Anda di halaman 1dari 14

Respon Tubuh Terhadap Penyakit Menular

Diajukan untuk memenuhi tugas

mata kuliah Patofisiologi

Disusun Oleh :

1. Rahmat Ramadhan Hasibuan


2. Junarni
3. Rocki Riandi Wijaya

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Respon Tubuh Terhadap Penyakit Menular” ini dengan baik
tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah
yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Jakarta, Februari 2019

Penulis

1
Daftar Isi
Daftar Isi .......................................................................................................... i
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Sistem Imun ....................................................................... 3
2.2 Fungsi Sistem Imun ............................................................................. 3
2.3 Mekanisme Imunitas Terhadap Antigen yang Berbahaya ................. 4
2.4 Proses Mekanisme Respon Tubuh Terhadap Infeksi .......................... 4
2.5 Respon Tubuh Terhadap Agen Menular ............................................. 7
Bab III Penutup
1. Kesimpulan ......................................................................................... 10
2. Saran .................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................. 11

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guna menjaga integritas dan identitas individu diperlukan suatu sistem
pertahanan tubuh yang adekuat. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang
berbahaya meliputi pertahanan fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri
flora normal, innate immunity serta imunitas spesifik yang didapat, terdiri dari
imunitas humoral serta imunitas selular (cell mediated immunity). Antigen
Major Histo Compatibility (MHC) berperan pada presentasi antigen oleh
makrofag. Respons imun terhadap bakteri meliputi bakteri ekstra seluler dan
intra selular. Pada infeksi bakteri yang berat dapat terjadi kelelahan respons
imun (exchaustion), dalam keadaan ini pemberian terapi penunjang
imunoglobulin intra vena dapat dipertimbangkan.
Dunia labotarorium merupakan sebuah profesi yang menuntut kita untuk
mengetahui tentang berbagai jenis reaksi pada suatu zat atau reaksi pada tubuh
manusia. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang sistim dalam
tubuh terutama respon alami pada tubuh sangatlah di perlukan. Pada dasarnya
respon tubuh yaitu, dimana tubuh memberikan alaram atau perlawanan
terhadap suatu virus atau penyakit yang menyerang bagian - bagian di dalam
tubuh kita

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses mekanisme tubuh terhadap infeksi?
2. Bagaimanakah Mekanisme Imunitas terhadap Antigen yang Berbahaya?
3. Bagaimanakah respon tubuh terhadap agen menular?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas
didalam perkuliahan pada semester dua yang diberikan oleh dosen. Selain itu
juga bertujuan untuk memberikan pandangan yang luas kepada seluruh
mahasiswa mengenai respon alami tubuh terhadap penyakit menular.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Imun


Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan organ khusus
yang bekerja sama melawan segala hal yang berbahaya bagi tubuh. Sistem ini
terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel hingga organ. Salah satu jenis sel
yang paling penting dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).
Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai tempat di tubuh. Di
antaranya yaitu timus, limpa, dan sumsum tulang, di mana organ-organ ini
dikenal sebagai organ limfoid. Kadang leukosit juga disimpan dalam
gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di seluruh tubuh.
sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan
melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme
dan zat yang berbahaya dilingkungan yang dapat merusak dirinya.
Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah
suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan
membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons
yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen
diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan
melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk
bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.

2.2 Fungsi Sistem Imun


1. Melindungi tubuh dari serangan bakteri atau virus yang bersifat pathogen.
2. Menghancurkan dan menghilangakan mikroorganisme atau substansu
asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk kedalam
tubuh
3. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati untuk perbaikan jaringan.
4. Untuk keseimbangan tubuh.

3
2.3 Mekanisme Imunitas terhadap Antigen yang Berbahaya
Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang
berbahaya dilingkungan, yaitu;
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lender, pergerakan silia,
sekresi air mata, air liur, urine, asam lambung serta lisosim dalam air mata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus epitel organ.
3. Innate Immunity.
4. Imunitas spesifik yang didapat.

2.4 Proses Mekanisme Respon Tubuh Terhadap Infeksi


1. Innate Immunity
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang mencegah
masuknya dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah
terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity
A. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel poli-morfonuklear (PMN) dan
makrofag.
B. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
C. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
D. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat
mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur
klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
E. Produksi interferon alfa (IFN α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN β)
oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
F. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang mengandung perforin
G. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan
protein kationik yang dapat merusak membran parasit

4
2. Imunitas Spesifik didapat
Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan non spesifik/innate
immunity maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih
kompleks dan spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan
terhadap antigen lebih dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari:
A. Imunitas humoral
Produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T
dependent).
B. Cell mediated immunity (CMI)
Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitasini melalui:
1. Produksi sitokin serta jaringan interaksinya.
2. Sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan
interleukin 6 (IL-6).

3. Prosesi dan Presentasi Antigen


Respons imun tubuh dipicu oleh masuknya antigen/mikroorganisme ke
dalam tubuh dan dihadapi oleh sel makrofag yang selanjutnya akan
berperan sebagai antigen presenting cell (APC). Sel ini akan menangkap
sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang dapat
dikenali oleh sel limfosit T penolong (T helper). Sel Th ini akan teraktivasi
dan selanjutnya sel ini akan mengaktivasi limfosit lain seperti sel limfosit
B atau sel limfosit T sitotoksik. Sel T sitotoksik ini kemudian berpoliferasi
dan mempunyai fungsi efektor untuk mengeliminasi antigen. Setiap
prosesi ini sel limfosit dan sel APC bekerja sama melalui kontak langsung
atau melalui sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini dapat juga berinteraksi
secara simultan dengan sel tipe lain atau dengan komponen-komplemen,
kinin atau sistem fibrinolitik yang menghasilkan aktivasi fagosit,
pembekuan darah atau penyembuhan luka. Respons imun dapat bersifat
local atau sistemik dan akan berhenti bila antigen sudah berhasil
dieliminasi melalui mekanisme control.

5
4. Peran Major Histocompatibility Antigen (MHC)
Telah disebutkan di atas bahwa respons imun terhadap sebagian besar
antigen hanya dimulai bila antigen telah ditangkap dan diproses serta
dipresentasikan oleh sel APC. Oleh karena itu sel T hanya mengenal
imunogen yang terikat pada protein MHC pada permukaan sel lain. Ada 2
kelas MHC yaitu
A. Protein MHC kelas I. Diekspresikan oleh semua tipe sel somatik dan
digunakan untuk presentasi antigen kepada sel TCD8 yang sebagian
besar adalah sel sitotoksik. Hampir sebagian besar sel
mempresentasikan antigen ke sel T sitotoksik (selTc) serta merupakan
target/sasaran dari sel Tc tersebut.
B. Protein MHC kelas II. Diekspresikan hanya oleh makrofag dan
beberapa sel lain untuk presentasi antigen kepada sel TCD4 yang
sebagian besar adalah sel T helper (Th). Aktivasi sel Th ini diperlukan
untuk respons imun yang sesungguhnya dan sel APC dengan MHC
kelas II merupakan poros penting dalam mengontrol respons imun
tersebut.

5. Respons Imun terhadap Bakteri Ekstraselular


Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa
mekanisme yaitu:
A. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkandestruksi jaringan
di tempat infeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang
sering menimbulkan infeksi supuratif yang hebat.
B. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik.
Toksin dapat berupa endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang
merupakan komponen dinding bakteri adalah suatu
lipopolisakarida yang merupakan stimulator produk sitoksin yang
kuat, suatu ajuvan serta activator poliklonal sel limfosit B.
Sebagian besar eksotoksin nmempunyai efek sitotoksik dengan
mekanisme yang belum jelas benar.

6
2.5 Respon Tubuh Terhadap Agen Menular
1. Faktor Hospes pada Infeksi
Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organism yang menular harus
mampu melekat, menduduki atau memasuki hospes dan berkembang biak
paling tidak sampai taraf tertentu. Dalam perjalanannya manusia
mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu dalam berhubungan
dengan lingkungan

2. Kulit dan Mukosa Orofaring


Batas utama antara tubuh dan lingkungan adalah kulit. Kulit yang utuh
dengan lapisan keratin paling luar dan terdiri dari epitel berlapis gepeng
sebagai barier mekanis terhadap infeksi. Bila terjadi luka iris, abrasi atau
maserasi dapat memungkinkan agen menular masuk. Berkemampuan
melakukan dekontaminasi terhadap dirinya sendiri
a. Dekontaminasi fisik organism yang melekat pada lapisan luar kulit,
akan dilepaskan pada waktu kulit mengelupas.
b. Dekontaminasi kimia dengan tubuh berkeringat dan sekresi kelenjar
sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman
c. Dekontaminasi biologis: adanya normal flora menghalangi pembiakan
organism lain yang melekat pada kulit.

3. Mulut Dan Faring


Pelapisan mulut dan sebagian besar faring serupa dengan kulit
berepitel lapis banyak, dimana sebagai barier mekanis adanya invasi jasad
renik. Barier mekanis ini, mempunyai kelemahan di sepanjang gusi dan
tonsil sehingga dapat diterobos kuman. Mukosa orofaring didekontaminasi
oleh aliran air liur dengan mudah menghanyutkan partikel secara mekanis
dan adanya zat dalam air liur tersebut yang menghambat mikoorganisme.
Mulut dan faring mempunyai normal flora yang bekerja menghalangi
pertumbuhan beberapa kuman yang potensial.

7
4. Interaksi Mikroba Dan Hospes
Interaksi mikroba dalah hubungan timbal balik antar mikroba dengan
mikroba lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi. Interaksi
mikroba dan hospes memiliki tiga jenis simbiosis yaitu :
a. Mutualisme yaitu hubungan saling menguntungkan kedua belah fihak
misalnya antara bakteri Rhizobium leguminosarum dengan tanaman
leguminosa
b. Komensalisme yaitu hanya satu mengalami keuntungan yang lain tidak
dirugikan ataupun mendapatkan keuntungan. Mis Staphylococcus
epidermis pada kulit manusia. Ada bakteri yang tumbuh dan tidak
menimbulkan kerugian, bakteri ini membentuk flora normal.
c. Parasitisme yaitu hubungan antara Mikroorganisme jika salah satunya
pihak mendapat keuntungan sedangkan pihak lain dirugikan organisme
yang mengandung parasite di sebut hospes. Hubungan dapat terjadi
dalam bentuk gejala penyakit. Bila gejala mereda, tapi parasite masih
ada (terjadi keseimbangan biologis antara parasite dan hospes). Dalam
hal ini hospes dapat bertindak sebagai carrier

5. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan
system kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang
dengan system kekebalan tubuh yang buruk (imuno defisiensi). Mereka
membutuhkan kesempatan untuk menginfeksi seseorang. Dengan
banyaknya mikroorganisme yang berbuat banyak terhadap kesehatan kita
dimana bila terjadi lingkungan yang salah akan berubah dan menimbulkan
penyakit menular. Organism tersebut disebut oportunistik, mengambil
keuntungan pada keadaan tertentu pada hospes. Infeksi oportinustik
timbul bila beberapa factor membahayakan mekanisme pertahanan
intrinsic hospes atau dengan cara mengubah ekologi jasad renik.

8
6. Radang Sebagai Pertahanan
Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan
memasuki jaringan yang terjadi adalah reaksi radang akut. Jika reaksi
radang akut tidak sanggup mengatasi infeksi akan menyebar lebih luas ke
seluruh tubuh bisa melalui cairan tubuh, pengeluaran cairan eksudat atau
fagosit

7. Pembuluh Limfe Pada Infeksi


Pada radang akut aliran limfe dipercepat, hal ini berarti agen menular
juga ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe. Kadang
terjadi limfangitis, tetapi yang paling sering terjadi agen menular terbawa
ke kelenjar limfe dengan cepat difagosit oleh makrofag yang akhirnya
cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati kelenjar limfe dan terbebas
dari agen menular. Kelenjar getah bening (kelenjar limfe) adalah bagian
dari sistim pertahanan tubuh. Tubuh kita memiliki kurang lebih 600
kelenjar getah bening. Asal cairan limfe adalah cairan jaringan yang
masuk kedalam pembuluh limfe mengalir melalui sistem limfatik yang
berfungsi juga dlm sistem imun.

8. Pertahanan Terakhir
Jika penyebarannya agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe
atau jika agen tersebut langsung memasuki vena pada saat pertama kali,
maka dapat terjadi infeksi pada aliran darah. Ledakan bakteri dalam aliran
darah dapat terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya
ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari system monosit
makrofag. Namun jika organism yang masuk itu berjumlah sangat besar
dan jika organisme tersebut cukup resisten, maka system makrofag dapat
ditaklukkan. Hal ini mengakibatkan organism tersebut dapat menetap
dalam darah, dan menimbulkan gejala-gejala malese, kelemahan, dan
tanda-tanda demam, menggigil dan sebagainya. Keadaan ini dinamakan
septicemia atau sepsis atau sering juga disebut keracunan darah.

9
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Pada dasarnya pengetahuan tentang imunitas atau respon alami tubuh
terhadap suatu penyakit sangat di butuhkan bagi petugas medis. Dengan
anda mengetahui tentang materi imunitas atau respon tubuh ini, kita tidak
perlu khawatir atau panic jika terdjadi pada tubuh kita atau tubuh pasien.
2. Tanpa kita memahami tentang respon alami tubuh, makan akan timbul
rasa takut, bingung atau panic jika terjadi pada tubuh kita atau orang
terdekat kita. Jadi menurut saya materi ini atau pengetahuan ini sangat
penting untuk kita ketahui atau pelajari.

3.2 Saran
Setelah membaca kutipan diatas, kami sebagai penulis makalah ini, memberi
saran untuk :
Sebaiknya selalu menjaga kesehatan diri dengan selalu berolahraga dan
memlakukan pola hidup sehat, serta memperhatikan kondisi lingkungan
sekitar, agar dapat menghindari penyebaran penyakit

10
DAFTAR PUSTAKA
1. https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/sistem-imun-manusia/
2. Delire M. Immunoglobulins. Rationale for the clinicaluse of polyvalent
intravenous immunoglobulins.Petersfield: Wrightson Biomedical Publishing
Ltd, 1995.
3. Bellanti JA, Rocklin RE. Cell mediated immunereactions. In: Bellanti JA.
Immunology III. Philadelphia: WB Saunders Company 1985.
4. (Sumber/ source: Robbins, Stanley. Kumar Vinay.Patologi I (Basic Pathology
Part I).Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.)

11

Anda mungkin juga menyukai