DIAN PERTIWI
K21109293
SKRIPSI
DIAN PERTIWI
K21109293
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi dan
disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Gizi Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar,
September 2013
Tim Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
ii
Ketua
(.......................................)
(.......................................)
Anggota
(.......................................)
(.......................................)
(.......................................)
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Prodi Ilmu Gizi
Skripsi, Agustus 2013
Dian Pertiwi
Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow
Pada Jajanan Anak Di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar
(xii + 59 halaman + 13 tabel + 9 lampiran)
Zat pewarna sintesis Rhodamin B dan Methanyl Yellow masih sering
ditambahkan pada jajanan agar membuat warna jajanan lebih mencolok dan anakanak tertarik untuk mengkonsumsinya. Padahal kenyataannya kedua zat ini
merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produkproduk pangan karena bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan kanker.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Laboratorik dengan
pemeriksaan laboratorium secara kualitatif. Populasi adalah semua jenis jajanan
yang ada di dalam lingkungan SDN Kompleks Mangkura. Sampel diambil dengan
teknik purposive sampling yaitu dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
peneliti.
Dari hasil percobaan identifikasi pewarna Rhodamin B pada sampel saos
nugget dengan metode kromatografi kertas, diketahui bahwa sampel yang diuji
tidak menghasilkan warna visual merah muda terang dan juga tidak berflouresensi
kuning/jingga dibawah sinar UV 354 nm dan 366 nm pada pemeriksaan pertama
akan tetapi menghasilkan warna visual merah muda pudar pada pemeriksaan
kedua namun tetap tidak tampak flouresensi kuning/jingga dibawah sinar UV 354
nm dan 366 nm. Hal tersebut menandakan tidak adanya kandungan Rhodamin B
pada sampel.
Dari hasil percobaan identifikasi pewarna Methanyl Yellow pada 3 sampel
jajanan (saos bakso, bumbu bubuk tela-tela, dan jus jeruk) dengan metode asam
didapatkan bahwa ketiga sampel yang diuji tidak menghasilkan reaksi perubahan
warna yang menunjukkan adanya Methanyl Yellow sehingga diketahui bahwa
tidak terdapat zat pewarna Methanyl Yellow pada masing-masing sampel.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat simpulkan bahwa dari
jajanan-jajanan yang beredar di SDN Kompleks Mangkura tidak teridentifikasi
adanya Rhodamin B dan Methanyl Yellow atau dalam hal ini bebas dari
kandungan kedua pewarna sintetik tersebut.
Sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan pewarna sintetik yang lain pada sampel jajanan.
Daftar Pustaka : 28 (1984-2012)
Kata Kunci : bahan tambahan pangan, pewarna sintetik, rhodamin B,
methanyl yellow, jajanan anak
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, hikmat,
pengetahuan dan perlindungan-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Analisis
Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada
Jajanan Anak Di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. yang
merupakan syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ayahanda Laode Bariu yang selama ini telah membesarkan, mendidik serta
membimbing penulis dan juga terima kasih kepada kakak Laode Muhannad Eka
Saputra beserta istrinya yang selalu mendoakan penulis. Selain itu penulis juga
berterima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp. BO (K) selaku Rektor Universitas
Hasanuddin beserta stafnya, terimakasih atas fasilitas yang diberikan selama
kuliah di UNHAS.
2. Prof. Dr. dr. HM. Alimin Maidin, MPH selaku Dekan FKM Universitas
Hasanuddin Makassar, beserta stafnya.
3. Dr. Dra. Nurhaedar Jafar Apt, M.Kes selaku ketua program studi ilmu gizi
sekaligus dosen Pembimbing Akademik penulis selama kuliah di UNHAS.
4. Dr. Saifuddin Sirajuddin, MS selaku pembimbing (I) dan Ulfah Najamuddin,
S.Si, M.Kes selaku pembimbing (II) yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Abdul Salam, SKM, M.Kes, Zakaria, STP, M.Kes dan Erniwati Ibrahim,
SKM, M.Kes selaku penguji (I), (II) dan (III) yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran membangun bagi penulis untuk lebih baik lagi.
6. Kak Yessi, Ibu Hafsa, beserta seluruh staf dan Dosen pengajar program studi
ilmu gizi yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih telah banyak
membantu dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini
7. Teman-teman seperjuangan tim SD Kompleks Mangkura yang telah samasama berusaha untuk mendapatkan gelar sarjana.
8. Semua Saudara-saudara Galeter 09 dan AG09O yang tidak bisa disebutkan
namanya satu-persatu.
9. Kakak-kakak di Laboratorium yaitu kak Alfi, kak Ria, kak Ian, dan kak Mira,
Kak Ani, Kak Guruh, Kak Nana, Kak Arul, dan Kak Muti terima kasih atas
bantuan dan sumbangsih ilmunya selama proses penelitian di Laboratorium.
10. Armina crew yang telah bersama-sama penulis dalam suka dan duka serta
berbagi pengalaman bersama.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang
vi
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dari tulisan ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Makassar,
Agustus 2013
Dian Pertiwi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................... .............
ii
iii
RINGKASAN ..............................................................................................
iv
viii
xi
xii
10
18
25
29
30
30
32
viii
32
32
32
D. Instrumen Penelitian.........................................................................
33
34
37
37
38
39
39
41
C. Pembahasan ......................................................................................
47
55
56
A. Kesimpulan ......................................................................................
56
B. Saran ...............................................................................................
56
57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ..................................................... ..... 29
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 30
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian............................................................. 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Contoh Bahan Pewarna Alami ................................................. ..... 20
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Zat Pewarna Sintetis dan Alami ....................... 21
Tabel 2.3 Kelas-Kelas Zat Pewarna Sintetis Menurut JECFA ...................... 23
Tabel 2.4 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia ................... 24
Tabel 2.5 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia ...................... 24
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Siswa Di SDN Kompleks Mangkura
Kota Makassar Selama 3 Tahun Terakhir ...................................... 40
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Tenaga Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar Tahun 2013 ........... 40
Tabel 4.3 Gambaran Jenis-Jenis Jajanan di SDN Kompleks Mangkura
Kota Makassar ................................................................................ 41
Tabel 4.4 Hasil Laboratorium Uji Rhodamin B Pada Jajanan di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar ............................................. 42
Tabel 4.5 Hasil Laboratoriun Uji Methanyl Yellow Pada Jajanan di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar ............................................. 44
Tabel 4.6 Karakteristik Penjual Jajanan di SDN Kompleks Mangkura
Kota Makassar ................................................................................ 45
Tabel 4.7 Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan Tentang Pewarna
Makanan di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar ...............
46
xi
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Sintesa
Lampiran 2. Kerangka Teori Gabungan
Lampiran 3. Panduan Wawancara
Lampiran 4. Gambar Penelitian
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Di SDN Kompleks Mangkura
Lampiran 6. Surat Izin Pemeriksaan Sampel Penelitian Di Laboratorium
FKM UNHAS
Lampiran 7. Cara Penentuan Skoring
Lampiran 8. Penilaian Untuk Jawaban Masing-masing Penjual
Lampiran 9. Jumlah Penilaian Untuk Jawaban Semua Penjual
Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) sangat penting mengingat
anak sekolah merupakan cikal bakal Sumber Daya Manusia (SDM) suatu
bangsa. Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi
kualitasnya pada saat mereka mencapai usia produktif. Pangan jajanan
memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan
gizi bagi anak-anak usia sekolah.
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak
sekolah dasar (SD) adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik dengan jajanan
sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera, dan
harganya yang terjangkau. Berbagai jenis makanan ringan menjadi makanan
jajanan sehari-hari di sekolah bahkan tak terbendung lagi beberapa uang jajan
dihabiskan untuk membeli makanan yang kurang memenuhi standar gizi dan
keamanan tersebut. Oleh sebab itu, pemilihan makanan jajanan yang aman dan
berkualitas perlu diperhatikan. Aman disini maksudnya adalah bahwa
makanan jajanan tersebut tidak membahayakan kesehatan jika dikonsumsi
dalam jumlah tertentu sedangkan berkualitas maksudnya dalah bahwa jajanan
tersebut mengandung nilai gizi yang cukup. Mengkonsumsi makanan jajanan
yang tidak sehat baik dari segi mutu maupun keamanannya dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain, keracunan makanan,
diare, dan berbagai foodborne disease lainnya (Fadillah, 2006).
B. Perumusan Masalah
Apakah jajanan di SDN Kompleks Mangkura Makassar mengandung zat
pewarna sintetik Rhodamin B dan Methanyl Yellow?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis zat pewarna
sintetik yang tidak diizinkan pada jajanan di SDN Kompleks Mangkura
Makassar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain:
a. Untuk menganalisis kandungan zat pewarna Rhodamin B dan
Methanyl Yellow pada makanan jajanan di SDN Kompleks Mangkura
Makassar.
b. Untuk menganalisis kandungan zat pewarna Rhodamin B dan
Methanyl Yellow pada minuman jajanan di SDN Kompleks Mangkura
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara ilmiah, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan zat pewarna (Rhodamin B dan Methanil Yellow) pada
jajanan anak di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar.
2. Bagi masyarakat, khususnya anak sekolah diharapkan dapat memberikan
informasi untuk lebih memantau makanan jajanan yang beredar di
sekitarnya.
3. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah pengalaman dalam
rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai keamanan
pangan khususnya pada Pangan Jajanan Anak Sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pangan
1. Definisi Pangan
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
2. Jenis-Jenis Pangan
Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu (Saparinto dan Hidayati, 2006):
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan.
Pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni
dijadikan bahan baku pengolahan pangan.
b. Pangan olahan
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh : nasi.
Pangan olahan dibedakan menjadi dua, yaitu: pangan olahan siap saji dan
pangan olahan tidak siap saji.
pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya
dan sangat bervariasi dalam bentuk keperluan dan harga (Winarno, 2004).
Pada umumnya makanan jajanan dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
pertama adalah makanan utama atau main dish contohnya nasi remes, nasi
rawon, nasi pecel, dan sebagainya. Kelompok yang kedua adalah panganan
atau snack contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan lain sebagainya.
Adapun kelompok yang ketiga adalah golongan minuman seperti es teller, es
buah, kopi, es dawet, jenang gendul dan lain sebagainya. Serta kelompok yang
keempat adalah buah-buahan segar dari mangga, durian dan lain sebagainya
(Winarno, 2004).
Menurut Sandjaja dkk (2009) dalam bukunya menyebutkan bahwa
makanan jajanan adalah makanan yang diproduksi oleh pengusaha sector
informal dengan modal kecil dijajakan dan siap dikonsumsi di tempat-tempat
keramaian, pemukiman, dengan cara berkeliling, menetap, atau kombinasi
kedua cara tersebut.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene dan sanitasi,
makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap
untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel. Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam
keadaan terbungkus dan tertutup. Pembungkus yang digunakan dan tutup
makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
10
Makanan jajanan bagian dari upaya penyediaan pangan dewasa ini telah
berkembang dengan sangat pesatnya sejalan dengan kebutuhan masyarakat
akan makanan murah, mudah diperoleh dan digemari oleh sebagian besar
masyarakat. Di lain pihak, makanan jajanan ini masih mengandung risiko
yang cukup potensial menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan
kesehata, akibat penyelenggaraan yang kurang memperhatikan hygiene dan
sanitasi makanan (Yuspasari, 2012).
Peranan makanan jajanan mulai mendapat perhatian secara internasional
sejak tahun 1980-an. Berbagai lembaga intenasional seperti FAO, EPOC, USAID dan World Bank misalnya banyak menaruh perhatian terhadap studi
perkembangan makanan jajanan (Winarno, 2004).
11
Codex mengatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak
lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada
proses pengolahan makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada
yang tidak (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988,
BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk
maksud
teknologi
(termasuk
organoleptik)
pada
pembuatan,
pengangkutan
makanan,
untuk
menghasilkan
atau
diharapkan
12
memperbaiki
kenampakan
atau
aroma
makanan.
13
14
15
makanan.
Contohnya:
aluminium
sulfat,
kalsium
menambah
atau
mempertegas
rasa
dan
aroma.
16
a. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba,
yang dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat
pangan menjadi lebih empuk, lebih larut, dan lain-lain.
b. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral,
atau
vitamin,
baik
tunggal
maupun
campuran,
yang
dapat
17
18
19
20
21
22
baik dan menarik. Secara lebih khusus lagi, pewarna sintetik masih dibagi
menjadi dua macam yaitu Dyes dan Lakes. Perbedaan keduanya berdasarkan
bilangan-bilangan rumus kimianya, yaitu kelompok azo, triarilmetana,
quinolin dan lainlain (Cahyadi, 2009).
Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya menjadi
berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Biasanya diperjualbelikan dalam bentuk granula (butiran), cairan, campuran warna dan pasta.
Dyes umumnya digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman
ringan, roti, dan kue-kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-lain. Zat
warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam bahan pangan.
Dalam bentuk kering tidak memperlihatkan adanya kerusakan (Cahyadi,
2009).
Sedangkan Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari
penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya
terlalu rendah untuk dapat melarutkan dye biasanya menggunakan lakes,
misalnya untuk pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat.
Dibandingkan dengan dyes, maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil
terhadap cahaya, kimia dan panas sehinga harga lakes umumnya lebih mahal
daripada harga dyes (Cahyadi, 2009).
Zat pewarna yang diizinkan penggunaanya dalam makanan dikenal
sebagai permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna
tersebut harus menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses
23
2.
3.
4.
5.
Nama
Azo :
1. Tatrazine
2. Sunset Yellow FCF
3. Allura Red AC
4. Ponceau 4R
5. Red 2G
6. Azorubine
7. Fast Red E
8. Amaranth
9. Brilliant Balck BN
10. Brown FK
11. Brown HT
Kuning
Oranye
Merah (kekuningan)
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah (kebiruan)
Ungu
Kuning cokelat
Cokelat
Triarilmetana :
1. Brilliant Blue FCF
2. Patent Blue V
3. Green S
4. Fast Green FCF
Biru
Biru
Biru kehijauan
Hijau
Quinolin :
1. Quinoline Yellow
Xanten :
1. Erythrosine
Warna
Kuning kehijauan
Merah
Indigoid :
1. Indigotine
Biru kemerahan
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
24
Nomor Indeks
warna
(C.I.No.)
16185
Batas
maksimum
penggunaan
Secukupnya
Amaranth: CI Food
Red 9
Biru berlian
Brilliant Blue FCF :
42090
Secukupnya
CI Food red 2
Erritrosin
Erthrosin : CI
45430
Secukupnya
Food red 14
Hijau FCF
Fast green FCF : CI
42053
Secukupnya
Food green 3
Hijau S.
Green S : CI. Food
44090
Secukupnya
Green 4
Indigotin
Indigotin : CI. Food
73015
Secukupnya
Blue I
Ponceau 4R
Ponceau 4R: CI
16255
Secukupnya
Food Red 7
Kuning Kuinelin
Quineline yellow
74005
Secukupnya
CI. Food yellow 13
Kuning FCF
Sunset yellow FCF
15980
Secukupnya
CI. Food yellow 3
Ribiflavina
Riboflavina
Secukupnya
Tatrazin
Tatrazine
19140
Secukupnya
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Tabel 2.5. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Bahan Pewarna
25
26
2. Methanyl Yellow
Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit
larut dalam aseton. Methanyl Yellow umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl
Yellow adalah senyawa kimi azo aromatic amin.
27
28
29
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah
rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan kandungan
pada saluran kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. Methanyl
yellow memiliki LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus dengan pemberian
secara oral (Gupta, 2003).
Kandungan Bahan
Tambahan Pangan
dalam makanan dan
minuman jajanan
Pengolahan oleh
pengrajin makanan
Menarik perhatian
konsumen
Pengetahuan dan
Sikap Pengrajin
makanan yang
kurang tentang
pengolahan jajanan
yang baik
Kandungan Zat
Pewarna Sintetik yang
tidak diizinkan dalam
makanan dan minuman
jajanan
Makanan yang
dikonsumsi
mengandung pewarna
30
Jajanan Anak
Sekolah
Status Keamanan
Pangan (BPOM)
Efek Pada
Kesehatan (Kanker,
Kerusakan Ginjal
dan Hati)
31
3. Rhodamin B
Definisi operasional
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna buatan yang tidak diizinkan
untuk ditambahkan kedalam jajanan berdasarkan Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/1988.
4. Methanyl Yellow
Definisi operasional
Methanyl Yellow adalah salah satu zat pewarna buatan yang tidak
diizinkan untuk ditambahkan kedalam jajanan berdasarkan Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/1988.
5. Status Keamanan Pangan
Definisi operasional
Status Keamanan Pangan adalah suatu keadaan pada jajanan anak sekolah
yang menandakan aman atau tidaknya jajanan tersebut untuk dikonsumsi
dengan Rhodamin B dan Methanyl Yellow sebagai indikator.
Kriteria objektif
Menurut BPOM tahun 2009:
a. Aman yaitu apabila tidak terdapat kandungan Rhodamin B ataupun
Methanyl Yelllow dalam jajanan.
b. Tidak aman yaitu apabila terdapat kandungan Rhodamin B ataupun
Methanyl Yelllow dalam jajanan.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif laboratorik yang
menggunakan metode uji kualitatif untuk kandungan zat pewarna sintetik
Rhodamin B dan Methanyl Yellow yang terdapat pada jajanan anak SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar.
33
D. Instrumen Penelitian
1. Alat
Adapun alat yang digunakan berupa chamber elusi, timbangan analitik,
gelas ukur, gelas kimia, corong pisah, labu takar, gelas kimia, pipet tetes, pipet
volum, bulb, spatula, batang pengaduk, plat tetes, Spektrofotometer UV-Vis,
pemanas air, gunting.
2. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah sampel jajanan, Rhodamin B,
benang wol, aquadest, etanol 96%, eter, larutan NaOH 1%, larutan NaOH
10%, larutan amonia 2% (yang dilarutkan dalam etanol 70%,) asam asetat
10%, dan larutan amonia 10% (yang dilarutkan dalam etanol 70%), kertas
saring Whatman No. 42, isopropanol, amonia, aluminiun foil, plastic
wrapping, kertas lakmus, HCl 10%, NaOH 10%, HCl pekat, H2SO4 pekat,
NH4OH 12%.
34
E. Pelaksanaan Percobaan
1. Analisis Rhodamin B dengan Metode Kromatografi Kertas
a) Persiapan Baku Pembanding
1) Timbang 25 mg Rhodamin B, kemudian larutkan dalam 25,0 ml
etanol 96%.
35
36
37
Sampel Makanan
dan Minuman
Jajanan
Pengambilan sampel
secara random
Analisis Laboratorium
38
H. Analisis Data
Data hasil penelitian mengenai kandungan zat pewarna sintetik Rhodamin
B atau Methanyl Yellow pada setiap sampel dianalisis secara deskriptif.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Siswa Di SDN Kompleks Mangkura Kota
Makassar Selama 3 Tahun Terakhir
SDN Kompleks
Tahun
Tahun
Tahun
Mangkura
2010/2011
2011/2012
2012/2013
SDN Mangkura I
506
504
496
SDN Mangkura II
495
495
492
SDN Mangkura III
477
492
489
SDN Mangkura IV
506
505
505
SDN Mangkura V
477
476
462
Total
2.461
2.472
2.444
Sumber: Data Sekunder, 2013
Adapun jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Jumlah Tenaga Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Di
SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar Tahun 2013
SDN
SDN
SDN
SDN
SDN
Guru dan
Mangkura Mangkura Mangkura Mangkura Mangkura
Staf
I
II
III
IV
V
Guru tetap
14
13
14
14
13
Guru tidak
6
7
4
8
4
tetap
Staf
1
1
1
1
1
Administrasi
Jumlah
21
21
19
23
18
Sumber: Data Sekunder, 2013
Banyaknya siswa di SDN Kompleks Mangkura menyebabkan semakin
beragam pula jajanan yang dijual baik itu di dalam kantin sekolah maupun
diluar sekolah. Sekolah ini memiliki 5 kawasan kantin di dalam sekolah dan 2
kawasan di luar sekolah yang menjual berbagai jenis jajanan. Jajanan yang
beragam memicu perlunya untuk lebih memperhatikan tingkat keamanan
pangan mengingat anak Sekolah Dasar belum mampu memilih jajanan yang
41
aman dan baik bagi kesehatannya. Berikut ini adalah gambaran jenis-jenis
jajanan yang dijual di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar :
Tabel 4.3
Gambaran Jenis-Jenis Jajanan di SDN Kompleks Mangkura Kota
Makassar
No
Jenis Makanan Jajanan No
Jenis Minuman Jajanan
1.
Bakso
1. Jus Jeruk
2.
Nugget
2. Es Teh
3.
Tela-Tela
3. Es putar
4.
Kembang gula
4. Berbagai macam produk minuman
5.
Kue Pastel
ringan
6.
Nasi kuning
7.
Nasi Goreng
8.
Ayam goreng
9.
Spagetti
10. Sop Ubi
12. Crepes
13. Siomay
14. Cimol
15. Roti isi
16. Donat
17. Gorengan (ubi, pisang,
tahu, tempe)
18. Brem
19. Manisan buah
20. Berbagai macam produk
makanan ringan
Sumber: Data Primer, 2013
Dapat dilihat dari tabel bahwa jenis-jenis makanan jajanan yang dibuat
sendiri oleh pedagang di SDN Kompleks Mangkura sangatlah bervariasi dan
beragam, sedangkan untuk minuman jajanan lebih banyak dalam bentuk minuman
ringan yang tidak dibuat sendiri pedagang.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Identifikasi Kandungan Rhodamin B Pada Jajanan
Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan pengambilan
sampel jajanan saos nugget yang dicurigai mengandung pewarna
42
Saos
nugget
2
Merah
muda
pudar
UV 354
Standar
Merah
muda
terang
Saos
nugget
1
-
Saos
nugget
2
-
UV 366
Standar
Jingga
Saos
nugget
1
-
Saos
nugget
2
-
Nilai Rf
Standar
jingga
Saos
nugget
1
-
Saos
nugget
2
-
Standar
0,92
43
44
pekat, NaOH 10% dan NH4OH 12%) untuk kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi. Reaksi perubahan warna ungu-merah pada HCl pekat,
ungu pada H2SO4 pekat, tidak berubah warna NaOH 10% dan tidak
berubah warna pada NH4OH 12% menunjukkan adanya pewarna Methanyl
Yellow pada sampel. Berikut ini adalah hasil laboratorium uji Methanyl
Yellow yang terdapat pada jajanan, yaitu:
Tabel 4.5
Hasil Laboratorium Uji Methanyl Yellow Pada Jajanan di SDN Kompleks
Mangkura Kota Makassar
Reagen
No
Sampel
Ket
HCl
H2SO4
NaOH
NH4OH
pekat
pekat
10%
12%
Standar
UnguTidak
Tidak
1.
Methanyl
Ungu
(+)
merah
berubah
berubah
Yellow
Kuning
Tidak
Tidak
Saos Bakso 1
Kuning
(-)
pudar
berubah
berubah
2.
Kuning
Tidak
Tidak
Saos Bakso 2
Kuning
(-)
pudar
berubah
berubah
Bumbu
Merah
JinggaBubuk TelaJingga
Jingga
(-)
muda
cokelat
Tela 1
3.
Bumbu
Merah
JinggaBubuk TelaJingga
Jingga
(-)
muda
cokelat
Tela 2
Kuning
Tidak
Tidak
Jus Jeruk 1
Kuning
(-)
pudar
berubah
berubah
4.
Kuning
Tidak
Tidak
Jus Jeruk 2
Kuning
(-)
pudar
berubah
berubah
Sumber: Data Primer, 2013
Dari hasil percobaan identifikasi pewarna Methanyl Yellow pada
sampel jajanan diatas dengan metode asam, baik pada pemeriksaan
pertama maupun pemeriksaan kedua, dapat dilihat bahwa ketiga sampel
yang diuji tidak menghasilkan reaksi perubahan warna yang menunjukkan
45
46
Tabel 4.7
Distribusi Responden Mengenai Pengetahuan Tentang Pewarna
Makanan di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar
No
Pengetahuan
Persen
Cukup
100%
Kurang
0%
tabel
hasil
distribusi
responden
mengenai
Positif
100%
Negatif
0%
47
C. Pembahasan
1. Analisis Rhodamin B
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan
pemecahan masalahnya yaitu penggunaan bahan tambahan pada bahan
makanan untuk berbagai keperluan. Diantara beberapa bahan tambahan
makanan yang sangat sering digunakan salah satunya adalah pewarna
makanan.
Penelitian mengenai analisis zat pewarna sintetis yang dilarang pada
jajanan anak ini dilakukan karena mengingat seringnya penggunaan zat
pewarna yang digunakan oleh pengusaha makanan dan tidak semua zat
pewarna yang digunakan tersebut diizinkan penggunaanya menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/per/IX/1988 tentang
bahan tambahan makanan.
Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap
jajanan anak sekolah pada bulan November 2005, dimana hasil penelitian
tersebut membuktikan bahwa 2 dari sampel jajanan tersebut positif
mengandung zat pewarna yang dilarang yaitu Rhodamin B (Yuliarti, 2007).
Pada penelitian ini, digunakan metode kromatografi kertas yang
didahului dengan metode serapan wol untuk menganalisis ada tidaknya zat
pewarna Rhodamin B di dalam sampel jajanan, pemeriksaan sampel dilakukan
sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Pemeriksaan ini dilakukan pada satu sampel jajanan yang dicurigai
mengandung Rhodamin B yaitu saos nugget. Dari hasil pemeriksaan
48
49
50
bahwa terdapat kandungan pewarna yang lain pada sampel jajanan sehingga
sangat perlu dilakukan penelitian lebuh lanjut untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan pewarna sintetik yang lainnya. Selain itu, indikator keamanan
pangan jajanan tidak ditentukan hanya berdasarkan dari zat pewarna sintetik.
Faktor kebersihan (hygiene dan sanitasi) juga menentukan kualitas mutu
pangan jajanan. Oleh karena itu, tetap diperlukan sikap kehati-hatian dalam
mengkonsumsi jajanan yang berwarna yang dijual oleh pedagang di sekolahsekolah.
Keamanan ketiga sampel dari zat pewarna Methanyl Yellow tidak terlepas
dari peran penjual jajanan yang pada dasarnya memiliki praktek yang baik
yaitu dengan tidak memberikan zat pewarna pada jajanan mereka. Praktek
tersebut tercermin dari sikap mereka antara lain: penjual bakso membuat
sendiri saos baksonya dengan komposisi cabe, bawang putih dan garam;
penjual tela-tela membeli bumbu bubuk tela-tela bermerk Antaka yang
berlogo DepKes; sedangkan penjual jus jeruk membuat sendiri jus jeruknya
dengan komposisi sari buah jeruk, gula pasir dan air.
Menurut Cahyadi (2009) bahan pewarna sintetis yang dilarang di
Indonesia yang didasarkan pada Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
tentang bahan pewarna, tidak diizinkan menggunakan zat warna Methanyl
Yellow karena pewarna ini hanya digunakan untuk pewarna industri tekstil
(kain), kertas dan cat, tidak boleh digunakan sebagai bahan tambahan untuk
pangan. Methanyl Yellow dengan senyawa azo yang bersifat karsinogenik
51
52
sebagainya. Dan terakhir adalah faktor penguat (reinforcement factor), faktorfaktor ini meliputi undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
Dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih menekankan
pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris
atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan
melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan
rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi
pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan
segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk
memimpin
organisasi
dengan
sendirinya
akan
mendapatkan
penjual tentang
pewarna makanan (Tabel 4.7) tergolong baik. Hal ini dikarenakan semua
penjual jajanan dapat menjawab pertanyaan dari kuesioner yang diberikan
53
dengan benar yang ditandai dengan skor jawaban mereka masuk dalam
kategori cukup. Dengan demikian, apabila pengetahuan seseorang baik, maka
perilaku yang mereka timbulkan akan baik pula sesuai dengan pengetahuan
yang telah mereka dapatkan selama ini. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) yang
menyatakan perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari beberapa
faktor, salah satunya adalah predisposisi (predisposing factors), yang
mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya.
Berdasarkan karakteristik penjual (Tabel 4.6) pada data pendidikannya
menunjukkan bahwa penjual jajanan yang dijual di SD Kompleks Mangkura
memiliki pendidikan yang rendah. Mereka hanya menempuh jenjang
pendidikan sampai SMA dan SMP. Karena pendidikannya rendah maka
pengetahuan, sikap, dan prakteknya umumnya terbatas pada pengalaman dan
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang diperoleh secara turunmenurun.
Namun seiring perkembangan teknologi informasi, pengetahuan tetang bahaya
boraks tidak harus didapatkan melalui pendidikan formal. Para penjual
mengaku mendapatkan informasi tentang bahaya pewarna makanan melalui
media elekktronik saja sehingga mereka memahami resiko yang mereka
dapatkan dan berikan ketika menggunakan pewarna makanan yang dilarang.
Hal ini membuktikan bahwa walaupun mereka tidak memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, tetapi mereka memiliki pengetahuan yang cukup baik
mengenai pewarna makanan.
54
tiga.
Dan
terakhir
yaitu
bertanggungjawab
(responsible),
bertanggungjawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).
Sehingga sikap itu sendiri bisa lahir karena berbagai tingkatan-tingkatan yang
mereka terima dari lingkungan sekitarnya.
55
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu analisis dilakukan hanya
menggunakan 1 metode untuk masing-masing pewarna.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Dari 3 sampel makanan jajanan (saos nugget, saos bakso, bumbu bubuk
tela-tela) yang dianalisa di SDN Kompleks Mangkura, tidak ada yang
ditemukan mengandung zat pewarna Rhodamin B maupun Methanyl
Yellow.
2. Dari sampel minuman jajanan (jus jeruk) yang dianalisa di SDN Kompleks
Mangkura, tidak ditemukan kandungan Methanyl Yellow di dalamnya.
B. Saran
1. Oleh karena tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat kandungan
pewarna yang lain pada sampel jajanan, sangat perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pewarna sintetik
yang lain pada sampel jajanan.
2. Sebaiknya diadakan program-program sosialisasi kepada masyarakat
tentang pentingnya cara memilih makanan yang sehat dan bergizi serta
tidak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet dan
pemanis buatan yang dapat merusak kesehatan.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar agar terus mengadakan pengawasan
dan pemantauan kebersihan dan kualitas makanan dan minuman
khususnya jajanan sekolah yang ada di Kota Makassar agar penjual terus
mempertahankan sikap yang baik dalam menjual.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta:Rineka Cipta.
Andarwulan, N, Madanijah, S, & Zulaikhah, 2009. Laporan Penelitian:
Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak
Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Bogor : Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI.
Badan Standarisasi Nasional, 1995. SNI 01-0222-1995, Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
BPOM Republik Indonesia, 2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS) Serta Upaya Penanggulangannya. Jakarta : Kepala badan POM
Indonesia.
BPOM Republik Indonesia, 2011. Laporan Tahunan. Jakarta : Kepala Badan
POM Indonesia.
Budiyanto, M. A. K., 2004. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Edisi Revisi. Cetakan III.
Malang : UMM Press.
Cahyadi, W., 2009. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Djalil, A. D., 2005, Identifikasi Zat Warna Kuning Metanil (Metanil Yellow)
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada Berbagai
Komposisi Larutan Pengembang, Jurnal Farmasi, Vol. 03, (2), 28-29.
Fadilah, 2006. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) Pada
Makanan Jajanan Anak SDN Kompleks Kota Palopo Tahun 2006. Skripsi
Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasauddin,
Makassar.
Meliono, dkk. 2007. Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Lembaga Penerbitan FEUI.
Menteri Kesehatan RI, 1988. Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :
Menteri Kesehatan.
Menteri Kesehatan RI, 2003. Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan. Jakarta : Menteri Kesehatan.
Nainggolan, & Sihombing, G., 1984. An exploratory Study on Three Synthetic
Colouring Matters Commonly Used Food Colours in Jakarta. Tesis.
58
59
LAMPIRAN 1
Nama
peneliti/
Tahun
Elisabet R
Purba /
2009
Laode
Sumarlin /
2008
Judul
Penelitian
Lokasi, populasi,
sampel
Analisis Zat
- Sekolah Dasar di
Pewarna Pada
Kelurahan Lubuk
Minuman
Pakam III Kota
Sirup Yang
Medan
Dijual di
- Seluruh minuman
Sekolah Dasar
sirup yang dibuat
Kelurahan
oleh penjual sirup
Lubuk Pakam
yang dijajakan di
III Kecamatan
SD Kelurahan
Lubuk Pakam
Lubuk Pakam III
- Minuman sirup
yang berwarna
merah dan kuning
(sebanyak 20
sampel)
Identifikasi
- Di 4 wilayah
Pewarna Sintetis Jakarta dan
Pada Produk
Ciputat, antara
Pangan Yang
lain di pusat
Beredar
keramaian seperti
di Jakarta dan
di pasar dan dekat
Ciputat
sekolah-sekolah.
- Semua produk
pangan yang ada
di Jakarta dan
Ciputat
Ket (sumber)
Masalah
Variabel
Hasil
- Independent:
Minuman
Sirup
Berwarna
- Dependent:
Zat Pewarna
Sintetik
Skripsi FKM
Universias
Sumatera Utara
Medan
Jurnal Program
Studi Kimia
FST UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
- Pangan yang
secara visual
terindikasi
menggunakan
pewarna sintetis
Ni Wayan
Dianti dkk,
2011
Analisis
Keberadaan
Rhodamin B
Pada Ikan
Cakalang Fufu
Yang Beredar
Di Pasaran
Kota
Manado
- Kota Manado
- Seluruh Ikan
Cakalang Fufu
yang dijual di
Pasar Bahu,
Pasar
Karombasan,
Pasar Bersehati
45 dan Pasar
Paal 2 Kota
Manado
- 2 penjual ikan
pada setiap pasar
keberadaan
pewarna sintetis berbagai
produk pangan yang
dikonsumsi masyarakat.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan
oleh Eddy Setyo
Mudjajanto di IPB yang
telah
membuktikan bahwa zat
pewarna rhodamin B
banyak digunakan oleh
produsen pada ikan
asap Di
Kota Manado Ikan asap
disebut dengan ikan
cakalang fufu.
Ikan cakalang fufu adalah
ikan cakalang
yang diawetkan dengan
cara diasapkan.
Bentuknya unik, ikan
dibelah lalu diikatkan
sedemikian rupa pada
sebatang bambu dan
setelah diasap bagian
badannya akan
melengkung. Cakalang
fufu merupakan salah
- Independent:
Rhodamin B
- Dependent:
Ikan
Cakalang
Fufu
botol/orange
(Amaranth,Tartrazine
dan
Kuning FCF/Sunset Yellow) dan
sampel permen merah (Ponceau
4R, Kuning FCF). Namun
sebagian besar berupa pewarna
tunggal.
4 sampel positif mengandung
rhodamin B dengan kadar nilai
rata-rata rhodamin B pada sampel
Sebesar 0,054 g/ml, 0,184 g/ml,
0,103 g/ml, dan 0,514 g/ml.
Jurnal Program
Studi Farmasi
FMIPA
UNSRAT
Wahyu
Utami dan
Andi
Suhendi/20
09
Frihastina
Siti
Khadijah
Lubis,
2011
- Kecamatan
Laweyan
Surakarta
- Seluruh jajanan
yang ada di
pasar-pasar
Kecamatan
Laweyan
Surakarta
- Jajanan pasar
diambil di enam
pasar Kecamatan
Laweyan
Surakarta yang
meliputi warna
merah, bentuk
jajanan (padatan,
semipadatan)
Gambaran
- Di beberapa SD
Penggunaan
di Kecamatan
Zat Pewarna
Medan Kota
Sintetis Pada
- Para penjual
Jajanan Saus
bakso bakar di
Bakso Bakar di
Sekolah Dasar
Sekolah Dasar
Negeri di
Negeri di
Kecamatan
Kecamatan
Medan Kota
Analisis
Rhodamin B
Dalam Jajanan
Pasar
Dengan
Metode
Kromatografi
Lapis Tipis
Jurnal
Penelitian Sains
& Teknologi,
Vol. 10, No. 2,
2009 Fakultas
Farmasi
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Skripsi Fakultas
Kedokteran
Universitan
Sumatera Utara
Medan Kota
Tahun 2011
- Seluruh
pedagang bakso
bakar di Sekolah
Dasar Negeri di
Kecamatan
Medan Kota,
sebanyak 18
sampel
untuk mengkonsumsi
makanan yang diberi
tambahan pewarna ini.
Berdasarkan survei pada
beberapa Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan
Medan Kota terhadap
beberapa jenis jajanan
khususnya saus bakso
bakar terlihat memiliki
warna merah yang
mencolok. Hal ini
mungkin sengaja dibuat
agar jajanan yang
ditawarkan dapat
menambah daya tarik
pembeli untuk membeli
dagangannya. Di samping
itu juga, bakso bakar
adalah jajanan yang paling
diminati anak-anak
Sekolah Dasar saat ini.
mengandung Rhodamin B.
LAMPIRAN 2
Kerangka Teori
Keamanan PJAS
Yunita
Cara Produksi Makanan
yang Baik (CPMB)
Penjamah makanan
Peralatan
Sarana penjaja
Sentra pedagang
Deviyanti
Deviyanti P.
P.
Kontaminasi
Kontaminasi mikrobiologi
mikrobiologi
Zat pengawet
Zat pemanis
Pramutia S.
Cemaran pada PJAS
Zat pewarna
Toksik
Sumber (modifikasi): (BPOM, 2012; Depkes, 2003; Andarwulan dkk dalam Wijaya 2009; Buckle, 2010; Yuliarti, 2007; Cahyadi, 2008; Permenkes, 1988).
LAMPIRAN 3
PANDUAN WAWANCARA
I.
Identitas Responden :
1. N a m a :
2. U m u r :
3. Jenis kelamin : .
4. Alamat : .
5. Pendidikan : .
6. Lama usaha : .
7. Jumlah Tenaga : .
II.
III.
b. Tidak setuju
b. Tidak setuju
b. Tidak setuju
b. Tidak setuju.
IV.
b Tidak setuju.
pembuatan
makanan
menggunakan pewarna?
jajanan,
mengapa
anda
tidak
LAMPIRAN 4
GAMBARAN PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Residu penguapan
dilarutkan 10 ml air yang
telah tercampur dengan 5
ml asam asetat 10%.
sebanyak 2 l cuplikan
sampel dan juga baku
pembanding ditotolkan
pada kertas saring
Dielusikan dalam
Chamber yang berisi
isopropanol:amonia
(100:25 v/v)
LAMPIRAN 7
Cara menentukan nilai dari setiap jawaban benar dan salah untuk
pertanyaan Pengetahuan (Likert)
Jumlah pilihan
:3
Jumlah pertanyaan
:5
:1
:3
:1x5=5
: 5/15 x 100% = 33,3%
: 3 x 5 = 15 = 100%
Interval
: range/kategori
Range (R)
Interval
: 66,7/2 = 33,35%
Kriteria Penilaian
Cukup
: 66,65%
Rendah
: <66,65%
Cara menentukan nilai dari setiap jawaban benar dan salah untuk
pertanyaan Sikap (Gutman)
Sikap (Gutman)
Jumlah pilihan
:2
Jumlah pertanyaan
:5
:0
:1
: 0 x 5 = 0 (0%)
: 1 x 5 = 5 (100%)
Interval
: range/kategori
Range (R)
Interval
: 100/2 = 50%
Kriteria Penilaian
Positif
: 50%
Negatif
: <50%
: 100 50 = 50%
LAMPIRAN 8
Pertanyaan Pengetahuan
No
13
86,67%
13
86,67%
11
73,3%
Pertanyaan Sikap
11
73,3%
3
60%
3
60%
5
100%
LAMPIRAN 9
Benar
Salah
100
50
50
100
50
50
50
50
Benar
Salah
100
75
25
100
50
50
75
25
Nama
: Dian Pertiwi
Suku
: Muna
Agama
: Islam
Alamat
: dee_an17mu@yahoo.com
Riwayat Pendidikan