Sejarah
Sejarah teori sel juga tidak lepas dari sejarah keberadaan alat pembesar mutakhir, yakni
mikroskop. Alat mikroskop ini pertama kali ditemukan dengan dua lensa (majemuk) pada
kesudahan masa zaman ke-16. Setelah itu kemudian dikembangkan di Belanda, Italia, dan Negara
Inggris. Sampai pada pertengahan masa zaman ke-17 mikroskop mulai memiliki kemampuan
untuk perbesaran hingga mencapai 30 kali.
Ilmuwan Inggris bernama Robert Hooke kemudian merancang mikroskop majemuk yang
memiliki sumber cahaya sendiri sehingga membuatnya lebih mudah untuk digunakan. Robert
Hooke mulai mengamati irisan- irisan tipis, seperti gabus lewat mikroskop tersebut dan mencoba
untuk mengajarkannya. Penjelasan yang didapat dari penangkapan mikroskopik gabus adalah
berpori-pori seperti sarang lebah, namun pori-porinya tidak beraturan.
Hooke menyebut pori-pori itu adalah cells karena hampir mirip dengan sel atau bilik kecil-
kecil di dalam biara atau penjara- penjara. Hal yang sebenarnya dilihat oleh Hooke adalah dinding-
dinding sel kosong yang melingkupi sel- sel mati pada gabus tersebut. Sel tersebut bersumber dari
kulit pohon ek sebagai bahan baku pembuatan gabus. Hooke kemudian juga mengamati tumbuhan
hijau yang juga memiliki sel yang berupa cairan.
Sedangkan, pada masa yang sama di Belanda, ilmuwan bernama Antoni van Leeuwenhoek
yang juga merupakan seorang pedagang kain, menciptakan mikroskopnya sendiri yang berlensa
satu dan digunakannya untuk mengamati berbagai hal. Leeuwenhoek kemudian sukses melihat sel
darah merah, spermatozoid, khamir bersel tunggal, protozoa, dan bahkan bakteri.
Kemudian tahun 1673 Leeuwenhoek mulai mengirimkan surat tentang aktivitas yang
dipekerjakannya kepada Royal Society, yaitu sebuah perkumpulan ilmiah di Inggris dan
menerbitkannya. Di salah satu suratnya, Leeuwenhoek menjelaskan hal yang bergerak di
dalam cairan liur yang ditelitinya di bawah mikroskop. Leeuwenhoek pun menyebutnya dengan
istilah ditjen atau dirjen dalam bahasa Belanda yang artinya hewan kecil.
Lalu diterjemahkan menjadi animalcule dalam bahasa Inggris oleh Royal Society yang
selanjutnya diyakini sebagai bakteri oleh ilmuwan modern sekarang. Tahun 1675–1679,
ilmuwan Italia bernama Marcello Malpighi kemudian menjabarkan unit- unit penyusun tumbuhan
yang diberi nama utricle atau berarti kantong kecil. Menurutnya setiap rongga tersebut memiliki
cairan dan dikelilingi oleh dinding- dinding yang terlihat kokoh.
Nehemiah Grew, ilmuwan asal Inggris kemudian juga mengajarkan tentang sel tumbuhan
dalam tulisannya yang diterbitkan pada tahun 1682. Grew sukses mengamati banyak hal yang
dibangun tumbuhan berwarna hijau kecil di dalam sel- sel daun tumbuhan yang kemudian diberi
nama kloroplas.
Perkembangan Biolog Sel
Selang tahun 1875 dan 1895, kemudian terjadi berbagai penemuan tentang fenomena
seluler landasan, yakni mitosis, meiosis, dan fertilisasi, dan berbagai kajian organel penting
lainnya, seperti mitokondria, kloroplas, dan badan Golgi. Dari situlah lahir segi yang kemudian
focus untuk mempelajari sel yang disebut dengan istilah sitologi.
Perkembangan teknik baru ini tarsus terjadi, terutama pada bagian fraksinasi sel
dan mikroskopi electron. Hal ini kemudian memungkinkan kajian ilmu sitologi dan biokimia
melahirkan segi baru yang dikenal juga dengan biologi sel. Kemudian tahun 1960, perhimpunan
ilmiah dari American Society for Cell Biology didirikan di New York, Amerika Serikat.
Tidak lama setelahnya muncul jurnal ilmiah bernama Journal of Biochemical and
Biophysical Cytology berubah nama menjadi Journal of Cell Biology. Setelah dekade 1960-an,
biologi sel kini sudah menjadi suatu disiplin ilmu atau kajian yang mapan, dengan perhimpunan
dan publikasi ilmiahnya sendiri. Selain itu kajian ilmu ini juga memiliki misi untuk
mengungkapkan mekanisme fungsi pada organel sel.
Sel adalah bentuk unit terkecil yang strukturan dan fungsial pada makhluk hidup. Lalu,
mengapa sel dikatakan sebagai unit terkecil struktural? Hal tersebut karena merupakan bentuk
kumpulan dari sel akan menjadi sebuah jaringan dan kemudian membentuk organ dan sistem organ
yang lebih kompleks, yakni membentuk organisme- organisme yang lebih besar.
1. Bentuk Sel
Bentuk sel sangat kecil dan juga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Grameds tentu perlu
alat pembesar yang menunjang agar bisa melihat sel, seperti mikroskop. Alat tersebut mampu
melihat hal-hal yang bentuknya kecil, layaknya melihat bakteri, virus, atau jamur untuk diamati
bentuk dan perkembangannya.
Penemu sel pertama kali adalah Anthony Van Leeuwenhoek pada tahun 1623 sampai 1723
yang ditemukannya menggunakan alat mikroskop ini. Atas penemuannya tersebut membuat
banyak ahli akhirnya ikut mengamati dunia biologi tentang hal- hal yang berkaitan dengan sel,
yakni tidak bisa dipegang dan dilihat secara langsung.
2. Letak Sel
Letak sel ada di setiap makhluk hidup, termasuk hewan, tumbuhan, dan tentu manusia yang
pasti memiliki bentuk sel yang lebih kompleks. Sel pada tumbuhan, mungkin kita tidak bisa
melihat tumbuhan bergerak secara signifikan secara sendirinya, namun tumbuhan juga memiliki
struktur sel juga.
Struktur sel dan letaknya sel juga pasti berbeda antar tumbuhan, hewan dan manusia. Namun
dengan kumpulan sel tersebut akan terjadi kerjasama antar organ, sistem organ, jaringan sehingga
bisa membantu makhluk hidup tersebut untuk bertahan hidup dan melakukan proses aktivitas
kehidupan, seperti pencernaan, pernapasan, pertumbuhan, dan sebagainya.
Jadi bisa dikatakan meskipun kecil, sel memiliki peran yang penting dalam struktur organisme
makhluk hidup. Meskipun merupakan unit terkecil struktural, namun sel memiliki fungsional yang
besar pada makhluk hidup.
a) Sel Prokariotik
Sel Prokariotik adalah organisme uniseluler dengan ukuran sel yang memiliki ukuran kecil
antara 0,7 sampai 0, 2. Biasanya sel ini tersusun dari selubung sel, membrane sel, sitoplasma,
nucleoid, dan beberapa susunan lainnya. Hampir semua sel ini memiliki selubung sel di luar
membrane selnya. Selain itu juga biasanya memiliki satu molekul DNA pembangun yang
melingkar dan berkonsentrasi pada nukleotida.
b) Sel Eukariota
Tidak seperti sel Prokariota, sel Eukariota memiliki nucleus. Jadi, sitoplasma eukariota adalah
bentuk daerah di bagian selang nukleus dan membran sel tersebut. Sitoplasma ini kemudian terdiri
lagi dari beberapa medium semicair yang disebut juga dengan istilah sitosol.
Di dalam sitosol tersebut terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi yang
terspesialisasi. Pada sebagian sitosol tersebut juga tidak dimiliki prokariota. umumnya organel
tersebut akan dibatasi dengan satu lapis membrane. Namun tetap dibatasi dengan dua membran,
misalnya ada susunan nukleus.