Disusun Oleh :
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui definisi biakan murni.
2. Mengeetahui definisi dan cara isolasi bakteri.
3. Mengetahui definisi dan cara purifikasi bakteri.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas
didalam perkuliahan pada semester dua yang diberikan oleh dosen. Selain itu
juga bertujuan untuk memberikan pandangan yang luas kepada seluruh
mahasiswa mengenai Biakan Murni, Isolasi, dan Purifikasi.,
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat pertama kali membuat biakan, biasanya yang kita peroleh itu
suatu biakan campuran. Misal, kita ambil bahan (sampel) dari udara, dari
tanah, dari kotoran; kalau bahan itu kita sebarkan pada medium steril, akan
tumbuhlah beraneka koloni yang masing-masing mempunyi sifat-sifat yang
khas. Jika kita mengambil bahan dari salah satu koloni tersebut, kemudian
bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu akan
tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pekerjaan pemindahan itu
dilakukan dengan cermat menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat
yang steril dan aturan-aturan laboratorium tertentu.
Biakan yang kita peroleh dengan jalan demikian kita sebut biakan pertama
(primary culture), dan sifatnya murni. Biakan semacam ini dapat disimpan,
tetapi tiap-tiap waktu tertentu harus diadakan peremajaan dengan
memindahkannya ke medium baru. Mikroorganisme yang diperoleh dari
biakan pertama disebut biakan turunan (sub-culture). Tiap-tiap laboratorium
perlu menyimpan beberapa jenis biakan murni. Negara-negara yang sudah
maju mesti mempunyai koleksi pelbagai biakan murni; biakan simpanan itu
disebut juga “stock culture”.
3
2.2 Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium lingkungan
asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan
yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus
menggungakan prosedur aseptic. Aseptic berarti bebas dari sepsis, yaitu
kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptic ini sangat
penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk
menjalankan prosedur ini adalah Bunsen dan laminar air flow. Bila tidak
dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme
lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptic juga
melindungi laboran dari kontaminasi bakteri.
Isolasi bakteri atau biaan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme
dikenal sebagai biakan murni atau biakan aksenik. Biakan yang berisi lebih
dari satu macam mikroorganisme dikenal sebagai biakan campuran, jika hanya
terdiri dari dua jenis mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu
sama lain dalam asosiasi, dienal sebagai biakan dua jenis.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir
dengan metode garis, metode luang, metode sebar, metode penuangan, serta
micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering banyak digunakan
adalah teknik cawan luang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan
pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa
sehingga individu spesies dapat dipisahkan.
Ada 4 cara isolasi bakteri, yaitu:
1. Pour Plate
Beberapa ml suspense bakteri dicampur dengan medium yang
masih cair (belum membeku) dengan demikian akan diperoleh biakan
adukan. Digunakan untuk mengencerkan atau mengisolasi yang terdapat
pada contoh. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, koloni akan
tumbuh pada permukaan dan bagian bawah agar.
4
2. Streak Plate
Ujung kawat inokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau
digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan
petri sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk memperoleh hasil yang
baik diperlukan keterampilan, yang biasanya diperoleh dari pengalaman.
Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diingankan. Dua macam
kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan
permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga
pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk
menggunakan inoculum terlalu banyak sehingga menyulitan pemisahan
sel-sel yang digores.
3. Stant Culture
Ujung kawat yang membawakan bakteri digesekkan pada
permukaan agar-agar miring dalam tabung reaksi. Dapat dilakukan dengan
cara menggoreskan secara zig-zag pada permukaan agar miring
menggunakan jarum oose yang bagian atasnya dilengkungkan. Cara ini
juga dilakukan pada agar tegak untuk meminimalisir pertumbuhan
mikroba dalam keas\daan kekurangan oksigen.
4. Stab Culture
Ujung kawat yang membawakan bakteri ditusukan pada media
padat (agar-agar) dalam tabung reaksi, berbeda dengan Stant Culture,
permukaan agar-agar ini tidak miring. Media agar setengah padat dalam
tabung reaksi, digunakan untuk menguji gerak bakteri secara makroskopis.
5
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari
beban nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada
banyak factor seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus
mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut.
Factor lain seperti PH, suhu, dan pendingin harus dikendalikan dengan baik.
Selain untuk tujuan diatas, medium juga memiliki fungsi lain seperti
tempat untuk mengisolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang
didapatkan. Agar tiap-tiap medium memiliki karakteristik yang sesuai dengan
tujuan sehingga seringkali digunakan beberapa jenis zat tertentu yang
mempunyai pangaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba.
6
Syarat-syarat tumbuh mikroba adalah mengandung semua zat hara yang
mudah digunakan oleh mikroba, mempunyai tekanan osmosa, tegangan
permukaan, dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang
ditumbuhkan, berada dalam kondisi steril sebelum digunakan agar mikroba
yang diinginkan dapat tumbuh baik.
7
3. Pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan mikroorganisme Sinar
UV panjang gelombang 210-300 nm dapat membunuh mikroorganisme
jika di paparkan. Komponen seluler yang dapat menyerap sinar UV adalah
asam nukleat sehingga dapat rusak dan menyebabkan kematian.
8
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu
untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan
ciri-ciri cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu
popolasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Untuk beberapa
bakteri yang yang ada dan tersebar dimana sangat membantu dalam hal
biokimia dan biofisika lingkungan. Biokimia (masalah nutrient) lingkungan
ada karena berkat adanya kultur medium, dan semua itu tergantung dari
bakteri particular itu (sebagaimana sebagai particular investigator) bermacam
sumber dan jenis dari kultur media akan berkembang dengan adanya
perbedaan maksud dan. kultur media sebagai tempat untuk teknik isolasi dan
pemeliharaan kultur murni dari bakteri dan juga digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri menurut biokimia dan biofisika yang ada
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kami sadar masih banyak kekuarangan dari makalah yang
kami buat, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran dari teman-teman
mahasiswa atau dosen pembimbing jika terdapat kesalahan dalam segi materi
ataupun tulisan.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi modul 1-9. Jakarta:
Karunika.
2. Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England
3. Plezar. 2006. Dasar-Dasar-Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
4. Barazandeh, N. 2008. Microbiology Titles. Jerman. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg Media , pp 9-11
5. Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
6. Pelczar, M.J.Jr, and E. Chan.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit UI
Press. Jakarta. p:23-24.
7. Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology. 7th Ed.
McGraw-Hill Book Company Inc. USA, p: 113-116
8. Seiler, J. P. 2000. Good Laboratory Practice. Swiss. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg Media , p 61.
10