ABSTRACT
This study aims to determine the levels of tannin and flavonoid compounds, as well as to determine the
concentration of the extract of star anise (Illicium verum Hook.f) was most appropriate by used aquades solvent
against the growth of Staphylococcus aureus. This research used experimental method with 5 kind of
concentration which are 20%, 40%, 60%, 80% and 100%, each treatment was repeated 3 times to obtain 15
experimental units. The observed variables were quantitative testing of flavonoid and tannin compounds and
create an inhibition zone produced by antimicrobial activity of the extract of star anise on Staphylococcus
aureus. The data of this research are presented in the form of tables, figures and analyzed descriptively. The
results showed that the extract contained flavonoid compounds of 0.106% and tannins of 1.018%. The extract of
star anise can inhibit Staphylococcus aureus at a concentration of 40% with an average 7.03 mm inhibition
zone.
*Korespondensi Penulis:
Email: ave.regina94@gmail.com1
148
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
149
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …
50%. Dibuat serangkaian larutan kuersetin dibersihkan dan diviksasi diatas Bunsen.
dalam dalam etanol dengan konsentrasi 0, 10, Preparat ditetesi dengan Kristal violet dan
20, 30, 40, 50 mg/L. lalu dibuat seri didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas
pengenceran sebanyak masing-masing 5 ml dengan air mengalir dengan posisi preparat
dan dipipet masingmasing standar 1,0 ml. dimiringkan. Preparat yang sudah dibilas
Masing-masing larutan ditambahkan 1,0 ml dengan air kemudian ditetesi larutan lugol dan
Almunium klorida 2%. Diinkubasi pada suhu didiamkan selama 1 menit, kemudian dicuci
kamar selama 30 menit. Diukur absorbansinya lagi dengan air mengalir. Hilangkan warna
pada panjang gelombang 415 nm. yang masih melekat pada preparat dengan
menambahkan larutan aseton alkohol selama 1
Uji Kuantitatif Tanin menit dan bilas dengan air mengalir. Warnai
Ekstrak bunga lawang ditimbang sebanyak kembali menggunakan saftranin, diamkan 30
0,01 gram, kemudian dilarutkan dalam 10 ml detik, kemudian bilas lagi dengan air mengalir.
aquades panas setelah itu dihomogenkan dan Preparat yang sudah dibilas dengan air
disentrifugasi 3000 rpm selama 15 menit. dikeringkan dengan kertas saring kemudian
Supernatan disaring kemudian dipipet campurkan 1 ose biakan dengan larutan
sebanyak 0,25 ml dan ditambahkan dengan nigrosin dan gelas preparat direkatkan.
0,25 ml follin dennis dan divortex. Setelah itu Preparat yang dibuat diamati pada mikroskop.
ditambahkan 2 ml Na2CO3 (5%). Diinkubasi
selama 30 menit dan dibaca nilai Stok Kultur Staphylococcus aureus
absorbansinya pada panjang gelombang 725 Bakteri yang telah disegarkan diambil
nm. menggunakan jarum ose, lalu ditanamkan pada
Pembuatan standar tannin yaitu, dibuat media Nutrien Agar miring dengan cara
serangkaian standar tannin yakni ditimbang menggores, setelah itu diinkubasi dalam
asam tanat 0,01 g dan diencerkan menjadi 100 inkubator pada suhu 37o C selama 24 jam
ml (100mg/L) dengan aquades. Dibuat (Silaban, 2009).
konsentrasi 0, 10, 20, 40, 60, 80, 100 mg/L.
Dipipet masing-masing konsentrasi sebanyak Uji Daya Hambat Staphylococcus aureus
0,25 ml ke dalam tabung reaksi dan Kultur bakteri disegarkan ke dalam media
ditambahkan 0,25 ml follin-denis dan 2 ml Lactose Broth sebayak 1 ose kemudian
Na2CO3 pada masing-masing konsentrasi. diinkubasi pada suhu 37o selama 24 jam.
Diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit. Lactose Broth yang telah ditumbuhi
Diukur absorbansinya pada panjang Staphylococcus aureus diambil sebanyak 100
gelombang 725 nm. μL dan disebar ke dalam cawan petri yang
berisi media Nutrien Agar yang sudah
Penyegaran Bakteri Staphylococcus aureus disterilkan dan memadat dengan menggunakan
Bakteri Staphylococcus aureus dari media batang bengkok lalu media tersebut didiamkan
Nutrient Agar diinokulasikan sebanyak 1 ose ± 15 menit (Surjoardojo, et al., 2015). Tabung
ke dalam 7 ml medium Nutrient Broth steril. durham yang sudah disterilkan kemudian
Setelah itu inokulum diinkubasi dalam ditusukan ke cawan petri yang berisikan
inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Nutrien Agar supaya berlubang sebanyak 3
bagian. Setelah itu ekstrak bunga lawang yang
sudah dibuat dalam konsentrasi 20%, 40%,
Uji Konfirmasi Staphylococcus aureus 60%, 80% dan 100% diinjeksikan ke dalam
Isolat bakteri yang telah disegarkan lubang yang telah dibuat sebanyak 0,20 μg dan
diratakan pada kaca objek yang sudah
150
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu dapat mempengaruhi kandungan senyawa
37oC. dalam tumbuhan. Faktor geografis (kondisi
lahan atau tanah, ketinggian tempat tumbuh,
Variabel yang Diamati intensitas cahaya, kandungan nutrisi pada
Variabel yang diamati adalah kadar tanah) juga berpengaruh dalam jumlah
flavonoid (Rahman et al., 2006), kadar tanin kandungan senyawa yang ada dalam
(Suhardi,1997), dan daya hambat terhadap tumbuhan. Perbedaan hasil jumlah kandungan
Staphylococcus aureus dengan cara zat ini juga dapat terjadi karena jenis pelarut
menggunakan metode sumuran (Khusnul, yang digunakan berbeda. Pelarut yang
2016). digunakan pada penelitian ini adalah aquades,
sementara pada penelitian Yang et al pelarut
HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan adalah etanol. Menurut Riyani
et al., (2015) flavonoid larut pada pelarut
Pengujian Fitokimia (Kuantitatif) aquades, etanol dan metanol. Air dan etanol
Pengujian senyawa fitokimia ekstrak yang bersifat polar, namun kadar flavonoid
bunga lawang dilakukan secara kuantitatif. dengan pelarut etanol lebih tinggi
Kandungan senyawa fitokimia ekstrak bunga dibandingkan dengan kadar flavonoid dengan
lawang dapat dilihat pada Tabel 1. pelarut aquades. Kemungkinan tingkat
kepolaran etanol sama dengan tingkat
Tabel 1. Kandungan Senyawa Fitokimia kepolaran flavonoid dimana menurut
Ekstrak Bunga Lawang Sudarmadji et al., (1997). Efektivitas ekstraksi
Senyawa Fitokimia Jumlah dipengaruhi oleh tingkat kelarutan bahan
Flavonoid 0,106% dengan pelarut. Suatu senyawa akan larut pada
Tanin 1,018% pelarut dengan tingkat kepolaran yang sama.
Tingkat kepolaran suatu pelarut dinyatakan
Berdasarkan Tabel 1. ekstrak bunga lawang dengan besarnya konstanta dielektrium.
memiliki kadar flavonoid sebesar0,106% dan Konstanta dielektrium dinyatakan sebagai
kadar tanin sebesar 1,018%. Total flavonoid gaya tolak menolak antara dua partikel yang
yang diperoleh pada penelitian ini berbeda bermuatan listrik dalam satu molekul. Semakin
jumlahnya dengan penelitian yang dilakukan tinggi konstanta dielektriumnya maka pelarut
oleh Yang et al., (2012) dimana pada akan semakin bersifat polar.
penelitian tersebut menghasilkan flavonoid
sebesar 6,63% dari ekstrak bunga lawang Uji Konfirmasi Staphylococcus aureus
dengan pelarut etanol. Kandungan tanin pada Pengujian konfirmasi terhadap
ekstrakbunga lawang sebesar 1,018% (Tabel Staphylococcus aureus meliputi bentuk dan
1). Tanin merupakan senyawa makromolekul warna koloni, pewarnaan Gram, dan bentuk
dari golongan polifenol yang berisifat polar sel. Hasil uji konfirmasi bakteri
sehinga larut dalam pelarut polar (Fengel dan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
Wegener, 1995). Tabel 2.
Bermawie et al., (2008) menyatakan bahwa Tabel 2. Uji Konfirmasi bakteri
perbedaan hasil jumlah kandungan zat yang Staphylococcus aureus
terbentuk pada tanaman dapat dipengaruhi Parameter Yang Diamati Hasil
oleh beberapa faktor diantaranya seperti faktor Bentuk koloni Bulat
lingkungan dan geografis. Faktor lingkungan Warna koloni Kuning keemasan
Pewarnaan Gram Gram positif
banyak yang tidak bisa dikontrol seperti iklim,
Bentuk sel Bulat
polusi, hama dan penyakit tumbuhan yang
151
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perbedaan golongan besar antara bakteri Gram
Staphylococcus aureus memiliki bentuk koloni positif dan negatif. Hal ini dibuktikan dengan
bulat, warna koloni kuning, termauk bakteri terbentuknya warna ungu pada isolat bakteri
Gram positif dan memiliki bentuk sel bulat. Staphyloccocus aureus pada kaca preparat
Hasil pengamatan terhadap bentuk koloni yang sudah ditetesi dengan safranin. Safranin
Staphylococcus aureus sesuai dengan yang berwarna merah tidak mempengaruhi
pernyataan Jawetz et al., (1996) yang Staphylococcus aureus yang sudah ditetesi
menyebutkan Staphylococcus aureus dengan kristal violet terlebih dahulu.
merupakan bakteri Gram positif berbentuk Penambahan safranin tidak berpengaruh pada
bulat dan berdiamter 0,7-1,2 μm, tersusun bakteri Gram positif, sedangkan bakteri Gram
dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur negatif akan menyerap zat warna sehingga
seperti buang anggur, fakultatif anaerob, tidak mempertegas warna merah pada bakteri Gram
membentuk spora, dan tidak bergerak. Bahkan negatif (Fardiaz, 1989). Perubahan warna ini
disebutkan bakteri ini tumbuh pada suhu disebabkan karena bakteri Gram positif 90%
optimum 37o C, tetapi membentuk pigmen dari dindingnya terdiri dari lapisan
paling baik pada suhu kamar 20-25 oC. peptidoglikan dan lapisanlainnya adalah asam
Pengamatan terhadap warna koloni teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif hanya
Staphylococcus aureus pada media Nutrient memiliki 5-20% peptidoglikan dan lapisan
Agar dihasilkan koloni berbentuk bulat lainnya terdiri dari protein, lipoposakarida
berwarna kuning keemasan. Jumlah koloni danlipoprotein. Perbedaan ketebalan lapisan
dalam satu cawan adalah sebanyak 8,6 x 10- peptidoglikan bakteri Gram positif danbakteri
15. Penelitian lain tentang Staphyloccocus Gram negatif mempengaruhi dari pewarnaan
aureus juga menyatakan pada pembenihan Gram karena bakteri Gram positif saat proses
padat koloni bakteri ini berwarna abu-abu pencucian dengan alkohol setelah penambahan
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, kristal violet dan lugol akan tetap berwarna
halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz et al., ungu, sedangkan bakteri Gram negatif akan
1996). Pengamatan bentuk dan warna koloni berubah warna menjadi merah karena tidak
dapat dilihat pada Gambar 3. cukup tebal memiliki peptidoglikan yang
keluar dari dinding sel akibat pencucian oleh
alkohol. Hasil pengamatan bakteri dengan
mikroskop pada pembesaran 1000x dapat
dilihat pada Gambar 4.
152
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
153
Vol.7, No.4, Desember 2018. Uji Fitokimia Ekstrak Bunga Lawang …
154
Rosari, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan
20, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J.
EGC; 228-231. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt, and
C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology
Muchtadi, R. 2010. Ilmu Pengetahuan Pangan. An Introduction to Infectious Diseases.
Bandung: AlfaBeta. 3rd ed. Connecticut: Appleton & Lange.
P.254.
Nugroho, W.S. 2004. Aspek Kesehatan
Masyarakat Veteriner Staphylococcus, Sari, F.P. dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi Zat
Bakteri Jahat yang Sering Disepelekan. Aktif Antimikroba dari Tanaman
Artikel {terhubung Yodium (Jatropha multifida Linn)
berkala}.http://weesnugroho.staff.ugm.a sebagai Bahan Baku Alternatif
c.id/wpcontent/staphylococcus- Antibiotik Alami. Semarang: Fakultas
padadaging.pdf. Diakses pada 12 April Teknik Universitas Diponogoro.
2018.
Suciati, A. 2012. Efektivitas ekstrak daun
Nuria, maulita., Faizaitun, Arvin,. dan Rhizopora mueronata dalam
Sumantri. 2009. Uji Aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Aeromonas salmonicida dan Vibrio
Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap harveyi. Jurnal rekayasa dan teknologi
BakteriStaphylococcus aureus ATCC budidaya perairan. Unila.
25923, Escherichia coli ATCC 1408.
Mediagro 5(2):26-37. Wibowo, S. 2012. Daya Hambat Biji Buah
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Octaviantris, F. A. 2007. Deteksi Bakteri terhadapPertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus pada Susu Bubuk Salmonella tpyhi. Skripsi. Unimus Press,
Skim (Skim Milk Powder) Impor. Semarang.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yang, C. Hong, C.F. Rong, C.H. Wei, W.H.
Panagan, A. T., Syarif, Nirwan. 2009. Uji Ming, H.M. Che and C.L.Yeh. 2012.
Daya Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Investigation of the antioxidant activity
Kayu Pelawan (Tristania abavata) of Illicium verum extracts. Journal of
terhadap Bakteri Escherichia coli. Medicinal Plants Research Vol. 6(2), pp.
JPSMIPAUNSRI. (C) 09:12-06. 314-324.
155