Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Singkong atau yank lebih dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu merupakan
salah satu sumber karbohidrat alternative selain beras, jagung, dan sagu. Di Indonesia,
tanaman singkong telah dikenalkan sejak masa penjajahan Belanda. Tanaman ini
mempunyai sifat mudah tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Secara keseluruhan
tumbuhan ini telah dimanfaatkan, baik daunnya maupun akarnya. Bagian akar disebut
juga umbi dengan dagingnya berwarna putih atau kekuning-kuningan bila dalam
keadaan segar.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun rendah
protein. Selain sebagai bahan makanan pokok, berbagai macam upaya penanganan
singkong yang telah banyak dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi
berbagai macam produk olahan baik basah maupun kering. Selai itu, umbi singkong
juga memiliki nilai gizi yang baik untuk mencukupi angka kebutuhan gizi normal.
Singkong memiliki banyak varietas, tapi tidak semua farietas tersebut dapat
dikonsumsi. Ada beberapa jenis varietas singkong yang tidak dapat dikonsumsi karena
kandungan sianidanya yang tinggi contohnya adalah singkong gajah.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai racun alamiah yang terdapat
pada singkong gajah yaitu asam sianida (HCN) mengingat singkong merupakan salah
satu bahan pangan sumber karbohidrat sehingga singkong sangat potensial sebagai
alternatif lain sumber kalori bagi tubuh. Dengan pemahaman dan pengolahan yang
benar, maka akan dapat meminimalkan terjadinya resiko keracunan makanan akibat
mengkonsumsi singkong.

1.2. Rumusan Masalah


Umbi kayu atau yang sering dikenal dengan ketela pohon merupakan salah satu
sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selain karbohidrat ketela
pohon juga mengandung nilai gizi yang baik. Ada berbagai jenis ketela pohon yang

1
dikenal, namun tidak semua jenis tersebut dapat dikonsumsi. Ada beberapa jenis ketela
pohon yang mengandung kadar sianida yang tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengujian
kadar sianida pada jenis ketela pohon tertentu.

1.3. Tujua
1. Memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisa Terapan
2. Mengetahui kadar sianida yang terdapat dalam singkong gajah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketela Pohon


Ketela pohon atau umbi kayu termasuk kedalam kelompok tanaman perdu.
Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya Brazil. Namun penyebarannya
hampir diseluruh ke dunia. Singkong pada umumnya diperbanyak dengan cara stek
batang. Hanya dalam skala penelitian pengembang biakan singkong dengan
menggunakan biji.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat. Selain itu
singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Ada beberapa cara
untuk penanganan singkong yaitu dengan mengolahnya menjadi produk basah maupun
kering.
Kebanyakan umbi akar mengandung sianida dalam jumlah yang berbeda, Sianida
ini tersebar merata dipermukaan daun hingga dermis dari umbi akar tersebut.
Kandungan sianida berbeda untuk setiap jenis atau varietas singkong, sehingga
berdasarkan kadar sianida dalam singkong tersebut, singkong dibagi dalam tiga
golongan yaitu golongan singkong agak beracun, golongan singkong beracun sedikit,
dan golongan singkong sangat beracun. Singkong agak beracun mengandung sianida
antara 0,05 0,08% atau 50 80 mg HCN/kg ketela pohon, ketela pohon beracun
sedikit mengandung sianida antara 0,08 0,10% atau 80 -100 mg HCN/kg ketelapohon,
dan ketelapohon sangat beracun memiliki kandungan sianida lebih besar dari 0,1% atau
100 mg HCN/kg ketela pohon. Sedangkan menurut FAO, kadar sianida yang
diperbolehkan pada ubi untuk dikonsumsi adalah 50 mg/kg ubi.
Berdasarkan deskripsi varietas singkong, maka penggolongan jenisnya dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
a. Jenis ubi kayu manis, yaitu jenis ubi kayu yang dapat dikonsumsi langsung.
Contoh varietasnya : gading, adira 1, mangi, betawi, mentega, randu, lanting,
dan kaliki.

3
b. Jenis ubi kayu pahit, yaitu jenis ubi kayu untuk diolah atau bila akan
dikonsumsi harus melalui proses. Contoh varietasnya : karet, bogor,
SPP, dan adira 2. Bila rasa ubi kayu semakin pahit maka kandungan
sianidanya tinggi
2.2. Asam Sianida
Sianida merupakan senyawa kimia yang secara alami dihasilkan dari proses
hidrolisis glikosida sianogen oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu sendiri.
Ada dua macam glukosida yaitu linamirin dan lotaustralin. Jika jaringan sel tanaman
dirusak maka enzim linamarase akan memutuskan ikatan senyawa tersebut dan dan
membebaskan asam sianida . Lebih dari 70 famili tanaman yang mengandung sianogen
yang masing-masing mempunyai nama tersendiri. Setiap bagian tanaman
mengandung sianida dengan tingkat yanag beerbeda. Kandungan tertinggi terdapat
dalam biki, diikuti oleh buah, daun batang dan akar .
Keberadaan sianida dalam perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, pH, oksigen
terlarut, salinitas daan keberadaan ion lain . Selain itu, kadar sianida dalam tumbuhan
yang mengandung sianida secara alami dipengaruhi oleh kondisi tanah, musim, dan
umur tanaman itu sendiri . Sianida merupakan senyawa yang berbahaya jika berada pada
konsentrasi yang melampaui ambang batas. Keracunan sianida akan menyebabkan
terjadinya oksigenasi, karena sianida bereaksi dengan ferric (trivalent) iron dari
cytochrome oxidase dan membentuk cyanide cytochrome oxidase yang tinggi. Namun
globin tidak mampu membebaskan oksigen dan tingkat metabolisme oksidasi menjadi
tinggi sehingga rjadi perdarahan pada subendocardial dan subepicardial yang
berakibat fatal .
Sianida memiliki sifat autohidrolisis pada suhu 28oC, sehingga pada suhu kamar
sudah terjadi penguapan sehingga terjadi penurunan kandungan sianida tersebut.
Yuningsih (2004), melaporkan bahwa penurunan sianida yang lebih cepat terjadi
dalam penyimpanan secara terbuka dibanding secara tertutup. Tingkat pelepasan
sianida dari setiap jenis tanaman berbeda, tergantung dari mudah atau tidaknya
sianogenik yang dikandung tanaman tersebut terurai. Sebagai contoh sianogen
amygdalin (dalam biji) mempunyai ikatan sianida lebih kuat dibandingkan dengan

4
sianogen dhurrin (dalam daun). Selain itu pelepasan sianida juga tergantung adanya
peluang kontak antara sianogen dengan enzim (dalam tanaman itu sendiri), misalnya
misalnya dengan cara pencacahan atau pemotongan akan mempercepat pelepasan
sianida .

2.3. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode analisis yang didasarkan pada interaksi antara
radiasi elektromagnetik dengan materi. Foton darispektrum elektromagnetik daerah
ultraviolet dan sinar tampak mempunyai energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron dari keadaan dasar dalam senyawa organik ke keadaan tereksitasinya.
Penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi
di antara tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut pada umumnya
antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas serta orbital bukan ikatan atau orbital
anti ikatan .
Pada pengukuran sampel analat, nilai absorbansi yang diperoleh dari analat
dipengaruhi oleh pH larutan, suhu, konsentrasi, pelarut, serta matriks dari alat. Hukum
yang berlaku dalam pengukuran absorbansi suatu analat adalah hukum Lambert-Beer.
Hukum ini menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar tidak tergantung dari intensitas
sumber cahaya dan penyerapan sebanding dengan molekul yang menyerap. Hukum
Lambert-Beer menjelaskan hubungan antara absorbansi, tebal sel dan konsentrasi
analat .
Setiap senyawa mempunyai serapan yang khas pada panjang gelombang tertentu.
Panjang gelombang yang memberikan serapan tertinggi disebut panjang gelombang
maksimum. Penentuan panjang glombang maksimum terkadang memberikan pita yang
sangat leber, hal ini disebabkan adanya serapan matriks, noise, dan puncak yang
tumpang tindih. Untuk membedakan pita serapan yang lebar terhadap pita serapan
terdekatnya yang tumpang tindih dapat digunakan metode spektroderivatif .

BAB III

5
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat pada Uji Kualitatif
Alat yang digunakan pada uji kualitatif sianida dalam singkong gajah
adalah timbangan, hotplate, termometer, stopwatch, botol semprot,
lumpang dan peralatan gelas pendukung lainnya.
3.1.2. Alat pada Uji Kuantitatif
Alat yang digunakan pada uji kuantitatif sianida dalam singkong gajah
adalah spektrofotometer UV-Vis, timbangan, penutup gabus, stopwatch,
botol semprot, lumpang dan peralatan gelas pendukung lainnya.
3.1.3. Bahan pada Uji Kualitatif
Bahan bahan yang digunakan pada uji kualitatif sianida dalam singkong
gajah adalah sampel singkong gajah, akuades, asam tartrat 5%, kertas
saring, asam pikrat jenuh dan natrium karbonat 8%.
3.1.4. Bahan pada Uji Kuantitatif
Bahan bahan yang digunakan pada uji kuantitatif sianida dalam
singkong gajah adalah sampel singkong gajah, kloroform, kalium sianida,
akuades, natrium karbonat 8%, asam pikrat jenuh, asam pikrat 1% dan
kertas saring.

3.2. Pengambilan Sampel


Singkong gajah yang digunakan sebagai sampel berasal dari lahan yang berlokasi di
daerah Kampus Universitas Riau . Dari satu pohon tersebut diambil 1 sampel singkong
gajah. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan : 1) uji kualitatif sianida pada sampel
singkong gajah dan 2) uji kuantitatif sianida pada sampel singkong gajah.

3.3. Penanganan Sampel

6
Sampel Singkong Gajah yang telah diambil dibersihkan tanahnya. Sampel
kemudian dicuci sebentar lalu dikeringkan. Sampel lalu disimpan dalam wadah plastik
untuk segera dianalisa.

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Uji Kualitatif
Uji kualitatif pada sampel singkong gajah dilakukan dengan tujuan untuk
membuktikan mengetahui adanya kandungan asam sianida pada sampel. Prinsip
dasar dari uji ini adalah dengan melarutkan asam sianida pada sampel sinkong gajah
pada air panas. Pada suasana panas, HCN akan menguap, uapnya akan bereaksi
dengan asam pikrat dan memberikan hasil positif jika warna asam pikrat berubah
menjadi merah.
Langkah awal pada uji ini adalah dengan menghaluskan 25 gr sampel
singkong gajah dengan mortar dan lumpang. Setelah halus sampel dimasukkan
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml akuades, dan 10 ml asam tartrat 5%.
Pada mulut erlenmeyer digantung kertas pikrat yang telah dicelupkan ke dalam
larutan Na2CO3 8%. Erlenmeyer lalu ditutup dan dipanaskan pada suhu 50 0C selama
15 menit dan didinginkan. Perubahan warna kertas pikrat kemudian diamati. Hasil
positif terjadi jika kertas pikrat berubah warna menjadi merah, sedangkan jika
warna kertas pikrat tetap oren maka berarti sampel memberikan hasil negatif
dengan uji ini.
3.4.2. Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar asam sianida pada sampel
singkong gajah. Metode yang digunakan pada uji ini adalah spektrofotometri UV-
Vis.
3.4.2.1. Penentuan Waktu Kestabilan Warna
Larutan yang akan diukur absorbansinya merupakan larutan
kompleks, sehingga perlu diketahui kestabilannya. Penentuan waktu
kestabilan dilakukan pada waktu 0 26 menit dengan interval 2 menit.

7
Prosedur ini diawali dengan mengambil 5 ml larutan standar HCN
6 ppm dan ditempatkan dalam erlenmeyer. Sebanyak 2,5 ml asam tartarat
ditambahkan, untuk mencapai pH 7,8 10,2 maka ditambahkan 1,5 ml
Na2CO3 8%. Kemudian ditambahkan asam pikrat 1% sebanyak 2,5 ml
lalu diaduk dan dipanaskan pada air mendidih selama 10 menit kemudian
didinginkan. Absorbansi larutan standar tersebut diukur pada panjang
gelombang 510 nm menggunakan variasi waktu 0 26 menit dengan
interval 2 menit. Nilai absorbansi maksimum yang stabil dalam interval
waktu tertentu menunjukkan kestabilan warna yang diukur.
3.4.2.2. Penentuan Panjang Gelombang Optimum
Penentuan panjang gelombang optimum perlu dilakukan agar
diperoleh serapan yang maksimal. Pengukuran panjang gelombang
dilakukan pada batasan 480 540 nm.
Tahap awal pada proses ini dilakukan dengan pengambilan 5 ml
larutan standar HCN 6 ppm yang dimasukkan dalam erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 2,5 ml larutan asam tartarat 5%. Untuk
pembuatan pH 7,8 10,2 maka ditambahkan 1,5 ml Na 2CO3 8%.
Sebanyak 2,5 ml asam pikrat 1% ditambahkan, kemudian diaduk lalu
dipanaskan pada air mendidih selama 10 menit dan didinginkan.
Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 480 540 nm. Nilai
absorbansi tertinggi menunjukkan panjang gelombang optimum.
3.4.2.3. Pembuatan Kurva Standar
Kurva standar dibuat berdasarkan pengukuran absorbansi larutan
standar HCN pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Konsentrasi larutan standar HCN yang
disiapkan adalah 10 ppm, 8 ppm, 6 ppm, 4 ppm, dan 2 ppm.
Langkah awal yang dilakukan pada uji ini adalah dengan
menyiapkan 5 ml larutan standar HCN 10 ppm dalam tabung reaksi.
Setelah itu, ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2,5 ml asam tartarat.
Kemudian ditambahkan 1,5 ml Na2CO3 8%, 2,5 ml asam pikrat 1%,

8
diaduk dan dipanaskan pada air mendidih selama 10 menit lalu
didinginkan. Absorbansi diukur pada panjang gelombang optimum.
Perlakuan ini diulangi untuk larutan standar HCN 8 ppm, 6 ppm, 4 ppm,
dan 2 ppm.
Absorbansi larutan-larutan standar HCN yang diperoleh pada
berbagai konsentrasi kemudian diplotkan pada bidang kartesius, sehingga
diperoleh kurva standar dan persamaan garis.
3.4.2.4. Pengukuran Kadar Sianida pada Sampel
Sampel singkong gajah akan ditentukan kadar sianidanya dengan
metode spektrofotometri UV-Vis dan dibantu dengan adanya kurva
standar. Sebanyak 5 gr sampel singkong gajah dihaluskan dan
dimasukkan dalam labu destilasi. Sebanyak 100 ml akuades ditambahkan
dalam labu destilasi kemudian didestilasi lalu diambil 5 ml filtrat. Filtrat
yang diperoleh dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu diberi 2,5 ml asam
tartarat 5% dan 1,5 ml Na2CO3 8%, dan 2,5 ml asam pikrat 1%. Larutan
diaduk dan dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit dan
didinginkan. Absorbansi sampel dihitung pada panjang gelombang
optimum dan waktu kestabilan warna. Untuk satu sampel, dilakukan 3
kali pengukuran absorbansi.
Absorbansi dari ketiga sampel kemudian diaplikasikan ke dalam
persamaan garis yang diperoleh pada pembuatan kurva standar.
Berdasarkan persamaan garis yang diperoleh sebelumnya maka dapat
ditentukan konsentrasi sianida dalam ketiga sampel.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Uji Kualitatif
Uji kualitatif sianida dilakukan dengan metode asam pikrat. Menurut , hasil
analisis positif sianida ditunjukkan oleh perubahan warna pada kertas pikrat dari kuning
menjadi merah bata (orange). Berdasarkan hasil percobaan, dapat diamati bahwa warna
kertas pikrat berubah warna dari kuning menjadi orange. Perubahan warna ini
menunjukkan hasil positif adanya kandungan sianida dalam sampel ubi gajah.

Gambar 1. Uji Kualitatif Sianida


1.1.2. Hasil Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif sianida dalam sampel ubi gajah juga dilakukan dengan metode
asam pikrat. Dari satu sampel ubi gajah dengan 3 kali pengulangan uji kuantitatif,
diperoleh kadar sebesar 2,435 mg/kg ubi gajah. Menurut FAO, kadar sianida dalam
sampel ini masih di bawah batas yang diperbolehkan (50 mg/kg ubi).

Tabel 5. Absorbansi Sampel Ubi Gajah

10
Sampel Absorbansi
S1 0.045
S2 0.015
S3 0.018
rata-rata 0.026

4.2. Pembahasan
2.1.2. Uji Kualitatif
Uji kualitatif pada sampel singkong gajah dilakukan dengan tujuan untuk
membuktikan adanya kandungan asam sianida pada sampel. Prinsip dasar dari uji ini
adalah dengan melarutkan asam sianida pada sampel sinkong gajah pada air panas.
Pada suasana panas, HCN akan menguap, uapnya akan bereaksi dengan asam pikrat
dan memberikan hasil positif jika warna asam pikrat berubah menjadi merah.
Percobaan ini dimulai dengan melarutkan sampel ubi gajah yang telah
dihaluskan dalam air. Air dipilih sebagai pelarut karena sianida larut baik dengan
air dalam suasana panas. Penambahan asam tartarat bertujuan untuk memberikan
suasana asam agar reaksi berlangsung lebih cepat. Sampel yang mengandung
sianida dipanaskan agar sianida menguap. Uap sianida kemudian ditangkap oleh
kertas pikrat. Reaksi sianida dengan pikrat akan membentuk senyawa kompleks
N2,43,N6-trisiano-1-hidroksi-N2,N4,N6-trioksobenzen-2,4,6,triaminum yang berwarna
orange. Hal ini menyebabkan perubahan warna kertas pikrat dari kuning menjadi
orange. Perubahan warna ini merupakan indikasi hasil positif adanya sianida dalam
sampel ubi gajah .

11
O O

-
O N+ OH N+ OH
NaO
-
O O O-Na+ ONa

N+ + N+
+ -
Na O
O O
-
O N+ NaO N+

O O

(garam asam pikrat


trinatrium)

O O

N+ OH NC N+ OH
NaO

ONa CN

N+ + HCN N+

O O

NaO N+ NC N+

O O

(N2,43,N6-trisiano-1-hidroksi-N2,N4,N6-
trioksobenzen-2,4,6,triaminum)
Gambar 2. a. Reaksi antara asam pikrat dengan Na2CO3, b. Reaksi kompelk
asam pikrat trinatrium dengan HCN

2.2.2. Uji Kuantitatif


Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar sianida pada sampel ubi
gajah. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Karena
menggunakan spektrofotometri UV-Vis, maka perlu diketahui panjang gelombang
optimum dan waktu kestabilan dari kompleks sampel ubi gajah agar diperoleh
serapan yang maksimal.
Sampel ubi gajah yang akan diuji secara kuantitatif dipersiapkan melaui
proses destilasi dengan pelarut air. Sianida dalam sampel ubi gajah memiliki

12
kelarutan yang tinggi dengan air dalam suasana panas. Sehingga setelah proses
destilasi, maka diharapkan seluruh sianida dalam sampel ubi berubah menjadi
destilat asam sianida. Destilat tersebut harus dijadikan senyawa kompleks agar dapat
diamati serapannya pada spektrofotometer UV-Vis. Destilat ubi gajah yang
mengandung sianida dikomplekskan melalui penambahan asam pikrat yang
menyebabkan larutan berubah warna menjadi kuning. Penambahan asam tartarat
bertujuan memberikan suasana asam agar reaksi berlangsung lebih cepat, untuk
mempertahankan ph (7.8-10.4) maka ditambahkan Na2CO3. Setelah melalui proses
pemanasan maka warna larutan akan berubah menjadi orange.
Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
optimumnya (490 nm) dan pada rentang waktu kestabilannya 14-20 menit.
Pengukuran absorbansi dilakukan dengan 3 kali pengulangan dengan absorbansi
rata-rata 0.026. Penentuan konsentrasi sianida dalam sampel diukur dengan
memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan garis pada kurva kalibrasi
HCN. Kurva kalibrasi HCN dibuat dengan pengukuran serapan HCN pada berbagai
konsentrasi (2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm). Persamaan garis yang
diperoleh dari kurva kalibrasi adalah y = 0.0154x - 0.0115. Sedangkan konsentrasi
sianida dalam sampel yang diperoleh adalah 2.435 mg/kg ubi gajah.
Menurut FAO, kadar sianida yang diperbolehkan dalam ubi adalah 50 mg/kg
ubi. Berdasarkan hasil percobaan, kadar sianida dalam sampel ubi gajah adalah
2.435 mg/kg ubi gajah. Dengan demikian dapat kita amati bahwa kadar sianida
dalam sampel ubi gajah masih jauh di bawah kadar sianida ubi dalam literatur.
Menurut literatur, ubi gajah merupakan jenis ubi dengan kadar sianida yang relatif
tinggi sehingga tidak aman untuk dikonsumsi secara langsung. Namun pada
percobaan, diperoleh kadar sianida dalam sampel yang kecil. Hal ini dapat terjadi
karena larutnya sianida pada saat sampel ubi gajah dicuci dengan air. Sianida dalam
ubi gajah juga dapat hilang saat ubi dipotong-potong. Proses destilasi yang tidak
sempurna menyebabkan tidak semua sianida dalam sampel terekstrak menjadi
destilat sampel. Kesalahan-kesalahan di atas menyebabkan berkurangnya kadar
sianida dalam sampel ubi gajah.

13
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Uji kualitatif sianida dalam sampel ubi gajah ditentukan dengan metoda
asam pikrat, yang menunjukkan hasil positif, ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks berwarna orange.
2. Uji kuantitatif sianida dalam sampel ubi gajah ditentukan secara
spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang optimum 490 nm dan
waktu kestabilan antara 14-20 menit.
3. Kadar sianida dalam sampel ubi gajah yang diperoleh adalah 2.435 mg/kg
ubi gajah. Kadar ini masih berada di bawah batas untuk dapat dikonsumsi
(menurut FAO).

5.2. Saran
Analisis sianida dalam sampel singkong gajah pada laporan praktikum ini
memberikan hasil dengan akurasi yang kurang memuaskan. Sehingga diperlukan metoda
lain dengan kemungkinan kesalahan yang kecil dalam menganalisa sampel agar
diperoleh hasil yang lebih akurat

14
DAFTAR PUSTAKA

Askar, S. 2002. Daun Singkong dan Pemanfaatannya Terutama Sebagai Pakan Ternak
Tambahan, Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Julistina, R.E. 2009. Pengembangan dan Validasi Metode Pengujian Kadar Sianida
dalam Limbah Cair Secara Spektrofotometri UV-VIS. in: Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rachmanti, W.D. 2006. Metode Cepat untuk Kuantifikasi Reserpin dalam Obat dan
Ekstrak Rauwolfia serpentina secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet.
Yuningsih. 2008. Kandungan dan Stabilitas sianida dalam Tanaman Picung (Pangium
Edule Reinw) serta Pemanfaatannya. Balai Besar Penelitian Veteriner, 102 -
109.
Yuningsih. 1999. Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan Terhadap Penurunan
Kandungan Sianida pada Daun Singkong. Balai Besar Penelitian Veteriner, 367-
371.

15

Anda mungkin juga menyukai