Anda di halaman 1dari 19

FORENSIK dan PCR

Pengambilan, Karakterisasi, dan Penyimpanan


Bahan Biologis

Dosen Pembimbing

Disusun Oleh :

1. Rahmat Ramadhan Hasibuan


2. Junarni
3. Rocki Riandi Wijaya

Kelas Reguler Karyawan Tingkat II


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
PRODI ANALIS KESEHATAN
2020
Daftar Isi
Daftar Isi .......................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
Bab II Pembahasan
2.1 Sumber Barang Bukti .......................................................................... 3
A. Darah ............................................................................................. 3
B. Rambut .......................................................................................... 3
C. Kuku .............................................................................................. 4
D. Gigi ................................................................................................ 4
E. Cairan Tubuh ................................................................................. 5
F. Oral Swab ...................................................................................... 6
G. Sperma ........................................................................................... 6
H. Sidik Jari ........................................................................................ 6
2.2 Pengumpulan Bahan dan Penanganan Bahan di TKP ......................... 7
2.3 Pengumpulan Barang Bukti ................................................................ 12
A. Metode Spiral ................................................................................ 12
B. Metode Zone ................................................................................. 12
C. Metode Strip .................................................................................. 13
D. Metode Roda ................................................................................. 13
E. Metode Kotak yang diperluas ........................................................ 13
2.4 Penyimpanan Bahan Biologis .............................................................. 13
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................... 15
Bab IV Kesimpulan .......................................................................................... 16

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengambilan, Karakterisasi, dan Penyimpanan Bahan Biologis” ini
dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah
yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Jakarta, 22 Januari 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Identifikasi forensik merupakan tindakan mengenali suatu barang bukti,


baik berupa spesimen biologis maupun benda lainnya pada investigasi kriminal
untuk kepentingan hukum. Proses pengenalan dilakukan dengan menelaah ciri
yang menjadi karakteristik barang bukti tersebut lalu dibandingkan dengan
data lainnya. Identifikasi spesimen biologis yang ditemukan di tempat kejadian
perkara (TKP) seringkali menjadi kunci penting bagi pihak kepolisian dan
pengadilan dalam mencari penyelesaian masalah kriminalitas. Pemeriksaan
identifikasi deoxyribonucleic acid (DNA) pada spesimen biologis
menggunakan teknologi polymerase chain reaction (PCR) telah terbukti
sebagai metode yang cukup sederhana namun sangat tajam dan sensitif dalam
membedakan individu.
Identifikasi DNA sering disebut juga DNA profiling/fingerprinting
merupakan karakterisasi satu atau lebih fitur unik pada genom individu. Dasar
dari pemeriksaan ini adalah bahwa setiap individu memiliki DNA yang
berbeda dan unik. DNA adalah suatu polimer nukleotida (polinukelotida) yang
berisi informasi genetik yang terdapat di dalam sel. Setiapsel dari satu individu
memiliki DNA yang identik. Fitur unik pada genom ini mempengaruhi fenotip
masing-masing individu. Pengecualian dapat terjadi pada kembar identik
karena mereka memiliki komposisi genetik yang identik, namun akibat
mekanisme lingkungan yang kompleks fenotip yang ditunjukkan dapat sedikit
berlainan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Sumber Barang Bukti Biologis?
2. Pengumpulan dan Penanganan Bahan di TKP?
3. Pengumpulan Barang Bukti?
4. Penyimpanan Bahan Biologis?

1.3 Tujuan
Agar Mahasiswa/I memahami tata cara pengambilan, karakterisasi dan
penyimpanan bahan biologis yang baik dan benar.

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Sumber Barang Bukti Biologis


Barang bukti yang merupakan pendukung suatu alat bukti yang
berhubungan dengan tubuh manusia atau jaringan tubuh manusia, dapat berasal
dari korban hidup atau mati bahkan dari sisa tubuh. Barang bukti medik yang
berasal dari tubuh korban akan lebih banyak memberikan informasi seputar
proses terjadinya kejahatan, sedangkan barang bukti medik dari tubuh pelaku
seputar identitas yang bersangkutan. Barang bukti biologis terdiri dari:

A. Darah
Darah merupakan bagian tubuh manusia yang dapat memberikan
banyak informasi penting bagi pengungkapan peristiwa pidana, baik yang
ditemukan sebagai bercak, diambil dari tubuh manusia yang masih hidup
ataupun yang sudah mati.

B. Rambut
Rambut, baik rambut kepala ataupun kelamin, merupakan bagian tubuh
manusia yang dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan
peradilan, antara lain tentang:
1. Saat korban meninggal dunia
2. Sebab kematian
3. Jenis kejahatan
4. Identitas korban
5. Identitas pelaku
6. Benda/senjata yang digunakan
Informasi tersebut di atas diperoleh dengan meneliti sifat-sifat,
gambaran mikroskopik serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat
trauma atau racun tertentu.

3
C. Kuku
Sampel kuku harus diperoleh dari yang melapor jika persoalan
pelanggaran menunjukkan bahwa tanda bukti mungkin hadir, misalnya, jika
terjadi perebutan atau jika rincian serangan ini adalah tidak pasti dan ahli
forensik, dalam mengamati tangan pelapor, mendapati ada sesuatu yang
menarik dijumpai di bawah atau pada permukaan kuku. Juga harus
dipertimbangkan jika kuku pecah selama pelanggaran dan bagian yang
pecah bisa dicari dari tempat kejadian. Sampel harus diperoleh dari yang
tersangka jika dituduh bahwa tangannya melakukan kontak langsung
dengan alat kelamin perempuan.
Sampel optimal adalah potong seluruh kuku karena ini lebih praktis
untuk ditangani. Namun, dalam beberapa kasus, kuku mungkin terlalu
pendek untuk dipotong atau pelapor mungkin tidak memberi persetujuan
untuk mengambil sampel. Dalam kasus tersebut, mengorek bahan di bawah
kuku dilakukan dan sampel tersebut diambil menggunakan tapered stick
atau kedua sisi kuku harus diseka dengan menggunakan teknik double-
swab. Ketika mendapatkan korekan kuku, ahli forensik harus mencoba
untuk tidak mengganggu nail bed.
Kedua tangan harus diambil sampel dan spesimen dibungkus secara
terpisah dan dimasukkan ke dalam amplop. Pada kasus yang jarang, apabila
kuku patah dan sisa kuku yang patah dijumpai di daerah kejadian, maka sisa
kuku di jari yang relevan harus dipotong dalam waktu 24 jam untuk
memungkinkan perbandingan striasi kuku. Jika tidak jelas dari mana jari
kuku berasal, maka mungkin diperlukan untuk memotong dan menyerahkan
semua kuku makroskopik yang patah karena striasi kuku adalah berbeda
pada setiap jari. Panjang kuku dan kerusakan yang terjadi pada kuku harus
diperhatikan.

D. Gigi
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan
kraniofasial.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan
kekerasan.
6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal

4
E. Cairan Tubuh
Cairan merupakan beberapa bukti kelumit organik yang paling sering
disebut karena dapat ditentukan dari komposisinya. Cairan yang tertinggal
di TKP dapat mencakup air liur, semen, keringat, dan muntah, yang dapat
ditieliti melalui keseluruhan tes yang besar pada laboratorium pemeriksaan
medis.
Analisa uji praduga digunakan untuk mengindikasikan kehadiran air
liur, yang secara khusus sangat sulit dilihat dengan mata telanjang. Dua
metode test biasa untuk mengestimasi tingkat amylase dicontoh forensik
termasuk Phadebas test dan test difusi radial tepung yodium. Warna air liur
mungkin ditemukan pada bekas gigitan, putung rokok, dan alat bekas
minum. Pendekatan biologi molekuler menggunakan turunan bagan RNA
juga diambil untuk mengembangkan sensifitas dan spesifik test untuk
macam-macam cairan tubuh termasuk air liur. Begitu juga test biologi
molekuler harus bisa digunakan sebagai test untuk menguji kandungan
logam pada darah, air mani, air liur secara bersama-sama dengan kepekaan
dan keakuratan yang tinggi.
Secara visual bercak air mani pada pakaian berwarna abu-abu atau
kekuningan; bila pakaian atau bahan tersebut berwarna gelap, bercak
berwarna putih mengkilap. Air mani mempunyai bau yang khas bila masih
baru (basah). Bercak air mani yang telah kering bila diraba dengan dua jari,
akan memberi kesan seperti meraba pakaian yang diberi tajin. Dengan
menyinari ruangan atau tempat dimana terjadinya peristiwa kejahatan
dengan sinar-UV, bercak air mani yang sulit dilihat bila hanya dengan mata
telanjang, akan tampak sebagai daerah bercak-bercak yang berfluoresensi
putih. Cairan atau noda dapat dicurigai sebagai suatu cairan semen
walaupun pelaku telah melakukan vasektomi. Tes khusus untuk cairan
semen berupa identifikasi spermatozoa dan tes kimia terhadap noda yang
ditemukan.
Uji mikrokospik di beberapa laboratorium dapat melihat kehadiran
spermatozoa pada kasus kekerasan seksual. Bagaimanapun laki-laki
aspermic atau oligospermic tidak juga mempunyai sperma atau kadar
sperma yang rendah dalam ejakulasi cairan semen mereka. Sebagai
tambahan, vasektomi pada laki-laki tidak akan menghasilkan sperma. Oleh
karena itu pengujian-pengujian yang dapat mengidentifikasi enzim-enzim
spesifik mani membantu memverifikasi kehadiran/keberadaan mani pada
kasus-kasus kekerasan seksual.

5
F. Oral Swab
Gunakan kapas yang bersih untuk mengumpulkan bukal (oral) sampel.
Gosok permukaan bagian dalam pipi secara menyeluruh. Mengeringkan
swab dan menempatkan di atas kertas yang bersih atau amplop dengan sudut
tertutup. Jangan menggunakan kemasan plastik. Mengidentifikasi masing-
masing sampel dengan waktu, tanggal, nama orang, lokasi, nama
pengumpul, nomor kasus, dan nomor bukti. Membungkus sampel oral dari
individu yang berbeda secara terpisah. Sampel bukal tidak perlu
didinginkan. Kirim ke laboratorium sesegera mungkin.
Jika darah yang digunakan untuk rujukan atau sampel oral tidak dapat
diperoleh, sebuah sampel referensi alternatif dapat diserahkan (untuk
pemeriksaan nuklir saja). Ini mungkin termasuk barang-barang seperti
sampel bedah, pap smear, gigi yang dicabut, atau sikat gigi atau item
pakaian diketahui hanya digunakan oleh individu tertentu aja.

G. Sperma
Pemeriksaan sperma merupakan bagian yang sangat penting dalam
mengungkap kasus tindak pidana seksual sebab pemeriksaan tersebut tidak
hanya dapat membuat titik terang perkara tersebut, tetapi juga dapat
menjelaskan identitas pelakunya. Mengingat sperma terdiri atas sel
spermatozoa dan plasma maka pertama-tama yang perlu dibuktikan
terhadap sesuatu objek yang diduga sperma adalah membuktikan secara
medik ke dua unsur tersebut. Jika benar sperma manuasia maka selanjutya
dapat dilakukan pemeriksaan DNA dengan memanfaatkan sel-sel yang
ditemukan.
Adanya air mani yang tercecer baik pada pakainan korban maupun pada
seprei, sarung bantal, kelambu dan bahan tekstil lainnya dengan mudah
dapat diketahui oleh penyidik.

H. Sidik Jari
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari
epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-
jari kaki, yang juga dikenal sebagai “dermal ridges” atau “dermal papillae”,
yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari
bayi pun, kita semua sudah mempunyai sidik jari yang sangat identik dan
tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit di ujung jari dan telapak tangan dan
kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin berusia empat minggu hingga
sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.

6
Dengan menggunakan pemeriksaan melalui sidik jari, beberapa hal
penting dapat diperoleh, antara lain:
1. Identifikasi pelaku tindak kriminal.
2. Identifikasi mayat yang tidak dikenal walaupun telah terjadi
pembusukan.
3. Bekas sidik jari yang didapati pada TKP dapat dicocokkan dengan sidik
jari pada senjata yang diduga dipakai tersangka.
4. Sebagai ganti tanda tangan yang dikenal sebagai Cap Jempol.

2.2 Pengumpulan dan Penanganan Bahan di TKP


Pemeriksaan barang bukti darah dan jaringan tubuh wajib memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Darah dan jaringan tubuh diambil sesuai dengan tata cara pengambilan
barang bukti darah dan jaringan tubuh.
2. Darah dan jaringan tubuh pada serpihan kecil, dikirim dalam keadaan
kering.
3. Jaringan tubuh yang terdapat pada gigi dan tulang dari kerangka manusia,
dikirim beserta gigi dan tulangnya dalam keadaan kering.
4. Jaringan tubuh yang terdapat pada gigi dan tulang dari mayat, setelah telah
ditempatkan dalam wadah, wadahnya dimasukan kedalam Ice Box yang
telah diisi es batu.
5. Darah tidak boleh terkontaminasi atau terkena sinar matahari.
6. Untuk mengetahui adanya darah korban dan tersangka pada pakaian korban,
maka pakaian korban harus dikirim, dan tersangka yang terluka diperiksa
golongan darahnya di laboratorium atau klinik rumah sakit/pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas).
7. Setiap barang bukti bukti dimasukkan ke dalam wadah secara terpisah,
dibungkus, diikat, dilak, disegel dan dilabel.
8. Segera dikirim ke Lab Forensik dan apabila penyidik tidak dapat mengambil
barang bukti darah dan jaringan tubuh, dapat meminta bantuan petugas Lab
Forensik untuk pengambilan barang bukti atau pemeriksaan barang bukti
langsung di TKP.

7
Tata cara pengambilan barang bukti darah dan jaringan tubuh adalah
sebagai berikut:
A. Darah Segar
1. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi;
2. Tekan permukaan darah dengan sepotong kertas saring atau kain
kasa/kain putih yang bersih, sehingga darah terserap;
3. Dalam hal darah ditemukan di beberapa lokasi, maka pada setiap lokasi
digunakan kertas saring atau kain kasa/kain putih tersendiri;
4. Serapan darah dikeringkan di ruang terbuka dengan di angin-anginkan
tanpa menggunakan alat pengering dan tidak boleh langsung terkena
sinar matahari; dan
5. Serapan darah yang diambil dari masing-masing lokasi dimasukkan
secara terpisah ke dalam amplop/sampul atau wadah/kantong plastik,
kemudian dibungkus dan masing-masing diikat dilak, disegel, dan diberi
label.

B. Darah Kering
1. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi.
2. Kerik darah kering dengan menggunakan alat kerik yang tajam dan
bersih.
3. Kerikan darah ditampung pada sehelai kertas putih bersih kemudian
dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop yang diberi label.
4. Dalam hal ditemukan lebih dari satu lokasi darah kering, setiap lokasi
menggunakan alat kerik yang berbeda, tidak menggunakan yang bekas.
5. Hasil kerikan dari setiap lokasi yang berbeda ditampung secara terpisah.
6. Dalam hal bercak darah kering yang tipis dan sulit untuk dikerik,
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Mengambil sepotong kain katun putih dan membasahi kain tersebut
dengan air suling/aquadest sampai lembab.
 Kain basah tersebut disapukan pada permukaan bercak darah,
sehingga bercak darah terserap
 serapan darah dikeringkan di ruang terbuka dengan di angin-
anginkan tanpa menggunakan alat pengering dan tidak boleh
langsung terkena sinar matahari, kemudian serapan dimasukkan
dalam aplop/sampul kemudian dikat dilak, disegel, dan diberi label.

8
C. Jaringan Tubuh (pada kulit, gigi, tulang, dan sebagainya)
1. gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi;
2. jaringan tubuh yang berasal dari mayat, diambil oleh dokter forensik,
pilih jaringan tubuh yang belum mengalami pembusukan lanjut;
3. apabila mayat telah mengalami pembusukan lanjut, ambil gigi berakar
tiga (geraham) dan tulang; dan
4. dari TKP kebakaran atau ledakan, ambil serpihan-serpihan jaringan
yang ditemukan di TKP; dan
5. masing-masing jaringan tubuh dimasukan kedalam kantong plastik yang
berbeda, diikat dilak, disegel, dan diberi label.

D. Rambut
Pemeriksaan barang bukti rambut wajib memenuhi persyaratan teknis
sebagai berikut:
1. Rambut diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang bukti
rambut.
2. Rambut dimasukan ke dalam lipatan kertas putih, lipatan kertas putih
dimasukan kedalam amplop dan diberi label.
3. Apabila terdapat beberapa rambut, gunakan lipatan kertas putih yang
berbeda.
4. Diperlukan bahan pembanding rambut tersangka/korban, dengan
jumlah paling sedikit 3 helai rambut berikut akarnya.
5. Rambut pembanding dibungkus secara terpisah, kemudian diikat, dilak,
disegel, dan diberi label;
6. Segera dikirim ke Lab Forensik.
7. Apabila penyidik tidak dapat mengambil barang bukti rambut, dapat
meminta bantuan petugas Lab Forensik untuk pengambilan barang bukti
atau pemeriksaan barang bukti langsung di TKP.

Tata cara pengambilan barang bukti rambut adalah sebagai berikut:


1. Angkat rambut dengan hati-hati dari permukaan objek dengan
menggunakan pinset
2. Rambut dimasukkan ke dalam lipatan kertas putih, lipatan kertas putih
dimasukan kedalam amplop dan diberi label
3. Apabila terdapat beberapa rambut, gunakan lipatan kertas putih yang
berbeda
4. Kertas lipatan tersebut masukkan ke dalam amplop/sampul lalu diberi
label.

9
5. Apabila rambut diduga terdapat pada kemaluan korban (dalam kasus
perkosaan, dan pembunuhan dengan pemerkosaan), dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
 Sisir rambut kemaluan korban (minta bantuan suster petugas wanita
atau korban sendiri) secara hati-hati dengan sisir yang bersih; dan
 Rambut yang terkumpul dimasukan ke dalam lipatan kertas putih,
lipatan kertas putih dimasukan kedalam amplop kemudian diikat,
dilak, disegel, dan diberi label.

E. Sperma/Air Mani
Pemeriksaan barang bukti air mani/sperma wajib memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Air mani/sperma diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang
bukti air mani/sperma.
2. Air mani/sperma dalam keadaan kering.
3. Air mani/sperma yang menempel pada barang yang mudah diangkat
(antara lain baju, sprei, sarung bantal, dan handuk), dikirimkan beserta
barangnya.
4. Air mani/sperma yang menempel pada barang yang sulit diangkat
(antara lain kasur dan karpet), dikirimkan bagian yang ada air
mani/spermanya.
5. Air mani/sperma yang terdapat pada lantai, dikeringkan dan dikerik
dengan alat yang tajam yang bersih, dimasukan ke dalam lipatan kertas
putih, lipatan kertas putih dimasukkan ke dalam amplop/sampul serta
diberi label.
6. Setiap barang bukti dijaga agar tidak terkontaminasi, dibungkus secara
terpisah, kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label.
7. Apabila ditemukan air mani/sperma pada bagian tubuh korban hidup
(paha dan vagina) agar meminta bantuan suster/dokter bidan Puskesmas
setempat guna mengambil/mengumpulkan barang bukti air
mani/sperma tersebut.
8. Diperlukan bahan pembanding air mani/sperma tersangka.
9. Air mani/sperma pembanding dibungkus secara terpisah, kemudian
diikat, disegel, dan diberi label.

10
F. Saliva/Air Liur
Pemeriksaan barang bukti saliva/air liur wajib memenuhi persyaratan
teknis sebagai berikut:
1. Saliva/air liur diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang bukti
Saliva/air liur.
2. Saliva/air yang terdapat pada barang yang dapat diangkat seperti
puntung rokok, diangkat seluruh barangnya.
3. Saliva/air yang terdapat pada barang yang tidak dapat diangkat seperti
bekas gigitan, diambil dengan cara menyerapnya dengan kertas saring,
kemudian di angin-anginkan hingga kering.
4. Diperlukan bahan pembanding berupa darah tersangka.
5. Masing masing barang bukti dan bahan pembanding dibungkus secara
terpisah, kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label.
6. Segera dikirim ke Lab Forensik.
7. Apabila penyidik tidak dapat mengambil barang bukti, dapat meminta
bantuan petugas Lab Forensik untuk pengambilan barang bukti atau
pemeriksaan barang bukti langsung di TKP.

Tata cara pengambilan barang bukti saliva/air liur adalah sebagai berikut:
1. Barang bukti saliva/air liur dapat ditemukan pada puntung rokok atau
benda-benda bekas gigitan.
2. Ambil puntung rokok atau benda bekas gigitan yang dapat diangkat
dengan menggunakan pinset, masukan ke dalam amplop, kemudian
diikat, dilak, disegel, dan diberi label.
3. Apabila terdapat beberapa puntung rokok atau benda bekas gigitan yang
dapat diangkat, masing-masing dibungkus secara terpisah.
4. Apabila benda bekas gigitan tidak dapat diangkat, serap saliva/air liur
dari benda tersebut dengan menggunakan kertas saring atau kain
kasa/kain putih, angin-anginkan hingga kering, masukan ke dalam
kantong plastik, kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label.

11
2.3 Pengumpulan Barang Bukti
Ada beberapa prinsip dalam pengambilan dan pengumpulan spesimen dari
barang bukti, diantaranya:
1. Semua barang bukti yang diperkirakan mengandung jaringan, atau pernah
megalami kontak langsung dengan bagian tubuh, orang yang hendak
diidentifikasi harus dikumpulkan dan diambil menggunakan alat steril
(pinset plastik steril disposable atau tangan bersarung tangan)
2. Setiap barang bukti hendaknya dikemas tersendiri menggunakan amplop
baru dan diberi label, kemudian dikirim ke laboratorium
3. Petugas menggunakan penutup rambut dan masker untuk mencegah
komunikasi barang bukti
4. Hindari kesalahan pelabelan spesimen

Barang bukti berupa jenazah tentu saja sangat penting, namun jangan
dilewatkan barang bukti lainnya, misalnya; gelas bekas pakai, senjata,sisir,sikat
gigi, kertas tisu bekas pakai, saputangan, sarung bantal, sprei, celana dalam,
pakaian, amplop berperangko atau yang kemungkinan tutupnya pernah dijilat.
Meskipun barang tersebut tidak tampak mengandung tetesan darah, namun
diperkirakan mengandung epitel kulit, saliva, cairan semen yang mengandung
sperma, saliva kering, urin atau feses.
Pencarian barang bukti ditempat kejadian perkara dapat dilakukan dengan
beberapa metode yakni:
A. Metode Spiral
Dalam metode spiral, caranya adalah tiga orang petugas atau lebih
menjelajahi tempat kejadian secara beriring, masing-masing berderet
kebelakang (yang satu dibelakang yang lain) dengan jarak tertentu, mulai
pencarian pada bagian luar spiral kemudian bergerak melingkar mengikuti
bentuk spiral berputar kearah dalam, metode ini baik untuk daerah yang
lapang bersemak atau berhutan

B. Metode Zone
Caranya adalah luasnya tempat kejadian perkara di bagi menjadi empat
bagian dan dari tiap bagian dibagi-bagi menjadi empat bagian, jadi masing-
masing 1/16 bagian dari luas tempat kejadian perkaraseluruhnya. Untuk
tiap-tiap 1/16 bagian tersebut ditunjuk dua sampai empat orang petugas
untuk menggeledahnya. Metode ini baik diterapkan untuk pekarangan,
rumah atau tempat tertutup.

12
C. Metode Strip
Caranya adalah tiga orang petugas masing-masing berdampingan yang
satu dengan yang lain dalam jarak yang sama dan tertentu (sejajar)
kemudian bergerak serentak dari sisi lebar yang satu kesisi lain di tempat
kejadian perkara. Apa bila dalam gerakan tersebut sampai di ujung sisi lebar
yang lain maka masing-masing berputar kearah semula. Metode ini baik
untuk daerah yang berlereng.

D. Metode Roda
Dalam hal ini, tempat atau ruangan dianggap sebagai suatu lingkaran,
caranya adalah beberapa petugas bergerak bersama-sama kearah luar
dimulai dari titik tengah tempat kejadian, dimana masing-masing petugas
menuju kearah sasarannya sendiri-sendiri sehingga merupakan arah penjuru
mata angin. Metode ini baik untuk ruangan. Dalam mencari bukti-bukti
tersebut, diperlukan ketelitian disamping imajinasi para penyidik, kalau
misalnya ruang yang diperiksa itu ialah ruang tertutup, maka harus
diperhatikan kotoran pada lantai, cat, kloset, pakaian, tirai, gorden, dll.

E. Metode Kotak yang Diperluas


Caranya adalah dimulai dari titik tengah tempat kejadian perkara dalam
bentuk kotak sesuai kekuatan personil yang kemudian dapat dikembangkan
atau diperluas sesuai dengan kebutuhan sampai seluruh TKP dapat
ditangani.

2.4 Penyimpanan Bahan Biologis


Setelah spesimen terkumpul, perlu segera dilakukan pemeriksaan. Namun
tak jarang specimen harus menunggu untuk dikirim dan diperiksa ke
laboratorium di tempat lain, bahkan mungkin hingga luar negeri. Teknik
penyimpanan yang baik menjamin kualitas spesimen.
Pada prinsipnya, penyimpanan spesimen yang paling baik ialah disimpan
dalam keadaan kering. Tetesan darah yang dikeringkan pada kertas saring dapat
bertahan selama bertahun-tahun, dibandingkan dengan darah cair yang
disimpan di lemari pendingin. Darah cair yang disimpan di kulkas bersuhu 40oC
dalam waktu sebulan akan mengalami pengurangan jumlah DNA hingga lebih
dari setengahnya, apalagi jika sering dibeku cairkan. Jaringan lunak yang
dibekukan pada suhu 0oC dapat bertahan kurang lebih sebulan. Untuk itu, jika
memungkinkan sebaiknya jaringan lunak disimpan dalam suhu -200oC
sehingga dapat bertahan hingga 1-2 tahun, tergantung stabilitas suhu lemari
pendingin. Jika disimpan dalam suhu -800oC maka dapat bertahan selama
beberapa tahun.

13
Potongan tulang atau giggi memungkinkan untuk disimpan dalam kondisi
kering, tetapi jika kita tidak yakin bahwa bagian dalam potongan tulang atau
gigi tersebut juga kering, maka lebih baik barang bukti tersebut disimpan dalam
kulkas. Rambut atau saliva yang telah kering juga dapat bertahan sangat lama.
Bahan biologis dikumpulkan untuk analisis DNA harus disimpan dalam
kondisi yang akan memperlambat laju degradasi DNA, dalam suhu rendah
tertentu dan kelembaban rendah. Sebuah lingkungan yang dingin dan kering
membatasi aksi bakteri dan jamur yang menemukan bahan biologis sumber
yang kaya makanan dan cepat dapat menurunkan bahan biologis.

14
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan
pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin
pada tempat cedera. Secara sederhana proses pembekuan darah yaitu
Rangkaian reaksi yang sebenarnya sesungguhnya lebih rumit, karena
disebabkan oleh banyaknya factor yang terlibat dalam proses pengaktipan
protrombin menjadi thrombin, yaitu mekanisme intrinsic dan mekanisme
ekstrinsik yang sudah dijelaskan sebelumnya.

3.2. Saran
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan
mutu makalah yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat
memberikan informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan
pembaca umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Goodwin, William, Adrian Linacre, Sibte Hadi. (2007). AN INTRODUCTION TO


Forensic Geneticks. England : John Wiley & Sons Ltd

Syukriani, Yoni. 2012. DNA FORENSIK. Jakarta : Sagung Seto

16

Anda mungkin juga menyukai