Anda di halaman 1dari 22

DNA DAN RNA

2.1 Sejarah Penemuan DNA

Tahun 1943 adalah masa tebak menebak para ilmuan dari beragam cabang ilmu
untuk menjawab satu pertanyaan. Apa atom penyusun kehidupan ini? Pengejaran
genetik telah berkembang di Jerman, tapi masih terpengaruh oleh ideologi Fasisme,
yang hendak menemukan spesies unggul lewat mekanisme eugenetika. Tahun 1943 di
Auschwitz, Josef Mengele melakukan penyiksaan terhadap orang-orang kembar
sampai mati. Mengele mencoba memahami hereditas, namun ilmu perbaikan mutu
manusia melalui perkawinan terseleksi tak membuahkan hasil.

Seorang fisikawan besar Erwin Schrodinger menyibukkan diri menjawab pertanyaan,


apa itu hidup? Erwin sudah sedikit mendekati dengan menyatakan bahwa kromosom
mengandung rahasia tentang hidup, namun ia tak dapat menyingkapnya dan malah
menyimpang dari jalur yang ke depannya diramu oleh James Watson dkk. Erwin
menempuh perjalanannya menggunakan pendekatan kuantum yang pada pangkalnya
membawanya ke jalan buntu.

Oswald Avery, ilmuan Kanada pada 1943 dengan tekun melakukan eksperimen untuk
identifiksi DNA. Metodenya dengan memanfaatkan sebuah bakteri pneumonia yang
dapat diubah dari galur yang tidak berbahaya menjadi galur yang mematikan dengan
mengabsorbsi larutan kimia sederhana. Ia pun menyimpulkan bahwa zat pengubah itu
adalah DNA. Namun, ia masih terkesan ragu-ragu dan menyamarkannya dalam
publikasi ilmiahnya.Lagi-lagi Oswald terbenam dalam riset kimianya, memegang erat
adagium Jan Baptista van Helmont “segala sesuatu dalam hidup ini adalah kimia”. Ya,
bolehlah disebut sebagian hidup ini adalah kimia, salah satu pembuktiannya yaitu
hasil sintesis urea dari amonium klorida dan perak sianida oleh Friedrich Wohler
tahun 1828.

Di tempat lain, Blechley, Inggris, 1943, Alan Turing sibuk menajamkan wawasan
dalam realitas fisik. Yah, rahasia kehidupan hendak ditemukan oleh Alan lewat jalan
matematika, melalui bilangan. Alan membangun sebuah mesin universal dengan
program yang tersimpan dan dapat dimodifikasi. Sepertinya, metode Alan inilah yang
paling mendekati, karena rahasia kehidupan ini adalah sesuatu yang mampu membuat
dirinya sendiri atau replikasi. Sementara bentuk yang paling mungkin untuk
bereplikasi adalah sebuah pesan digital-kata.

New Jersey, 1943, seorang ilmuan pendiam dan penyendiri bernama Claude Shannon
asyik mencerna gagasan mengenai informasi dan entropi adalah dua sisi pada
kepingan uang, selain itu memiliki kaitan dengan energi. Fostulatnya yaitu, semakin
kecil entropi yang dimiliki sebuah sistem, semakin banyak informasi yang
dikandungnya. Seperti sebuah motor uap yang dapat memanfaatkan batubara untuk
menghasilkan energi sehingga membuatnya bergerak berputar lantaran motor tersebut
mengandung informasi tinggi.

Tokoh penting yang menstimulan perjalanan genetika ini adalah Gregor Johann
Mendel, lelaki yang pandai bermain catur dan berkebun ini berupaya untuk
menyalurkan bakat itu lewat uji penyilangan tanaman kacang Kapri. Ia tahu bahwa
pemahaman tentang sifat turunan sudah ada pada para pembiak tanaman dan buah-
buahan, namun belum ada yang menjelaskannya secara sistematis.

Mendel berusia 43 tahun saat itu, eksperimen yang ia lakukan berlangsung hingga delapan tahun
di kebun-kebun biaranya yang sunyi. Menyibak rahasia hereditas dengan penuh kesabaran,
menunggui data statistika tanamannya yang meliputi 30.000 macam tumbuhan. Dari eksperimen
itu, Mendel mencatat dan mengirimkan hasil penelitiannya ke majalah-majalah sains saat itu, ia
menunggu sekian lama, namun kabar balik itu tak bertandang jua. Masyarakat sains saat itu
rupanya tak tertarik dengan hasil riset mendel dan pada akhirnya dilupakan orang.
Tahun 1866, Mendel mengirimkan makalahnya ke Karl Wilhelm Nageli, guru besar botani di
Munchen. Tapi, Nageli malah menganggapnya ngaur dan menjawab surat-surat biarawan itu
dengan sedikit melecehkan. Jawaban menyesatkannya dengan menganjurkan agar Mendel
membiakkan sejenis tumbuhan liar (Hieracium). Itu ditanggapi serius oleh Mendel, dengan
eksperimen kawin silang berupa serbuk sari yang tidak melibatkan gen-gen tumbuhan pasangan.
Namun, memberikan hasil yang aneh-aneh. Mendel melupakan riset itu dan mengalihkan
perhatiannya ke lebah. Hasil percobaannya pada penghasil madu itu pun tak pernah ia
publikasikan. Belakangan, Nageli memakai gagasan Mendel untuk menjelaskan mekanisme
hereditas, tapi masih salah tangkap.
Charles Darwin pernah menyarankan ke teman-temannya untuk merujuk karya W.o
Focke yang berisi 14 rujukan makalah Mendel. Tapi, makalah Mendel tersebut tampak
bertentangan dengan analisis Darwin. Darwin mengatakan bahwa evolusi adalah akumulasi
perubahan yang sedikit demi sedikit dan acak melalui mekanisme seleksi. Sementara hukum
Mendel mengungkapkan bahwa gen yang berciri lemah tidak dimunculkan pada generasi kedua,
tapi akan diteruskan pada turunan berikutnya. Sehingga, perkembangan selanjutnya setelah
hukum Mendel menguasai dunia, hukum itu menimbulkan perdebatan sengit antara pengikut
Darwin dan pengikut Mendel.
Pada akhirnya, nama Mendel ditemukan kembali secara terpisah oleh tiga ilmuan lama setelah
kematian Darwin, yaitu pada tahun 1900. Masing-masing; Hugo de Vries dari Belanda, Carl
Correns dari Jerman dan Erick von Tschermak dari Austria. Ketiganya adalah pakar botani,
yang melakukan eksperiment setelah membaca karya Mendel. Inti hukum Mendel yaitu: semua
organisme hidup terdapat unit dasar yang disebut gen, secara khusus diturunkan oleh orangtua
kepada anak-anaknya, sehingga memiliki ciri pribadi. Suatu tumbuhan mewariskan satu gen tiap
pasang dari tiap “induk”-nya. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan
mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Hukum Mendel ini diadopsi juga oleh
Wiliam Beteson, Ilmuan berkebangsaan Inggris. Bateson masuk dalam jajaran penentang ajaran
Darwin. Ia percaya bahwa evolusi terjadi berupa lompatan jauh dari satu bentuk ke bentuk lain
tanpa adanya organisme perantara. Menajamkan argumennya, pada 1894 ia menerbitkan buku
yang menyatakan bahwa ada proses pewarisan partikulat (butiran halus pada keturunan).
Pada tahun 1903, ahli genetika Amerika bernama Walter Sutton mendapatkan bahwa
kromosom-kromosom menunjukkan prilaku tepat seperti faktor-faktor Mendel; berpasangan, tiap
belah dari orangtua. Pada fase itu juga, pelopor genetika Amerika Thomas Hunt Morgan
beralih menjadi pengikut Mendel dan mendirikan sekolah genetika. Baru pada tahun 1918
muncul pemikir cemerlang yang bernama Ronald Fisher yang berupaya mendamaikan dua
kutub berbeda itu. Katanya, ajaran Mendel memasok bagian-bagian yang belum ada dalam
struktur yang ditegakkan Darwin.
Terobosan baru pun muncul dengan kehadiran Herman Joe Muller, penemu mutasi gen sintetik,
suatu realitas potongan yang menghambat laju teori Mendel ataupun Darwin. Muller membomi
lalat buah dengan sinar X, membuat gen-gen lalat itu termutasi sehingga turunannya
menunjukkan sifat-sfat yang berubah. Atau, sehabis mereka dibom, mereka tetap gen, tetapi
bukan gen yang sama.

Pada tahun 1940, George Beadle dan Edward Tatum mencobakan sinar X Muller pada jamur
roti yang disebut Neurospora. Hasilnya menunjukkan bahwa mutan-mutan itu gagal membuat
bahan kimia karena tidak memiliki enzim tertentu untuk mendukung kerjanya. Sehingga ia
menyusun satu hukum dalam biologi; satu gen menyintesa satu enzim, yang untuk sementara
diakui benar.
Tiga tahun kemudian, Linus Pauling menemukan terjadinya kesalahan gen dalam pembuatan
protein hemoglobin, dimana sel-sel darah merah berubah menjadi bentuk sabit pada penderita
anemia. Kesimpulan ini sesuai dengan teori Mendel, dengan begitu jelaslah bahwa gen-gen
adalah resep untuk pembuatan protein, sedangkan mutasi adalah protein yang berubah lantaran
gen yang berubah.
Pendekatan Friefrich Miescher lebih tertuju pada pendugaannya terhadap asam nukleat sebagai
pembawa pesan hereditas. Suatu asam yang disolasi pertamakali dari sebuah perban berlumur
nanah bekas serdadu yang terluka, di sebuah kota Jerman, Tubingen tahun 1869. Asam nukleat
saat itu telah diketahui terdapat dalam kromosom, namun tak banyak dibicarakan atau tak
dihiraukan oleh para ilmuan.
Fenomena Muller membuat seorang pemuda berusia 19 tahun terkesan dan membuatnya ke
Bloomington, Indiana. Di Indiana, Watson belajar di bawah asuhan seorang imigran Iralia,
Salvador Luria. Ia pun mengembangkan sebuah hipotesis bahwa gen terbuat dari DNA dan
bukan protein. Untuk membuktikan keyakinannya, Watson bergerak ke Denmark, namun karena
tidak puas di sana, ia pindah ke Cambridge pada Oktober 1951. Di laboratorium Cavendish,
nasib mempertemukannya dengan mitra cemerlangnya, yaitu Francis Crick. Hasil kalaborasi
yang bersifat eksoterm itu menghasilkan penemuan DNA. Suatu asam nukleat yang menyimpan
sandi yang tertulis di sepanjang untaian heliks berpilin rangkap dua (double helix), seperti anak
tangga. Sandi-sandi menyalin diri lewat tarik menarik kimiawi serta sebagai resep pembuatan
protein.

Pada saat itu, King’s College di London yang lebih dikenal sebagai institusi yang mendalami
masalah-masalah DNA. Ada dua orang X-ray crystallographers yang bekerja meriset DNA di
King’s College-Dr. Maurice Walkins dan Dr. Rosalind Franklin. Untuk menghilangkan
keraguan atas data-data sinar X yang diperoleh oleh X-ray crystallographers, Crick dan Watson
merasakan pentingya membuat model atas molekul yang sedang mereka pelajari. Ketika Watson
mendengar perincian dari hasil riset Dr. Franklin di sebuah seminar yang di bulan November
1951, dia dan Crick percaya kalau mereka sudah punya data yang cukup untuk memulai
membuat model.

Model pertama mereka memiliki tiga rantai spiral, dengan grup-grup phosphate berada di dalam
spiral dan basa-basa (bases) menjulur keluar. Mereka lantas mengundang Dr. Walkins dan Dr.
Franklin ke Cambridge untuk melihat model tersebut. Tapi kedua periset tersebut malah
mencemoohkan model yang mereka buat. Rupanya Watson salah paham mengenai salah satu
hasil ukuran Dr.Franklin.

Setelah kejadian ini, terjadi percakapan antara kedua direktur lab di King’s College (Dr. John
Randall) dan di Cambridge (Dr. Lawrence Bragg). Mereka memutuskan supaya kedua
ilmuwan muda itu menghentikan kegiatan mereka membuat model-model DNA dan kembali ke
riset resmi mereka yang tidak berkenaan dengan DNA. Peralatan yang telah mereka pakai
diberikan kembali ke King’s College dengan desakan supaya digunakan secepatnya sebelum Dr.
Pauling memecahkan masalah struktur DNA ini. Sayangnya, Dr. Wilkins dan Dr. Franklin
mengabaikan nasihat ini. Dan benar saja, pada bulan Januari 1952, Dr. Pauling mengumumkan
bahwa dia telah menemukan struktur DNA. Tetapi struktur yang dia ajukan memiliki tiga rantai
dan Crick dan Watson tau ini bukan struktur yang benar. Akhirnya Watson berhasil membujuk
Dr. Bragg untuk mengizinkan mereka kembali membuat model sebelum Dr. Pauling sadar dan
membetulkan kesalahannya.

Crick telah mendeduksi dari data sinar X Dr. Franklin bahwa DNA pasti hanya memiliki dua
rantai spiral, paralel satu sama yang lainnya tetapi mempunyai arah yang berlawanan. Dia dan
Watson akhirnya sadar bahwa basa-basa DNA mestinya berada di dalam spiral, walaupun masih
bingung bagaimana komposisi acak basa-basa itu dapat membuat struktur yang rapi. Kemudian,
mereka pun memesan guntingan-guntingan lempegan logam basa-basa tersebut untuk membuat
model baru.Watson yang tidak sabaran menunggu guntingan-guntingan logam itu, akhirnya
memutuskan membuat empat basa DNA (adenine, thymine, guanine dan cytosine, A, T, G, C)
dari karton. Dia mengutak-ngutik guntingan karton itu di atas meja belajarnya, mencoba
memasang basa yang mirip satu sama lainnya. Tapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya dia
melihat kalau pasangan A-T dan pasangan G-C sama persis. Kedua pasangan ini yang dapat
membuat anak tangga bentuk tangga spiral struktur DNA. Masing-masing dari empat huruf itu
dalam satu rantai pas berpasangan dengan rantai satunya yang berlawanan arah. Dan jika rantai
ini berpisah, masing-masing jadi template untuk rantai urutan baru.

Maka terungkaplah struktur lengkap DNA setelah sekian lama terselebung misteri. Untuk
pertama kalinya manusia dapat melihat dan mengerti struktur pita molekul yang ditemukan di
dalam kromosom di dalam setiap sel di tubuh manusia ini. Pada tanggal 25 April 1953, dua
ilmuwan muda asal Amerika dan Inggris, James Watson dan Francis Crick mengumumkan
proposal mereka mengenai struktur B-DNA di jurnal ilmiah terkemuka Nature yang berjudul
“Molecular Strucure of Nucleic Acids: A Structure for Deoxyribose Nucleic Acid. Didalam
proposal tersebut James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang
terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan guanina; dan dua
lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat nukleobasa tersebut terhubung
dengan glukosa fosfat.
2.2 Pengertian DNA

DNA ( Deoxyribose Nucleic Acid) adalah asam nukleotida yang merupakan rangkaian molekul
penentu bentuk dan sifat semua makhluk hidup, biasanya dalam bentuk heliks ganda yang
mengandung instruksi genetik yang menentukan perkembangan biologis dari seluruh bentuk
kehidupan sel. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
DNA berbentuk polimer panjang nukleotida, mengkode barisan residu asam amino dalam protein
dengan menggunakan kode genetik, sebuah kode nukleotida triplet. DNA seringkali dirujuk
sebagai molekul hereditas karena ia bertanggung jawab untuk penurunan sifat genetika dari
kebanyakan ciri yang diwariskan. Pada manusia, ciri-ciri ini misalnya dari warna rambut hingga
kerentanan terhadap penyakit. Selama pembelahan sel, DNA direplikasi dan dapat diteruskan ke
keturunan selama reproduksi. DNA bukanlah suatu molekul tunggal, ia adalah sepasang molekul
yang digandeng oleh ikatan hidrogen.

DNA tersusun sebagai untai komplementer dengan ikatan hidrogen di antara mereka. Masing-
masing untai DNA adalah rantai kimia (batu bata penyusun), yakni nukleotida, yang terdiri dari
empat tipe: Adenine (A), Cytosine (C), Guanine (G) dan Thymine (T) .
DNA mengandung informasi genetika yang diwariskan oleh keturunan dari suatu organisme;
informasi ini ditentukan oleh barisan pasangan basa. Sebuah untai DNA mengandung gen,
sebagai cetak biru organisme .
Semua makhluk hidup punya DNA. Manusia, kucing, monyet, pohon, tomat, pisang, bayam,
dinosaurus. Semua punya kode genetik yang menentukan bentuk dan sifat-sifat mereka. Jadi
kenapa kita terbentuk seperti manusia, atau tumbuhan berbentuk seperti tumbuhan, atau kenapa
kita mirip dengan orangtua kita, dan berbeda dengan orang lain. Ada orang yang berkulit putih,
ada yang sawo matang. Ada yang rambutnya bule atau berwarna hitam. Semuanya karena kita
mempunyai elemen-elemen pembentuk biologis yang unik, yang namanya molekul DNA. DNA
tidak hanya menentukan bentuk fisik makhluk hidup, tapi juga sifat, lewat keturunan.

2.3 Struktur DNA

Penemu DNA dan RNA adalah seorang ahli kimia berkebangsaan jerman,
Frederich Miescher (1869), yang menyelidiki susunan kimia dari nucleus, zat
yang mengandung fosfor sangat tinggi dalam nucleus tersebut mula – mula
disebut nukleat.

Dengan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa asam nukleat tersusun atas
nukleotida – nukleotida sehingga merupakan polinukleotida. Satu nukleotida
terdiri dari nukleosida dan fosfat (PO4 – ) . sedangkan nukleosida terdiri dari
sebuah gula pentose dan sebuah basa nitrogen (purin / pirimidin). Jadi
nukleosida adalah nukleotida yang tanpa fosfat, sedang nukleotida adalah
nukleosida + fosfat + basa nitrogen.
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenina dengan timina dan
guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai ganda.

DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama,

 gugus fosfat
 gula deoksiribosa
 basa nitrogen, yang terdiri dari:
o Adenina (A)
o Guanina (G)
o Sitosina (C)
o Timina (T)

Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan dengan sitosina.Sebuah
unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga
DNA tergolong sebagai polinukleotida.

Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å. Walaupun
unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti
rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta nukleotida.

Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada
DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung
dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan
atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula
penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.

DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur heliks
ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai
lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama,
sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada
heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa
yang terdapat pada kedua untai tersebut. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya
merupakan molekul RNA..

Satu molekul nukleotida yang terdiri dari ikatan gula basa dan fosfat yang menyusun DNA dapat
berbentuk:

1. Adenin nukleosida = adenine deoksiribosa fosfat


2. Guanine nukleosida = guanine deoksiribosa fosfat
3. Sitosin nukleosida = sitosin deoksiribosa fosfat
4. Timin nukleosida = timin deoksiribosa fosfat
2.4 Fungsi DNA

DNA sebagai materi genetik pada sebagian besar organisme harus dapat menjalankan tiga
macam fungsi pokok berikut ini :

 DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat meneruskan
informasi tersebut dari yang tertua kepada keturunannya, dari generasi ke generasi.
Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui replikasi.
 DNA harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya, materi genetik harus
mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme mulai dari zigot hingga individu
dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi fenotipik.
 DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga organisme yang
bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Tanpa
perubahan semacam ini, evolusi tidak akan pernah berlangsung. Fungsi ini merupakan
fungsi evolusioner.

2.5 Mekanisme Replikasi DNA

Replikasi DNA

Dulu sebelum struktur DNA diketahui, para ilmuan tertarik pada kemampuan organisme
membuat salinan yang layak dari dirinya sendiri, dan kemudian kemampuan sel memproduksi
banyak salinan sama précis makromolekul komplek. Spekulasi tentang permasalahan ini
terfokus pada konsep template. Template sel seharusnya menjadi permukaan dimana molekul
berada dalam susunan yang khusus dan bergabung untuk membentuk makromolekul yang
struktur dan fungsinya unik.

Proses replikasi DNA menunjukan contoh biologi pertama dari penggunaan template untuk
memandu sintesa makromolekul. Tahun 1940an mengantarkan pada pengetahuan bahwa DNA
merupakan molekul genetik, tetapi semuanya berubah ketika James Watson dan Francis Crick
menyimpulkan struktur DNA yang menjelaskan bagaimana DNA bekerja sebagai template untuk
replikasi dan penyaluran informasi genetic. Satu strand merupakan pelengkap strand yang lain.
Aturan keras pasangan basa berarti bahwa penggunaan salah satu strand sebagai templat akan
menghasilkan strand lain yang dapat diprediksi susunan complementarinya.

Ciri pokok proses replikasi DNA dan mekanisme yang digunakan enzim yang mengkatalisasi
DNA telah menunjukan kesamaan yang identik pada semua organisme. Kesatuan mekanisasi
akan menjadi tema utama seperti yang kita proses dari ciri umum proses replikasi pada enzim
replikasi E. coli dan akhirnya untuk replikasi eukaryotic.
Replikasi DNA diatur oleh kumpulan aturan pokok

Replikasi DNA dikatakan semikonservatif jika masing-masing strand DNA berlaku sebagai
template untuk sintesa strand baru, dua molekul DNA baru akan dihasilkan, masing-masing
dengan satu strand baru dan satu strand lama. Proses ini disebut replikasi semikonservatif.
Hipotesa tentang replikasi semikonservatif diusulkan oleh Watson dan Crick setelah publikasi
paper mereka tentang stuktur DNA; teri tersebut dibuktikan percobaan yang didesign dengan
mahir oleh Mattew Meselson dan Franklin Stahl pada tahun 1957 (Gb. 24-2. Meselson dan Stahl
menumbuhkan sel E.coli selama beberapa generasi pada medium dimana sumber nitrogen
(NH4Cl) mengandung 15N, isotop nitrogen terberat disamping isotop normal, lebih banyak,
ringan yakni 14N. DNa yang terisolasi dari sel ini memilika densitas 1%lebih besar dari pada
DNA normal DNA[14N]. meskipun ini hanya perbedaan kecil , campuran [15N]DNA berat
dengan [14N]DNA ringan dapat dipisahkan dengan sentrifugasi untuk keseimbangan pada
garadien densitas klorida sesium.

Sel E.coli yang berkembang pada medium 15N ditransfer ke medium baru yang hanya
mengandung isotop 14N, dimana sel-sel tersebut dibiarkan berkembang sampai populasi sel
menjadi berlipat ganda. DNA yang terisolasi dari generasi pertama sel membentuk pita tunggal
pada gradient CsCl pada posisi yang mengindikasikan bahwa DNA helik ganda dari sel turunan
merupakan hibrida yang mengandung satu strand 14N baru dan satu stran 15N inang .

Hasil ini menumbangkan replikasi konservatif, hipotesis lain dimana satu turunan molekul DNA
akan terdiri dari dua strand DNa hasil sintesa baru dan yang lainnya akan mengandung dua
strand inang, sementara tidak akan dihasilakan molekul DNA hybrid pada percobaan Meselson-
Stahl. Hipotesis replikasi semikonservatif kemudianmendukung langkah selanjutnya pada
percobaan. Pada medium 14N,sel dibiarkanmengganda, dan produk hasil DNA dari lingkaran
kedua replikasi ini menunjukan duapita, satu memiliki densitas yang sama denganDNA ringan
dan yang lainnya memilikidensitas DNA hybrid yang diamati sel pertama menggandakan diri.
Replikasi mulai pada dari yang asli dan biasanya berlangsung dua arah

Pertanyaan tentang inang sekarang muncul. Apakah strand inang dilepaskan seluruhnya sebelum
masing-masing tereplikasi? Apakah replikasi dimulai pada tempat yang acak atau selalu pada
point unik tertentu? Setelah inisiasi pada titik tertentu dalam DNA,apakah replikasi berlangsung
searah atau dua arah? Indikasi awal menunjukan proseskoordinasi di mana strand inang
dilepaskan dan direplikasi diajukan oleh John Cairns
menggunakan teknik autoradiograpi. Cairns membuat DNA sel E. coli radiaktif dengan
mengembangkannya dalam medium yang mengandung timidin berlabel tritium (3H).

Saat DNA diisolasi dengan hati-hati, menyebar dan terlapisi dengan emulsi potografik,dan
dibiarkan selama beberapa minggu, residu timidin radioaktif yang menghasilkan “lintasan” grain
perak pada emulsi, memproduksi gamabaran molekul DNA. Lintasanini menunjukan kromosom
E. coli secara utuh merupakan lingkaran tunggal, sepanjang 1.7 mm (lihat Gb. 23-2). DNA
radioactive yang teisolasi dari sel selama proses replikasi menunjukan loop ekstra radioaktif (Gb.
24-3). Jumlah besar radioactivity dalam loop terkait dengan DNA yang diajukan Chairns untuk
menyimpulkan bahwa loop dalam DNA merupakan formasi dua strand radioaktif yang saling
berhubungan, masing-masing melengkapi strand inang. Salah satu atau kedua loop merupakan
titik dinamis , yang diberi istilah cabang replikasi, dimana DNA inang dilepaskan danpemisahan
strand secara cepat dengan replikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kedua strand DNA direplikasi
secara serempak, dan variasi dari percobaan ini (Gb. 23-3b) mengindikasikan bahwa replikasi
kromosom bakteri berlangsung dua arah; kedua ujungloop memiliki cabang replikasi aktif.Untuk
menentukan apakah loop berasal dari titik unik pada DNA, penunjukanyang dibutuhkan dalam
rangkaian DNA. Proses ini disediakan dengan teknik denaturation mapping, yang dikembangkan
oleh Ross Inmun dan teman-temannya.
Menggunakan 48502 pasangan basa kromosom dari bakteri fage , Inman menunjukanbahwa
DNa dapat dengan selektif diubah sifatnya pada susuna yang tidak selalu kayaakan pasangan
basa A=T. hal ini menghasilkan pola gelembung strand tunggal yangdapat diproduksi (lihat Gb.
12-30). Ketika DNA yang terisolasi mengandung loopreplikasi dirubah sifatnya secara partial
dengancara ini, perkembagan cabang replikasidapat diukur dan dipetakan menggunakan wilayah
denaturasi sebagai titik awalreferensi. Teknik yang dipakai mengungkapkan bahwa loop
replikasi selalu berawaldari titik unik yang disebut origin. Disamping itu, hasil penelitian ini
menguatkanobservasi awal yang mengatakan replikasi biasanya berlangsung dua arah. Untuk
molekul DNA sel, dua cabang replikasi bertemu pada suatu titik pada sisi lingkaran yang
berlawanan dengan origin.

Sintesis DNA berlangsung dengan arah 5’_ 3’ dan semiterputus

Strand DNA yang baru selalu disintesa dengan arah 5’_ 3’ (ujung 5’ dan 3’ strand DNA ).
Karena kedua strand DNA anti parallel, strandtersebut bertindak sebagai template yang dibaca
dari ujung 3’ kemudian 5’.

Jika sintesis strand DNA selalu berlangsung dari arah 5’_ 3’, bagaimana mungkin kedua strand
dapat disintesis secara seretntak? Jika dua-duanya disintesis secara berkelanjutanseperti cabang
replikasi berpindah, salah satu harus disintesis dengan arah3’_ 5’. Permasalahn ini dipecahkan
oleh Reiji Okazaki dan rekan-rekannya pada tahun1960an. Okazaki menemukan bahwa salah
satu dari strand DNA baru disintesis dalamlembaran pendek, yang disebut fragmen Okazaki.
Hasil ini kemudian membawa pasasebuah kesimpulan bahawa salah satu strand disinstesis secara
berkelanjutan dansatunya lagi terputus (Gb. 24-4). Strand yang berkelanjutan atau leading strand
adalahstrand yang mana sintesis 5’_ 3’ berlangsung dengan arah yang sama sepertiperpindahan
cabang replikasi. Strand teputus atau lagging strand merupakan stranddimana sintesis 5’ _ 3’
berlangsung dengan arah yang berlawanan dengan perpindahancabang. Panjang fragmen
Okazaki berkisar dari ratusan samapi ribuan nukleotida, tergantung jenis selnya.

DNA disintesis dengan DNA polymerase

Pencarian enzim yang dapat mensistesis DNA telah dimulai dari tahun 1955 oleh
ArthurKornberg dan rekan-rekannya. Penelitian ini membawa pada pemurnian dan
pencirianDNA polymerase pada sel E. coli, enzim polipeptida tunggal yang sekarang
dikenaldengan sebutan DNA polymerase I (Mr 103.000). kemudian, ditemukan bahwa E.
colimengandung skurang-kurangnya dua DNA polymerase yang berbeda , yang akandijelaskan
dibawah.Studi mendalam DNA polymerase I mengungkapkan ciri proses DNA sintetis
yangdibuktikan secara umum pada semua DNA polymerase. Reksi pokoknya adalahserangan
nukleopilik oleh kelompok nukleotida 3’hidroksil pada ujung 3’ strand yang tumbuh di 5’-_-
posporus deoxynucleoside 5’-trifospat yang baru masuk . Pirofospat anorganik dihasilkan
melalui reaksi tersebut. Persamaan reaksinya adalah: (dNMP)n + dNMP _ (dNMP)n + PPi DNA
perpanjangan DNA Dimana dNMP dan dNTP merupakan deoxynucleoside 5’-monofospat dan
5’-trifospat, secara berturut-turut.

Penelitian awal tentang DNA polymerase I membawa kepasa sebuah definisi tentangdua
persyaratan sentral untuk DNA polymerase. Pertama, semua DNa polymerasemembutuhkan
template (Gb. 24-5). Reaksi polimerisasi dipandu oleh template strandDNA sesuai denga aturan
pasangan basa yang diasumsikan oleh Watson dan Crick: dimana terdapat guanine pada
template, sitosin ditambahkan pada strand baru, dan
sebagainya. Hal ini metupakan penemuan yang beda , tidak hanya karena penemuan ini
menghasilkan dasar kimia untuk replikasi DNA semikonservatif, tetapi karena penemuan ini
memberikan contoh tentang penggunaan template untuk memandu reaksi biosintetik. Kedua,
dibutuhkan primer. Primer merupakan segmen strand baru(pelengkap template)dengan kelompok
3’-hidroksil kemana nukleotida ditambahkan.Ujung 3’ dari primer disebut primer terminus.
Dengan kata lain, bagian dari strand baruharus sudak ditempatkan; polymerase hanya dapat
menambahkan nukleotida padastrand yang sudah ada sebelumnya. Ini sudah dibuktikan sebagai
kasus pada semuaDNA polymerase, dan penemuan ini dilengkapi dengan cerita pengerutan DNA
yangmenarik. Tidak ada enzim sintesis DNA dapat memulai sisntesis pada strand DNA baru.

Seperti yang akan kita lihat kemudian pada bab ini, enzim yang mensintesis RNA memiliki
kemampuan memulai sintesis, dan akibatnya, primer sering merupakan oligonukleotida RNA.
Setelah nukleotida ditambahkan pada strand DNA yang berkembang, DNA polymeraseharus
harus dipisahkan atau dihilangkan dari template dan menambahkan nukleotidayang lain.
Pemisahan dan penggabungan kembali polymerase dapat membatasikecepatan reaksi
keseluruhan, oleh karena itu kecepatan reaksi umumnya bertambahjika polymerase
menambahkan nukleotida tambahan tanpa pemisahan pada template. Jumlah nukleotida yang
ditambahkan , rata-rata, sebelum polymerase dipisahkan didefinisikan sebagai processivity. DNA
polymerase bervariasi dalam hal processivitynya, dengan beberapa penambahan sedikit
nukleotida dan penambahan lainnya sebelum pemisahan terjadi.

Polimerasi merupakan reaksisi yang menguntungkan secara termodinamik

Pentingnya interaksi nonkovalen dan kovalen dalam proses biokimia. Pembahasan tentang reaksi
polimerisasi energetic dapat dilaksanakan jika ada ikatan kovalen. Penyusunan kembali ikatan
kovalen yaitu: satu ikatan anhidridposporik (dalam dNTP) dihidrolisis dan dibentuk satu ikatan
phospodiester (dalam DNA).hasil ini merupakan perubahan yang tidak terlalu bagus (tak
diinginkan) dalam standar energy bebas ( D Gº’=2 kJ/mol)untuk semua reaksi yang ditunjukan
padapersamaan 24-1. Hidrolisis pirofospat menjadi 2 molekul fospat anorganik oleehpirofospat
yang ada pada sel menghasilkan D Gº’= -30 kJ/mol, dan denganmenggabungkan dua reaksi ini
sel mampu menyediakan termodinamika kuat secarapenuh dapa arah polimerisasi, dengan
menerima energy sebesar DGº’= -28kJ/mol. Halini sangat penting untuk sel, namundalam
kasus ini, ini bukanlah keseluruhan cerita.Jika kalkulasi ini telah lengkap, polymerase cenderung
mengkatalisasi degradasi DNA dengan keberadaan hidrolisis pirofospat. Polymerase DNA
murni, melangsungkan pilimerisasi secara efisien di dalam vitro dengan ketidakadaan
pirofospatase.

Penjelasan ini: interaksi nonkovalen yang tidak diketahui pada kalkulai di atas memberikan
kontribusi termodinamika yang penting untuk reaksi polimerisasi. Setiap nukleotida baru yang
ditambahkan pada cincin yang berkembanng dilakukan disana tidak hanya dengan ikatan
pospodiester baru tetapi juga dengan ikatan hydrogen pada pasangannya di dalam template dan
interaksi penumpukan basa (base stacking) dengan nukleotida yang berdekatan pada cincin yang
sama (p. 330). Tambahan energyyang dihasilkan interaksi lemah ganda ini mampu
menggerakkan reaksi dalam arah polimerisasi.
DNA Polimerase Sangat Akurat

Proses replikasi harus dilaksanakan dengan ketelitian yang tinggi. pada E. coli, kesalahan terjadi
hanya satu dari 109 sampai 1010 nukleotida yang ditambahkan. Untuk kromosom E. coli yang
mengandung 4,7 x 106 pasangan basa, ini berat kesalahan akan dibuat hanya 1000 sampi 10000
replikasi. Selama polimerisasi, pembedaan anta nukleotida yang benar dan yang tidak benar
bergantung pada ikatan hydrogen yang
mengkhususkan pasangan yang benar antara basa yang saling melengkapi. Basa yangsalah tidak
akan membentuk ikatan hydrogen yang benar dan dapat dihilangkan sebelum ikatan pospodiester
terbentuk. Keakuratan reaksi polimerisasi tidak cukup menghitung tingkatan keakuratan pada
proses replikasi. Pengukuran dalam vitro secarahati-hati menunjukan bahawa DNA polimerisasi
memasukan satu nukleotida yang salahuntuk setiap 104 sampai 105 nukleotida yang benar.
Kesalahan ini sering terjadi karenabasa dalam bentuk tautomerik yang tidak biasa (lihat Gb 12-
9), membiarkan basa padaikatan hydrogen dengan pasangan yang salah. Tingkat kesalahan
kemudian dikurangi dalam vivo dengan mekanisme tambahan enzim.Hakekat mekanisme pada
hampir semua DNA polymerase adalah memisahkan aktivitaseksonuklease 3’_5’ yang
menyediakan pemeriksaan ganda masing-masing nukleotida setelah ditambahkan. Aktivitas
nuclease membiarkan enzim menghilangkan nukleotida yang baru ditambahkan dan cendrung
mengkhususkan pada pasangan basa yang salah dipasangkan . Jika nukleotida yang salah telah
ditambahkan, translokasipolymerase ke posisi dimana nukleotida berikutnya ditambahkan akan
dihalangi.

Aktivitas eksonuklease 3’_5’ menghilangkan kesalahan pemasangan nukleotida, dan polymerase


akan dimulai kembali. Aktivitas ini disebut proofreading, aktivitas yang tidak menyederhanakan
kemunduran reaksi polimerisasi, karena pirofospat tidak terlibat. Aktivitas polimerisasi dan
proofreading DNA polymerase apat diukur secara terpisah. Pengukuran seperti tersebut
menunjukan bahwa proofreading meningkatkan keakuratan reaksi polimerisasi dari lipatan 102
sampai 103. Pemisahan basa yang benar dan tidak benar tergantung pada interaksi pasangan basa
yang samayang digunkanan selama polimerisasi. Strategi peningkatan kekauratan dengan
interaksi nonkovalen yang saling melengkapi untuk pemisahan dua kali dengantahapan yang
berurutan sangat umum dalam sintesis informasi yang mengandungmolekul. Strategi yang sama
digunakan untuk meyakinkan kekauratan sintesis protein Secara keseluruhan, DNA polymerase
melakukan kesalahan setiap 106 samapi 108 basa yang ditambahkan. Keakuratan replikasi sel E.
coli yang telah diukur menunjukan tingkatan tinggi. sisa tingkatan akurasinya dihitung dengan
sistem enzim terpisah yangmemperbaiki kesalahan pemasangan pasangan basa yang terjadi
setelah replikasi. Proses yang disebut perbaikan kesalahan pemasangan (mismatch repair) ini
dijelaskan dalam proses perbaikan DNA lainnya di bab ini.

Replikasi DNA membutuhkan banyak faktor enzim dan protein

Kita tahu bahwa replikasi pada E. coli tidak hanya membutuhkan DNA polymerasetetapi juga
membutuhkan 20 atau lebih enzim dan protein yang berbeda, yangmasing-masing memiliki
tugas. Meskipun belum menjadi sesuatu yang nyata,keseluruhan kompleks telah disebut sistem
DNA replicase (DNA Replicase system)atau replisome. Kompleksiti enzim replikasi
menunjukan persyaratan yang ditentukanpada saat proses oleh struktur DNA. Kami akan
memperkenalkan nbeberapa kelasutama replikasi enzim dengan mempertimbangkan
permaslahan yang dipecahkannya.Untuk menambah akses ke strand DNA yakni agar bertindak
sebagai template dua inangstrand harus dipisahkan. Hal ini dikerjakan oleh enzim yang disebut
Helicases, yang bergerak sepanjang DNA dan memisahkan strand dengan menggunakan energy
kimia
yang berasal dari ATP. Pemisahan strand membentuk penekatan topoligi pada struktur DNA
helix, yang dibebaskan olek aksi topoisomerase. Strand yang terpisah distabilkan dengan ikatan
protein-DNA. Primer harus ada atau disintesa sebelum DNA polymerasemensintesis DNA.
Primer umumnya menunjukan segment RNA yang dihentikan olehenzim Primases. Akhirnya,
Primer RNA harus dihilangkan dan digantikan oleh DNA.Pada E.coli, hal tersebut merupakan
salah satu fungsi DNA polymerase I. setelah penghilangan segmen RNA dan pengisian salah
satu gap dengan DNA, titik pada bagian belakang DNA dimana terdapat ikatan pospodiester
rusak. Kerusakan tersebut,disebut torehan, harus ditutup dengan ezim DNA ligase. Semua proses
tersebut harus dikoordinasikan dan diregulasi. Pengaruh dari proses dan enzim tersebut telah
dikarakterisasikan pada sistem E. coli.
Replikasi pada sel eukaryotik lebih kompleks

Molekul DNA pada sel eukaryotic lebih luas dari sel eukaryotic pada bakteri dan terorganisir
pada struktur nucleoprotein kompleks (kromatin) (Ban 23). Ciri esensialdari replikasi DNA sama
denga eukariot dan prokariot. Namun, beberapa variasimenarik pada asas umum yang dijelaskan
di atas memberikan pandangan baru tentangregulasi replikasi dan hubungannya dengan lingkaran
sel. Origin replikasi disebut ORS (autonomously replicating sequence) telah teridentifikasidan
diamati pada yeast. Elemen ARS menjangkau sampai region 300 pasangan basa danmengandung
beberapa susunan yang dipelihara yang sangat penting untuk fungsi ARS. Ada hampir 400
elemen ARS pada yeast, dengan kebanyakan kromosom yang memilikibeberapa. Protein yang
secara khusus mengikat region ARS telah diidentifikasi padayeast, meskipun fungsinya belum
banyak diketahui.

Tingkatan perpindahan cabang replikasi pada eukariot (~50 nukelotida/detik) hanyasepersepuluh


yang diamati pada E. coli. Pada tingkatan ini replikasi rata-rata kromosommanusia yang
melanjutkan dari origin tunggal akan menghabiskan waktu 500 jam. Namun sebalikanya,
replikasi kromosom manusia berlanjut dalam dua arah dari originganda yang ditempati 30.000
samapi 300.000 pasangan basa terpisah. Terkecuali elemen ARS yeast; struktur origin replikasi
pada eukaryotic belum diketahui. Karenakromoskm eukaryotic hampir lebih besar secara
seragam daripada kromosom bakteri,keberadaan origin ganda pada kromosom eukaryotic
merupakan aturan umum.Seperti pada bakteri, ada beberapa tipe DNA polymerase pada sel
eukaryotic. Beberapatelah memiliki fungsi khusus sepertireplikasi DNA pada mitokondria.
Replikasi intikromosom memerlukan enzim DNA polymerase, yang ada hubunganya
dengapolymerase yang lain yaitu DNA polymerase d . DNA polymerase _ merupakansubunit
empat enzim dengan struktur dan ciri yang sama pada semua sel eukaryotic.

Salah satu dari subunit tersebut memiliki aktivitas primase. Subunit yang paling
luas(Mr~180.000) mengandung aktivitas polimerisasi. DNA polymerase d memiliki duasubunit.
Enzim ini menunjukkan asosiasi yang menarik dan stimulasi dengan proteinPCNA (proliferating
cell nuclear antigen Mr~29.000) ditemukan pada jumlah yangbanyak dalam nukelus sel yang
berkembangbiak. PCNA pada yeastakan berfungsibersama-sama dengan DNA polymerase d dari
timus anak sapi dan PCNA timus anaksapi dengan DNA polymerase d yeast, mengajukan
konservasi struktur dan fungsidari komponen kunci alat divisi sel pada semua sel eukaryotic.
PCNA menunjukanfungsi yang sama dengan subunit _ DNA polymerase III E. coli ,
yaknimembentuk kelem lingkar yang mempertinggi prosesivas DNA polymerase δ.

DNA polymerase δ , yang memiliki aktivitas eksonuklease proofreading 3’_5’, cenderung


melaksanakan sintesis strand leading. DNA polymerase _ memiliki prosesivas rendah, dan denga
primase yang terasosiasi, DNA polymerase _ bisa melaksanakan sintesis strand lagging sebagai
bagian dari replikasi eukaryotic. Polymerase lain adalah DNA polymerase ÃŽ, bisa
menggantikan DNA polymerase DNA polymerase d pada situasi tertentu, seprti pada perbaikan
DNA. Dua protein kompleks lainnya, RFA dan RFC (RF singkatan dari replication factor), telah
dilibatkan dalam replikasi DNA eukaryotic. Dua-duanya ditemukan organisme yang berkisar
dari yeast samapi mamalia. RFA merupakan eukaryotic DNA strand tunggal-ikatan protein,
dengan fungsi yang sama dengan protein SSB pad E. coli. RFC memudahkan pertemuan
kompleks replikasi aktif.
Mekanisme Replikasi DNA

Molekul DNA disintesis oleh DNA polimerase dari deoxyribonucleoside trifosfat (DNTP).
Reaksi kimia mirip dengan sintesis RNA untai. Kedua DNA dan RNA polimerase dapat
memperpanjang untai asam nukleat hanya dalam 5 ‘ke 3’ arah. Namun, dua untai pada molekul
DNA antiparalel. Oleh karena itu, hanya satu untai (strand terkemuka) dapat disintesis terus
menerus oleh DNA polimerase. untai lain (lagging strand) disintesis segmen oleh segmen.

Struktur dibentuk oleh dua b subunit dari E. coli DNA polymerase III .Struktur ini dapat penjepit
molekul DNA dan slide dengan polimerase inti sepanjang molekul DNA.
DNA polymerases DNA polimerase

1. Coli E. Coli

Tiga jenis DNA polimerase ada dalam E. coli: I, II dan III. DNA polimerase I digunakan untuk
mengisi kesenjangan antara fragmen-fragmen DNA untai tertinggal. Itu juga merupakan enzim
utama untuk mengisi jeda selama perbaikan DNA. DNA polimerase II PolB dikodekan oleh gen,
yang terlibat dalam menanggapi SOS kerusakan DNA. DNA replication is mainly carried out
by the DNA polymerase III. Replikasi DNA terutama dilakukan oleh DNA polimerase III.

DNA polimerase III terdiri dari beberapa subunit, dengan berat molekul total melebihi 600kD.
Di antara mereka, a, e, dan q merupakan inti subunit polimerase. Peran utama subunit lain adalah
untuk menjaga enzim dari jatuh dari untai cetakan. Dua b subunit dapat membentuk struktur
berbentuk donat untuk menjepit molekul DNA di pusatnya, dan slide dengan polimerase inti
sepanjang molekul DNA.

1. DNA sebagai Materi Genetika

Usaha pencarian materi genetiaka mengarah pada DNA. Peran DNA dalam hereditas pertama
kali dilakukan dengan cara meneliti mikroba-mikroba. Seperti yang dilakukan Frederick Griffth
yang membuktikan bahwa DNA dapat mentransformasi bakteri dengan melakukan percobaan
menggunakan bakteri Streptococus pneumoniae Pembuktian lainnya dengan menggunakan Faga
yaitu suatu virus yang menginfeksi bakteri. Percobaan ini dilakukan oleh Hershey dan Chase
yang membuktikan bahwa faga menggunakan ujung ekornya untuk menempel pada sel inang dan
menyuntikan materi genetiknya. Hal ini menunjukan bahwa adalah DNA, dan bukan protein
yang berfungsi sebagai materi genetik faga.

2. Watson dan Crick Menemukan Heliks Ganda dengan Cara Membuat Model-Model
yang sesuai dengan Data Sinar-X

Model Watson-Crick menjelaskan aturan-aturan Chragaff. Di mana saja satu untai molekul DNA
memiliki sebuah A, untaian pasangannya pasti mempunyai sebuah T. dan sebuah G pada satu
untai selalu berpasangan dengan sebuah C pada untai komplementernya. Oleh karena itu, pada
DNA dari setiap organisme, banyaknya adenin sama dengan banyakn7ya timim dan banyaknya
guanin sama dengan sitosin.

3. Replikasi dan Perbaikan DNA

Selama replikasi DNA, pemasangan basa untai-untai DNA yang ada bertindak sebagai cetakan
untuk untai komplementer yang baru. Replikasi DNA semikonservatif yaitu di mana molkeul
induk membuka gulungannya dan setiap untai kemudian berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis
setengah molekul yang baru sesuai dengan aturan-aturan pemasangan basa.
Konsep dasar replikasi DNA adalah:

1. Sebelum melakukan replikasi, molekul induk mempunyai dua untai DNA komplementer
2. Langkah pertama dalam replikasi adalah pemisahan kedua untai DNA
3. Setiap untai yang lama berfungsi sebagai cetakan yang menetukan urutan nukleotida
terpasang untai komplementer yang baru yang sesuai
4. Nukleotida baru tersebut disambung satu sama lain untuk membentuk tulang belakang
gula fosfat dari untaian baru

Tiga model replikasi DNA adalah:

1. Model konservatif yaitu heliks ganda induk tetap dalam keadaan utuh dan salinan kedua
yang sama telah dibuat
2. Model semi konservatif yaitu kedua untai molekul iduk berpisah dan setiap untai
berfungsi sebagai cetakan untuk mensintesis komplementer yang baru
3. Model dispersif yaitu setiap untai dari kedua molekul anak terdiri dari campuran bagian
untai lama dan untai yang baru disintesis
4. Enzim dan Protein dalam DNA

Satu tim besar yang terdiri dari enzim dan protein lain menjadi pelaksana DNA. Replikasi
bermula di pangkal replikasi. Cabang replikasi bentuk-Y terbentuk pada ujung-ujung berlawanan
dari gelembung replikasi, di mana kedua untai DNA berpisah. Pemanjangan DNA baru pada
cabang replikasi dikatalisis oleh enzim-enzim yang disebut DNA polymerase. DNA polimerase
mengkatalisis sintesis untai-untai DNA baru, 3’. Sintesis DNA pada cabang replikasià bekerja
dalam arah 5’ menghasilkan leading strand. Fragmen-fragmen ini kemudian disambung oleh
DNA ligase.

Protein-protein yang Membantu Replikasi DNA terdapat dua jenis protein lain yang ikut
berperan, diantaranya: helikase dan protein pengikat untai-tunggal. Helikase adalah sejenis
enzim yang berfungsi membuka heliks ganda di cabang replikasi, memisahkan kedua untai lama.

Selain mengkatalisis enzim juga mengoreksi DNA Selama Replikasinya dan Memperbaiki
Kerusakan pada DNA yang ada. Pada perbaikan salah pasang, protein mengoreksi DNA yang
bereplikasi dan memperbaiki kesalahan dalam pemasangan basa. Pada perbaikan eksisi, enzim
perbaikan membetulkan DNA yang dirusak oleh agen fisis dan kimiawi.

2.6 Pemanfaatan DNA

DNA sebagai Tanda Pengenal Masa Depan

Utilisasi tes DNA memang sedang menjadi tantangan dan pilihan pembicaraan internasional
pada abad ke-21 ini, tatkala validitas identitas konvensional (golongan darah, kartu tanda
penduduk, paspor, raut wajah, koleksi foto pribadi, sidik jari) adakalanya tidak lagi efektif.
Antara lain katastropi, seperti tsunami, sering meluluhlantakkan relasi manusia dan keluarga.
Dalam hal ini, tes DNA menawarkan solusi efektif untuk berkumpul kembali keluarganya yang
sempat tercerai berai. Inilah baru kita melihat isi dari DNA.

Sejak diperjelas oleh James Watson and Francis Crick April 1953, kromosom atau DNA menjadi
makromolekul kimiawi paling terkenal lantaran merupakan substansi penurun karakter
(identitas) dari orangtua kepada generasi selanjutnya. Dalam satu sel diploid normal manusia,
terdapat 46 kromosom dengan panjang total 1 ñ 2 meter. Dalam satu milimeter kromosom
terdapat 3000 – 4000 gen.

Sedangkan gen sendiri tak lain potongan (fragmen) untai rangkap DNA yang tersusun dari
polimer nukleotida. Sebagai unit terkecil dari gen, setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen,
berupa satu molekul basa nitrogen, satu molekul gula berkarbon lima (deoksiribosa) dan satu
gugus fosfat. Molekul basa nitrogen adenin, timin, guanin dan sitosin menyusun bangunan
makromolekul DNA, juga gen.

Susunan basa ini mempengaruhi susunan genetika seseorang dan diwariskan dari kedua orangtua
kandung. Seuntai DNA sepanjang satu meter terstruktur oleh sekitar tiga miliar molekul basa
yang saling berpasangan menurut aturan Chargaff (diperkenalkan oleh ahli biokimia Erwin
Chargaff tahun 1947). Analoginya dengan wujud sebuah tangga dengan tiga miliar anak tangga.
Menurut Chargaff, molekul basa nitrogen Adenin (A) berpasangan dengan Timin (T), sedangkan
Guanin (G) dengan Sitosin (C = Cytosine). Urutan molekul basa ini, sekaligus urutan nukleotida,
beragam pada setiap individu yang tidak berhubungan darah, kecuali pada kembar identik satu
telur (kembar monozigot).

Karena itu, pola urutan nukleotida dalam setiap unting DNA ini menjadi identitas biologis
personal (tanda pengenal) yang betul-betul spesifik untuk keunikan seorang individu, sedikitnya
dalam setiap tiga miliar penduduk di dunia. Penduduk dunia saat ini berkisar 6,5 miliar jiwa.
Berlatar teori pengambilan sampel acak, dengan mengambil sampel 10 milimeter kromosom
(satu persen panjang total kromosom), profil DNA ini sudah memiliki tingkat diskriminasi
(spesifitas) untuk individu tersebut di antara 30 juta penduduk. Aplikasinya, bilamana terlacak
profil DNA sebagai sampel barang bukti dari pelaku tunggal kasus kejahatan dalam populasi 30
juta, maka dapat dipastikan individu tersebut betul-betul sebagai pelakunya.

Meski tidak ada dua individu di dunia yang memiliki DNA yang identik, kecuali kembar identik.
Namun dalam satu keluarga, masing-masing individu masih memiliki kemiripan (kecocokan)
pola urutan pasangan molekul basa. Sebab, pola urutan ini diturunkan dari satu generasi ke
generasi menurut hukum genetik Mendel. Karenanya, profil DNA seorang anak masih
memungkinkan secara tidak langsung teridentifikasi dari orangtua kandung atau saudara
kandung lewat kecocokan profil DNA. Postulasi inilah yang diangkat sebagai solusi efektif
bilamana ada kasus dugaan bayi tertukar.

Identitas permanen bermakna sebagai identitas personal yang tetap melekat pada seorang
individu sekalipun suatu saat telah meninggal dunia. Tatkala mobilitas global terbuka lebar,
identitas permanen (abadi) seseorang menjadi semakin krusial. Setiap individu berpeluang untuk
berpetualang sendirian sampai pada lokasi terpencil di pelosok planet bumi ini. Sekalipun
kebetulan suatu saat ditemukan tinggal kerangka tulang di suatu lokasi tanpa berpenghuni, profil
DNA tetap memungkinkan untuk diidentifikasi. Masa mendatang dan juga kini, bila terdapat
bukti kecocokan pada profil DNA dengan saudara atau anak kandungnya, individu yang tinggal
kerangka ini teramat mungkin menemukan keluarganya kembali secara pasti. Sekadar untuk
diketahui, dengan bantuan teknologi molekular DNA, silsilah firaun dapat diidentifikasi dan
dihidupkan kembalií sekalipun sudah dalam kondisi mumi.

DNA dapat Mengurangi Tngkat Kejahatan

Kalau dituliskan dengan abjad empat huruf depan molekul basa (A, T, G dan C) untuk satu
nukleotida, maka satu gen saja bisa menempati seperempat halaman textbook. Karena itu, bila 46
kromosom seorang individu saja secara lengkap dituliskan di atas kertas, maka akan
menghabiskan 500.000 halaman seukuran buku teks. Tidak mampu kapasitas memori komputer
untuk menyimpan profil utuh DNA dari setiap penduduk dunia yang kini berjumlah 6,5 miliar
jiwa.

Memang ada adagium, dengan melihat secuil kromosom, dapat diidentifikasi individu memiliki
karakter genetik biologis berambut keriting, misalnya. Namun sebaliknya, bisa terjebak dalam
hiperbola, dengan menelaah gen seseorang, dapat diperoleh informasi secara pasti menderita
penyakit tumor ganas kelak dalam perjalanan kehidupan di dunia ini, kecuali penyakit kelainan
genetik. Sesuatu yang bersifat sangat privasi, dalam hal ini profil DNA seseorang, riskan untuk
dimasukkan ke dalam database komputer. Jangan lupa, hanya sekitar satu persen dari total
panjang kromosom manusia yang biasa diambil sebagai sampel untuk mengidentifikasi karakter
genetik seseorang.
Harapan ke depan, meski teknologi molekular DNA rumit dan memerlukan peralatan khusus,
dengan adanya basis data komputer profil DNA penduduk dunia, yang terhubung secara
multinasional, maka kejahatan antarnegara menjadi lebih mudah untuk diantisipasi dengan
tingkat kepastian yang tinggi. Meninggalkan jejak kejahatan dan berusaha alibi ke negara lain
tidak akan menarik lagi. Sebab DNA suatu identifikator handal dan sangat efektif, bila
diaplikasikan secara tepat dan akurat.

Tes DNA untuk Menentukan Hubungan Saudara

Hampir setiap sel manusia memiliki DNA. DNA dalam sel tersusun sebagai unsur yang disebut
nukleotida. Manusia memiliki kira-kira 3 miliar pasang nukleotida dalam tiap-tiap selnya. Ada 4 macam
nukleotida yang masing-masing disimbolkan dengan huruf A, C, T dan G.

Ke-3 miliar pasang nukleotida ini tersusun dari variasi urutan keempat macam nukleotida tersebut.
Keseluruhan 3 miliar pasang nukleotida ini disebut dengan genom manusia. Sebagian genom manusia
diturunkan dari ayah dan sebagian lagi diturunkan dari ibu.

Dalam genom manusia terdapat apa yang disebut genetic marker. Genetic marker ini tersebar merata
disepanjang genom manusia dan biasanya terdapat dalam bentuk pasangan/kelompok nukleotida berulang
(CACACA atau CTCTCT atau CTGCTGCTG dst).

Jumlah perulangan nukleotida pada genetic marker ini stabil dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan demikian, genetic marker ini dapat digunakan untuk menentukan apakah bagian dari genom
manusia dimana terdapat marker itu diturunkan dari ayah atau dari ibu atau tidak dari kedua-dua orang
yang disangka sebagai ayah atau ibunya.

Misalnya, pada satu bagian genom seseorang terdapat perulangan pasangan nukleotida CA
sebanyak 25 kali (CACA sampai 25 kali). Perulangan nukleotida yang sama dengan jumlah yang
sama pada bagian genom yang sama harus dijumpai pada ayah atau ibunya.

Jika perulangan ini tidak dijumpai pada kedua orang yang dianggap sebagai ayah atau ibunya,
maka dapat dikatakan orang itu bukan anak mereka. Dengan demikian, keseluruhan genetic
marker pada seorang anak harus dapat dijumpai pada ayah atau ibunya. Jika ada satu saja
marker yang tidak terdapat pada ayah atau ibunya, maka anak itu tidak dapat dikatakan anak
biologis kedua orang yang disangka ayah atau ibunya.

Ada banyak lokasi dalam genom manusia yang memiliki sifat-sifat seperti ini. Umumnya lebih dari
15 belas lokasi genetic marker perlu untuk diperiksa. Semakin banyak lokasi yang diperiksa, maka
semakin akurat tesnya. Walaupun tidak ada satupun tes yang dapat menawarkan akurasi 100%,
akurasi 99,9-99,99% yang memeriksa sekitar 16-23 lokasi sudah dapat diterima secara ilmiah.

Selain itu, juga dapat diterangkan mengenai tes untuk menentukan hubungan kakak-adik biologis.
Keseluruhan genom manusia terbagi dalam ‘paket-paket’ yang disebut kromosom.

Ada 23 pasang kromosom manusia. Kromosom nomor 1-22 dan satu pasang lagi kromosom seks.
Seperti diterangkan di atas, pada tiap pasangnya satu kromosom diturunkan dari ayah dan satu
lagi dari ibu. Laki-laki memiliki kromosom seks X dan Y, sementara perempuan X dan X.
Kromosom Y pada laki-laki selalu didapat dari garis ayah dan hanya diturunkan pada anak-anak
laki-laki mereka.
Tes DNA saat ini telah menjadi tren untuk membuktikan kaitan hubungan darah seseorang.
Mengingat banyaknya perselingkuhan serta hubungan seks bebas, telah menghasilkan banyak
anak yang dipertanyakan asal-usul orang tuanya. Karena itu, banyak pasangan melakukan tes
DNA untuk membuktikan asal-usul anak yang dilahirkan tersebut.

Bahkan di beberapa negeri, sudah banyak klinik tes DNA. Banyak juga yang menggunakan tes
DNA karena curiga terhadap pasangannya. Beberapa orang menyerahkan barang-barang pribadi
milik pasangannya ke klinik untuk diteliti apakah pasangannya berhubungan dengan orang lain
yang bukan pasangannya.

Di kepolisian, tes DNA juga digunakan untuk tes forensik. Tes DNA merupakan bukti yang
paling akurat untuk tes identifikasi seseorang dibanding sidik jari. Dengan tes DNA, kepolisian
bisa memberi bukti autentik mengenai mayat yang sudah hancur, asalkan bisa diambil sampel
jaringan pada tubuh mayat tersebut.

Selain untuk mendeteksi hubungan keluarga, tes DNA juga berfungsi untuk mendeteksi suatu
penyakit tertentu hingga penyakit yang kompleks. Dengan tes DNA bisa diketahui penyebab
suatu penyakit apalagi yang bersifat penyakit turunan.

Kemajuan teknologi telah membuat lebih banyak hal baru yang bisa dipelajari. DNA pada saat
ini merupakan tes identifikasi yang paling akurat dan dapat dipercaya. Informasi tentang tes
DNA di atas semoga dapat membantu Anda mengenal lebih dekat dengan proses tersebut.

DNA digunakan untuk Mengidentifikasi Korban

Dalam penjelasan kepolisian terhadap identifikasi pelaku atau korban bom di GBIS Solo baru-
baru ini, 25 September 2011, dikatakan bahwa untuk memastikannya diperlukan uji DNA.
Penggunaan DNA dalam proses identifikasi memang merupakan alternatif yang akurat untuk
pengenalan jati diri seseorang yang tidak mungkin teridentifikasi lagi secara fisik karena telah
hancur akibat ledakan atau orang yang tidak diketahui identitasnya. Ada apa sebenarnya dalam
DNA sehingga sering dianggap sebagai salah satu penentu identitas yang dapat dipertanggung
jawabkan?

Fungsi DNA adalah sebagai pembawa/penerjemah sifat-sifat (genetis) parental (orang tua) ke
keturunannya (anak). Sebagai contoh, warna kulit manusia adalah salah satu sifat yang
diturunkan dari orang tua kepada anaknya yang “dibawa” oleh DNA. DNA, dalam hal ini, adalah
bahan yang bertugas menerjemahkan identitas dari orang tua yang kemudian menampakan pada
anaknya.

DNA pada inti sel akan membentuk suatu untaian yang disebut kromosom. Seorang anak akan
menerima setengah kromosom ayah dan setengah kromoson ibu. Sementara itu DNA yang ada di
mitokondria khusus diturunkan dari ibu ke anaknya. Tidak ada DNA pada anak yang diperoleh
dari orang lain selain dari ayah dan ibu biologisnya. Dari sinilah prinsip identifikasi DNA untuk
menentukan identitas seseorang dilakukan melalui perbandingan DNA kedua orang tua dengan
anaknya.
DNA dapat diperoleh dalam darah, rambut, sel-sel mukosa di bagian dalam pipi (dalam mulut),
dan jaringan-jaringan lainnya. Setelah pengambilan sel-sel dari jaringan tubuh, DNA kemudian
dikeluarkan dari dalam sel melalui proses ekstraksi DNA. Proses ini bertujuan untuk
memurnikan DNA supaya tidak bercampur dengan bahan-bahan lain yang juga terdapat dalam
sel. DNA yang diperoleh dari hasil ekstraksi berjumlah relatif sangat sedikit sehingga masih sulit
untuk dianalisa. Oleh sebab itu DNA perlu diperbanyak. Teknik perbanyakan DNA disebut
dengan amplifikasi DNA. Perbanyakan ini diibaratkan sebagai suatu kerja mesin fotokopi yang
menggandakan DNA menjadi DNA-DNA yang persis sama dengan DNA aslinya. Proses
perbanyakan ini dilakukan melalui suatu rangkaian reaksi yang disebut dengan PCR (polymerase
chain reaction). Rangkaian reaksi inilah yang membuat 1 (satu) DNA menjadi berjuta-juta DNA
dalam waktu yang singkat yang kemudian akan mudah untuk dianalisis. Setelah melalui proses
terakhir dalam analisis DNA, yaitu proses sequencing, maka akan dapat diketahui profil dari
DNA seseorang. Profil inilah yang kemudian dibandingkan dengan kedua orang tua sehingga
dapat diketahui dengan pasti asal DNA dan tentunya asal korban atau identitas korban.

Identifikasi korban menggunakan DNA, saat ini telah berkembang pesat seiring dengan
perkembangan teknologi. Pada tahun 1900, Karl Landsteiner mengenalkan identifikasi melalui
perbedaan polimorfisme golongan darah ABO. Revolusi penggunaan DNA kemudian dimulai
saat Alec Jeffreys dari Leicester, Inggris, pada tahun 1960, menemukan daerah-daerah tertentu
pada DNA (yang disebut minisatelit) yang dapat dipakai sebagai “sidik jari DNA” (DNA
fingerprinting). Pada tahun 1991, suatu teknologi baru yang memakai short tandom repeat (STR)
digunakan untuk identifikasi korban. STR DNA adalah suatu daerah dalam DNA yang memiliki
urutan berulang (urutan dalam DNA adalah urutan molekul-molekul terkecil penyusun DNA,
yaitu dikenal sebagai basa-basa nukleotida). Setiap orang akan mempunyai pola pengulangan
yang berbeda, sehingga akan dapat digunakan untuk identifikasi.

Keakuratan tes DNA sangat tinggi karena dapat mencapai 100 persen akurat asalkan dilakukan
dengan benar. Dengan kata lain, apabila DNA dari kedua orang tua sama dengan anaknya maka
dapat disimpulkan bahwa anak tersebut merupakan anak biologis dari kedua orang tua tersebut.
Kesalahan mungkin ditemukan apabila terjadi kontaminasi. Oleh sebab itu, pengujian DNA
harus dilakukan dalam lingkungan yang steril, tidak boleh ada sel-sel lain selain dari yang akan
diuji.

Karena keakuratan tes ini maka DNA menjadi alat bantu yang sangat penting di bidang forensik.
Selain untuk penentuan korban-korban atau pelaku bom, juga digunakan saat penentuan korban
akibat bencana alam, kecelakaan pesawat (yang umumnya sudah sangat sulit dikenali secara
fisik), dan penentuan kekerabatan/kekeluargaan.

Kemajuan teknologi juga berdampak pada keakuratan dan sensitivitas tes DNA. Kalau
sebelumnya DNA diperoleh langsung dari jaringan-jaringan dalam tubuh individu, saat ini DNA
dapat diperoleh secara tidak langsung, seperti dari air liur seseorang yang telah diludahkan atau
dari berkas-berkas pegangan ke objek-objek mati, seperti kursi, meja, dan lain-lain yang disentuh
atau tersentuh. Bahkan tusuk gigi yang dipakai seseorang sesudah makan akan sangat mungkin
digunakan sebagai sumber koleksi DNA
DNA dalam komputasi

DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai
sebuah cara komputasi.Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari
urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana
algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang
besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk masalah ini
biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk
menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang
berbeda.

Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk
menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA disebut
database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan
dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan
pencarian homologi.

Teknologi DNA Bisa Menentukan Ajal

Perkembangan teknologi begitu sangat luas. Zaman semakin maju teknologi pun semakin
berkembang dengan pesatnya, hampir semua bidang pekerjaan pasti menggunakan yang
namanya sebuah teknologi. Baru-baru ini di ketemukan sebuah teknologi yang menurut saya
tidak masuk akal, apa itu ? sebuah teknologi lewat uji genetic (DNA) yang dapat mengetahui
sampai berapa lama seseorang dapat hidup.Islam mengajarkan mau, jodoh, sehat, senang dan
lain-lain di tangan allah. Penempuan ini bisa menentukan kapan kita meninggal. Semua
kepercayaan kembali kepada anda.

Menurut mereka, usia seseorang ditentukan oleh panjang struktur kromosomnya. Ini disebut
telomeres. Makin pendek telemeres Anda, maka makin cepat Anda meninggal. Walau tidak bisa
memastikan secara tepat, tapi rentang waktu ajal datang itu bisa diperkirakan 5-10 tahun.
Teknologi memperkirakan maut datang ini bakal dijual di pasar akhir tahun ini di Inggris. Harga
uji DNA semacam ini 435 pound sterling atau sekitar Rp 6 juta. Beberapa ilmuwan medis mulai
mempertanyakan kode etis jika teknologi itu jadi diluncurkan ke pasaran.Tentu saja yang bakal
mendapat keuntungan adalah perusahaan asuransi. Sebab mereka bisa mengetahui kapan
pemohon aplikasi itu meninggal dengan mewajibkan mereka mengambil tes itu.

Menurut sang penemu, Dr Maria Blasco dari Pusat Riset Kanker Nasional Spanyol yang
berkantor di Madrid, tes ini sangat tepat dan cepat. “Paling penting adalah kita dapat menentukan
adanya telomeres berbahaya, yakni yang sangat pendek,” katanya.

Ia menyatakan orang dengan telomeres pendek berarti masa hidupnya juga sebentar. Namun ia
mengaakui tidak dapat menjamin seseorang yang memiliki telomeres panjang bisa hidup lebih
lama. Siapa berani, silakan mencoba. Setidaknya, Anda bisa ancang-ancang dari sekarang kapan
Anda mau lebih giat menabung pahala untuk bekal di akhirat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada tahinn 1943 merupakan masa tebak menebak para ilmuan tentang apa sebenarnya unit yang
sekarang ini kita sebut dengan DNA. Berbagai ilmuan dari penjuru dunia terlibat dalam hal ini.
Namun, barulah pada tahun 1953 James Watson dan Francis Crick mengumumkan proposal
mereka mengenai struktur B-DNA di jurnal ilmiah terkemuka Nature yang berjudul “Molecular
Strucure of Nucleic Acids: A Structure for Deoxyribose Nucleic Acid. Didalam proposal
tersebut James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri dari
4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan guanina; dan dua lainnya dari
kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat nukleobasa tersebut terhubung dengan
glukosa fosfat. Maka terungkaplah struktur lengkap DNA setelah sekian lama terselebung
misteri. Untuk pertama kalinya manusia dapat melihat dan mengerti struktur pita molekul yang
ditemukan di dalam kromosom di dalam setiap sel di tubuh manusia ini.

DNA yang terdapat dalam diri makhluk hidup terdiri dari ribuan gen untuk menentukan sifat dari
makhluk hidup tersebut dari generasi ke generasi. DNA sangat berhubungan dengan reolikasi
DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel
gamet, pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki
informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA
terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan “konjugat” dari rantai pasangannya.
Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat
dengan mudah dibentuk.

Pengtahuan manusia yang semakin berkembang tentang DNA, terutama dibidang kesehatan,
membuat DNA menjadi sebuah unit yang banyak memberikan peran baik dalam bidang
kesehatan maupun dibidang lainya.

3.2 Saran

Seiring dengan kemajuan teknologi terutama dibidang kesehatan, penulis menyarankan


beberapa hal, yaitu sebagai berikut :

 Sebaikya, pengetahuan kita tentang DNA lebih diperdalam lagi, karena DNA merupakan
salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan.
 Dengan adanya pengetahuan yang lebih tentang DNA, semoga dimasa – masa yang akan
datang dapat ditemukan hal – hal baru yang merupakan bagian dari pemanfaatan DNA.
 Tidak hanya dibidang kesehatan saja, untuk kedepannya DNA diharapkan juga dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bidang.
Daftar Pustaka

 Wibowo Ongko Setunggal, 2011., Ekspresi Gen. http://pelajaran/bio/trigger-2-ekspresi-


gen.htmlDiakses pada tanggal 11 Oktober 2011.

 Sartono, 2011., Tentang Keakuratan Tes DNA. http://pelajaran/bio/tentang keakuratan tes


DNA-SobatPC.htm. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.

 Lefko Leflye, 2011., Teknologi DNA yang bisa Menetukan Ajal.


http://pelajaran/bio/teknologi-tes-dna-yang-bisa-menentukan.html. Diakses pada tanggal
11 Oktober 2011.

 News Medical, 2011.,DNA Biologi Fungsi. http:// biologi/DNA-Biological-Functions-


Indonesian.aspx.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.

 Kandagalante, 2008., DNA dan Fungsinya. http://biologi/dna-dan-fungsinya.html.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

 Media Pembelajaran,2010.,Mekanisme Replikasi DNA. http:// pelajaran / bio /


mekanisme – replikasi-dna.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011

 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Asam Deuksibonukleat. http://pelajaran/bio/ Asam


_deoksiribonukleat.htm. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

 Ojimori News, Definisi DNA. http://pelajaran/bio/Definisi DNA.htm. Diakses pada


tanggal 13 Oktober 2011.

 Pusat Gamat.com, Keakuratan Tes DNA. http://pelajaran/bio/keakuratan-tes-dna.htm.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

 Biologi, Mekanisme Replikasi DNA. http://pelajaran/bio/mekanisme-replikasi-dna.html.


Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai