Anda di halaman 1dari 4

PERCOBAAN II

KEANEKAAN SEL, STRUKTUR DAN FUNGSI

I. TUJUAN

1. Mengetahui keanekaragaman sel, struktur dan fungsi.

2. Mengetahui bagaimana keanekaragaman bentuk sel, namun pada dasarnya semua sel
mempunyai pola struktur yang sama

II. DASAR TEORI

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autonom
asalka seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular, misalnya bakteri, Archaea,
serta sejumlah fungi dan Protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular
terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar hierarki hidup.

` Asal mula penelitian tentang sel sebenarnya telah dimulai sejak zaman kuno. Ahli filsafat kuno
terutama Aristoteles pada zaman kuno dan Paracelsus padda zaman pembaharuan (renaissance) telah
sampai pada suatu kesimpulan bahwa, “hewan dan tumbuh-tumbuhan walaupun nampaknya sangat
rumit terdiri dari atas beberapa unsur yang selalu terulang dalam tiap tubuh makhluk hidup.”

Jadi, mereka telah berpendapat bahwa hewan atau tumbuh-tumbuhan tersusun atas beberapa
bagian, unsur-unsur atau elemen-elemen yang terulang dan elemen-elemen ini bergabung membentuk
bangunan atau struktur tertentu dari makhluk hidup seperti membentuk daun, akar pada tanaman atau
membentuk segmen atau organ pada hewan.

Beberapa abad kemudian, setelah ditemukannya lensa pembesar, mulailah terjadi


perkembangan alat-alat optic yang kemudian akhirnya berkembang menjadi mikroskop. Dengan
menggunakan alat-alat optic ini penelitian terhadap elemen-elemen atau bagian-bagian makhluk hidup
makin meningkat.

Tahun 1665, Robert Hooke melakukan pengamatan dengan menggunakan lensa pembesar pada
sepotong gabus dan mendapatkan bagian-bagian seperti ruangan/rongga kososng sehingga disimpulkan
bahwa gabus merupakan bangunan yang berlubang-lubang kecil seperti sarang lebah. Rongga kososng
ini kemudian disebut “sel” yang berasal dari “cella” yang berarti kosong yang dibatasi dinding yang
dinamakan diafragma. Sejak saat itulah dikenal istilah sel.

Penyelidikan yang sama dilakukan pula oleh Grew dan Malpighi pada tanaman yang berbeda-
beda dan ternyata ditemukan pula ruang-ruang yang dibatasi oleh dinding selulosa dan kemudian
dinamakan vesikula atau utrikula.
Tahun 1674, Anthony van Leeuwenhoek dengan menggunakan mikroskop yang masih sangat
sederhana dapat meneliti sel-sel yang bebas dan melihat adanya bangunan di tengah sel yang sekarang
dikenal sebagai inti sel.

Setelah penelitian-penelitian tersebut di atas, untuk waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari
satu abad, penelitian tentang sel ini terhenti sehingga perkembangan pengetahuan tentang sel juga
masih sangat terbatas.

Pada abad XIX barulah dimulai penelitian tentang sel terutama tentang inti sel. Pada tahun 1829,
Hertwig mengajukan suatu teori yang disebut teori protoplasma yang menyatakan bahwa sel
merupakan kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma yang di dalamnya mengandung inti
(nukleus) dan bagian luarnya dibatasi oleh dinding sel.

Kemudian tahun 1831 Brown mengemukakan bahwa inti sel merupakan komponen dasar dan
tetap dari sel. Dalam inti sel juga dikenal adanya protoplasma sehingga untuk membedakan
protoplasma dalam sel dan protoplasma dalam inti digunakan istilah yang berbeda, yaitu sitoplasma
untuk protoplasma dalam sel dan karioplasma untuk protoplasma dalam inti.

Schleiden (ahli Botani) dan Schwann (ahli zoology) pada tahun 1939 mengemukakan suatu teori
berdasarkan hasil penelitiannya dan teori ini dikenal dengan nama teori sel. Dalam teori ini dikatakan
bahwa “semua makhluk hidup tersusun atau terdiri atas sel-sel”. Jadi, semua makhluk hidup sebenarnya
merupakan kumpulan dari sel-sel atau sel merupakan elemen dasar dari makhluk hidup. Teori sel ini
merupakan teori yang sangat mendasar dalam pengembangan biologi sel sehingga akhirnya Schwann
diakui sebagai “Bapak” dari sitologi modern.

Tahun 1858, Albert Kolliker mengemukakan suatu teori di bidang embriologi yang menyatakan
bahwa spermatozoa dan ovum merupakan unsur histologist yang merupakan asal dari makhluk hidup
baru. Virchow pada tahun 1858, mengemukakan bahwa sel selalu berasal dari sel lain (omnis cellula e
cellula) yang berarti bahwa sel mempunyai kemampuan untuk berkembang biak (membelah). Pada
tahun yang sama, Virchow juga mengemukakan bahwa proses patologis yang terjadi pada makhluk
hidup sebenarnya terjadi di dalam sel-sel atau jaringan.

Tahun 1875, Hertwig mengemukakan tentang hakekat dari konsepsi yang menyatakan bahwa
pada waktu konsepsi/pembuahan terjadi peleburan antara inti sel telur dan spermatozoon.

Penemuan-penemuan penting lainnya dalam biologi sel banyak dikemukakan oleh para hali, di
antaranya penelitian tentang pembelahan sel oleh Fleming pada hewan dan Strassburger pada tanaman,
sampai terungkapnya proses kariokinesis oleh Schleiden tahun 1878 dan penemuan kromosom oleh
Waldeyer tahun 1890.

Penelitian-penelitian dalam bidang biologi sel berkembang terus sehingga akhirnya berdasarkan
hasil-hasil penelitian tersebut dapat dicapai kesimpulan-kesimpulan yang penting, di antaranya :

1. Setiap sel terbentuk atau berasal dari pembelahan sel yang sudah ada
2. Terdapat kesamaan yang mendasar dalam hal komposisi kimia dan aktivitas metabolism.

3. Fungsi makhluk hidup secara keseluruhan ditentukan oleh aktivitas dan interaksi dari unit-unit
sel yang ada. (Juniarto dan Juwono, 2002)

Sejarah perkembangan penemuan sel tidak hanya berhenti hingga ditemukannya dinding sel
dan inti sel serta protoplasma. Pada tahun 1868, Haeckel mengemukakan suatu teori bahwa makhluk
hidup yang paling sederhana dinamakan “Monera”, yaitu suatu massa protein yang homogen tanpa
struktur dan tanpa bentuk, yang terbentuk langsung dari bahan-bahan anorganik. Dengan munculnya
omnis cellula e cellula, maka teori Haeckel ini kemudian ditinggalkan orang.

Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian ditemukan beberapa perbedaan antara sel antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain, misalnya antara sel bakteri dengan sel tumbuhan. Ada
beberapa jenis sel yang memiliki membrane yang mengelilingi inti, namun ada pula yang tidak.

Berdasarkan kejelasan inti sel, maka sel-sel dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :

1. Sel prokariotik, dan

2. Sel eukariotik

Berikut penjelasan singkat mengenai kedua macam kelompok sel tersebut.

1. Sel Prokariotik

Sel ini merupakan suatu jenis sel dengan inti yang tidak jelas, hanya dalam sitoplasma tampak
adanya bagian yang berwarna agak terang yang mengandung bahan DNA (seperti yang terdapat dalam
inti) dan dinamakan nukleoid.

Sel yang termasuk sel prokariotik diantaranya ialah berbagai jenis bakteri, virus, ganggang biru,
ganggang hijau, dan lain-lain.

2. Sel Eukariotik

Berbeda dengan sel prokariotik, maka sel eukariotik mempunyai inti sel yang jelas karena inti sel
ini mempunyai dinding atau membrane inti. Sel-sel eukariotik ini mempunyai ukuran dan bentuk yang
berbeda tergantung dari jenis dan fungsinya masing-masing.

Sel eukariotik ada yang mempunyai bentuk tetap, ada pula yang bentuknya dapat berubah-ubah
seperti sel leukosit, amoeba dan lain-lain. Sel yang berbentuk tetap misalnya sel spermatozoa, sel saraf,
eritrosit, sel epitel, sel-sel tanaman dan lain-lain.

Bentuk dari sel pada umumnya tergantung terutama dari fungsi sel dan juga tergantung dari
tegangan permukaan membran sel, viskositas sitoplasma, rigiditas membran plasma, dan pengaruh
mekanis dari sekitarnya.
Ukuran sel eukariotik sangat bervariasi, sel hewan yang terkecil mempunyai diameter 4 mikron
dan yang terbsesar sampai beberapa sentimeter, misalnya yang berbentuk telur berbagai macam
burung yang sebenarnya berupa satu sel.

Anda mungkin juga menyukai