Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 7, No.4, 148-155, Desember 2018

UJI FITOKIMIA EKSTRAK BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook.f)


DAN DAYA HAMBATNYA TERHADAP Staphylococcus aureus
Phytochemical Test Of The Extract Star Anise (Illicium Verum Hook.F) And Inhibitory Power
Against Staphylococcus Areus

Ave Regina Rosari1) , Agus Selamet Duniaji2), Komang Ayu Nocianitri2)


1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
2)
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

This study aims to determine the levels of tannin and flavonoid compounds, as well as to determine the
concentration of the extract of star anise (Illicium verum Hook.f) was most appropriate by used aquades solvent
against the growth of Staphylococcus aureus. This research used experimental method with 5 kind of
concentration which are 20%, 40%, 60%, 80% and 100%, each treatment was repeated 3 times to obtain 15
experimental units. The observed variables were quantitative testing of flavonoid and tannin compounds and
create an inhibition zone produced by antimicrobial activity of the extract of star anise on Staphylococcus
aureus. The data of this research are presented in the form of tables, figures and analyzed descriptively. The
results showed that the extract contained flavonoid compounds of 0.106% and tannins of 1.018%. The extract of
star anise can inhibit Staphylococcus aureus at a concentration of 40% with an average 7.03 mm inhibition
zone.

Keywords:Star anise, Staphylococcus aureus, antibacterial.

PENDAHULUAN dijadikan sebagai bumbu rempah adalah


bagian buahnya yang berbentuk bintang,
Rempah adalah bagian tumbuhan yang karena pada buahnya terdapat biji yang
memiliki aroma atau rasa kuat yang digunakan mengandung minyak atsiri dan resin
dalam jumlah kecil dalam makanan sebagai (Parthsaratthy, 2008). Buah dari bunga lawang
pengawet atau perisa dalam masakan. Rempah mengandung minyak atsiri (anethole 85-90%),
merupakan bagian terpenting dari masakan resin, lemak, tanin, pektin, terpen, limoeonene,
karena jika rempah tidak dimasukkan maka estradol, safrol, timokuinon, flavonoid,
citarasa dan aroma dari masakan tersebut glukosida, saponin (Ali, et al., 2010).
berkurang (Muchtadi, et al., 2010). Bunga Staphylococcus aureus merupakan salah
lawang merupakan salah satu jenis tanaman satu mikroba yang bersifat patogen Gram
populer di Indonesia yang biasa digunakan positif yang sering terdapat dalam makanan
sebagai bumbu rempah. Di Indonesia, bunga (Octaviantris, 2007). Bahan makanan sumber
lawang digunakan oleh beberapa daerah yang pencemaran Staphylococcus aureus yang
memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam, menimbulkan wabah adalah daging babi,
contohnya gulai Aceh, Rendang Minang, produk roti, daging sapi, kalkun, ayam dan
masakan Jawa, dan Bali (Anonim, 2017). telur (Nugroho, 2004). Keracunan makanan
Bagian utama bunga lawang yang sering dapat disebabkan oleh kontaminasi

*Korespondensi Penulis:
Email: ave.regina94@gmail.com1

148
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

enterotoksin dari Staphylococcus aureus. (Memmert), rotary vacuum evaporator (IKA),


Waktu gejala dari keracunan karena spektofotometer Uv-Vis, labu takar, autoclave,
Staphylococcus aureus biasanya cepat dan tip, bunsen, korek api, rak tabung, tabung
akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan reaksi, gelas beker, gelas ukur, jangka sorong,
banyaknya toksin yang termakan. Gejala hot plate, vortex, cawan petri, botol
keracunan Staphylococcus aureus ditandai penyemprot alkohol, pipet tetes, talenan, pisau.
oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare
yang hebat tanpa disertai demam (Ryan et al., Rancangan Percobaan
1994). Penelitian ini menggunakan metode
Abdillah, (2006) melaporkan bahwa eksperimental dengan perlakuan konsentrasi
tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri ekstrak bunga lawang (Illicium verum Hook.f),
umumnya memiliki metabolit sekunder seperti yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
senyawa golongan flavonoid yaitu jenis 100%. Penelitian dilakukan dengan tiga kali
flavon, flavonol, flavononon, tanin, alkanoid ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan.
dan saponin. Bunga lawang memiliki Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
kandungan zat saponin, tanin dan flavonoid analisis deskriptif.
yang mampu menghambat pertumbuhan
bakteri. Senyawa yang ada pada bunga lawang Pelaksanaan Penelitian
bisa didapatkan dengan cara ekstraksi. Hasil Pembuatan ekstrak bunga lawang
dari ekstraksi bunga lawang kemudian diuji Bunga lawang kering diblender kemudian
kandungan fitokimia secara kuantitatif untuk diayak dengan ayakan 60 mesh. Setelah itu
mengetahui sebarapa banyak senyawa aktif bunga lawang ditimbang sebanyak 760 gram
yang dimiliki oleh bunga lawang dan menguji dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 4560
daya hambatnya terhadap bakteri ml (1:6), kemudian dimaserasi selama 24 jam.
Staphylococcus aureus. Ekstrak disaring untuk memisahkan ampas dan
filtratnya. Selanjutnya filtrat dievaporasi pada
METODE PENELITIAN suhu 40o C sehingga didapatkan ekstrak bunga
lawang. Ekstrak bunga lawang yang diperoleh
Bahan dan Alat disimpan sebelum digunakan.
Bahan utama yang digunakan adalah
bunga lawang yang sudah kering yang berasal Uji Kuantitatif Flavonoid
dari Pasar Badung, Bali. Bahan kimia yang Ekstrak bunga lawang ditimbang sebanyak
digunakan adalah aquades, almunium foil, 0,1 g kemudian ditambahkan dengan etanol
etanol 96%, kertas saring, kertas whatman 50% sebanyak 5 ml, setelah itu dihomogenkan
no.1, isolate bakteri Staphylococcus aureus dan disentrifus 3000 rpm selama 15 menit.
yang diperoleh dari Laboratorium Supernatan kemudian disaring, dan filtrat yang
Mikrobiologi Pangan Program Studi Ilmu dan didapatkan dipipet sebanyak 0,5 ml dan
Teknologi Pangan FTP, Nutrien Broth (NB), ditambahkan dengan aquades 0,5 ml lalu
Nutrien Agar (NA), Lactose broth (LB), AlCl3 ditempatkan pada tabung reaksi. Ditambahkan
2% (Merck), Safranin, Kristal violet, lugol, 1,0 ml Almunium klorida 2%. Diinkubasi pada
Na2CO3 (5%), standar kuarsetin, alkohol suhu kamar selama 30 menit. Diukur
95%, tissue, spirtus, kertas label dan plastik. absorbansinya pada panjang gelombang 415
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian nm.
ini adalah jarum ose,batang bengkok, Pembuatan standar kuersetin. Ditimbang
timbangan analitik, erlenmeyer (Herma), 0,1 g standar kuersetin, kemudian diencerkan
mikropipet (IKA), freezer, incubator menjadi 100 ml (100mg/L) dengan etanol

149
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …

50%. Dibuat serangkaian larutan kuersetin dibersihkan dan diviksasi diatas Bunsen.
dalam dalam etanol dengan konsentrasi 0, 10, Preparat ditetesi dengan Kristal violet dan
20, 30, 40, 50 mg/L. lalu dibuat seri didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas
pengenceran sebanyak masing-masing 5 ml dengan air mengalir dengan posisi preparat
dan dipipet masingmasing standar 1,0 ml. dimiringkan. Preparat yang sudah dibilas
Masing-masing larutan ditambahkan 1,0 ml dengan air kemudian ditetesi larutan lugol dan
Almunium klorida 2%. Diinkubasi pada suhu didiamkan selama 1 menit, kemudian dicuci
kamar selama 30 menit. Diukur absorbansinya lagi dengan air mengalir. Hilangkan warna
pada panjang gelombang 415 nm. yang masih melekat pada preparat dengan
menambahkan larutan aseton alkohol selama 1
Uji Kuantitatif Tanin menit dan bilas dengan air mengalir. Warnai
Ekstrak bunga lawang ditimbang sebanyak kembali menggunakan saftranin, diamkan 30
0,01 gram, kemudian dilarutkan dalam 10 ml detik, kemudian bilas lagi dengan air mengalir.
aquades panas setelah itu dihomogenkan dan Preparat yang sudah dibilas dengan air
disentrifugasi 3000 rpm selama 15 menit. dikeringkan dengan kertas saring kemudian
Supernatan disaring kemudian dipipet campurkan 1 ose biakan dengan larutan
sebanyak 0,25 ml dan ditambahkan dengan nigrosin dan gelas preparat direkatkan.
0,25 ml follin dennis dan divortex. Setelah itu Preparat yang dibuat diamati pada mikroskop.
ditambahkan 2 ml Na2CO3 (5%). Diinkubasi
selama 30 menit dan dibaca nilai Stok Kultur Staphylococcus aureus
absorbansinya pada panjang gelombang 725 Bakteri yang telah disegarkan diambil
nm. menggunakan jarum ose, lalu ditanamkan pada
Pembuatan standar tannin yaitu, dibuat media Nutrien Agar miring dengan cara
serangkaian standar tannin yakni ditimbang menggores, setelah itu diinkubasi dalam
asam tanat 0,01 g dan diencerkan menjadi 100 inkubator pada suhu 37o C selama 24 jam
ml (100mg/L) dengan aquades. Dibuat (Silaban, 2009).
konsentrasi 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100 mg/L.
Dipipet masing-masing konsentrasi sebanyak Uji Daya Hambat Staphylococcus aureus
0,25 ml ke dalam tabung reaksi dan Kultur bakteri disegarkan ke dalam media
ditambahkan 0,25 ml follin-denis dan 2 ml Lactose Broth sebayak 1 ose kemudian
Na2CO3 pada masing-masing konsentrasi. diinkubasi pada suhu 37o selama 24 jam.
Diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Lactose Broth yang telah ditumbuhi
Diukur absorbansinya pada panjang Staphylococcus aureus diambil sebanyak 100
gelombang 725 nm. μL dan disebar ke dalam cawan petri yang
berisi media Nutrien Agar yang sudah
Penyegaran Bakteri Staphylococcus aureus disterilkan dan memadat dengan menggunakan
Bakteri Staphylococcus aureus dari media batang bengkok lalu media tersebut didiamkan
Nutrient Agar diinokulasikan sebanyak 1 ose ± 15 menit (Surjoardojo, et al., 2015). Tabung
ke dalam 7 ml medium Nutrient Broth steril. durham yang sudah disterilkan kemudian
Setelah itu inokulum diinkubasi dalam ditusukan ke cawan petri yang berisikan
inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Nutrien Agar supaya berlubang sebanyak 3
bagian. Setelah itu ekstrak bunga lawang yang
sudah dibuat dalam konsentrasi 20%, 40%,
Uji Konfirmasi Staphylococcus aureus 60%, 80% dan 100% diinjeksikan ke dalam
Isolat bakteri yang telah disegarkan lubang yang telah dibuat sebanyak 0,20 μg dan
diratakan pada kaca objek yang sudah

150
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu dapat mempengaruhi kandungan senyawa
37oC. dalam tumbuhan. Faktor geografis (kondisi
lahan atau tanah, ketinggian tempat tumbuh,
Variabel yang Diamati intensitas cahaya, kandungan nutrisi pada
Variabel yang diamati adalah kadar tanah) juga berpengaruh dalam jumlah
flavonoid (Rahman et al., 2006), kadar tanin kandungan senyawa yang ada dalam
(Suhardi,1997), dan daya hambat terhadap tumbuhan. Perbedaan hasil jumlah kandungan
Staphylococcus aureus dengan cara zat ini juga dapat terjadi karena jenis pelarut
menggunakan metode sumuran (Khusnul, yang digunakan berbeda. Pelarut yang
2016). digunakan pada penelitian ini adalah aquades,
sementara pada penelitian Yang et al pelarut
HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan adalah etanol. Menurut Riyani
et al., (2015) flavonoid larut pada pelarut
Pengujian Fitokimia (Kuantitatif) aquades, etanol dan metanol. Air dan etanol
Pengujian senyawa fitokimia ekstrak yang bersifat polar, namun kadar flavonoid
bunga lawang dilakukan secara kuantitatif. dengan pelarut etanol lebih tinggi
Kandungan senyawa fitokimia ekstrak bunga dibandingkan dengan kadar flavonoid dengan
lawang dapat dilihat pada Tabel 1. pelarut aquades. Kemungkinan tingkat
kepolaran etanol sama dengan tingkat
Tabel 1. Kandungan Senyawa Fitokimia kepolaran flavonoid dimana menurut
Ekstrak Bunga Lawang Sudarmadji et al., (1997). Efektivitas ekstraksi
Senyawa Fitokimia Jumlah dipengaruhi oleh tingkat kelarutan bahan
Flavonoid 0,106% dengan pelarut. Suatu senyawa akan larut pada
Tanin 1,018% pelarut dengan tingkat kepolaran yang sama.
Tingkat kepolaran suatu pelarut dinyatakan
Berdasarkan Tabel 1. ekstrak bunga lawang dengan besarnya konstanta dielektrium.
memiliki kadar flavonoid sebesar0,106% dan Konstanta dielektrium dinyatakan sebagai
kadar tanin sebesar 1,018%. Total flavonoid gaya tolak menolak antara dua partikel yang
yang diperoleh pada penelitian ini berbeda bermuatan listrik dalam satu molekul. Semakin
jumlahnya dengan penelitian yang dilakukan tinggi konstanta dielektriumnya maka pelarut
oleh Yang et al., (2012) dimana pada akan semakin bersifat polar.
penelitian tersebut menghasilkan flavonoid
sebesar 6,63% dari ekstrak bunga lawang Uji Konfirmasi Staphylococcus aureus
dengan pelarut etanol. Kandungan tanin pada Pengujian konfirmasi terhadap
ekstrakbunga lawang sebesar 1,018% (Tabel Staphylococcus aureus meliputi bentuk dan
1). Tanin merupakan senyawa makromolekul warna koloni, pewarnaan Gram, dan bentuk
dari golongan polifenol yang berisifat polar sel. Hasil uji konfirmasi bakteri
sehinga larut dalam pelarut polar (Fengel dan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
Wegener, 1995). Tabel 2.
Bermawie et al., (2008) menyatakan bahwa Tabel 2. Uji Konfirmasi bakteri
perbedaan hasil jumlah kandungan zat yang Staphylococcus aureus
terbentuk pada tanaman dapat dipengaruhi Parameter Yang Diamati Hasil
oleh beberapa faktor diantaranya seperti faktor Bentuk koloni Bulat
lingkungan dan geografis. Faktor lingkungan Warna koloni Kuning keemasan
Pewarnaan Gram Gram positif
banyak yang tidak bisa dikontrol seperti iklim,
Bentuk sel Bulat
polusi, hama dan penyakit tumbuhan yang

151
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perbedaan golongan besar antara bakteri Gram
Staphylococcus aureus memiliki bentuk koloni positif dan negatif. Hal ini dibuktikan dengan
bulat, warna koloni kuning, termauk bakteri terbentuknya warna ungu pada isolat bakteri
Gram positif dan memiliki bentuk sel bulat. Staphyloccocus aureus pada kaca preparat
Hasil pengamatan terhadap bentuk koloni yang sudah ditetesi dengan safranin. Safranin
Staphylococcus aureus sesuai dengan yang berwarna merah tidak mempengaruhi
pernyataan Jawetz et al., (1996) yang Staphylococcus aureus yang sudah ditetesi
menyebutkan Staphylococcus aureus dengan kristal violet terlebih dahulu.
merupakan bakteri Gram positif berbentuk Penambahan safranin tidak berpengaruh pada
bulat dan berdiamter 0,7-1,2 μm, tersusun bakteri Gram positif, sedangkan bakteri Gram
dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur negatif akan menyerap zat warna sehingga
seperti buang anggur, fakultatif anaerob, tidak mempertegas warna merah pada bakteri Gram
membentuk spora, dan tidak bergerak. Bahkan negatif (Fardiaz, 1989). Perubahan warna ini
disebutkan bakteri ini tumbuh pada suhu disebabkan karena bakteri Gram positif 90%
optimum 37o C, tetapi membentuk pigmen dari dindingnya terdiri dari lapisan
paling baik pada suhu kamar 20-25 oC. peptidoglikan dan lapisanlainnya adalah asam
Pengamatan terhadap warna koloni teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif hanya
Staphylococcus aureus pada media Nutrient memiliki 5-20% peptidoglikan dan lapisan
Agar dihasilkan koloni berbentuk bulat lainnya terdiri dari protein, lipoposakarida
berwarna kuning keemasan. Jumlah koloni danlipoprotein. Perbedaan ketebalan lapisan
dalam satu cawan adalah sebanyak 8,6 x 10- peptidoglikan bakteri Gram positif danbakteri
15. Penelitian lain tentang Staphyloccocus Gram negatif mempengaruhi dari pewarnaan
aureus juga menyatakan pada pembenihan Gram karena bakteri Gram positif saat proses
padat koloni bakteri ini berwarna abu-abu pencucian dengan alkohol setelah penambahan
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, kristal violet dan lugol akan tetap berwarna
halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz et al., ungu, sedangkan bakteri Gram negatif akan
1996). Pengamatan bentuk dan warna koloni berubah warna menjadi merah karena tidak
dapat dilihat pada Gambar 3. cukup tebal memiliki peptidoglikan yang
keluar dari dinding sel akibat pencucian oleh
alkohol. Hasil pengamatan bakteri dengan
mikroskop pada pembesaran 1000x dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Pengamatan bentuk dan warna


koloni Staphylococcus aureus

Hasil dari pengamatan secara mikroskopik Gambar 4. Pengamatan bakteri Staphylococcus


menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus aureus dengan mikroskop
merupakan bakteri Gram positif. Pewarnaan padapembesaran 1000x
Gram sangat berpengaruh untuk mengetahui

152
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Daya Hambat Ekstrak Bunga Lawang


Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus
Penelitian ini menguji aktivitas antibakteri
ekstrak bunga lawang (Illicium verum Hook.f)
terhadap Staphylococcus aureus dengan
melihat terbentuk atau tidaknya diameter zona
hambat. Diameter zona hambat terhadap
Staphylococcus aureus dalam berbagai Gambar 5. Pembentukan zona bening oleh
konsentrasi ekstrak bunga lawang diuji dengan ekstrak bunga lawang terhadap
metode sumuran. Metode ini umum digunakan pertumbuhan Staphylococcus aureus
dalam uji aktivitas antibakteri karena lebih
efektif untuk menghambat pertumbuhan Berdasarkan Tabel 3, diameter
bakteri dan zat aktif dapat berdifusi langsung penghambatan Staphylococcus aureusberkisar
tanpa penghalang kertas cakram (seperti pada antara 5,76 mm sampai 10,36 mm. Diameter
metode Kirby Bauer, 1976). Selain itu, dengan penghambatanStaphylococcus aureus terbesar
metode ini dapat diketahui luas zona hambat. diperoleh pada perlakuan ekstrak bunga
Diameter zona hambat merupakan petunjuk lawangdengan konsentrasi 100% yaitu sebesar
aktivitas bakteri uji, semakin besar zona 10,36 mm. Sedangkan diameter
hambat maka aktivitas antibakteri semakin penghambatan Staphylococcus aureus terkecil
besar pula (Panagan dan Syarif, 2009). diperoleh pada perlakukan ekstrak bunga
Hasil dari pengujian daya hambat ekstrak lawang 20% yaitu sebesar 5,76mm.
bunga lawang terhadappertumbuhan Peningkatan konsentrasi ekstrak bunga
Staphylococcus aureus dapat dilihat pada lawang akan diikuti oleh peningkatan
Tabel 3 dan Gambar 5. konsentrasi zat bioaktif, sehingga aktivitas
antibakteri akan semakin tinggi. Hal ini
Tabel 3. Diameter penghambatan ekstrak ditandai dengan bertambahnya diameter zona
bunga lawang dengan pelarut hambat di sekitar sumuran. Pan et al., (2009)
aquades terhadap pertumbuhan menyebutkan kategori daya hambat pada
Staphylococcus aureus diameter penghambatan dikelompokan
Perlakuan Diameter Kategori menjadi tiga kategori yaitu pertama termasuk
(Konsentrasi) Penghambatan Daya kategori lemah dengan diameter
(mm) Hambat penghambatan 0 mm - 3 mm, kedua termasuk
20% 5,76 ± 0,23 Sedang kategori sedang dengan diameter
40% 7,03 ± 0,05 Kuat penghambatan adalah 3 mm – 6 mm dan
60% 7,13 ± 0,55 Kuat
80% 8,36 ± 0,11 Kuat ketiga termasuk kategori kuatdengan diameter
100% 10,36 ± 1,58 Kuat penghambatan >6 mm. Suatu bahan dikatakan
*Keterangan ± : Standar deviasi mempunyai aktivitas antibakteri apabila
diameter hambatan yang terbentuk lebih besar
atau sama dengan 6 mm. (Suciati et al., 2012).
Perlakuan konsentrasi 20% termasuk dalam
kategori daya hambat yang sedang dan
konsentrasi 40% sampai dengan konsentrasi
100% termasuk dalam kategori daya hambat
kuat.

153
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …

Tabel 3. menunjukan terjadinya Saran


peningkatan diameter penghambatan terhadap 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Staphylococcus aureus yang berbanding lurus mengenai daya hambat ekstrak
dengan perlakuan konsentrasi yaitu semakin bungalawang terhadap bakteri lain.
tinggi konsentrasi ekstrak bunga lawang 2. Perlu dilakukan pengujian kuantitatif
semakin tinggi juga daya hambat terhadap terhadap senyawa saponin yang
pertumbuhan Staphylococcus aureus. terdapatdalam ekstrak bunga lawang
Kemampuan daya hambat ekstrak bunga
dengan pelarut aquades.
lawang terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus pada Tabel 3 tidak terlepas dari peran
senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak DAFTAR PUSTAKA
bunga lawang. Hasil uji kuantitatif fitokimia
ekstrak bunga lawang (Tabel 1) menyatakan Abdillah, A. 2006. Aktivitas Antiproliferasi
bahwa bunga lawang mengandung senyawa Ekstrak Air Daun Sisik Naga
antibakteri yaitu flavonoid sebanyak 0,106% (Pyrrosianummularifolia (Sw.) Ching)
dan tanin sebanyak 1,018%. Flavonoid bersifat terhadap Sel Lestari Tumor HeLa secara
desinfektan yang bekerja dengan In Vitro [Skripsi]. Bogor. Institut
caramendenaturasi protein yang dapat Pertanian Bogor.
menyebabkan aktivitas metabolisme sel
bakteri berhenti (Wibowo, 2012), sedangkan Ali, R.M., A.S, Zainon., M.M, Nik., and H,
tanin mempunyai daya antibakteri yaitu Norhar. 2010. ASEAN Herbal and
melalui reaksi dengan membran sel dimana Medicinal Plants. Jakarta: ASEAN
tanin menyerang polipeptida dinding sel Secretariat. Halaman 325-326.
sehingga pembentukan dinding sel menjadi
kurang sempurna menyebabkan sel bakteri Anonimus. 2017. Bunga
lisis karena tekanan osmotik sehingga sel Lawang.https://id.wikipedia.org/wiki/Bu
bakeri akan mati (Sari, 2011), inaktivasi enzim nga_lawang.Diakses pada tanggal 12
dan inaktivasi fungsi materi genetik dimana April 2018.
tanin menghambat enzim reverse traskriptase
dan DNA topoisomerase sehingga Bermawie, N., Purwiyanti, dan S., Mardiana.
mengakibatkan sel bakteri tidak dapat 2008. Keragaman Sifat Morfologi hasil
terbentuk (Nuria et al., 2009). dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
(Centella asiatica(L.)urban). Bul.Littro.
SIMPULAN DAN SARAN 19(1):1-17.

Simpulan Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan.


1. Kadar flavonoid yang dihasilkan dari Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fateta IPB. Bogor.
ekstrak bunga lawang dengan pelarut
aquades sebesar 0,106% dan kadar tanin Fengel, D. and G. Wegener. 1995. Kayu:
yang dihasilkan sebesar 1,018%. Kimia Ultrastruktur Reaksi-Reaksi.
2. Ekstrak bunga lawang dapat menghambat Gadjah Mada University Press,
pertumbuhan Staphylococcus aureus Yogyakarta.
dengan kategori diameter penghambatan
kuat pada konsentrasi 40% yaitu sebesar Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg.
7,03 mm. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi

154
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

20, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J.
EGC; 228-231. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt, and
C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology
Muchtadi, R. 2010. Ilmu Pengetahuan Pangan. An Introduction to Infectious Diseases.
Bandung: AlfaBeta. 3rd ed. Connecticut: Appleton & Lange.
P.254.
Nugroho, W.S. 2004. Aspek Kesehatan
Masyarakat Veteriner Staphylococcus, Sari, F.P. dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi Zat
Bakteri Jahat yang Sering Disepelekan. Aktif Antimikroba dari Tanaman
Artikel {terhubung Yodium (Jatropha multifida Linn)
berkala}.http://weesnugroho.staff.ugm.a sebagai Bahan Baku Alternatif
c.id/wpcontent/staphylococcus- Antibiotik Alami. Semarang: Fakultas
padadaging.pdf. Diakses pada 12 April Teknik Universitas Diponogoro.
2018.
Suciati, A. 2012. Efektivitas ekstrak daun
Nuria, maulita., Faizaitun, Arvin,. dan Rhizopora mueronata dalam
Sumantri. 2009. Uji Aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Aeromonas salmonicida dan Vibrio
Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap harveyi. Jurnal rekayasa dan teknologi
BakteriStaphylococcus aureus ATCC budidaya perairan. Unila.
25923, Escherichia coli ATCC 1408.
Mediagro 5(2):26-37. Wibowo, S. 2012. Daya Hambat Biji Buah
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Octaviantris, F. A. 2007. Deteksi Bakteri terhadapPertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus pada Susu Bubuk Salmonella tpyhi. Skripsi. Unimus Press,
Skim (Skim Milk Powder) Impor. Semarang.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yang, C. Hong, C.F. Rong, C.H. Wei, W.H.
Panagan, A. T., Syarif, Nirwan. 2009. Uji Ming, H.M. Che and C.L.Yeh. 2012.
Daya Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Investigation of the antioxidant activity
Kayu Pelawan (Tristania abavata) of Illicium verum extracts. Journal of
terhadap Bakteri Escherichia coli. Medicinal Plants Research Vol. 6(2), pp.
JPSMIPAUNSRI. (C) 09:12-06. 314-324.

Parthasarathy, V.A., C. T. Thageerathy., and


A. John. 2008. Chemistry of Spices.
India: Spi. Pondicherry. Halaman 319-
330.

Riyani, A dan R. Adawiah. 2015. Ekstraksi


Flavonoid metode Soxhletasi dari batang
pohon pisang ambon (Musa paradisiaca
var. sapientum) dengan berbagai jenis
pelarut. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015
(SNIPS 2015). ISBN: 978-602-19655-8-
0:625-628.

155

Anda mungkin juga menyukai