OLEH :
RESKI HARTIKA SARI
PO.76.3.03.17.1.016
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Makanan merupakan sumber nutrisi tubuh. Tetapi
makanan juga bisa menjadi sumber petaka. Dalam bahan
pangan sering kali terdapat senyawa-senyawa kimia yang tidak
mempunyai nilai nutrisi. Adanya senyawa-senyawa kimia
tersebut selalu dihubungkan dengan sifat-sifat yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang beracun sehingga
membahayakan kesehatan manusia. Senyawa-senyawa kimia
beracun terdapat terdapat dalam berbagai macam bentuk, dari
garam anorganik yang sederhana sampai ke molekul yang besar
dan kompleks. Bahaya yang ditimbulkan dapat berupa
keracunan yang akut, atau yang bersifat jangka lama
(menahun) dan dapat menimbulkan perubahan sifat (mutagen).
Dampak negatif yang bisa terjadi adalah dapat memicu
kanker, kelainan genetik, cacat bawaan ketika lahir, dan lain-
lain. Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahaya
senyawa-senyawa beracun itu dalam kehidupan sehari-hari,
yang perlu di lakukan adalah meminimalkan penggunaannya
sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan.
b. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1. Bagaimana kriteria makanan yang aman untuk dikonsumsi ?
2. Apa saja macam-macam senyawa beracun ?
3. Bagaimana cara menanggulangi bahaya dari senyawa-
senyawa beracun tersebut dalam makanan ?
c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
1. Mengetahui kriteria makanan yang aman untuk dikonsumsi.
2. Mengetahui macam-macam senyawa beracun pada bahan
makanan.
3. Mengetahui cara menanggulangi bahaya dari senyawa-
senyawa beracun tersebut dalam makanan.
d. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Scombroid
Scombroid, jenis keracunan ikan kedua yang tersebar
paling luas setelah ciguatera, adalah akibat mencerna ikan yang
membusuk, dengan gejala yang kadang muncul dalam hitungan
menit setelah makan ikan itu. Ikan yang mungkin mengandung
scromboid diantaranya Sardin, Ikan Teri Ikan Haring, dan
Amberjack. Konsekuensi lain yang mungkin terjadi diantaranya
keracunan scromboid termasuk perasaan terbakar di sekitar
mulut, kulit wajah mengelupas, detak jantung tidak normal.
Memasak dan membekukan ikan tidak akan menetralkan
racunnya
3. Tetrodotoxin
Ikan buntal secara alami memiliki tetrodotoxin dalam
badannya dan keracunan mungkin terjadi setelah memakan
“Fugu” atau masakan Jepang yang dibuat dari ikan Buntal.
Tetrodotoxin adalah salah satu racun alam paling fatal dan
10.000 kali lebih berbahaya dibanding sianida. Jika orang dewasa
hanya mengkonsumsinya sebanyak 0,001 miligram, tetap bisa
berakibat fatal. Tingkat kematian dari keracunan tetrodotoxin
diperkirakan sebesar lebih dari 50%, dan tidak ada penawarnya.
Memasak atau mendinginkan ikan tidak menghilangkan
keberadaan racunnya dan jumlah racunnya dalam satu ekor ikan
Buntal bisa membunuh 30 orang dewasa. Selain ikan Buntal,
Mola-Mola, Ikan Pakol, dan Ikan Landak mengandung
tetrodotoxin. Spesies ini bisa ditemukan di air tropis dan semi-
tropis di seluruh dunia.
4. Kerang Paralitik
Saxitoxin menyebabkan keracunan kerang paralitik dan
dihasilkan oleh dinoflagellate. Racun di dalam alga ini terkumpul
di dalam badan dari pemangsanya seperti remis, kerang tiram
dan scallop. Kerang tercemar saxitoxin ditemukan diseluruh
dunia, namun paling sering ditemukan pada air hangat. Dalam
kasus keracunan paling serius, kelumpuhan otot dan kegagalan
pernafasan mungkin terjadi yang diikuti dengan kematian dalam
dua sampai 25 jam.
5. Kerang Neurotoxic
Brevetoxin bertanggung jawab terhadap keracunan kerang
neurotoksik dan berasal dari dinoflagellate. Konsumsi makanan
yang mengandung tiram, remis atau kerang bisa menyebabkan
gangguan pencernaan, geli di mulut, tangan dan kaki, ketiadaan
koordinasi, dan bahkan pembalikan suhu seperti ciguatera.
6. Kerang Amnesik
Racunnya dikaitkan dengan keracunan kerang amnesik dari
jenis alga merah-bata yang ditemukan di lautan di sekitar Eropa,
Amerika Utara, Asia Timur dan Asia Tenggara. Efek yang kurang
parah dari keracunan termasuk pusing, sakit kepala, dan
kebingungan, namun amnesia dan kematian juga bisa terjadi.
Racun lainnya antara lain seperti asam domoik, yang
menyebabkan keracunan kerang amnesik, yang jarang terjadi.
Namun seperti tercermin dari namanya yang terjadi adalah
mempengaruhi otak manusia dan orang sesungguhnya lupa
tentang apa yang terjadi.
7. Kerang Diarrheal
Gejala lainnya adalah keadaan yang disebut keracunan
kerang diarheal. Sangat jelas lagi dari namanya, keracunan itu
menyebabkan diare hebat dan disebabkan oleh racun bernama
asam okadaik. Dan lagi, dia berasal dari alga mikroskopik yang
bisa membentuk ledakan populasi yang terlihat sebagai bagian
gelombang merah Sangatlah sulit merawat sakit diarenya yang
menyebabkan lapisan epithelium usus terlepas dari jaringannya,
jadi tidak seperti sesuatu yang bisa Anda minta ke para ahli
kimia dan mendapat obat anti-diare untuk digunakan sebagai
obat.. Ini sejenis diare yang sangat parah.
2.3.2 Senyawa Beracun Sintetis
Bahan-bahan yang bersifat racun yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Sakarin (Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan
sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa.
Oleh karena itu ia sangat populer dipakai sebagai bahan
pengganti gula. Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5%
sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa
kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin
sehari untuk orang dewasa seumur hidup). Sekalipun hasil
penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para
epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang
meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada
manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai,
khususnya pada kaum laki-laki. Food and Drug
Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi
penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis
dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap
harinya.
2. Siklamat (Cyclamate)
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-
kira 30 kali lebih manis dari pada gula tebu (dengan kadar
siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana kadar larutan dinaikkan
sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit. Siklamat
dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit
dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan
kromosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang
diberi sikiamat dalam jangka lama tidak menunjukkan
pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk
makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di
beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.
3. Nitrosamin
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau
sedikit semu kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-
butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat
digemari, antara lain untuk mempertahankan warna asli daging
serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet,
dendeng, ham, dan lain-lain. Sodium nitrit adalah precursor dari
nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat
karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena
itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh
melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang
mengandung sodium nitrit.
4. Zat Pewarna Sintetis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat
pewarna sintetis yang paling banyak digemari di Indonesia
adalah warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari
lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah
Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini
termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas,
tekstil, cat, kulit, bukan untuk makanan dan minuman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat warna
tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma. Selain
itu, boraks, juga merupakan zat pewarna favorit yang sering
digunakan oleh produsen makanan.
5. Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap
masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumah tangga,
warung nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan
masa kini dari mulai camilan untuk anak-anak seperti chiki dan
sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai makanan tradisional
sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang sudah
dibubuhi MSG atau vetsin. Pada hewan percobaan, MSG dapat
menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel-sel neuron,
degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina,
menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati,
kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.
6. Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwana dan baunya
sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 %
formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15 %
sebagai pengawet. Barang ini biasa digunakan sebagai bahan
perekat untuk kayu lapis dan desinfektan untuk peralatan rumah
sakit serta untuk pengawet mayat. Formalin juga dilarang keras
digunakan untuk pengawet makanan. Bahaya formalin jika
terhirup, terkena kulit dan tertelan, bisa menyebabkan luka
bakar, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya
kanker pada manusia. Bila tertelan sebanyak 2 sendok makan
saja atau 30 mL formalin bisa menyebabkan kematian. Gejala
yang ditimbulkan jika formalin tertelan maka mulut, tenggorokan
dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, diare,
kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu,
juga bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Beberapa
makanan yang ditemukan mengandung formalin sebagai
pengawet di antaranya mie basah, tahu, baso, ayam dan ikan
serta beberapa hasil laut lainnya.
7. Boraks
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih,
tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal. Boraks
merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan
nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai
dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam
borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat
antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini
haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup,
mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran
pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika
boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan
shock dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan
badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian
atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare,
lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala. Penyalahgunaan
boraks untuk makanan telah ditemukan pada mi basah, bakso,
kerupuk dan jajanan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak
mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia
berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga
sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan
dengan kesehatan manusia
2. Senyawa beracun dalam makanan dapat berasal dari
senyawa alami, sintesis, mikroba, serta residu pencemaran.
a. Senyawa beracun alamiah diantaranya pada solanin dan
chaconine pada kentang serta kafein pada kopi.
b. Senyawa beracun sintetis diantarnya sakarin dan siklamat.
c. Senyawa beracun dari mikroba yaitu bakteri patogen
diantaranya Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
d. Residu pencemaran yang terkontaminasi dengan tumbuh-
tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia, seperti residu
pestisida.
3. Untuk menanggulangi senyawa beracun yang terdapat dalam
makanan tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahaya
senyawa-senyawa beracun itu dalam kehidupan sehari-hari, yang
perlu dilakukan adalah meminimalkan penggunaannya sehingga
tidak melewati ambang batas yang disarankan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah :
1. Hendaknya kita lebih teliti dalam memilih makanan maupun
minuman yang sehat.
2. Meningkatkan kewaspadaan kita terhadap senyawa-
senyawa beracun yang terkandung dalam makanan dan
minuman.
3. Dari beberapa contoh bahan kimia beracun yang sehari-hari
dipergunakan sebagai zat tambahan dalam makanan dan dipakai
secara meluas di kalangan masyarakat, maka bahaya dalam
jangka panjang sudah dapat perkirakan. Untuk mencegah hal ini,
pemerintah harus sudah berani melakukan tindakan preventif
mulai sekarang dan jangan menunggu-nunggu kalau sudah ada
korban.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2007. Zat-Zat Kimia Beracun yang Sering Dimakan
Manusia. http://www.smallcrab.com. (Diakses pada tanggal
14 Mei 2014)
Anonim b. 2013. Senyawa Beracun dalam Makanan.
Senyawaberacun.blogspot.com (Diakses pada tanggal 14 mei
2014).
Fachruddin, L. 1998. Memilih dan Memanfaatkan Bahan
Tambahan Makanan. Trubus Agriwidya. Ungaran.
Junaidi, M dkk. 2001. Buku Ajar Pengetahuan Bahan Hasil
Pertanian. Unram Press. Mataram.
Muchtadi, Tien, R. dan Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Artikel Terkait