Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS

RHODAMIN B PADA JAJANAN TRADISIONAL


YANG DIJUAL DI PASAR BUNDER SRAGEN

USULAN PENELITIAN SKRIPSI


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat

Oleh :
PRISCA DANU PUSPITA
NIM 1751700180

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2019
i
ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RHODAMIN B
PADA JAJANAN TRADISIONAL YANG DIJUAL DI PASAR BUNDER
SRAGEN

Oleh
PRISCA DANU PUSPITA
NIM 1751700180

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Untuk Dipertahankan Dihadapan


Tim Penguji Usulan Penelitian Skripsi.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sunardi, S.K.M., M.Kes. Nine Elissa Maharani, S.K.M., M.Kes

ii
ANALISIS KANDUNGAN ZAT PEWARNA SINTETIS RHODAMIN B
PADA JAJANAN TRADISIONAL YANG DIJUAL DI PASAR BUNDER
SRAGEN

Oleh :
PRISCA DANU PUSPITA
NIM 1751700180

Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Usulan Penelitian Skripsi


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo
Tanggal : ……………………………

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sunardi, S.K.M., M.Kes. Nine Elissa Maharani, S.K.M., M.Kes

Mengetahui,
Dekan FKM Univet Bantara
Sukoharjo

Titik Haryanti, S.K.M., M.P.H.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim, Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas berkah, rahmat,

karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam penyusunan Usulan

Penelitian dengan judul “Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Rhodamin

B pada Jajanan Tradisional yang Dijual di Pasar Bunder Sragen”.

Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan

untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan usulan penelitian ini telah

dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Titik Haryanti, SKM, M.PH, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

2. Ibu Nine Elissa Maharani, SKM, M.Kes, selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat Univesitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dan

sebagai Pembimbing II.

3. Bapak Dr. Sunardi, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Kedua Orang Tua, Bapak, Ibu beserta seluruh keluarga besar yang senantiasa

memberikan kasih sayang, doa, bimbingan, dukungan, serta motivasi dalam

menyelesaikan studi.

iv
5. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

usulan penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sukoharjo,

Penulis,

Prisca Danu Puspita

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

RINGKASAN .................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 6

F. Orisinalitas Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................... 9

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9

B. Kerangka Teori ............................................................................. 23

C. Kerangka Konsep .......................................................................... 24

D. Hipotesis........................................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 26

A. Jenis Penelitian.............................................................................. 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 26

vi
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 26

D. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 27

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 27

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 28

G. Data dan Sumber Data ................................................................. 29

H. Pengumpulan Data ........................................................................ 30

I. Pengolahan..................................................................................... 30

J. Analisis Data ................................................................................ 31

K. Jadwal Penelitian .......................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

LAMPIRAN

vii
RINGKASAN

Prisca Danu Puspita. 1751700180. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis


Rhodamin B Pada Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar Bunder
Sragen. Usulan Penelitian Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Salah satu masalah pangan saat ini yang masih memerlukan perhatian

adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan.

Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan pangan,

maupun dalam pembuatan makanan jajanan, yang umumnya dihasilkan oleh

industri kecil atau rumah tangga, seperti penyalahgunaan pemakaian bahan

pewarna berbahaya untuk bahan pangan, misalnya bahan pewarna untuk tekstil

dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini sangat jelas berbahaya bagi

kesehatan karena adanya residu bahan pewarna tersebut. Timbulnya

penyalahgunaan bahan pewarna disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat

mengenai pewarna untuk pangan, dan karena harga bahan pewarna untuk industri

relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan pewarna untuk pangan.

Selain itu warna dari bahan pewarna tekstil biasanya lebih menarik. Berdasarkan

data penelitian dari Supraptini dkk tahun 2017, dari 28 jenis jajanan pasar Bunder

di Kabupaten Sragen, rhodamin B ditemukan pada makanan yang dijual di pasar

tersebut yaitu pada makanan geplak merah, kue Ku kacang hijau, krupuk 1,

krupuk 2, krupuk 3, roll cake warna kuning, sagon kering (merah), dan kembang

goyang (orange). Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis zat pewarna yang

digunakan pada jajanan tradisional yang di jual di Pasar Bunder Sragen.

viii
Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif, yaitu peneliti melakukan

pengujian di laboratorium kemudian hasil pengujian dianalisis. Penelitian

dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2019. Populasi adalah seluruh jajanan

tradisional yang dijual di Pasar Bunder Sragen yang memiliki warna mencolok

dengan jumlah sampel sebanyak 25. Teknik sampel menggunakan Penelitian

menggunakan teknik purposive sampling. Variabel bebas adalah jajanan

tradisional. Variabel terikat adalah pewarna sintetis rhodamin B.

Kata kunci : rhodamin B, zat pewarna sintetis

Pustaka : 21 (1997-2018)

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan adalah salah satu kebutuhan vital bagi semua manusia.

Suatu bahan pangan sebelum dimakan tentunya akan melalui proses

pengolahan terlebih dahulu sehingga dapat dikonsumsi. Meskipun tidak

semuanya melalui proses yang sama ataupun bahkan ada juga yang dapat

dinikmati secara langsung, tetapi banyak makanan harus melalui proses

pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan Makanan jajanan adalah makanan

dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan

atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain

yang disajikan jasa boga, rumah makan/ restoran, dan hotel (Kemenkes

2003).

Pada umumnya pengolahan makanan selalu diusahakan untuk

menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Salah satu

upaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik diperlukan bahan

tambahan pangan (BTP). Akan tetapi masih banyak perdebatan mengenai

penggunaan bahan tambahan pangan di industri pangan, khususnya mengenai

risiko kesehatan, terutama yang berasal dari bahan sintetik kimiawi. Hal

tersebut merupakan hak asasi bagi konsumen untuk mendapatkan jaminan

keamanan pangan yang beredar dipasaran yang akan dikonsumsi oleh

konsumen (Sucipto, 2016).

1
2

Salah satu masalah pangan saat ini yang masih memerlukan perhatian

adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan.

Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan

pangan, maupun dalam pembuatan makanan jajanan, yang umumnya

dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga, seperti yang tercantum

dalam Peraturan mengenai penggunaan bahan pewarna yang diizinkan dan

yang dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor

722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, tetapi sering terjadi

penyalahgunaan pemakaian bahan pewarna berbahaya untuk bahan pangan,

misalnya bahan pewarna untuk tekstil dipakai untuk mewarnai bahan pangan.

Hal ini sangat jelas berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu bahan

pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan bahan pewarna disebabkan

oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai pewarna untuk pangan, dan karena

harga bahan pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan

dengan bahan pewarna untuk pangan. Selain itu warna dari bahan pewarna

tekstil biasanya lebih menarik (Cahyadi, 2009).

Surat kabar Republika (Damanhuri, 2014) pernah memuat berita

mengenai hasil inspeksi mendadak (Sidak) oleh Tim ngabungan dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan Kota, Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan, dan Satpol PP, menemukan beberapa makanan dan

minuman yang kedaluwarsa dan makanan yang menggunakan bahan pewarna

tekstil di warung sepanjang kawasan Terminal Induk Tirtonadi. Hasil uji

laboratorium yang telah dilakukan menunjukkan, dalam salah satu makanan


3

yang sebelumnya diambil sampelnya diketahui mengandung zat kimia

berbahaya jenis rhodamin B (zat pewarna tekstil). Sebagai tindak lanjut,

penjual makanan diminta untuk segera mengembalikan dagangan ke

produsen, jika perlu dimusnahkan di tempat. Selain itu DKK Solo bersama

instansi terkait menemukan ratusan makanan ringan mengandung rhodamin

B, atau pewarna tekstil dari salah satu distributor makanan ringan yang berada

di Jalan Adi Sumarmo.

Surat kabar Republika (Juni, 2017) mengenai pemeriksaan yang

dilakukan Tim Pengawasan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten

Purbalingga didampingi petugas Satpol PP dan Polres, menemukan makanan

yang sudah dicampur bahan pewarna tekstil. Antara lain, mie basah, kerupuk

singkong dan kerupuk pink kecil. Temuan penggunaan bahan kimia

berbahaya tersebut berasal dari berbagai tradisional di wilayah Kabupaten

Purbalingga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dyah (2018), menunjukkan

bahwa dari 15 sampel jajanan yang dijual di Pasar Gede Surakarta dengan

jenis berbeda diteliti, 13 (86,67%) sampel mengandung pewarna makanan

sintetis, dan dua (13,33%) sampel mengandung pewarna makanan alami.

Kemudian dari 13 sampel yang mengandung pewarna makanan sintetis, 12

(92,31%) diantaranya diizinkan, dan satu (7,69%) tidak diizinkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rosa (2017), hasil analisa

rhodamin B ditemukan bahwa jajanan yang mengandung rhodamin B

sebanyak 3 sampel dari 5 sampel. Jajanan yang mengandung rhodamin B


4

adalah tela-tela, agar-agar dan kue lapis, dengan warna merah muda sampai

merah yang mencolok. Kadar makanan jajanan yang mengandung rhodamin

B tertinggi adalah tela-tela dengan kadar 0,343 ppm.

Penelitian yang dilakukan oleh Supraptini dkk (2017), dari 28 jenis

jajanan pasar Bunder di Kabupaten Sragen, rhodamin B ditemukan pada

makanan yang dijual di pasar tersebut yaitu pada makanan geplak merah,

kue Ku kacang hijau, krupuk 1, krupuk 2, krupuk 3, roll cake warna kuning,

sagon kering (merah), dan kembang goyang (orange).

Berdasarkan keadaan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang analisis kandungan pewarna rhodamin B pada

jajanan tradisional yang dijual di Pasar Bunder Sragen.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

merumuskan masalah yang akan diteliti sehingga memudahkan peneliti untuk

dapat mengkaji secara rinci. Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini sebagai berikut “Apakah jajanan tradisional yang dijual di Pasar

Bunder Kota Sragen mengandung zat pewarna sintetis rhodamin B?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui jenis zat pewarna yang digunakan pada jajanan

tradisional yang di jual di Pasar Bunder Sragen.


5

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui jenis jajanan tradisional yang mengandung

pewarna sintetis rhodamin B.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pedagang Jajanan Pasar di Pasar Bunder Sragen

Dapat menjadi sumber informasi dan meningkatkan kewaspadaan

dalam membeli barang dagang yang akan dijual kembali guna memenuhi

hak konsumen untuk mendapatkan yang aman dan layak dikonsumsi

khususnya dalam masalah pewarna makanan.

2. Bagi Pengelola Pasar Bunder Sragen

Sebagai upaya pengawasan terhadap makanan dan jajanan

tradisional yang mempunyai warna mencolok yang dijual di Pasar Bunder

Sragen.

3. Bagi Dinas Perdagangan, Dinas Kesehatan, dan BPOM

Sebagai upaya pemantauan, evaluasi, serta perencanaan kebijakan

mengenai penggunaan zat pewarna pada makanan dan jajanan tradisional

di Pasar Bunder Sragen, dan di seluruh pasar yang ada dalam lingkup kota

Sragen.

4. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dapat menambah referensi kepustakaan Fakultas Kesehatan

Masyarakat tentang analisis kandungan pewarna sintetis rhodamin B pada

jajanan tradisional yang dijual di Pasar Bunder Sragen.


6

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan

kajian bidang Kesehatan dan Keamanan Makanan.

2. Lingkup Masalah

Pada penelitian dibatasi hanya pada analisis kandungan pewarna

sintetis rhodamin B pada jajanan tradisional yang dijual di Pasar Bunder

Sragen.

3. Lingkup Sasaran

Obyek/ sasaran penelitian ini adalah pedagang jajanan tradisonal di

Pasar Bunder Sragen.

4. Lingkup Lokasi

Lokasi Penelitian adalah Pasar Bunder Sragen.

5. Lingkup Waktu

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli

2019.

6. Lingkup Metode

Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif yaitu

melakukan pengujian di laboratorium kemudian hasil pengujian

dianalisis.
7

F. Orisinalitas Penelitian

Tabel 1.1. Orisinalitas Penelitian


Judul Perbedaan dan
No Metode Hasil
Penelitian Persamaan
1 Analisis Metode Ada 13 Perbedaan
Kandungan deskriptif (86,67%) terletak pada
Pewarna Alami kuantitatif pewarna lokasi penelitian,
dan Sintetis dengan teknik makanan Sedang
pada Jajanan purposive sintetis, dan persamaanya
yang dijual di sampling. dua (13,33%) pada metode
Pasar Gede Variabel sampel deskriptif
Surakarta, pewarna alami mengandung kuantitatif
Dyah Eka dan sintetis, pewarna dengan purposive
Nurrohmah, jajanan makanan sampling.
2018 alami. Variable bebas
Kemudian “jajanan”
dari 13
sampel yang
mengandung
pewarna
makanan
sintetis, 12
(92,31%)
diantaranya
diizinkan,
dan satu
(7,69%) tidak
diizinkan.

2 Analisis Penelitian Adanya Perbedaan


Rhodamin B dengan jajanan yang terletak pada
pada Makanan metode mengandung objek, lokasi dan
Anak di Spektrofotome rhodamin B metode penelitian
Sekitar SDN 2 tri UV-Vis dan sebanyak 3 yang digunakan,
dan SDN 3 Cara sampel dari 5 Sedang
Kota pengambilan sampel, persamaanya
Pekanbaru, sampel dengan jajanan yang pada cara
Rosa Devitria, cara purposive mengandung pengambilan
2017 sampling. rhodamin B sampel dengan
Variabel adalah tela- cara purposive
rhodamin B tela, agar- sampling.
dan makanan agar dan kue Variabel terikat
lapis. “rhodamin B”
8

Judul Perbedaan dan


No Metode Hasil
Penelitian Persamaan
3 Analisis Jenis Hasil Perbedaan
Kandungan Zat penelitian penelitian terletak pada
Pewarna deskriptif menunjukkan objek dan lokasi
Sintetis kuantitatif, tujuh sampel penelitian.
Rhodamin B Cara sambal botol Sedang
Pada Sambal pengambilan yang di persamaanya
Botol Yang sampel dengan analisis pada jenis
Diperdagangka cara purposive menunjukkan penelitian dan
n di Pasar sampling. hasil yang cara pengambilan
Modern Kota Variabel negatif atau smapel dengan
Kendari, Anzar pewarna tidak terdapat cara purposive
La Ifu, 2016 sintetis zat pewarna sampling.
rhodamin B rhodamin B. Variabel terikat
dan sambal “pewarna sintetis
botol. rhodamin B”
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pangan

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber

hayati produk pertanian, perkebunan, peternakan, yang kehutanan,

perikanan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah

yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan

juga bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan makanan dan minuman (BPOM, 2013).

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses

dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan

(BPOM, 2017).

2. Syarat Mutu Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28

(2004), mutu pangan merupakan nilai yang ditentukan atas dasar

kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan

terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Pangan olahan yang

akan didaftarkan harus memenuhi persyaratan label, cara produksi

pangan olahan yang baik, cara distribusi pangan olahan yang baik dan

9
10

cara ritel pangan olahan yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Kriteria keamanan, mutu, dan gizi yang dimaksud dalam BPOM

(2017) sebagai berikut:

a. Parameter keamanan, yaitu cemaran fisik, batas maksimum

cemaran mikroba, dan cemaran kimia serta persyaratan BTP dan

bahan penolong sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

b. Parameter mutu, yaitu pemenuhan persyaratan mutu sesuai

standar persyaratan yang berlaku.

c. Parameter gizi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Menurut Fardiaz (1997), Cara Produksi Makanan yang Baik

(CPMB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu

pedoman cara berproduksi makanan yang bertujuan agar produsen

memenuhi persyaratan–persyaratan yang telah ditentukan untuk

menghasilkan produk makanan bermutu dan sesuai dengan tuntutan

konsumen. Dengan menerapkan CPMB diharapkan produsen pangan

dapat menghasilkan produk makanan yang bermutu, aman dikonsumsi.

Ada dua hal yang berkaitan dengan penerapan CPMB di industri

pangan adalah CCP dan HACCP. Critical Control Point (CCP) atau

Titik Kendali Kritis adalah setiap titik, tahap atau prosedur dalam

suatu sistem produksi makanan yang jika tidak terkendali dapat

menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan. CCP diterapkan

pada setiap tahap proses mulai dari produksi, pertumbuhan dan


11

pemanenan, penerimaan dan penanganan ingredien, pengolahan,

pengemasan, distribusi sampai dikonsumsi oleh konsumen. Limit kritis

(critical limit) adalah toleransi yang ditetapkan dan harus dipenuhi

untuk menjamin bahwa suatu CCP secara efektif dapat mengendalikan

bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik. Limit kritis pada CCP

menunjukkan batas keamanan.

Fardiaz (1997) menyatakan bahwa Hazard Analysis and Critical

Control Point (HACCP) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik

Kritis adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan, produk,

atau proses untuk menentukan komponen, kondisi atau tahap proses

yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat dengan tujuan untuk

menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan. HACCP merupakan suatu sistem

pengawasan yang bersifat mencegah (preventif) terhadap

kemungkinan terjadinya keracunan atau penyakit melalui makanan.

Menurut Fardiaz (1997), sistem HACCP mempunyai tiga

pendekatan penting dalam pengawasan dan pengendalian mutu produk

pangan, yaitu:

a. Keamanan pangan (food safety), yaitu aspek-aspek dalam proses

produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit;

b. Kesehatan dan kebersihan pangan (whole-someness), merupakan

karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan

kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan higiene;


12

c. Kecurangan ekonomi (economic fraud), yaitu tindakan ilegal

atau penyelewengan yang dapat merugikan konsumen. Tindakan

ini antara lain meliputi pemalsuan bahan baku, penggunaan

bahan tambahan yang berlebihan, berat yang tidak sesuai dengan

label, “overglazing” dan jumlah yang kurang dalam kemasan.

Konsep HACCP dapat dan harus diterapkan pada seluruh mata

rantai produksi makanan, salah satunya adalah dalam industri pangan.

Penerapan GMP dan HACCP merupakan implementasi dari jaminan

mutu pangan sehingga dapat dihasilkan produksi yang tinggi dan

bermutu oleh produsen yang pada akhirnya akan menciptakan

kepuasan bagi konsumen (Hubeis (1997).

Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan

dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan

yang dinyatakan terlarang. Bahan yang akan digunakan sebagai bahan

tambahan pangan tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan

manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan dapat

digunakan dalam proses produksi untuk diedarkan setelah memperoleh

persetujuan Kepala Badan (Hubeis, 1997).

3. Bahan Tambahan Pangan

a. Definisi atau Pengertian

Bahan tambahan secara umum didefinisikan sebagai

bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,


13

mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan

sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud

teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyimpanan,

perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan

(Cahyadi, 2008).

b. Sumber Bahan Tambahan Pangan

Menurut Riandini, bahan tambahan pangan biasa

berasal dari makanan yang dapat disintesa secara kimia atau

diproduksi dengan proses biologi. Berikut sumber bahan

tambahan pangan:

1) Bahan tambahan sintetik. Penggunaan bahan tambahan

sintetik telah meningkat setelah pergantian abad. Bahan

tambahan sintetik diperoleh dari proses pengolahan

bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan

alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat

metabolisme.

2) Bahan tambahan biologi baik dari hewan maupun

tumbuhan seperti letisin dan asam sitrat. Bahan

tambahan pangan yang bersumber langsung dari alam

(Sucipto, 2016).

c. Fungsi Dasar Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan ditambahkan dengan beberapa

fungsinya yang menambah atau mengembalikan fungsi awal


14

pangan tersebut. Berikut adalah beberapa fungsi dasar bahan

tambahan pangan:

1) Meningkatkan nilai gizi makanan, banyak makanan yang

diperkaya atau difortifikasi dengan vitamin untuk

mengembalikan vitamin yang hilang selama pengolahan,

seperti penambahan berbagai vitamin B ke dalam tepung

terigu dan vitamin A dan D ke dalam susu.

2) Memperbaiki nilai sensori makanan, warna, bau, rasa,

dan tekstur suatu bahan pangan berkurang akibat

pengolahan dan penyimpanan.

3) Memperpanjang umur simpan makanan, yaitu untuk

mencegah timbulnya mikroba maupun untuk mencegah

terjadinya reaksi kimia yang tidak dikehendaki selama

proses pengolahan dan penyimpanan (Sucipto, 2016).

d. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Beberapa bahan tambahan pangan yang diizinkan

digunakan dalam makanan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/1988

dalam (Cahyadi, 2009) diantaranya sebagai berikut:

1) Antioksidan

2) Antikempal

3) Pengatur keasaman

4) Pemanis buatan
15

5) Pemutih dan pematang telur

6) Pengemulsi, pemantap, dan pengental

7) Pengawet

8) Pengeras

9) Pewarna

10) Penyedap rasa dan aroma

11) Sekuestran

Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 033

Tahun 2012, bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan

dalam makanan, diantaranya sebagai berikut:

1) Asam borat dan senyawanya

2) Asam salisilat dan garamnya

3) Dietilpirokarbonat

4) Dulsin

5) Formalin

6) Kalium bromat

7) Kalium klorat

8) Kloramfenikol

9) Minyak nabati yang dibrominasi

10) Nitrofurazon

11) Dulkamara

12) Kokain

13) Nitrobenzen
16

14) Sinamil antranilat

15) Dihidrosafrol

16) Biji tonka

17) Minyak kalamus

18) Minyak tansi

19) Minyak sasafras

4. Pewarna

a. Definisi

Pewarna adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna

alami dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan pada

pangan mampu memperbaiki warna. (BPOM, 2013).

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat

tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, nilai

gizi dan sifat mikrobiologis. Akan tetapi, sebelum faktor-faktor

lain diprtimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih

dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan.

Zat warna sudah sejak lama digunakan, misalnya daun

pandan atau daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna

kuning. Kini dengan perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan telah ditemukan adanya zat warna sintetis, karena

penggunaanya lebih praktis dan harga lebih murah.

Beberapa hal yang menyebabkan suatu bahan pangan

berwarna, antara lain dengan penambahan zat pewarna. Secara


17

garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat

pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan

pangan, yaitu: pewarna alami dan pewarna sintetis (Cahyadi,

2009).

1) Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh

tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna

untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut

menyumbangkan nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan

kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau

pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya (Cahyadi,

2009).

Beberapa jenis pewarna alami antara lain (Cahyadi,

2008):

a) Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang

umumnya terdapat pada daun, sehingga sering

disebut zat warna hijau daun.

b) Mioglobin dan hemoglobin, yaitu zat pewarna

merah pada daging.

c) Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna

kuning, orange, merah orange, yang terlarut dalam

lipid, berasal dari hewan dan maupun tanaman

antara lain lumut, tomat, cabe merah, wortel.


18

d) Anthosianin dan anthoxanthin. Warna pigmen

anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat

pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Tabel 2.1. Sifat-Sifat Pewarna Alami


Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas
Karamel Cokelat Gula dipanaskan Air Stabil
Anthosianin Jingga, Merah, Tanaman Air Peka terhadap
Biru panas pH
Flavonoid Tanpa kuning Tanaman Air Stabil terhadap
Panas
Leucoantho Tidak berwarna Tanaman Air Stabil terhadap
Sianin Panas
Tannin Tidak berwarna Tanaman Air Stabil terhadap
Panas
Batalain Kuning Tanaman Air Sensitif terhadap
Merah Panas
Tanaman
Quinon Kuning-hitam bakteria Air Stabil terhadap
Lumut Panas
Xanthon Kuning Tanaman Air Stabil terhadap
Panas
Karotenoid Tanpa kuning- Tanaman/ Lipida Stabil terhadap
Merah Hewan Panas
Klorofil Hijau Tanaman Lipida dan Sensitif terhadap
Cokelat Air Panas
Heme Merah Hewan Air Sensitif terhadap
Cokelat Panas
Sumber: Tranggono, dkk (1989) dalam Cahyadi, (2009)

2) Pewarna Sintetis

Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus

melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat

digunakan sebagai pewarna pangan. Akan tetapi, masih

sering terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna

untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna


19

untuk tekstil dan kulit tetapi dipakai untuk mewarnai bahan

pangan (Sucipto, 2016).

Timbulnya penyalahgunaan pemakaian zat warna

tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan

masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan

disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih

murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk

pangan. Lagipula, warna dari zat pewarna tekstil atau kulit

biasanya lebih menarik (Sucipto, 2016).

Di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat

pewarna yang dilarang untuk pangan diatur melalui

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.722/Menkes/Per/IX/1988.

Tabel 2.2. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia


Bahan Pewarna Nomor Indeks
Warna (C.I.No)
Citrus red No. 2 12156
Ponceau 3R (Red G) 16155
Ponceau SR (Food Red No.1) 14700
Rhodamine B (Food Red No.5) 45170
Guinea Green B (Acid Green No.3) 42085
Magenta (Basic Violet No.14) 42510
Chrysoidine (Basic Orange No.12) 11270
Butter Yellow (Solveent Yellow No.2) 11020
Sudan I (Food Yellow No.2) 12055
Methanil Yellow (Food Yellow No.14) 13065
Auramine (Ext. D & C Yellow No.1) 41000
Oil Oranges SS (Basic Yellow No.2) 12100
Oil Oranges XO (Solvet Orange No.7) 12140
Oil yellow AB (Solvet Orange No.5) 11380
Oil Yellow OB (Solvet Orange No.6) 11390
Sumber : Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
20

5. Rhodamin B

Bahan pewarna berbahaya yang sering ditambahkan adalah

rhodamin B, yaitu merupakan bahan pewarna berbahaya yang umum

digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan bahan

pewarna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-

produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam

penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker. Uji

toksisitas rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus

dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat

menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu

timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD (Letalisis

Dosis) 5089,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran

hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran

organnya (Merck, 2006).

Seiring terjadi di lapangan dan diberitakan di media masa.

Sebagai contoh, rhodamin B ditemukan dalam produk makanan dan

minuman seperti kerupuk, jelli/ agar-agar, aromanis, kue, saos, terasi,

es cendol, permen dan, sambal botol (Azizahwati, 2007). Penggunaan

pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila

melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan

tumor, hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada sistem

saraf, alergi dan dapat menimbulkan radang selaput lendir pada

hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan


21

penggunaan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan penyakit

kanker (Yuliarti, 2007).

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa

digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai

zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri

Kesehatan Permenkes No.722/Menkes/Per/IX/1988. Pada awalnya zat

ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang

untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat

berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013).

Rumus Molekul dari rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan

berat molekul sebesar 479.000.

Gambar 2.1. Struktur Kimia Rhodamin B (Hamdani, 2013)

Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini

berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat

larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan

dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut

dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam


22

laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk

identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu

165°C (Hamdani, 2013).

Analisis rhodamin B yang dilakukan dengan metode destruksi

dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang

terdapat dalam rhodamin B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa

organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat

dalam rhodamin B itu sendiri, bahkan jika rhodamin B terkontaminasi

oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan

terkontaminasinya rhodamin B dengan kedua unsur tersebut,

menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan

(Hamdani, 2013).

B. Kerangka Teori

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, peternakan, yang kehutanan, perikanan,

perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan

sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan juga bahan lainnya yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan makanan dan minuman.

Dalam penerapan GMP dan HACCP merupakan implementasi dari jaminan

mutu pangan, sehingga dapat dihasilkan produksi yang tinggi dan bermutu

oleh produsen yang akhirnya akan menciptakan kepuasan bagi konsumen.


23

Mutu pangan yang dimaksud adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria

keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan

makanan, makanan dan minuman. Setiap orang yang memproduksi pangan

untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan

tambahan pangan yang dinyatakan terlarang. Bahan yang akan digunakan

sebagai bahan tambahan pangan tetapi belum diketahui dampaknya bagi

kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan dapat

digunakan dalam proses produksi untuk diedarkan ke masyarakat setelah

memperoleh persetujuan Kepala Badan Bahan tambahan pangan yang ada

dalam makanan adalah untuk membuat makanan yang aman, tampak lebih

berkualitas, tahan lama, menarik, serta cita rasa dan teksturnya lebih

sempurna.

Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi

kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan,

menstabilkan warna dan menutupi perubahan warna selama penyimpanan.

Penambahan zat pewarna rhodamin B pada makanan terbukti mengganggu

kesehatan tubuh, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ

tubuh dan berpotensi memicu penyakit kanker, oleh karena itu zat pewarna

rhodamin B dinyatakan sebagai pewarna berbahaya dan dilarang

penggunannya.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut maka dapat disusun suatu

kerangka teori yang dapat dilihat pada gambar 2.2.


24

Jajanan Tradisional
(Pangan)

Syarat mutu jajanan tradisional


(Pangan)

Bahan tambahan pangan (Pewarna)

Uji Kualitatif

Jajanan tradisional Jajanan tradisional tidak


mengandung Rhodamin B mengandung Rhodamin B

Gambar 2.2. Diagram Alir Kerangka Teori

Sumber : Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagaimana yang

tergambar pada gambar 2.3.

Ada Kandungan
Jajanan Tradisional yang di Pewarna Sintetis
jual di Pasar Bunder Sragen Rhodamin B

Gambar 2.3. Kerangka Konsep


25

D. Pertanyaan Peneliti
“Adakah kandungan pewarna sintetis rhodamin B pada jajanan

tradisional yang di jual di Pasar Bunder Sragen?”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu

peneliti melakukan pengujian di laboratorium kemudian hasil pengujian

dianalisis.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Bunder Sragen. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Sragen. Penelitian uji

jenis pewarna makanan telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli

2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh jajanan tradisional

yang dijual di Pasar Bunder Sragen yang memiliki warna mencolok/

menarik.

2. Sampel

Penelitian menggunakan teknik purposive sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil sampel di

beberapa pedagang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu makanan

26
27

yang berwarna mencolok. Jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 25 sampel jajanan yang dijual di Pasar Bunder

Sragen. Sampel jajanan yang digunakan meliputi jajanan yang

memiliki warna mencolok.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel

terpengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pewarna

sintetis rhodamin B.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel penyebabnya atau variabel

pengaruh. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jajanan

tradisional.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Zat Pewarna Sintetis

Bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna

makanan yang berubah atau menjadi tidak pucat agar kelihatan

menarik.

Alat Ukur : Hot Plate and Stirrer menggunakan serat wool

Cara Ukur : Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Pemeriksaan : Nama jenis zat pewarna sintetis


28

2. Jajanan Tradisional/ Makanan

Makanan yang dijual di Pasar Bunder Sragen yang memiliki

warna yang mencolok agar kelihatan lebih menarik.

Alat Ukur : Hot Plate and Stirrer menggunakan serat wool

Cara Ukur : Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Pemeriksaan : Mengandung pewarna sintetis rhodamin B dan

atau tidak mengandung pewarna rhodamin B.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah

peralatan yang digunakan dalam uji pemanasan untuk mendapatkan data

kandungan pewarna.

Uji pemanasan, yaitu metode untuk mengetahui kandungan pewarna

pada jajanan tradisisonal yang dijual di Pasar Bunder Sragen. Alat yang

digunakan dalam uji meliputi:

1. Neraca Timbang

2. Becker Glass

3. Pengaduk

4. Hot plate

5. Saringan

6. Penjepit

7. Gelas Ukur
29

8. Pipet Tetes

Berikut adalah langkah-langkah pengujian kandungan zat pewarna

sintetis rhodamin B :

1. Menghaluskan sampel sebanyak 50 gram.

2. Ditambahn dengan 10 ml NH₄ OH 10 % atau hingga pH berubah

menjadi basa.

3. Ditambah dengan 100 ml aquades kemudian dipanaskan hingga

mendidih.

4. Setelah mendidih benang wool bebas lemak dimasukkan selama 10

menit.

5. Setelah itu diangkat dan dicuci sampai bersih.

6. Benang wool dikeringkan.

7. Kemudian ditambah dengan 50 ml CH₃ COOH 6 % dan dipanaskan

hingga mendidih.

G. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini pengamatan langsung

terhadap sampel jajanan tradisional yang dijual di Pasar Bunder

Sragen, dan melakukan pengujan sampel jajanan tradisional

laboratorium dengan uji pemanasan.


30

2. Data Sekunder

Data Sekunder berasal dari buku referensi yang relevan dan

mendukung tentang objek penelitian, selain itu sumber data berupa

jurnal, dan web resmi yang mendukung penelitian.

H. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data penelitian

yaitu dengan cara pengumpulan data dilakukan dengan uji kualitatif, yaitu

uji kandungan pewarna menggunakan uji pemanasan.

I. Pengolahan Data

1. Editing

Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari pengujian di

laboratorium.

2. Data Entry

Memasukkan data hasil pengujian sampel menggunakan

komputer.

3. Tabulating

Mengelompokan data sesuai dengan variabel yang akan

diteliti guna mempermudah penyusunan dan penataan data untuk

disajikan.
31

J. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu jenis zat pewarna

hasil pemeriksaan dilaboratorim dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan,

pembahasan serta diambil simpulan. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut

disesuaikan dengan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang

bahan tambahan makanan (BTM). Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui

apakah jajanan tradisional yang dijual di Pasar bunder Sragen mengandung

zat pewarna sintetis rhodamin B atau tidak.

K. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian


Bulan
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
2019 2019 2019 2019 2019 2019
1 Persiapan
-Pengajuan
judul
2 Penyusunan
proposal
5 Pelaksanaan
Penelitian
6 Pengolahan
Data
7 Penyusunan
Laporan
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Nasional Republika : Makanan Gunakan Pewarna Tekstil.


http://nasional.republika.co.id/. Diakses pada 1 Oktober 2017
Anzar La I. 2016. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Rhodamin B
Pada Sambal Botol Yang Diperdagangkan di Pasar Modern Kota
Kendari. Skripsi. Kendari: Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian

Azizahwati. 2007. Analisis Bahan Warna Sintetik Terlarang Untuk


Makanan Yang Berada di Pasaran, Majalah Ilmu Kefarmasian, IV,
(1), 7-8, Departeman Farmasi FMIPA Universitas Indonesia Depok.

BPOM RI Nomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan


Bahan Tambahan Pangan Pewarna.

BPOM RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Pangan Olahan.

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan : Bahan Tambahan


Makanan. Jakarta : Bumi Aksara.

Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan : Bahan Tambahan


Makanan. Jakarta : Bumi Aksara.

Damanhuri, Z. 2014. Nasional Republika : Duh Ada Makanan Mengandung


Bahan Pewarna Tekstil.
https://republika.co.id/berita/ramadhan/kabarramadhan/14/07/27/n9
byvp-duh-ada-makanan-mengandung-bahan-pewarna-tekstil-1.
Diakses pada 10 Maret 2019

Dyah Eka N. 2018. Analisis Kandungan Pewarna Alami dan Sintetis Pada
Jajanan Yang Dijual di Pasar Gede Surakarta. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Fardiaz, D. 1997. “Praktek Pengolahan Pangan yang Baik”. Pelatihan


Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staf Pengajar.
Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen
Dikti. Bogor, 21 Juli – 2 Agustus 1997.

Hamdani, S. 2013. Maserasi. (http://catatankimia.com diakses 11 April 2019)

Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi


Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar
Tetap Ilmu Manajemen Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Pertanian Bogor.
Merck Index. 2006. An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals.
Merck Co.Inc. USA

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan


Tambahan Pangan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1998 tentang


Bahan Tambahan Makanan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Pangan.

Rosa, D., & Harni, S. 2017. Analisis Rhodamin B Pada Makanan Jajanan
Anak di Sekitar SDN 2 dan SDN 3 Kota Pekanbaru.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Sucipto, C.D. 2016. Keamanan Pangan : Untuk Kesehatan


Manusia. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Supraptini., Riris, N., Elsa-Elsi., & Ika, D. 2017. Kualitas Makanan dan
Makanan Jajanan yang Dijual di Pasar Tradisional di Beberapa Kota
di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. (Online). Volume 10, Nomor
4,i17.
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/3813
diakses 30 Maret 2019)

Tranggono, dkk. 1989. Bahan Tambahan Makanan. Yogyakarta: Pusat


Antar Universitas-Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada.

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan.


Yogyakarta:Andi.

Anda mungkin juga menyukai