Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PELARUT ETANOL

TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL DAUN BELUNTAS (Pluchea


indica (L.)Less) DENGAN METODE Microwave – Assisted Extraction (MAE)
Rega Alfaz Luginda1), Bina Lohita2), Lusi Indriani3).1), 2) & 3)
1), 2) & 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh perbedaan konsentrasi pelarut
etanol terhadap kadar flavonoid total daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less)
berdasarkan metode RAL. Dengan metode ekstraksi Microwave Assisted Extraction
(MAE) menggunakan pelarut etanol 60%,70%,80% dan 96%. Hasil penelitian
menunjukkan Ekstrak yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi pelarut berupa
ekstrak cair yang berwarna coklat kehitaman, kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator dan waterbath dengan suhu tidak lebih dari 60°C, sehingga diperoleh ekstrak
kental daun beluntas dengan masing-masing konsentrasi Etanol (60%:36,5393%),
(70%:34,1831%), (80%:37,2404%) dan (96%:38,2167%). Dengan kadar flavonoid total
etanol (60%:2,8087%), (70%:2,107%), (80%:2,1481%) dan (96%:1,9143%).
Kata Kunci: Ekstrak Etanol Daun Beluntas, MAE, Kadar Flavonoid Total, Variasi
Konsentrasi Etanol

ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of ethanol solvent
concentration difference on total flavonoid concent of leaves beluntas (Pluchea indica
(L.) Less based on RAL method. By Microwave Assisted Extraction (MAE) method
using ethanol solvent 60%,70%,80% and 96%. The results showed the extract obtained
from each solvent concentration in the form of liquid extract of blackish brown, then
concentrated with a rotary evaporator and waterbath with a temperature not more than
60°C, to obtain thick leaf extract beluntas with each concentration ethanol
(60%:36,5393%), (70%:34,1831%), (80%:37,2404%) and (96%:38,2167%). With total
flavonoid levels ethanol (60%:2,8087%), (70%:2,107%), (80%:2,1481%) and
(96%:1,9143%).
Keywords: Ethanol Extract of Beluntas, MAE, Total Flavonoid Concent, Ethanol
Concentration Variation.

PENDAHULUAN Daun beluntas (pluchea


Indonesia memiliki banyak indica (L.)Less) umumnya tumbuh
jenis tanaman yang dapat liar di daerah kering pada tanah keras
dibudidayakan karena bermanfaat dan berbatu. Daun beluntas
dan kegunaannya besar bagi manusia mengandung alkaloid, flavonoid,
dalam hal pengobatan. Penggunaan tanin, minyak atsiri, natrium, kalium,
tanaman sebagai bahan obat allumunium, kalsium, magnesium,
tradisional memerlukan penelitian dan fosfor. Penelitian-penelitian
ilmiah untuk mengetahui kebenaran telah dilakukan dan menunjukkan
khasiatnya. Penggunaan tanaman bahwa daun beluntas memiliki
sebagai obat dapat dijamin aktivitas antibakteri karena adanya
kebenarannya dengan didapatkannya senyawa flavonoid (Purnomo, 2001).
data yang meyakinkan secara ilmiah Flavonoid termasuk senyawa
(Widowati, 1997). potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktivitas sebagai METODE PENELITIAN
obat. Manfaat flavonoid adalah Waktu dan Tempat Penelitian
untuk melindungi struktur sel, Penelitian ini telah
meningkatkan efektivitas vitamin C, dilaksanakan pada bulan Maret
anti-inflanmasi, mencegah keropos sampai Mei 2018, bertempat di
tulang dan antibiotik (Marinova dan Laboratorium Farmasi Fakultas
bactharov, 2011). Flavonoid dalam Matematika dan Ilmu Pengetahuan
daun beluntas memiliki aktivitas Alam Universitas Pakuan.
antibakteri, demikian juga senyawa Alat dan Bahan
fenol yang terkandung didalamnya Alat-alat yang digunakan
merupakan alkohol yang bersifat dalam penelitian ini adalah alkohol
asam sehingga disebut juga asam meter, neraca analitik, pipet tetes,
karbolat, yang mempunyai sifat anti oven, bulf, grinder, batang pengaduk,
bakteri yakni mengahambat penjepit kayu, cawan krus, sudip,
pertumbuhan sel bakteri Escherichia Microwave Assisted Extraction,
coli (Susanti, 2006). tanur, waterbath, penjepit besi,
Metode ekstraksi yang tabung reaksi, kain batis, alat gelas,
digunakan yaitu ekstraksi Microwave Rotary evaporator, plat tetes, spatel,
Assisted Extraction (MAE) yang spektrofotometer UV-Vis dan alat-
merupakan ekstraksi yang alat lain.
memanfaatkan radiasi gelombang Bahan-bahan yang digunakan
mikro untuk mempercepat ekstraksi pada penelitian ini adalah daun
selektif melalui pemanasan pelarut beluntas (Pluchea indica (L.)Less),
secara cepat dan effisien (Jain et al., air suling, etanol 60%, etanol 70%,
2009). etanol 80% dan 96%, kuersetin
Pada eksraksi dengan MAE murni, natrium asetat, alumunium
digunakan etanol sebagai pelarut klorida 10% (AlCl3), alumunium
dengan lama waktu ekstraksi selama foil. Bahan-bahan yang akan
6 menit dengan daya 800 watt (Quan digunakan untuk uji fitokimia
et al., 2006). Pelarut etanol adalah, pereaksi (Bouchardat,
mempunyai titik didih yang rendah Dregendorff dan Mayer), etil asetat
dan cenderung aman. Etanol juga pekat, serbuk magnesium (Mg),
tidak beracun dan berbahaya, selain serbuk seng, asam korida (HCl)
itu etanol juga mempunyai kepolaran pekat,Natrium asetat, asam sulfat
tinggi sehingga mudah untuk (H2SO4) p dan besi (III) klorida
melarutkan senyawa resin, lemak, (FeCl3).
minyak, asam lemak, karbohidrat Pembuatan Serbuk Simplisia
dan senyawa organik lainnya Daun Beluntas dibersihkan
(Munawarah & Handayani 2010). dari pengotor yang menempel
Menurut beberapa penelitian, (sortasi basah) lalu dicuci dengan air
MAE meningkatkan effisiensi dan bersih yang mengalir sampai bersih
efektivitas ekstraksi bahan aktif setelah itu ditiriskan untuk
berbagai jenis rempah-rempah, menghilangkan air sisa-sisa
tanaman herbal, dan buah-buahan pencucian. Daun yang telah bersih
(Calinescu et al., 2001). kemudian diangin-anginkan dan
dilanjutkan dengan proses
pengeringan di dalam oven pada
(𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒌𝒓𝒖𝒔 + 𝒂𝒃𝒖) − (𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒌𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈)
suhu 40-50°C sampai kering, setelah 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒊𝒎𝒑𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂
itu dilakukan sortasi kering yang
berguna untuk membersihkan Pembuatan Ekstrak Daun
kembali daun dari kotoran yang Beluntas
mungkin masih menempel atau tidak Ekstrak dibuat metode MAE
hilang pada saat pencucian. (Microwave - Assisted Extraction)
Simplisia kering tersebut kemudian yang dilakukan oleh Quan et al
digrinder hingga menjadi simplisia (2006) menggunakan pelarut etanol
serbuk setelah itu diayak dengan berbagai variasi konsentrasi (60%,
menggunakan ayakan mesh 30 dan 70%, 80% dan 96%) dengan
ditimbang untuk mendapatkan bobot perbandingan (1:6). Sebanyak 50 g
akhir simplisia. Rendemen simplisia serbuk simplisia dimasukan ke dalam
dapat dihitung dengan rumus: erlenmeyer dan ditambahkan pelarut
etanol sebanyak 300 ml, kemudian
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌 𝒔𝒊𝒎𝒑𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂 𝒚𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎% Erlenmeyer dimasukan kedalam
microwave oven dengan daya 800
Penetapan Kadar Air Serbuk watt selama 6 menit. Sampel
Simplisia diradiasi dalam microwave oven
Penentuan kadar air secara berkala (radiasi 1 menit dan 2
dilakukan dengan menggunakan menit dimatikan) untuk menjaga
metode Gravimetri dan alat oven. suhu tidak naik 80°C, karena jika
Dimasukkan lebih kurang 2 gram suhu lebih dari 80°C dapat
serbuk simplisia daun beluntas. menyebabkan rusaknya senyawa
Cawan uap ditara terlebih dahulu target. Hasil ekstraksi dibiarkan
didalam oven selama 15 menit, sampai suhu kamar dan kemudian
setelah itu cawan yang sudah ditara, disaring dan dihitung rendemen
ditimbang dan dimasukkan serbuk ekstrak kentalnya.
simplisia kedalam cawan dan di oven
pada suhu 105°C selama 5 jam. 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Kemudian simplisia ditimbang lalu 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒔𝒊𝒎𝒑𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂
di oven kembali selama 1 jam. Kadar
air serbuk pada umumnya yaitu tidak Analisis Fitokimia Ekstrak
lebih dari 10%, ekstrak kental tidak uji fitokimia yang dilakukan
lebih dari 5% (DepKes RI, 1995). meliputi identifikasi flavonoid,
alkaloid, saponin dan tanin secara
Penetapan Kadar Abu Serbuk
kualitatif.
Simplisia
Sebanyak lebih kurang 2 Penentuan Panjang Gelombang
gram serbuk simplisia yang telah Maksimal Kuersetin
ditimbang seksama, dimasukkan Sebanyak 1 mL larutan
kedalam kurs silikat yang telah standar kuersetin dalam etanol
dipijarkan dan ditara, diratakan. konsentrasi 100 ppm dimasukkan
Dipijarkan pada suh 500-600°C dalam labu ukur 50 mL,
perlahan-lahan hingga arang habis, ditambahkan kira-kira 30 mL
didinginkan dan ditimbang (DepKes akuades lalu ditambah 1 mL
RI, 2000). aluminium klorida 10%, 1 mL
natrium asetat 1 M dan air suling masing ekstrak kedalam labu ukur 50
sampai batas. Dikocok homogen lalu mL lalu ditambahkan akua destilata
dibiarkan selama 30 menit, diukur kira-kira 20 mL, 1 mL AlCl3 10%, 1
absorbannya pada panjang mL natrium asetat 1 M dan akuades
gelombang 380-780 nm dengan sampai batas. Dikocok homogen lalu
menggunakan spektrofotometer biarkan selama waktu optimum, lalu
(Chang et al., 2002). serapan diukur pada panjang
Penentuan Waktu Inkubasi gelombang maksimal. Absorban
Optimum yang dihasilkan dimasukkan
Sebanyak 1 mL larutan kedalam persamaan regresi dari
standar kuersetin konsentasi 100 ppm kurva standar kuersetin. Kemudian
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, dihitung flavonoid total dengan
ditambahkan kira-kira 30 mL menggunakan rumus :
akuades lalu ditambah 1 mL
ppm x volume x fp x 10−3
almunium klorida 10%, 1 mL Kadar =
Bobot ekstrak − (bobot ekstrak x kadarair)
X100%
natrium asetat 1 M dan air suling
sampai batas. Kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
dihomogenkan dan diinkubasi pada Hasil Uji Karakteristik Serbuk
suhu kamar. Serapan diukur pada Simplisia
panjang gelombang maksimum pada Simplisia kering daun
5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, beluntas dihaluskkan dan diayak
sehingga didapat waktu optimum menggunakan ayakan dengan mesh
yang stabil (Chang et al., 2002). 30 (yang artinya dalam 1 inchi
Pembuatan Kurva Standar terdapat 30 lubang). Gambar serbuk
Kuersetin simplisia daun Beluntas dapat dilihat
Deret standar kuersetin 2, 4, pada Gambar 1.
6, 8, dan 10 ppm dibuat dari larutan
100 ppm. Sebanyak 1, 2, 3, 4, 5 mL
larutan standar 100 ppm dipipet ke
dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya
ditambahkan akuades kira-kira 30
Gambar 1. Serbuk Simplisia Daun
mL, 1 mL aluminium klorida 10%, 1
Beluntas
mL natrium asetat 1 M dan
diencerkan dengan air suling sampai Hasil pemeriksaan organoleptik
batas. Dikocok homogen lalu dengan parameter warna, rasa, dan
dibiarkan selama waktu optimum, bau menunjukkan bahwa serbuk
diukur absorbannya pada panjang simplisia daun beluntas yang
gelombang maksimal (Chang et al., dihasilkan berupa serbuk halus,
2002). berwarna hijau kekuningan sampai
Penentuan Kadar Flavonoid Total hijau tua, memiliki rasa agak kelat
Ekstrak dan berbau khas. Hal ini sesuai
Sebanyak 0,05 gram ekstrak dengan persyaratan simplisia daun
kental dilarutkan dengan etanol dari beluntas dalam KepMenKes. RI
berbagai variasi konsentrasi (60%, (2013) bahwa daun beluntas
70%, 80% dan 96%) sampai 50 mL. memiliki warna helaian daun hijau
Larutan dipipet 10 mL dari masing- tua, bau khas dan rasa agak kelat.
Penetapan Kadar Air Simplisia memperlihatkan bahwa pelarut
etanol 96% pada daun beluntas
Penghilangan kadar air
memiliki kemampuan mengekstrak
hingga jumlah tertentu berguna
senyawa yang lebih baik. Hal ini
untuk memperpanjang daya tahan
disebabkan karena semakin tinggi
simplisia selama proses
konsentrasi pelarut maka semakin
penyimpanan (Rachmawati, 2014).
besar kadar yang dapat tersari
Hasil pengujian kadar air serbuk
(Diem., dkk, 2014).
simplisia daun Beluntas yaitu
Tabel 1. Hasil Rendemen Ekstrak
6,6745%. Hasil yang didapatkan
Etanol 60%, 70%, 80% dan 96%
menunjukkan bahwa kadar air serbuk
Daun Beluntas
simplisia memenuhi syarat secara
umum yaitu kadar air simplisia yang Sampel Rata-rata Rendemen
baik tidak lebih dari 10% (Depkes Ekstrak (%)
RI, 2000). Etanol 60% 36,5393
Penetapan Kadar Abu Simplisia Etanol 70% 34,1831
Hasil pengujian kadar abu Etanol 80% 37,2404
serbuk simplisia daun Beluntas yaitu
1,2482%. Hasil penelitian Etanol 96% 38,2167
menunjukkan bahwa kadar abu
serbuk daun Beluntas memenuhi Penetapan kadar air ekstrak
syarat dari kadar abu daun beluntas etanol 60%, 70%. 80% dan 96%
yaitu tidak boleh lebih dari 2,0 % daun beluntas menunjukan hasil
(KepMenKes RI, 2013). yang memenuhi syarat untuk ekstrak
Hasil Ekstraksi kental. Hasil penetapan kadar air
Ekstrak yang diperoleh dari ekstrak daun beluntas dapat dilihat
masing-masing konsentrasi pelarut pada Tabel 2.
berupa ekstrak cair yang berwarna Kadar air ekstrak kental daun
coklat kehitaman, kemudian beluntas memenuhi persyaratan
dipekatkan dengan rotary evaporator sesuai dengan literatur di famakope
dan waterbath dengan suhu tidak herbal yaitu perolehan hasil kadar air
lebih dari 60°C, sehingga diperoleh ekstrak kental daun beluntas tidak
ekstrak kental daun beluntas. lebih dari 9,6% (KepMenKes RI,
Persentase rendemen yang 2013).
didapat dari proses pembuatan Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Air
ekstrak daun beluntas menggunakan Ekstrak Etanol 60%, 70%, 80% dan
masing-masing konsentrasi pelarut 96% Daun Beluntas.
pengekstraksi yang berbeda dapat Sampel Rata-rata Kadar
dilihat pada Tabel 1. Air Ekstrak (%)
Rendemen ekstrak yang Ekstrak Etanol 6,8719
paling besar terdapat pada ekstrak 60%
etanol 96% daun beluntas dengan Ekstrak Etanol 6,5719
rata-rata rendemen sebesar 70%
38,2167%. Besarnya rendemen Ekstrak Etanol 6,8773
ekstrak daun beluntas dengan 80%
menggunakan pelarut etanol 96% Ekstrak Etanol 6,7518
sebagai pelarut pengekstraksi 96%
Hasil Uji Fitokimia Simplisia diperoleh pada menit ke-30. Hasil ini
menunjukkan bahwa 30 menit
Hasil uji fitokimia pada merupakan waktu dengan nilai
serbuk daun beluntas positif absorban yang paling stabil.
mengandung senyawa alkaloid, Kestabilan nilai absorban suatu
flavonoid, tanin dan saponin. Daun senyawa berkaitan dengan kestabilan
beluntas terbukti mengandung warna yang diserap oleh cahaya
senyawa flavonoid. Hasil tersebut monokromatis.
sesuai dengan penelitian Afriani
(2018) yang menyatakan bahwa
serbuk daun beluntas mengandung 0.2 Optimasi waktu inkubasi
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin 0.195
dan saponin. 0.19

Absorban
0.185
Absorban
Hasil Penentuan Panjang 0.18
0.175
Gelombang Maksimum Kuersetin 0.17
0.165
0 20 40 60
Panjang gelombang maksimum Waktu (menit)
0.2

0.15
Hasil Pembuatan Kurva Standar
Kuersetin
Absorban

0.1
absorban
pembuatan kurva standar
0.05 kuersetin ditentukan untuk
0 menghasilkan). Kuersetin dibuat ke
350 400 450 500 dalam beberapa deret konsentrasi
Panjang gelombang (nm)

Panjang gelombang yaitu 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm sehingga


maksimum yang didapat dari hasil didapat persamaan y= 0,0755x +
pengukuran absorbansi kuersetin 0,0108 dan nilai R2 = 0,9998. Nilai
menggunakan spektrofotometri UV- koefisien fungsi regresi (Vxo) dari
Vis adalah 431 nm. Hasil persamaan itu adalah 0,775%. Nilai
pengukuran absorbansi panjanng tersebut memenuhi syarat yaitu <2%
gelombang maksimum kuersetin ini (Harmita, 2015).
sesuai dengan penelitian Lissawardi
(2017).
Hasil Penentuan Kadar Flavonoid
Hasil Penentuan Waktu Inkubasi Total Ekstrak Daun Beluntas
Pengukuran flavonoid total
Optimasi waktu inkubasi
ekstrak daun beluntas dengan
dilakukan untuk menentukan waktu
menggunakan spektrofotometri UV-
yang dibutuhkan zat untuk bereaksi
Vis pada panjang gelombang 431 nm
secara optimum, sehingga
dengan waktu inkubasi optimum 30
menghasilkan serapan yang stabil.
menit. Persamaan yang digunakan
Optimasi waktu inkubasi yang
regresi linier, yaitu y = 0,0755x +
dilakukan pengukuran absorbannya
0,0108 dengan nilai linieritas R2
mulai dari waktu inkubasi 5, 10, 15,
adalah 0,9998. Nilai linieritas
20, 25 dan 30 menit. Waktu inkubasi
menujukan kolerasi antara
optimum standar kuersetin 10 ppm
konsentrasi dan absorbansi yang
dengan panjang gelombang 431 nm
dihasilkan. Semakin baik nilai Berdasarkan hasil uji
Linieritas (nilai r2 sama dengan 1 statistik, dapat dilihat bahwa
atau mendekati 1) maka kolerasi juga konsentrasi pelarut etanol 60% dan
semakin baik. 96% berada dalam subset yang
Tabel 3. Hasil Kadar Flavonoid berbeda-beda. Hal ini menunjukan
Total bahwa masing-masing konsentrasi
tersebut mempunyai pengaruh yang
Sampel Rata-rata kadar berbeda nyata terhadap kadar
flavonoid total (%) flavonoid total daun beluntas.
± SD sedangkan pada konsentrasi pelarut
Ekstrak etanol 2,8087 ± 0,0509a etanol 70% dan 80% berada pada
60% subset yang sama, hal ini
Ekstrak etanol 2,107 ± 0,0871b menandakan bahwa kedua
70% konsentrasi tersebut tidak
Ekstrak etanol 2,1481 ± 0,1588b memberikan pengaruh yang berbeda
80% nyata. Didapatkan satu konsentrasi
Ekstrak etanol 1,9143 ± 0,0718c pelarut etanol paling baik yaitu
96% etanol 60%.
Berdasarkan data yang
diperoleh menunjukan bahwa kadar KESIMPULAN
flavonoid total ekstrak daun beluntas
Berdasarkan hasil penelitian
tertinggi didapatkan pada ekstrak
yang telah dilakukan dapat
etanol 60% dengan nilai rata-rata
disimpulkan bahwa:
sebesar 2,8087%. Hal ini
Ekstrak etanol 60% daun
menunjukan bahwa semakin
beluntas memiliki kadar flavonoid
besarnya komposisi air didalam
total yang paling tinggi yaitu sebesar
pelarut maka semakin banyak juga
2,8087% ± 0,0509 dibandingkan
senyawa-senyawa polar dalam daun
dengan ekstrak etanol 70%, 80% dan
beluntas yang dapat berdifusi
96% yang memiliki masing-masing
kedalam pelarut, meskipun hal ini
hasil sebesar 2,107% ± 0,0871,
juga dapat menurunkan
2,1481% ± 0,1588 dan 1,9143% ±
kemungkinan senyawa-senyawa non-
0,0718. Perbedaan konsentrasi
polar terekstrak kedalam pelarut
pelarut etanol berpengaruh terhadap
tersebut (Zhang, J., et al, 2007).
kadar flavonoid total ekstrak daun
Konsen Subset beluntas.
trasi
Pelarut N 1 2 3 SARAN
96% 4 1.914375
Perlu dilakukan penelitian
70% 4 2.107000
pengaruh variasi konsentrasi pelarut
80% 4 2.148100
etanol dengan metode ekstraksi
60% 4 2.808700
modern lainnya.
Sig. 1.000 .575 1.000
DAFTAR PUSTAKA Diem Do, Q. Artik, E. Phoung, L.
dkk, 2014, Effect Of
Afriani, N. 2018. Formulasi Extraction Solvent On Total
Deodoran Roll On Phenol Content, Total
Kombinasi Katekin Gambir Flavonoid Content, and
(Uncaria acida) Dan Ekstrak Antioxidant Aktivity Of
Daun beluntas (Pluchea Limnophilia Arimatica.
indica (L)Less) Sebagai Anti Journal Of Food And Drug
Bakteri staphylococcus Analisis 22. Page 296-302
epidermidis. [skripsi].
Universitas Pakuan : Bogor. Harminta, A. 2006. Analisis
Kuantitatif Bahan Baku dan
Calinescu, I., C. Ciuculescu, M. Sediaan Farmasi.
Popescu, S. Bajenaru, G. Departemen farmasi Fakultas
Epure. 2001. Microwaves Matematika dan Ilmu
Assisted Extraction of Active Pengetahuan Alam
Principles from Vegetal Universitas Indonesia.
Material. Romanian Depok.
International Conference on
Chemistry and Chemical Jain, T., V. Jain, R. Pandey, A. Vyas,
Engeneering. 12, 1-6. S. S. Shukla. 2009.
Romania Microwave Assisted
Extraction for
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. Phytoconstituents-An
M., Chern, J. C., 2002. Overview. Asian journal
Estimation of total flavonoid Research Chemistry, 1 (2),
content in propolis by two 19-25.
complementray colorimetric
methods. Journal of Food KepMenKes RI, 2013. Farmakope
and Drug Analysis.10 (3): Herbal Indonesia Edisi IV.
178-182 Kepustusan Mentri
Kesehatan Republik
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jakarta
Indonesia. Jilid IV.
Direktorat Jendral Lissawardi, A. 2017. Penetapan
Pengawasan Obat dan Kadar Flavonoid Daun
Makanan. Departemen Bungur (Lagerstroemia
Kesehatan Republik speciose L. Pers) Dengan
Indonesia. Jakarta. Hal: 673, Menggunakan Jenis Pelarut
706 Yang Berbeda.[Skripsi]
Universitas Pakuan : Bogor.
_________. 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Marinova, G., bactharov, V. 2011.
Tumbuhan Obat. Ditjen Evalution The Method
POM, Jakarta. Hal: 5, 10, 11, Determination of The Free
35 Radical Scavenging Activity
By DPPH. Jurnal of
Agricurtural Science. 17 Diabetes. [Skripsi].
(N0.1). 11-12. Universitas Pakuan : Bogor.

Munawarah, S. & Handayani, P.A., Susanti, Ary, 2006. Daya anti


2010. Ekstraksi Minyak Daun Bakteri E kstrak Etanol Daun
Jeruk Purut (Cytrus hydtrik beluntas (pluchea indica
D.C) Dengan Pelarut Etanol Less) Terhadap Escherichia
dan N-Heksan. Jurnal coli secara in vitro. Fakultas
Kompetensi Teknik. Ilmu Kedokteran Hewan
2(1),pp.73-78 Universitas Airlangga :
Surabaya.
Purnomo, M, 2001. Isolasi
Flavonoid dari daun Quan, P.T., Tong V. H., Nguyen H.
Beluntas (Pluchea indica H., Nguyen X. D., Troung N.
Less) yang mempunyai t. 2006. Micrawave-Assisted
aktivitas antimikroba Extraction Of Polyphenols
terhadap bau kringat. From Fresh Tea Shoot.
Universitas Airlangga : Science & Technologi
Jakarta. development, 9(8). 69-75

Rachmawati, R. 2014. Uji Stabilita Widowati. 1997. Tanaman Obat


dan Penerimaan Panelis Untuk Diabetes Mellitus.
Terhadap Sirup Ekstrak http://toiusd.multiply.com/jou
Pepaya (Carica papaya L.) rnal/item/39/diabetes_mellitu
Dengan Berbagai Jenis s. [23 Oktober 2017]
Pemanis Sebagai Anti

Anda mungkin juga menyukai