kontras pada sel hidup dapat digunakan mikroskop
fase kontras dan mikroskop interferensi. Dari sekian banyak macam mikroskop yang ada,
berdasarkan sifat cahaya yang digunakan untuk kerjanya mikroskop dapat dibedakan
empat macam golongan yaitu:

1. Mikroskop cahaya biasa


Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama "Compound light microscope"
adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti
cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada
mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang
dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat dibawah
kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor.
2. Mikroskop elektron
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan
pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro
magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki
kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada
mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi
dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.

Mikroskop electron ada dua jenis yaitu :


a. Transmition Electron Microscope (TEM)
Mikroskop electron transmisi ini adalah sebuah mikroskop electron yang
cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana electron
ditembuskan ke dalam objek pengamatan dan pengamat mengamati hasil
tembusannya pada layar. Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr.
Ernest Ruska menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop
transmisi electron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Mikroskop
transmisi electron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga
mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (1angstrom) atau sama
dengan pembesaran sampai 1 juta kali. TEM mengarahkan berkas electron
melalui bagian tipis specimen serupa dengan cara yang dilakukan oleh
mikroskop cahaya yang mentranmisi (menghantarkan) cahaya melalui kaca
mikroskop. TEM menggunakan electromagnet sebagai lensa untuk
memfokuskan dan memeperbesar dengan cara membelokkan jalan
elektronnya. Citra yang terbentuk akhirnya difokuskan pada layar supaya
dapat dilihat atau difokuskan pada film fotografik. Untuk meningkatkan
kontras pada citra, irisan yang sangat tipis dari sel awetan diwarnai dengan
atom logam berat yang melekat pada tempat-tempat tertentu di dalam sel.
Ahli biologi sel menggunakan TEM terutama untuk mengakaji ultastruktur
internal sel.

b. Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM). Pada


dasarnya mikroskop ini tidak diketahui secara persisi siapa penemunya
karena publikasi pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan
oleh fisikawan Jerman DR. Max Knoll pada tahun 1935, akan tetapi
fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred Von Andrenne mengaklaim dirinya
telah melakukan penelitian suatu fenomena yang disebut SEM hingga tahun
1937. Mikroskop pemindai elektron (SEM) digunakan untuk studi detil
arsitektur permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek
diamati secara tiga dimensi. SEM sangat berguna untuk melihat permukaan
spesimen secara rinci. Berkas electron memayar permukaan sampel yang
biasanya dilapisi dengan film emas tipis. Berkas ini mengeksitasi electron
pada permukaan sampel dan electron sekunder ini dikumpulkan dan
difokuskan di layar.

2.Analisis sitologi dan sitokimia

Analisis sitologi termasuk dalam teknik analisis menggunakan instrument


dengan menggunakan mikroskop dengan segala macamnya. Ada 2 cara pemeriksaan:

1. Pemeriksaan sel hidup, dapat dilakukan dengan dua cara:


a. Kultur jaringan
Kelebihan teknik ini adalah sedarhana dan kondisinya dapat dikontrol. Teknik ini
dilakukan dengan menumbuhkan pada media tertentu. Dirintis oleh Careel sejak
tahun 1912 dengan menumbuhkan sel menggunakan serum darah dan extrak embrio
dalam janin, karena kebutuhan nutrisi eukariotik telah diketahui maka dapat dibuat
media sintetik. Kultur jaringan diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu kultur
primer, sekunder dan establised cell lines. Kultur primer diperoleh langsung dari
jaringan yang dipotong kecil-kecik dan dicampurkan dengan tripsin. Tripsin
merupakan enzim proteolitik yang mampu memecah agergasi sel menjadi fragmen
satu sel terpisah tanpa mempengaruhi viabilitasnya. Lalu sel yang telah diisolir
dapat ditumbuhkan media yang sesuai. Kultur sekunder diperoleh dengan
memberikan perlakuan tripsin pada kultur primer dan diratakan pada media segar.
Kebanyakan kultur yang dilakukan dikenal dengan sebutan established cell lines
yang telah diadaptasi untuk pertumbuhan sel in vitro dalam waktu lama. Kultur
yang termasuk tipe ini adalah hella cell yang diperoleh dari karnisoma manusia, L
dan 3T3 cell dari ovarium hamster. Media ini sangat baik untuk studi kanker. Hasil
kultur sel ialah clones, suatu populasi sel yang berasal dari satu induk. Clones ini
dapat dipindahkan ke media lain diberikan tripsinisasi lagi sehingga diperoleh
jumlah sel yang banyak sekali. Kultur sel juga dapat digunakan untuk experimen
induksi kanker. Contoh fibroblast normal diinfeksi dengan virus polioma invitro
mengalami transformasi menjadi sel kanker yang keduanya tidak terkontrol.

2. Pemeriksaan sel yang dilakukan


Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan serangkaian teknik mulai dari fiksasi,
embedding, seksi dan pewarnaan. Berikut ini uraian mengenai masing-masing
tahapan:

a. Fiksasi
Merupakan suatu proses mematikan jaringan sehingga diperoleh keadaan sesuai
pada saat hidupnya, dengan adanya artifact (penambahan atau pengurangan)
seminimal mungikn. Diusahakan sejauh mana masih dapat mempertahakan
komposisi kimia sel. Fiksasi ditentukan oleh tujuannya misalnya untuk
memepelajari inti dan kromosom, fiksasi asam sering digunakan seperti aseton,
formaldehida dan glutaraldehida, menghasilkan denaturasi minimal dan preserve
system enzim, oleh karena itu baik untuk studi enzim. Kebanyakan fiksasi
berpengaruh terhadap protein sel. Fiksatif tertentu dapat cross lingkage kuat
dengan molekul protein, misalnya formaldehida, bikromat, dan merkuri klorida.
Sedangkan garam kromium menghasilkan oksidasi dan linekage dengan protein.
Bila sepotong jaringan dimasukkan ke dalam cairan fiksatif, kematian sel tidak
terjadi sekaligus, sel dipermukaan luar terfiksi lebih cepat dan sedikit. Artifact
dari sel bagian dalam. Oleh karena itu setiap fiksatif memiliki fiksasi gradient
(daya tembus dan larut terhadap cairan sel) tertentu. Aliran fungsi yang
memindahkan komponene terlarut misalnya glikogen, glikogen, tampak juga.
Berikut ini beberapa fiktatif:

 Osmium tetrasida
Osmium tetrasida (OSO4) merupakan fiksatif yang sering digunakan untuk
pengamatran struktur electron mikroskopik.

 Freeze-drying, cara ini dilakukan dengan pembekuan sepat, diikuti


dehidrasi dalam ruang vacuum suhu rendah.
 Freeze-subtitution, jaringan dibuka dengan cepat, dan dibiarkan dalam
keadaan beku pada suhu rendah (-20-60o C dalam reagen yang diberi es
kristal)
b. Embedding dan seksi
Mikrotom yang dilengkapi alat pendingin dinamakan cryostat. Embedding untuk
mikroskop cahaya digunakan paraffin atau selloidin. Pelarut yang digunakan
xylene dan toluene untuk paraffin, ethanol, etanoeter untuk selloidi.

c. Pewarnaan
Umumnya digunakan dyes organik aromatik, ada yang bersifat basa ada pula yang
bersifat asam.

E. CIRI KARAKTERISTIK SEL


Ciri-ciri sel pertama kali dipelajari oleh George dan Martha Gey dari Universitas
Johns Hopkins pada tahun 1951. Mereka mengkultur sel-sel yang diperoleh dari tumor ganas
yang didonorkan oleh Henrietta Lacks dan diberi nama sel HeLa . Berikut adalah hasil
pengamatannya selama studi;
1. Kompleks kimia
Sel sangat kompleks dan terorganisir dengan berbagai bagian yang terdiri dari
struktur kimia yang kompleks. Bila dilihat di bawah mikroskop elektron bertenaga tinggi,
setiap jenis sel memiliki tampilan yang konsisten; artinya, organelnya memiliki bentuk
dan lokasi tertentu, dari satu individu spesies ke spesies lainnya. Demikian pula, setiap
jenis organel memiliki komposisi makromolekul yang konsisten, yang disusun dalam pola
yang dapat diprediksi. Untuk sel-sel yang melapisi usus Anda yang bertanggung jawab
untuk menghilangkan nutrisi dari saluran pencernaan Anda Sel epitel yang melapisi usus
saling terhubung erat seperti batu bata di dinding. Ujung apikal dari sel-sel ini, yang
menghadapi saluran usus, memiliki proses yang panjang (mikrovili) yang memudahkan
penyerapan nutrisi. Mikrovili dapat memproyeksikan keluar dari permukaan sel apikal
karena mengandung kerangka internal yang terbuat dari filamen, yang pada gilirannya
terdiri dari monomer protein (aktin) yang dipolimerisasi dalam susunan karakteristik.
Pada ujung basal mereka, sel usus memiliki sejumlah besar mitokondria yang
menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mendorong berbagai proses pengangkutan
membran. Setiap mitokondria terdiri dari pola membran internal yang khusus, yang
terdiri dari rangkaian protein yang konsisten, termasuk mesin penyusun ATP bertenaga
listrik yang diproyeksikan dari membran dalam seperti bola pada tongkat.
2. DNA
Semua sel memiliki program genetik dan sarana untuk menggunakannya. Sel baru
dibangun sesuai informasi yang dikodekan dalam kumpulan gen, yang terbuat dari DNA.
Informasi tersebut dikemas ke dalam satu set kromosom yang menempati ruang inti sel.
Gen berfungsi lebih dari sekedar loker penyimpanan untuk informasi. Gen merupakan
kunci untuk membangun struktur seluler, petunjuk untuk menjalankan aktivitas seluler,
dan program untuk bereplikasi.
3. Reproduksi
Reproduksi adalah proses pembuatan/ produksi organisme baru dari organisme
yang ada. Reproduksi dapat berupa proses seksual atau aseksual. Reproduksi seksual
melibatkan dua induk dan penggabungan gamet, sel seks haploid dari masing-masing
induk . Reproduksi seksual menghasilkan keturunan yang secara genetis unik dan
meningkatkan variasi genetik dalam suatu spesies. Reproduksi aseksual hanya melibatkan
satu induk . Ini terjadi tanpa penggabungan gamet dan menghasilkan keturunan yang
semuanya identik secara genetis dengan induknya. Sel dapat bereproduksi secara aseksual
dengan cara membagi sel induk.
4. Sel memperoleh dan menggunakan energi
Sel tumbuhan menangkap energi cahaya dengan menggunakan pigmen penyerap
cahaya yang ada di selaput sel fotosintesis. Energi cahaya yang terperangkap diubah oleh
fotosintesis menjadi energi kimiawi yang tersimpan dalam karbohidrat kaya energi,
seperti sukrosa atau pati. Bagi sebagian besar sel hewan, energi disimpandalam bentuk
gula glukosa. Sebagai contoh; Pada manusia, glukosa dilepaskan oleh hati ke dalam darah
dimana ia bersirkulasi melalui tubuh mengantarkan energi kimia ke seluruh sel. Begitu
berada di dalam sel, glukosa dibongkar sedemikian rupa sehingga kandungan energinya
dapat disimpan dalam bentuk yang mudah didapat (biasanya sebagai ATP) yang
kemudian digunakan untuk menjalankan semua aktivitas yang membutuhkan banyak
energi sel.
5. Sensitivitas
Sel yang peka dapat merespons rangsangan tertentu dengan mengubah aktivitas
metaboliknya, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau bahkan melakukan
penghancuran diri (autolisis). . Sebagai contoh; Protista bersel satu, misalnya, bergerak
menjauh dari benda di jalurnya atau bergerak menuju sumber nutrisi. Di sisi lain, sel
tanaman multiseluler atau hewan merespon rangsangan kurang jelas. Hal ini karena
sebagian besar sel ditutupi dengan reseptor yang berinteraksi dengan zat di lingkungan
dengan cara yang sangat spesifik. Sel tumbuhan dan hewan memiliki reseptor terhadap
hormon, faktor pertumbuhan, dan bahan ekstraselular, serta zat pada permukaan sel
lainnya.
6. Pergerakan
Sel terlibat dalam aktivitas mekanis seperti pengangkutan material dari tempat ke
tempat, perakitan dan pembongkaran bahan. Di dalam sel adalah mesin molekul seperti
protein motor yang difungsikan untuk melakukan aktivitas mekanik. Jenis aktivitas ini
didasarkan pada perubahan mekanis dan dinamis di dalam sel, yang banyak di antaranya
diprakarsai oleh perubahan bentuk protein "motor".
7. Metabolisme
Metabolisme adalah jumlah total reaksi kimia dalam sel. Semua Sel dari sel bakteri
yang paling sederhana ke sel hewan dan tumbuhan yang kompleks melakukan berbagai
reaksi kimia dan oleh karena itu berfungsi sebagai pabrik kimia manufaktur. Reaksi kimia
seperti respirasi, sintesis protein dan lain-lain terjadi di sel dan membutuhkan enzim;
molekul meningkatkan laju reaksi kimia.
8. Menjaga Homeostasis
Sel mampu menjaga lingkungan internal mereka dalam rentang tertentu (mereka
mempertahankan kondisi internal yang stabil), terlepas dari perubahan lingkungan
eksternal mereka. Homeostasis membantu mereka mempertahankan keadaan yang
kompleks.
9. Evolusi
Evolusi adalah perubahan karakteristik makhluk hidup dari waktu ke waktu.
Evolusi terjadi dengan sebuah proses yang disebut seleksi alam. Dalam seleksi alam,
beberapa makhluk hidup menghasilkan lebih banyak keturunan daripada yang lain,
sehingga mereka melewati lebih banyak gen ke generasi berikutnya daripada yang
dilakukan orang lain. Selama beberapa generasi, ini dapat menyebabkan perubahan besar
dalam karakteristik makhluk hidup. Menurut salah satu ajaran biologi modern, semua
makhluk hidup telah berevolusi dari sel induk leluhur yang sama yang hidup lebih dari
tiga miliar tahun yang lalu. Karena itu memunculkan semua organisme hidup yang kita
ketahui, sel purba ini sering disebut sebagai nenek moyang.
F. JENIS-JENIS SEL
1.Sel prokariotik
Sel Prokariotik adalah sel dengan satu kompartemen tertutup yang dikelilingi oleh
membran plasma, tidak memiliki inti yang jelas, dan memiliki organisasi dalam yang
tidak kompleks. Sel–sel prokariotik sangat kecil dengan diameter rata-rata 2,5μm dan
memiliki panjang 1-2 μm. Meski berukuran kecil, prokariotik memiliki sistem
metabolisme yang diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi, dan perolehan dan
pemanfaatan energi. Contoh umum sel prokariotik adalah sel bakteri. Berikut ini
merupakan ciri-ciri sel prokariotik :
a. selnya tunggal (uniseluler) dan tidak memiliki inti yang jelas
b. bereproduksi dengan pembelahan biner.
c. memiliki DNA melingkar yang tersimpan di nukleoid
d. tidak memiliki organel yang kompleks
Bagian-bagian sel prokariotik yaitu ; dinding sel, membran plasma, ribosom, DNA,
kapsul, flagella, pili, dan plasmid.

Gambar Sel Bakteri


Fungsi bagian sel prokariotik

a. NO BAGIAN
Jenis-jenis
FUNGSI
sel prokariotik
Memberikan dukungan struktural pada sel
1. Dinding sel Terdapat flagella.
Melindungi sel
2. Kapsul Membantu dalam mempertahankan kelembaban.
membantu sel untuk mematuhi permukaan dan nutrisi.
3. Flagellum Pergerakan sel
4. Ribosom Tempat sintesis protein dalam sel
5. DNA Reproduksi Sel
6. Pili Membantu sel untuk menempel pada sel bakteri atau permukaan lainnya
Organisme yang merupakan sel prokariotik disebut prokariota dan dibagi menjadi
beberapa dua domain utama; yaitu, Archaea (atau archaebacteria) dan bakteri (atau
eubakteria).
i. Archaea (atau archaebacteria)
Anggota-anggota Archaea lebih dekat berhubungan dengan eukariota daripada
kelompok prokariota lainnya (Bakteri). Archaea domain termasuk berbagai kelompok
organisme yang ikatan evolusinya satu sama lain terungkap oleh kesamaan dalam
urutan nukleotida asam nukleatnya. Spesies Archaea yang paling terkenal adalah;
 Ekstrimophil/ Metanogen: hidup di lingkungan yang ekstrim, misalnya
methanogen [prokariota yang mampu mengubah gas CO2 dan H2 menjadi gas
metana (CH4).
 Halofilik : hidup di lingkungan asin, seperti Laut mati atau dalam kolam air laut
yang memiliki salinitas setara dengan 5M MgCl2).
 Acidofilik : hidup lingkungan asam dengan pH mencapai 0, misalnya prokariota
yang ditemukan di cairan drainase dari poros tambang yang ditinggalkan).
 Termofilik : dapat hidup pada suhu yang sangat tinggi misalnya hipertermofil, yang
tinggal di celah hidrotermal di dasar lautan.
ii.Bakteri (atau eubakteria).
Prokariota bakteri yang paling kompleks adalah bakteri cyano. Itu mengandung
susunan membran sitoplasma yang rumit, yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis.
Selaput bakteri cyano sangat mirip dengan selaput fotosintesis yang ada di dalam
kloroplas sel tanaman.
2. Sel Eukariotik
Sel eukariotik adalah sel kompleks dengan berbagai struktur khusus yang secara
kolektif dikenal sebagai organel, dikelilingi oleh zat kental yang disebut sitosol dan
juga memiliki nukleus yang berisi informasi genetik yang tersimpan dalam molekul
asam deoksiribonukleat (DNA). Sel eukariotik termasuk sel-sel protista, jamur,
tumbuhan, dan hewan. Sel eukariotik umumnya lebih besar dengan ukuran mulai 5-
100μm, meski beberapa sel eukariotik cukup besar untuk dilihat dengan mata
telanjang. Berikut ini merupakan ciri-ciri sel eukariotik :
a. Memiliki membran inti (nukleus terlihat jelas)
b. Mmemiliki struktur organel yang kompleks yang terdiri dari organel dan
dikelilingi oleh sitosol.
c. Dapat bereproduksi seperti pembelahan biner, konjugasi, dan sebagainya

Gambar Sel Hewan

Gambar Sel Tumbuhan


Fungsi bagian-bagian sel Eukariotik
i. Inti
Inti sel diselubungi oleh struktur membran inti yang memisahkan isi inti dari
sitoplasma. Terdapat pori-pori pada membran inti yang mengontrol masuk dan keluar
sebagian besar protein dan RNA. Inti berisi:
Nukleolus: tempat mensintesis RNA Ribosomal (rRNA) dari instruksi dalam DNA
Chromatin: tempat membentuk kromosom; unit DNA yang membawa informasi
genetik.
ii. Ribosom
Ribosom adalah struktur yang terbuat dari RNA dan protein ribosomal. Ribosom
berfungsi sebagai pabrik protein dalam sel. Terdapat dua jenis ribosom di dalam sel
eukariotik; yaitu, Ribosom bebas yang tersuspensi dalam sitosol dan ribosom terikat yang
menempel di bagian luar retikulum endoplasma atau membran inti. Sebagian besar
protein dibuat oleh ribosom bebas yang berfungsi di dalam sitosol. Ribosom terikat
membuat protein yang digunakan untuk membentuk beberapa organel seperti lisosom,
atau untuk ekspor dari sel (sekresi).
iii. Retikulum Endoplasma (RE)
Retikulum Endoplasma adalah jaringan yang luas dari tubulus membran dan
kantung yang bernama cisternae. RE dikategorikan menjadi dua; RE halus yang tidak
ditempeli ribosom dan RE kasar yang ditempeli ribosom. RE halus berfungsi dalam
proses metabolisme beragam, yang bervariasi dengan jenis sel. Proses ini meliputi sintesis
lipid, metabolisme karbohidrat, dan detoksifikasi obat-obatan dan racun. Enzim dari RE
halus penting dalam sintesis lipid, termasuk minyak, fosfolipid, dan steroid. Hormon seks
vertebrata dan berbagai hormon steroid dihasilkan oleh RE halus pada sel hewan. Enzim
yang lain dari RE halus membantu detoksifikasi obat-obatan dan racun di sel hati dengan
menambahkan kelompok hidroksil ke molekul obat, karenanya membuatnya lebih mudah
larut dan mudah disiram dari tubuh.
RE kasar dipenuhi dengan ribosom yang membuat protein yang kemudian diangkut
dari RE di dalam kantung fosfolipid kecil yang bernama vesikel transportasi. RE kasar
bekerja sama dengan aparatus Golgi untuk memindahkan protein baru ke tempat yang
tepat di dalam sel atau ke membran sel. Protein yang dibuat oleh RE kasar dimasukkan
langsung ke RE dan kemudian diangkut ke berbagai tujuan selulernya, termasuk
membran sel.
iv. Sitoskeleton
Sitoskeleton adalah jaringan serat yang membentang di seluruh sitoplasma, terdiri
dari tiga jenis struktur molekul: mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen perantara.
Sitoskeleton berfungsi dalam;
- Mengatur struktur dan aktivitas sel
- Memberi dukungan mekanik terhadap sel
-Menjaga bentuk sel
v. Aparatus Golgi
Aparatus Golgi terdiri dari kantung membran bernama cisternae. Membran masing-
masing cisterna di dalam tumpukan berfungsi untuk memisahkan ruang internal dari
sitosol. Aparatus Golgi berperan dalam; pembuatan, penyimpanan , pemilihan, dan
pengiriman vesikel yang aktif di sintesis, modifikasi, sortasi, dan sekresi produk sel.
vi. Mitokondria
Mitokondria adalah organel dobel membran; masing-masing terdiri dari dua lapis
fosfolipid dengan protein tertentu. Membran luar halus sedangkan membran dalam
berbelit, dengan lapisan bagian dalam bernama cristae. Membran dalam membagi
mitokondria menjadi dua kompartemen internal; ruang antar selaput, daerah sempit antara
membran dalam dan luar dan matriks mitokondria, yang tertutup oleh bagian dalam
selaput. Matriks tersebut mengandung banyak enzim yang berbeda serta DNA
mitokondria dan ribosom. Enzim dalam matriks mengkatalisis beberapa langkah respirasi
seluler proses dimana ATP dibuat.
vii. Vesikel
Vesikel adalah kompartemen bola kecil yang terpisah dari sitosol. Vesikel dibuat
oleh aparatus Golgi, retikulum endoplasma, dan membran sel dengan proses endositosis.
Vesikel berperan berbagai aktivitas metabolik, serta transportasi dan penyimpanan
molekul. Vesikel diklasifikasikan menjadi tiga mendasarkan pada isi dan fungsinya.
 Vesikel transportasi:merupakan visikel yang memindahkan molekul seperti protein
di antara lokasi di dalam sel. Sebagai contoh, vesikel transportasi memindahkan
protein dari retikulum endoplasma kasar ke aparatus Golgi.
 Lisosom: merupakan vesikel dibuat oleh aparatus Golgi dan mengandung enzim
hidrolitik kuat yang digunakan oleh sel hewan untuk mencerna makromolekul dalam
sel. Lisosom memecah produk sel yang berbahaya, bahan yang limbah, dan puing-
puing seluler dan kemudian mengeluarkan mereka keluar dari sel. Lisosom juga
mencerna organisme penyerang seperti bakteri serta menghancurkan sel-sel yang siap
mati, dengan proses namanya autolisis.
 Peroksisom adalah vesikel yang menggunakan oksigen untuk memecah zat-zat
beracun di dalam sel. Peroksisom dibuatan sendiri dengan mereplikasi diri dan
tumbuh lebih besar dan kemudian membelah. Umumnya peroksisom ada di dalam sel
hati dan ginjal dimana mereka menghancurkan zat-zat yang berbahaya. Peroksisom
merupakan hidrogen peroksida (H2O2) yang dihasilkan saat pemecahan senyawa
organik. Hidrogen peroksida dapat pecah menjadi molekul air (H2O) dan oksigen
(O2).
 Vesikel sekretori: berisi bahan-bahan yang dikeluarkan dari sel, seperti limbah atau
hormon. Vesikel sekretori termasuk vesikel sinaptik dan vesikel dalam jaringan
endokrin. Vesikel sinaptik menyimpan neurotransmiter. Vesikel sekretoris juga
menahan enzim yang dibutuhkan untuk membuat struktur ekstraselular, seperti
matriks ekstraselular sel hewan.
viii. Membran plasma
Membran plasma (atau membran sel) adalah dua lapisan fosfolipid terdiri dari
molekul fosfolipid yang dikemas ketat. Dikarena selektif permeabel, membran plasma
hanya memungkinkan molekul tertentu, seperti ion dan molekul organik kecil, kedalam
dan keluar dari sel. Fungsi utama membran plasma adalah menjaga sel sebagai entitas
yang berbeda dalam lingkungan berbasis air.
ix. Flagellum
Merupakan organel lokomotif yang ada di beberapa sel hewan. Flagellum terdiri
dari sekelompok mikrotubulus dalam perpanjangan membran plasma.
x. Dinding sel
Merupakan adalah struktur ekstraselular dalam sel tumbuhan yang membedakannya
dari sel hewan. Dinding sel terbuat dari selulosa, polisakarida yang lainnya, dan protein.
Dinding sel berfungsi dalam cara berikutnya;
- Melindungi sel tumbuhan dari kerusakan mekanik
- Menjaga bentuk selnya
- Mencegah pengambilan air secara berlebihan.
xi. Plasmodesmata
Saluran yang menghubungkan sitoplasma sel yang berdekatan
xii. Kloroplas
Kloroplas adalah organel dengan triple membran di dalam sel tanaman dan sel
ganggang. Kloroplas merupakan situs fotosintesis; sebuah proses untuk mengubah energi
matahari menjadi energi kimia dengan menyerap sinar matahari dan menggunakannya
untuk sintesis senyawa organik seperti gula dari karbon dioksida. dan air menjadi energi.
xiii. Vakuola
Vakuola adalah organel dengan membrane terikat dan memiliki fungsi sekretori,
ekskretoris, dan penyimpanan. Banyak organisme menggunakan vakuola sebagai tempat
penyimpanan. Sel tumbuhan memiliki vakuola yang sangat besar dan itu digunakan
untuk mengontrol osmotik (penyimpanan air) dan penyimpanan nutrisi. Vakuola kontrak
di dalam protista membantu untuk mengambil air dari sitoplasma dan kemudian
mengeluarkannya dari sel untuk menghindari meledak karena tekanan osmotik.

Ciri-ciri yang sama antara sel Prokariotik dan sel Eukariotik


i. Membran plasma mirip konstruksi.
ii. Informasi genetik dikodekan dalam DNA dengan menggunakan kode genetik yang
identik.
iii. Mekanisme serupa untuk transkripsi dan terjemahan informasi genetik, termasuk
ribosom yang serupa.
iv. Jalur metabolik bersama (misalnya., glikolisis dan TCA cycle).
v. Peralatan serupa untuk konservasi energi kimia sebagai ATP (terletak di membran
plasma prokariota dan membran mitokondria eukariota).
vi. Mekanisme fotosintesis serupa (antara cyanobacteria dan tanaman hijau).
vii. Mekanisme serupa untuk mensintesis dan memasukkan protein membran.
viii. Proteasom (struktur mencerna protein) dengan konstruksi serupa (antara
archaebacteria dan eukariota).

Ciri-ciri sel Eukariotik yang tidak ditemukan dalam sel prokariotik


i. Nukleus dan sitoplasma dipisahkan oleh membran inti.
ii. Kromosom kompleks terdiri dari DNA dan protein terkait yang mampu memadatkan
struktur mitosis.
iii. Organel sitoplasma memiliki struktur membran yang kompleks (termasuk retikulum
endoplasma, kompleks Golgi, lisosom, endosom, peroksisom, dan glioksisom).
iv. Terdapat organel sitoplasmik khusus yang berfungsi untuk respirasi aerobik
(mitokondria di dalam sel binatang) dan fotosintesis (kloroplas di dalam tumbuhan).
v. Sistem sitoskeletal yang kompleks (termasuk mikrofilamen, filamen intermediat, dan
mikrotubulus) dan protein motorik terkait.
vi. Kompleks flagella dan silia.
vii. Kemampuan untuk menelan beberapa bahan dengan selubung di dalam vesikel
membran plasma (fagositosis).
viii. Dinding selulosa yang mengandung sel (pada tumbuhan).
ix. Pembelahan sel menggunakan gelendong mitosis yang mengandung mikrotubulus
yang memisahkan kromosom.
x. Terdapat dua salinan gen per sel (diploidy), satu dari masing-masing induknya.
xi. Terdapat tiga jenis enzim penyusun RNA yang berbeda (RNA polimerase).
xii. Reproduksi seksual yang membutuhkan meiosis dan pembuahan

Perbedaan antara sel hewan dan tumbuhan


No Different Plant Cell Animal Cell
1. Cell Wall + -
2. Vacuole + -
3. Plastids + -
4. Chloroplast + -
5. Centriolse - +
6. Lysosome - +
7. Nucleus + +
8. Endoplasmic Reticulum + +
9. Plasma membrane + +
10. Ribosomes + +
11. Golgi apparatus + +
12. Mikrotubulse + +
13. Mithocondria + +
14. Microfilaments + +
15. Peroxisome + +
N Sel Tumbuhan Sel Hewan
O
1. Memilik dinding selulosa di sekitar Hanya memiliki membran sel
membran sel
2. Vakuola besar Vakuola tidak ada/ ada akan tetapi
ukuranya kecil
3. Memiliki plastida Tidak memiliki plastida
4. Terdapat aparutus Golgi dalam bentuk Terdapat aparatus golgi
unit yang dikenal sebagai diktomosom
5. Tidak memiliki lisosom, centrosom Memiliki lisosom, centrosom dengan
dengan sentriol, dan flagela sentriol, dan flagella.

G. VIRUS
1. Sejarah Virus
Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil dimulai sejak ditemukannya
mikroskop oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Antony Vanleewenhoek (1632-
1723). Berkat penemuan mikroskop tersebut, berbagai penelitian tentang objek-objek
mikroskopis mulai berkembang. Berbagai penelitian itu kemudian berkembang semakin pesat
sejalan dengan perkembangan mikroskop. Mikroskop pertama mampu melihat perbesaran
objek hingga 150x ukuran asli. Dengan teknik dan susunan lensa yang semakin
disempurnakan, mikroskop cahaya mampu melihat objek hingga perbesaran 1.000x. Kini,
dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000x, kita dapat
melihat objek mikroskopis dengan lebih detail.Perkembangan mikroskop ini mendorong
sebagai penemuan berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan sel, bakteri dan
partikel mikroskopis yaitu virus. Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian
mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat
daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Berikut ini beberapa tokoh dalam penemuan
virus pertama kali :
a. Adolf Mayer (1882, Jerman)
Adolf Mayer ini meneliti tanaman tembakau yang terserang penyakit dengan gejala
bintik kekuningan pada daun tembakau. Adolf Mayer mendapatkan bahwa penyakit itu
menulari tanaman tembakau lain. Mayer melakukan percobaan dengan menyemprotkan
getah tanaman yang sakit pada tanaman yang sehat, ternyata tanaman sehat menjadi
tertular.
b. Dmitri Ivanovski (1893, Rusia)
Percobaan Adolf Mayer tentang tanaman tembakau yang terserang penyakit dengan
gejala bintik kekuningan pada daun tembakau diulang oleh Dmitri Ivanovski dengan menyaring getah
tanaman tembakau tembakau yang sakit dengan penyaring bakteri. Hasil penyaringan kemudian
dioleskan pada tanaman sehat. Tanaman sehat tersebut kemuadian menjadi tertular.
Ivanovski menyimpulkan bahwa partikel tersebut adalah bakteri patogen yang berukuran
sangat kecil atau zat kimia yang diproduksi oleh bakteri tersebut, yang lolos dari penyaringan
bakteri.
c. Martinus Beijerinck (1897, Belanda)
Martinus Beijerinck merupakan ahli mikrobiologi Belanda menemukan fakta bahwa
partikel mikroskopis penyerang tembakau dapat bereproduksi pada tanaman tembakau, tetapi tidak
dapat dibiakkan pada medium pertumbuhan bakteri. Fakta lainnya menunjukkan bahwa partikel
tersebut tidak mati saat dimasukkan ke dalam alkohol, berbeda dengan bakteri yang mati ketika
dimasukkan dalam alkohol. Beijerinck menyimpulkan bahwa partikel yang menyerang
tembakau tersebut sangat kecil dan hanya dapat hidup pada makhluk hidup yang diserangnya. Akan
tetapi, Beijerinck belum berhasil menemukan struktur dan jenis partikel tersebut.
d. Wendell Stanley (1935, Amerika Serikat)
Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan viruspada
tahun 1935. Stanley, mengkristalkan partikel yang menyerang tanaman tembakau tersebut.
Partikel mikroskopis tersebut kemudian dinamakan Tobacco Mosaic Virus (TMV) atau
virus mosaik tembakau. Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif
meskipun setelah kristalisasi. Sejak itu, penelitian tentang virus terus berkembang.
(Pratiwi, 2006 : 21-22).Virus mosaik tembakau merupakan virus yang pertama kali
divisualisasikan dengan mikroskop elektron.

2. Pengertian Virus
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Secara umum virus merupakan
partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat
yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam
dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar
tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam
nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi
dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati
(aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak
melakukan metabolisme sel.
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam
nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan
aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan
terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas
inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus.
3. Struktur Penyusun Virus
Virus yang paling kecil berdimeter hanya 20nm, lebih kecil dari ribosom. Struktur
virus secara lebih rinci mengungkapkan bahwa virus merupakan struktur penginfeksi yang
terdiri atas asam nukleat berselubung protein dan beberapa kasus dilindungi oleh amplop
bermembran. Pada dasarnya, virus hanya memiliki materi genetik yang terdiri dari DNA
atau RNA saja. Molekul DNA atau RNA penyimpan informasi genetik dari pertikel virus
terkecil sedikitnya 3 sampai 4 gen didalam genomnya, sedangkan yang terbesar, memiliki
beberapa ratus hingga ribuan gen.

Gambar Bakteriofag

Virus diselubungi oleh cangkang protein yang kemudian disebut kapsid (capsid).
Bergantung pada tipe virus, kapsid dapat berbentuk seperti batang, polihedral, atau lebih
kompleks lagi (seperti T4). Kapsid tersusun atas banyak sub-unit protein yang disebut
kapsomer (capsomere). Sejumlah virus memiliki aksesori yang membantu virus menginfeksi
inang misalnya amplop bermembran yang mengelilingi kapsid virus influenza. Amplop virus
yang berasal dari membran sel inang, mengandung fosfolipid dan protein membran sel inang.
Amplop juga mengandung protein dan glikoprotein virus. Fungsi kapsid yaitu : memberi
bentuk virus, melindungi isi kapsid dari kondisi lingkungan yang merugikan, dan
mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel. Virus yang menginfeksi
bakteri disebut bakteriofag. Beberapa bakteriofag memiliki ekor yang berfungsi pada
pengenalan sel inang dan penambatan serta penyuntikan asam nukleat. Ekor yang meluas dari
kapsid, terdiri dari sebuah kerah pada tempat penambatan dari ekor ke kepala, sarung
berbentuk silinder meluas dari kerah dan suatu bidang dasar hexagonal pada akhir dari sarung
. Pada bidang dasar tersebut terdapat enem perluasan yang memanjang seperti rambut yang
merupakan serabut ekor yang berfungsi sebagai pengenalan sel inang dan pengikatan.

Pembagian virus

berdasarkan materi genetik yang dimilikinya, virus dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Virus DNA, yaitu virus yang memiliki DNA sebagai penyusun genomnya. Contoh:
Adenovirus (penyebab penyakit tumor, infeksi usus, dan alat pernafasan manusia)
2. Virus RNA, yaitu virus yang memiliki RNA sebagai penyusun genomnya. Contoh :
Rhabdovirus (penyebab rabies)

Berdasarkan struktur capsid ( cangkang protein yang menyelubungi genom), virus


dibedakan menjadi:
1. Virus yang memiliki kapsid berbentuk batang, virus ini pada umumnya memiliki
kapsid yang kaku dan berbentuk batang yang tersusun atas lebih dari seri bumolekul
dari satu jenis protein yang tersusun memebentuk heliks. Oleh Karena itu, virus yang
memiliki kapsid berbentuk batang ini umumnya disebut virus heliks. Contoh virus ini
adalah virus mosaik tembakau.
2. Virus yang memiliki kapsid ikosahedral, virus ini memiliki duri glikoprotein pada
setiap titik sudut. Salah satu contoh dari virus jenis ini adalah Adenovirus, yang
menginfeksi saluran pernafasan hewan, mengandung 252 molekul protein identik
yang tersusun membentuk kapsid polyhedral dengan 20 sisi triangular-sebuah
ikosahedron. Dengan demikian virus yang berbentuk serupa dengan Adenovirus
disebut virus ikosahedral.
3. Virus yang memiliki amplop penyusun kapsid, amplop ini berasal dari membrane sel
inang,mengandung fosfolipid dan protein membrane sel inang, selain itu, amplop juga
mengandung protein, glikoprotein dari virus. Contoh virus jenis ini adalah virus
influenza.
4. Virus dengan kapsid yang paling kompleks, contoh dari jenis virus ini adalah
bakteriofag T4, yang memiliki kepala ikosahedral dan apparatus ekor.
Virus mosaic
adenovirus virus influenza bakteriofag
tembakau

4. Reproduksi Virus
Virus tidak memiliki enzim-enzim metabolisme dan peralatan untuk membuat protein,
contohnya ribosom. Virus merupakan parasit obligat seluler, yang artinya hanya bereproduksi
dalam sel inang. Setiap virus memiliki kisaran inang yang berbeda-beda. Inang menyediakan
nukloetida untuk membuat asam nukleat, enzim, ribosom,RNA, asam amino, ATP, dan
komponen lainnya yang dibutuhkan dalam membuat protein virus. Kebanyakan virus DNA
menggunakan DNA polymerase sel inang untuk mensintesis genom baru disepanjang cetakan
yang disediakan oleh DNA virus. Sebaliknya, untuk mereplikasi genomnya, virus RNA
menggunakan polymerase yang dikodekan oleh virus dan dapat menggunakan RNA sebagai
cetakan.

Reproduksi virus sederhana biasanya tidak memiliki serabut ekor, dimana serabut
ekor ini memiliki fungsi untuk menempelkan diri pada sel hospes yang diserangnya. Virus ini
terdiri atas satu macam protein. Reproduksi virus ini dimulai ketika virus memasuki sel,
kemudian ia melepas selubung, DNA dan protein kapsid. Genom tersebut kemudian
direplikasi oleh enzim-enzim inang. Sementara itu, enzim inang mentranskripsikan genom
virus menjadi m-RNA virus, yang digunakan oleh ribosom untuk membuat lebih banyak
protein kapsid. Setelah itu, genom dan protein kapsid merakit diri untuk menjadi partikel
virus baaru yang keluar dari sel.

Sejumlah virus DNA beruntai-ganda bisa bereprosuksi melalui dua mekanisme alternative
yaitu:

a. Siklus Lisis (Lytic Cycle)


Siklus reproduksi fag yang mencapai puncaknya pada kematian sel inang dikenal
dengan sebagai siklus lisis. Istilah ini mengacu paada tahap infeksi terakhir ketika sel
bakteri lisis pecah dan melepaskan fag-fag yang dihasilkan dalam sel.

Gambar siklus lisis fag T4, sejenis fag virulen.

Berdasarkan gambar di atas maka siklus lisis memiliki beberapa tahap seperti:
1. Pelekatan, fag T4 menggunakan serat-serat ekornya untuk berikatan dengan
situs-situs reseptor spesifik pada permukaan luar sel inang.
2. Masuknya DNA fag dan degradasi DNA inang, seludang ekor berkontraksi
dan menyuntikan DNA fag ke dalam sel inang. Lalu pergi meninggalkan
kapsid kosong di luar.
3. Sintesis genom dan protein virus, DNA fag mengarahkan produksi protein-
protein fag dan salinan genom fag oleh enzim inang, menggunakan
komponen-komponen sel.
4. Perakitan, ketiga perangkat protein yang terpisah merakit diri menjadi kepala,
ekor, dan serat ekor virus. Genom fag dikemas di dalam kapsid saat kepala
terbentuk.
5. Pelepasan, fag mengarahkan produksi sejenis enzim yang merusak dinding sel
bakteri, dan memungkinkan cairan masuk. Lalu sel akan menggembung dan
akhirnya pecah, melepaskan 100 sampai 200 partikel fag.

b. Siklus Lisogenik (Lysogenic Cycle)


Siklus ini kebalikan dari siklus lisis yang membunuh sel inangnya, siklus lisogenik
memungkinkan replikasi genom fag tanpa menghancurkan inang. Fag yang mampu
menggunakan kedua macam siklus reproduksi dalam bakteri disebut fag temperat atau
fag λ (lambda). Fag λ menyerupai T4, namun ekornya hanya satu, dengan serat ekor
yang pendek.

Gambar siklus lisis dan lisogenik fag λ.

Infeksi sel inang oleh fag λ dimulai ketika fag itu berikatan ke permukaan sel dan
menginjeksi genom DNA linearnya. Di dalam inang, molekul DNA λ membentuk
lingkaran. Dalam siklus lisis, genom virus langsung mengubah sel inang menjadi
pabrik penghasil λ. Sel segera lisis dan melepaskan virus-virus yang diproduksi. Akan
tetapi, pada silus lisogenik, molekul DNA digabungkan ke dalam sebuah situs spesifik
pada kromosom inang oleh protein-protein virus yang memutus kedua molekulDNA
melingkar dan menggabungkan keduanya. Saat terintegrasi ke dalam kromosom
bakteri dengan cara ini, DNA virus dikenal sebagai profag. Salah satu gen profag
mengkodekan protein yang mencagah transkripsi sebagian besar gen profag lain.
Dengan demikian, sebagian besar genom fag akan diam di dalam bakteri. Setiap kali
sel inang bersiap membelah, sel tersebut juga mereplikasi DNA fag bersama-sama
DNA-nya sendiri dan mewariskan salinan-salinannya ke sel-sel anakan. Ini
memungkinkan virus memperbanyak diri tanpa membunuh sel inang yag menjadi
tempat bergantung.
Kelas-kelas virus yang menginfeksi hewan menurut Campbell (2008) :
Contoh / Penyakit yang
Kelas/famili Contoh virus
ditimbulkan

DNA beruntai ganda (dsDNA)  Adenovirus  penyakit pernafasan, tumor


 Papopavirus  paplomavirus (kanker rahim),
Poliomavirus (tumor)
 herpes simplek I dan II (lepuh
di mulut atau alat kelamin.
 Herpesvirus
 Cacar air

 Poxvirus
DNA beruntai tunggal (ssDNA)  Parvovirus  Parvovirus B19 (ruam-ruam
ringan)
RNA beruntai ganda(dsRNA)  Reovirus  Rotravirus(diare), virus
demam tungau Colorado
RNA beruntai tunggal  Coronavirus  SARS
(ssRNA)berperan sebagai  Flavivirus  virus demam kuning, virus
mRNA hepatitis C
 Togavirus  Virus rubella, virus enselfalitis
kuda

ssRNA, cetakan untuk mRNA  Vilovirus  virus ebola


 Ortomyxovirus  virus influenza
 Paramyxovirus  virus campak, virus
gondongan
 Rhabdovirus  virus rabies
ssRNA, cetakan untuk sintesis  Retrovirus HIV, virus tumor RNA
DNA (leukemia)

Peran virus dalam manusia tidak selalu merugikan, virus dapat berperan positif dalam
rekayasa genetika. Dalam dunia kesehatan, virus bermanfaat dalam terapi gen, yaitu untuk
penyembuhan berbagai penyakit menurun seperti kanker. Peranan virus lainnya ialah dalam
pembuatan vaksin, contohnya vaksin BPG, vaksin demam tifoid dan folio.

DAFTAR PUSTAKA
Albert, Bruce., dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel jilid I edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi. Jakarta: Depdikbud.

Cambell, N.A, Jane B.Reece, Lawrence E. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima. Erlangga:
Jakarta

Djohar. 1985. Biologi Sel 1. Diktat kuliah FMIPA IKIP Yogyakarta

Karp, G. 1984. Cell Biology. 2nd ed. Mc Graw-Hill Book Co: New York

Reksoatmojo, Issoegianti S.M. 1993. Biologi Sel. Dediknas: Yogyakarta

Sheeler and Bianchi.1983. Cell Biology, Structure, Biochemistry and Function. Jhon Willey
& Sons, Inc : New York

Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. UNY: Yogyakarta

Wolfe, Stepen L. 1983. Introduction to Cell Biology. Callifornia: Wadsworth Publising


Company.

Anda mungkin juga menyukai