Anda di halaman 1dari 19

“Nodiar”

Daun Jambu Biji


(Psidium guajava L)

Nama : Yusliatin
Nim : F201901195
Kelas : C4 Farmasi
Tugas : FTS Obat Tradisional
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI AUSTRALIA


(Psidium guajava L) DENGAN METODE BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test)

Nofita 1, Ade Maria Ulfa 2, Miera Delima 3

1
Program Studi Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
2
Program Studi Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung

Email: nofita82apt@gmail.com
HP: 082186751140

ABSTRACT

Guava is one of the plants that can traditionally be used for the treatment of diseases.
Many kinds of guava, one of which is the Australian guava has the characteristics of
roots, stems, leaves, dark red fruit. This study aims to determine the toxicity of the
ethanol extract of Australian guava leaves (Psidium guajava L) using the BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test) method and determine the chemical content of Australian
guava leaves (Psidium guajava L). The extract was made by the ultrasonic method
using 96% ethanol solvent. Toxicity tests were carried out using 48-hour-old Artemia
salina Leach shrimp larvae. The toxic effect of the extract was identified by the
percentage of shrimp larvae mortality using probit analysis (LC 50). From the research
results, phytochemical content includes tannins, flavonoids, alkaloids, terpenoids and
saponins, and flavonoid compounds have the highest content compared to the
others. Research shows that the ethanol extract of Australian guava leaves is of a
moderate category (LC50 441,977 ppm).
Keywords :Australia guava leaves, BSLT, Artemia salina L, Ultrasonic

ABSTRAK

Jambu biji merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Banyak macam jambu biji salah satunya
jambu biji Australia yang memilki ciri akar, batang, daun, buah berwarna merah tua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak etanol daun jambu
biji Australia (Psidium guajava L) menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test) dan menentukan kandungan kimia dari daun jambu biji Australia (Psidium
guajava L). Ekstrak dibuat dengan metode ultrasonik menggunakan pelarut etanol
96%. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan larva udang Artemia salina
Leach yang berumur 48 jam. Efek toksik ekstrak diidentifikasi dengan persentase
kematian larva udang menggunakan analisis probit (LC50). Dari hasil penelitian,
kandungan fitokimia meliputi tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin, dan
senyawa flavonoid memiliki kandungan yang paling tinggi dibandingkan yang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji Australia bersifat toksik
kategori sedang (LC50 441,977 ppm).
Kata kunci : daun jambu biji Australia, BSLT, Artemia salina L, ultrasonik

10
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

PENDAHULUAN mempunyai efek toksik pada larva udang


(Artemia salina L).
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal
dan menggunakan tanaman berkhasiat obat METODE PENELITIAN
sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan, salah
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
satu tanaman yang sering digunakan
timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis,
sebagai obat yaitu tanaman jambu biji. Di
Ultrasonik bath, pipet tetes, tabung reaksi,
Indonesia terdapat beberapa macam jambu
rak tabung, beaker glass, gelas ukur,
biji, salah satunya yaitu jambu biji Australia
erlenmeyer, labu ukur, blender, oven, kuvet,
(Psidium guajava L). Tanaman yang berasal
bak penetas larva udang, lampu TL 14 watt,
dari Australia ini memiliki ciri-ciri yang khas
vacum rotary evaporator.
yaitu akar, batang, daun dan buah berwarna
merah tua (Parimin, 2005). Daun jambu biji
Bahan yang digunakan dalam peneitian yaitu
mengandung golongan senyawa alkaloid,
etanol. telur artemia, air laut, aquadest, telur
saponin, flavonoid, tannin, terpenoid
A. salina L, AlCl3, Na2CO3, pereaksi folin,
(Dwitiyanti, 2015.
kuersetin, asam tanat, kafein, tween 80.
Senyawa metabolit sekunder dapat
diperoleh dengan cara ekstraksi, salah satu Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu
metode yang digunakan yaitu metode Biji Australia
ekstraksi ultrasonik. Kelebihan metode
ultrasonik yaitu kecepatan ekstraksinya
Metode yang digunakan untuk ekstraksi
dibanding dengan ekstraksi termal atau
adalah metode ultrasonik dengan
konvensional, lebih aman, lebih singkat dan
menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk
dapat meningkatkan jumlah rendemen kasar
simplisia daun jambu biji Australia ditimbang
(Handayani et al., 2016) sehingga
sebanyak 600 gram, kemudian dimasukkan
memungkinkan didapat metabolit sekunder
ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan dengan
yang lebih banyak.
etanol 96% sebanyak 6 L (1:10) kemudian
dilakukan ektraksi menggunakan alat
Uji toksisitas bertujuan untuk mengetahui ultrasonikator dengan suhu 45 ºC selama 20
efek toksik yang terkandung dalam bahan menit, hasil ekstraksi kemudian dipekatkan
alam. Belakangan ini pengujian tentang dengan menggunakan alat vacum rotary
toksisitas dikembangkan untuk pencarian evaporator.
produk alam yang berpotensi sebagai bahan
antineoplatik. Salah satu metode skrining Uji Skrining Fitokimia
yang digunakan untuk menentukan
ketoksikan suatu senyawa yaitu metode 1. Identifikasi Terpenoid
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Pengujian efek toksik ini menggunakan larva Sebanyak 2 mL sampel ditambahkan
udang Artemia salina. Kematian larva udang dengan 3 tetes HCl pekat dan 1 tetes H2SO4
Artemia salina digunakan sebagai parameter pekat. Jika terbentuk warna merah atau
untuk menunjukkan adanya kandungan zat ungu maka positif mengandung terpenoid.
aktif tanaman yang bersifat sitotoksik jika
harga LC50 <1000 μg/ml (Meyer et al., 1982).
2. Identifikasi Tanin
Berdasarkan pada uraian diatas, maka perlu Sebanyak 0,1 gram ekstrak ditambahkan 10
dilakukan pengujian pada ekstrak daun mL aquades, disaring lalu filtratnya
jambu biji Australia (Psidium guajava L) ditambahkan reagen besi (III) klorida (FeCl3)
dengan menggunakan metode BSLT (Brine 1% 5 mL. Warna biru tua atau hitam
Shrimp Lethality Test) untuk menguji apakah menunjukkan adanya tannin.

11
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

3. Identifikasi Alkaloid aquades. Kemudian ditambahkan 0,5 ml


pereaksi folin denis, didiamkan 3 menit lalu
ditambahkan larutan Na2CO3 jenuh
Dilarutkan 50 mg ekstrak dengan beberapa
sebanyak 1 mL, diinkubasi selama 15 menit.
mL HCl kemudian disaring. Pada filtrat
Pembuatan kurva baku dilakukan pada
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Mayer,
panjang gelombang 720 nm.
Wagner dan Dragendorff dalam tabung
reaksi yang berbeda. Reaksi positif ditandai
dengan adanya endapan putih atau 2. Penetapan Kadar sampel
kekuningan pada pereaksi Mayer,
Ditimbang 50 mg ekstrak dilarutkan dengan
munculnya warna merah-kehitaman pada
aquades sampai 10 mL. Kemudian dipipet
pereaksi Wagner, dan terbentuk endapan
1,0 mL sampel, dimasukkan ke dalam
orange pada pereaksi Dragendorff.
wadah berukuran 10 mL yang sudah berisi
7,5 mL aquades, lalu ditambahkan pereaksi
4. Identifikasi Flavonoid folin denis sebanyak 0,5 mL, didiamkan 3
menit, ditambahkan 1,0 mL larutan Na2CO3
jenuh. Kemudian diinkubasi selama 15
0,1 gram ekstrak ditambahkan 0,2 gram
menit, dibaca serapannya pada panjang
serbuk Mg, lalu ditambahkan 5 mL HCl
gelombang 720 nm.
pekat. Adanya senyawa flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna
kuning, jingga atau merah. 2. Penetapan Kadar Flavonoid
a. Pembuatan Larutan Standar Kuarsetin
5. Identifikasi Saponin
Ditimbang baku standar kuersetin sebanyak
25 mg dan dilarutkan dalam 25 mL etanol.
Larutan stok dibuat konsentrasi 100 ppm
Menambahkan sebanyak 0,5 mL sampel
dengan cara dipipet 1 mL larutan stock dan
kedlam 5 mL akuades, kemudian
tambahkan etanol 10 mL. Dari konsentrasi
dihomogenkan selama 30 detik, jika terdapat
kuersetin 100 ppm, kemudian dibuat
buih atau busa manunjukkan positif saponin.
beberapa konsentrasi yaitu 4 ppm, 6 ppm, 8
ppm, 10 ppm, dan 12 ppm. Dari masing-
Penetapan Kadar Dengan Spektrofotometri masing konsentrasi larutan standar kuersetin
ditambahkan 1 mL AlCl3 10 % dan 1 mL
UV-Vis
kalium asetat 120 mM. Sampel diinkubasi
selama satu jam pada suhu kamar.
1. Penetapan Kadar Tanin Kemudian diukur absorbansi pada panjang
gelombang maksimum 430 nm.
a. Pembuatan Larutan Standar Asam Tanat
1000 ppm
b. Penetapan Kadar sampel
Ditimbang 0,1 gram asam tanat kemudian Lakukan penimbangan 15 mg ekstrak,
dilarutkan dalam 100 mL aquades. dilarutkan dalam 10 mL etanol, sehingga
diperoleh konsentrasi 1500 ppm. Dari larutan
tersebut dipipet 1 mL tambahkan 10 mL
b. Pembuatan Kurva Baku etanol. Setelah itu pipet 1 mL larutan sampel
Dari larutan standar asam tanat 1000 ppm tambahkan 1 mL AlCl3 10 % dan 1 mL
dibuat seri pengenceran yaitu 6 ppm, 8 ppm, kalium asetat 120 mM. Sampel diinkubasi
10 ppm, 12 ppm, dan 14 ppm. Dari masing- selama satu jam pada suhu kamar.
masing seri pengenceran dipipet sebanyak 1 Kemudian diukur absorbansi pada panjang
mL lalu dimasukkan kedalam wadah labu gelombang maksimum 430 nm.
tentukur 10 mL yang telah berisi 7,5 ml

12
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

3. Penetapan Kadar Alkaloid laut untuk melarutkan ekstrak, jika tidak larut
maka ditambahkan tween 80 beberapa
a. Pembuatan Larutan Standar Kafein tetes. Setelah homogen lalu dicukupkan
Pembuatan larutan baku dibuat dengan dengan air laut sampai volume mencapai 10
menimbang kafein 25 mg dilarutkan dengan mL, digunakan sebagai larutan stok 2000
aquadest 25 mL. dari konsetrasi 1000 ppm ppm dan dibuat pengenceran 1000 ppm, 500
dibuat 100 ppm yaitu dengan mengambil 2,5 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm
mL dalam 25 mL aquadest. Kemudian dibuat dan 0 ppm sebagai kontrol tanpa
konsentrasi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm penambahan ekstrak.
dan 14 ppm diukur pada panjang gelombang
274 nm. 3. Uji toksisitas
Pengujian dilakukan dengan memasukkan
b. Penentuan Kadar sampel 10 ekor larva udang ke dalam masing-
masing wadah pengujian (mikroplat) dan
Penetapan kadar alkaloid dilakukan dengan
ditambah ekstrak dengan konsentrasi 1000
cara sampel sebanyak 25 mg dalam 25 mL
ppm, 500 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm,
aquadest. Kemudian dipipet 1 mL dilarutkan
12,5 ppm, volume setiap wadah pengujian
dalam 10 mL aquadest dan disaring.
dicukupkan hingga 2 mL dengan
Kemudian diukur absorbansinya pada
penambahan air laut. Setiap konsentrasi
panjang gelombang 273 nm. ekstrak diuji sebanyak 4 kali pengulangan.
Kemudian diinkubasi dilakukan pada suhu
kamar dibawah sinar lampu TL 14 watt
selama 24 jam, dilakukan pengamatan
Uji Toksisitas Menggunakan Larva Udang terhadap jumlah larva yang mati. Kontrol
(A.salina L) Metode BSLT (Brine Shrimp dilakukan dengan prosedur yang sana tanpa
penambahan ekstrak.
Lethality Test)

Uji toksisitas dilakukan berdasarkan metode Analisis Data


McLaughlin et al., (1998) yang sudah
dimodifikasi.
Menggunakan Analisis Probit

1. Penyiapan larva udang A.salina L % kematian = Jumlah larva mati X100%


Dilakukan dengan merendam sebanyak 10 Jumlah larva awal
mg telur A. salina L dalam 1 L air laut yang
telah disaring untuk penetasan, diberi Toksisitas dihitung sebagai berikut:
penerangan dengan sinar lampu TL 14 watt
serta diaerasi selama 24 jam pada suhu y = a + bx
kamar. Larva udang yang digunakan untuk
uji toksisitas yang telah berumur 48 jam. a= intercept

b= slop
2. Penyiapan larutan stok
y = nilai probit y = 5,00 (kematian 50%)
Sebanyak 20 mg ekstrak ditempatkan pada
labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan air x = konsentrasi ekstrak lalu di antilog

13
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.Hasil Ekstraksi

Sampel Bobot basah Bobot kering Susut % Rendemen


(gram) (gram) pengeringan
(%)
Daun jambu 1.370 600 43,79 30,67
biji Australia

Dari proses ekstraksi yang dilakukan Penentuan rendemen berfungsi untuk


menggunakan metode ultrasonik, mengetahui kadar metabolit sekunder
diperoleh % rendemen 30,67%. yang terbawa oleh pelarut namun tidak
Rendemen merupakan kadar kandungan dapat menentukan jenis senyawa yang
senyawa metabolit sekunder dalam terbawa oleh pelarut (Ahmad, 2016).
tumbuhan yang dinyatakan dalam %.

2.Uji Skrining fitokimia

Golongan senyawa Hasil pengamatan keterangan


yang diuji
Terpenoid Terbentuk warna ungu +
Tanin Terbentuk warna hitam +
Alkaloid Mayer : terbentuk endapan +
kekuningan
Wagner : terbentuk warna merah
kehitaman
Dragendroff : terbentuk endapan
orange
Flavonoid Terbentuk warna jingga +
Saponin Terbentuk busa +
Keterangan + : positif mengandung senyawa yang diuji

Dari hasil skrining fitokimia menunjukkan Uji senyawa tanin menggunakan reagen
bahwa ekstrak daun jambu biji Australia FeCl3 1% untuk mengidentifikasi gugus
mengandung senyawa golongan fenol. Terbentuknya warna hijau
terpenoid, tanin, alkaloid, flavonoid dan kehitaman atau biru tinta pada ekstrak
saponin..Untuk uji fitokimia terpenoid setelah ditambah dengan FeCl3 karena
ekstrak ditambah reagen Liebermann- tanin akan membentuk senyawa kompleks
Burchad yaitu campuran antara HCl pekat dengan ion Fe3+.
dengan H2SO4 pekat. Analisis ini
didasarkan pada kemampuan senyawa Uji fitokimia alkaloid dilakukan
terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 penambahan HCl sebelum ditambah
pekat dalam pelarut asam klorida. pereaksi karena alkaloid bersifat basa
Hasilnya pada uji fitokimia sampel sehingga diekstrak dengan pelarut asam
mengandung terpenoid yang membentuk (Harborne,1996). Pada uji Mayer,
warna ungu. terbentuk endapan kekuningan. Uji

14
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

wagner memberikan hasil warna merah dilakukan dalam suasana asam dengan
kehitaman. Pereaksi dragendroff penambahan HCl. Flavonoid merupakan
membentuk endapan orange. Prinsip dari senyawa yang mengandung dua cincin
metode analisis ini adalah reaksi aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari
pengendapan yang terjadi karena adanya satu.
penggantian ligan. Atom nitrogen yang
mempunyai pasangan elektron bebas
Uji fitokimia saponin menunjukkan hasil
pada alkaloid dapat mengganti ion iodo
positif yang ditandai dengan
dalam pereaksi-pereaksi.
terbentuknnya busa setelah pengocokan
dan stabil setelah didiamkan selama 10
Pada uji fitokimia flavonoid, ekstrak menit. Timbulnya busa ini menunjukkan
ditambahkan serbuk Mg lalu ditambahkan adanya glikosida yang mempunyai
HCl pekat, terbentuk warna jingga. Uji ini kemampuan membentuk buih dalam air
menggunakan magnesium sebagai yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
pereduksi dimana reduksi tersebut senyawa lainnya (Rusdi, 1990).

3. Penetapan Kadar Dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

Senyawa Konsentrasi Konsentrasi rata- (%) Kadar


(ppm) rata (ppm)
Tanin 6,68
6,38 6,82 3,41
7,40
Flavonoid 6,13
6,16 6,15 4,10
6,16
Alkaloid 3,77
4,38 4,07 4,07
4,07

Dari hasil penetapan kadar tanin, flavonoid membentuk kompleks sehingga terjadi
dan alkaloid menggunakan spektro- pergeseran panjang gelombang ke arah
fotometri UV-Vis menunjukkan bahwa visible (tampak). Ditandai dengan larutan
kadar flavonoid menunjukkan kadar yang yang menghasilkan warna lebih kuning.
paling tinggi. Pada penelitian kandungan Penambahan kalium asetat bertujuan
tanin ditentukan berdasarkan pen- untuk mempertahankan panjang gel-
ambahan reagen pembentuk warna yaitu ombang pada daerah tampak (Chang et
folin denis. Pembentukan warna yang al, 2002). Ekstrak etanol daun jambu biji
terjadi berdasarkan reaksi reduksi Australia diukur serapannya dan dihitung
oksidasi. Tanin sebagai reduktor dan folin kadar flavonoid diperoleh hasil 4,10%.
denis sebagai oksidator. Prinsip reagen
folin denis yaitu terbentuknya senyawa
kompleks berwarna biru sehingga dapat Pada penetapan kadar alkaloid,
diukur serapannya pada daerah sinar pengukuran absorbansi alkaloid untuk
tampak. Ekstrak etanol daun jambu biji menentukan kurva kalibrasi kafein dengan
Australia diukur serapannya dan dihitung panjang gelombang maksimal yang
kadar tanin diperoleh hasil 3,41%. diperoleh yaitu 274 nm. Ekstrak etanol
daun jambu biji Australia diukur
serapannya dan dihitung kadar alkaloid
Pada penetapan kadar flavonoid, larutan diperolehhasil 4,07%.
sampel ditambahkan AlCl3 yang dapat

15
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

4. Uji Toksisitas Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Konsentrasi Persentase Nilai LC 50 Keterangan


ekstrak (mg/L) kematian (%) (mg/L)
12,5 2,5
25 10
50 17,5 441,977 Toksik sedang
100 25
500 42,5
1000 70

Dari hasil Pengujian toksisitas dengan Tanin merupakan senyawa polifenol, pada
menggunakan metode BSLT (Brine konsentrasi tinggi bertindak sebagai toksin
Shrimp Lethality Test) diperoleh hasil bagi plasma untuk merusak dinding sel
441,977 mg/L yang tergolong toksisitas dan mengumpulkan protein sel,
sedang. Menurut hamidi (2014) rentang sedangkan pada konsentrasi rendah dapat
kategori toksik sedang yaitu 100-500 menghambat multifikasi enzim in vitro
mg/L. Jika nilai LC50 ekstrak atau senyawa (Ogata et al., 2005 dalam Herawati et al.,
yang diuji <1000 mg/L maka dianggap 2009). Senyawa-senyawa tersebut dapat
menunjukkan adanya aktivitas biologik, bersinergi berperan sebagai toksin
sehingga pengujian ini dapat digunakan sehingga nilai toksisitas ekstrak yang
sebagai skrining awal terhadap senyawa mengandung banyak senyawa tersebut
bioaktif yang diduga berkhasiat sebagai menjadi toksik
antikanker ( Meyer et al, 1982). Dari hasil
analisa penelitian menunjukkan pula
bahwa pada kontrol tidak ada larva udang KESIMPULAN
yang mati, kematian larva hanya
disebabkan oleh pengaruh ekstrak yang Dari hasil penelitian uji toksisitas
ditambahkan. ekstrak etanol daun jambu biji Australia
(Psidium guajava L) dengan metode BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test) dapat
Golongan senyawa flavonoid, alkaloid, disimpulkan :
terpenoid, saponin pada kadar tertentu 1. Ekstrak etanol daun jambu biji
memilki potensi toksisitas akut serta dapat Australia (Psidium guajava L) memilki
menyebabkan kematian larva Artemia efek toksik terhadap larva udang
salina L (Cahyadi, 2009). Mekanisme (Artemia salina Lech) toksisitas
kematian larva berhubungan dengan sedang.
fungsi senyawa tersebut dalam daun 2. Nilai LC50 ekstrak etanol daun jambu
jambu biji Australia yang dapat biji Australia (Psidium guajava L)
menghambat daya makan larva terhadap larva udang (Artemia salina
(antifedant). Cara kerja senyawa- Leach) sebesar 441,977 mg/L.
senyawa tersebut bertindak sebagai racun
perut atau stomach poisoning sehingga DAFTAR PUSTAKA
akan menggangu alat pencernaannya.
Selain itu reseptor perasa pada daerah Ahmad AR, Juwita J, Ratulangi SAD,
mulut larva juga akan dihambat sehingga Malik A. 2016. Penetapan Kadar
menyebabkan gagalnya stimulus rasa Fenolik dan Flavonoid Total
pada larva sehingga tidak mampu Ekstrak Metanol Buah dan Daun
mengenali makanannya. Hal ini Patilaka (Etlingera
mengakibatkan larva mengalamai elatior (jack) Rm Sm)
kelaparan dan akhirnya mati. Menggunakan Spektrofotometri

16
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020

UV-Vis. Pharmaceutical Sirsak Metode Ultrasonik Bath


Sciences And Research (Psr), (Kajian Rasio Bahan : Pelarut dan
2(1), Pp 1-10. Lama Ekstraksi). Jurnal Pangan
dan Agroindustri 4(1) : 262-272.
Cahyadi R. 2009. Uji Toksisitas Aku
Ekstrak Etanol Buah Pare
Harborne JB. 1897. Metode Fitokimia.
(Momordika charantia L)
Terhadap Larva Artemia salina L “Penuntun cara modern
Dengan Metode BSLT [Skripsi]. menganalisa tumbuhan” Terbitan
Semarang: UNDIP. kedua. Bandung: ITB.

Chang C, Yang M, Wen Hand Chern J. Herawati N, Jalaluddin N, Daha L, Firdaus


Z. 2009. Sonneratia alba sebagai
2002. Estimation of the Total
sumber senyawa antibakteri
Flavonoid Content in Propolis by
potensial. Jurnal Indonesia
Two Complementary Colorimetric
Chemica Acta. 2(2): 10-16.
Methods. J. Food Drug Anal.
McLaughlin JL, Rogers LL, Anderson JE.
Dwitiyanti. 2015. Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L) sebagai 1998. The Use Of Biological
Antikanker Payudara. [Skripsi]. Assays To Evaluate Botanicals.
Jakarta Timur: UM Prof. DR. Drug Inform JL. Vol 32.
Hamka.
Meyer BN. 1982. Brine Shimpe, A:
“Convenient General Bioassay for
Handayani H, Sriherfyna FH. 2016.
active Plant Constituent”. Plant
Ekstraksi Antioksidan Daun
Medica.

Parimin SP. 2005. Jambu Biji: Budidaya


dan Ragam Pemanfaatannya.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai


Sumber Bahan Obat. Padang :
Pusat Penelitian Universitas
Andalas

17
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Original Research

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU


BIJI (Psidium guajava L.) TERHADAP BAKTERI PENYABAB KARIES
GIGI Streptococcus sanguis

ANALYSIS ANTIBACTERIAL ACTIVITIES ETHYL ACETATE FRACTION OF SEED


LEAF (Psidium guajava L.) ON DENTAL BACTERIA OF DENTAL CARIES
Streptococcus sanguis

Ovysta Darsono1*, Sumantri2

Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Jakarta Utara, Indonesia, 14350


*E-mail: ovystad@gmail.com

Diterima: 11/09/2019 Direvisi: 29/09/2019 Disetujui: 06/11/2019

Abstrak
Jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah tanaman obat yang digunakan didaerah tropis dan subtropis untuk
mengobati banyak gagguan kesehatan. Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa yang memiliki antibakteri.
Namun dari fraksi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) saat ini belum diketahui khasiat antibakteri penyebab
karies gigi yaitu Streptococcus sanguis. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan difusi cakram (Kirby-bauer),
dimana media Nutrient Broth yang sudah dibiakkan dengan bakteri Streptococcus sanguis dan diinkubasikan selama
24 jam. Kontrol positif menggunakan ampicillin, kontrol negatif menggunakan DMSO, serta sampel uji yakni fraksi
etil asetat. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong millimeter. Uji lanjutan dengan mengukur KHM dari
senyawa yang memiliki aktivitas tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri, dilakukan dengan metode dilusi cair. Media
Nutrien Broth yang sudah dibiaakkan S. sanguis diberikan konsentrasi ekstrak masing-masing 5 %,10 %, 15 %, 20 %
dan 25 %. Hasil penelitian menunjukan fraksi etil asetat daun jambu biji memiliki aktivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dengan rerata zona hambat 16.00 ± 0.719 mm pada bakteri S. sanguis. Dilanjutkan dengan uji
KHM dengan nilai KHM 15 %. Uji kebocoran asam nukleat dan protein menunjukkan adanya kebocoran sel pada
bakteri pada nilai 1 KHM dan 2 KHM.

Kata kunci : Fraksi; Daun Jambu Biji; Psidium guajava Linn; Streptococcus sanguis

Abstract
Guava (Psidium guajava Linn.) is a medicinal plant used in tropical and subtropical regions to consume a lot of
health benefits. White guava leaf extract contains compounds that have antibacterial properties. But from the guava
leaf fraction (Psidium guajava Linn.) At present there is no known antibacterial effect of dental caries, Streptococcus
sanguis. The antibacterial activity test was carried out by disc diffusion (Kirby-bauer), where the Nutrient Broth media
was cultured with Streptococcus sanguis bacteria and incubated for 24 hours. The positive control group used

80
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

ampicillin, the negative control group used DMSO, and the test sample was ethyl acetate fraction. The inhibition zone
is measured using millimeter calipers. Further testing by measuring the MIC of the compound which has the highest
activity against bacterial growth was carried out by liquid dilution method. Nutrient Broth media which have been
cultivated by S. sanguis are given extract concentrations of 5%, 10%, 15%, 20% and 25% respectively.The results
showed that ethyl acetate fraction of guava leaves had activity in inhibiting the greatest bacterial growth with a mean
inhibition zone of 16.00 ± 0.719 mm in S. sanguis bacteria. Followed by MIC test with a MIC value of 15% for each
bacterium. Leak test of nucleic acid and protein showed cell leakage in both bacteria at 1 MIC and 2 MIC values.

Keywords: Fraction; guava leaves; Psidium guajava Linn; Streptococcus sanguis

PENDAHULUAN
Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) umumnya disebabkan oleh
plak gigi, yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan mulut dan
gigi. Plak gigi adalah lengketan yang berisi bakteri dan produk-produknya yang terbentuk pada
permukaan gigi [2].
Bakteri kariogenik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan dalam menyebabkan
karies. Bakteri ini meliputi Actinomyces, Lactobacillus, Streptococcus mutans dan Streptococcus
sanguis. Streptococcus sanguis merupakan bakteri yang dapat berkolonisasi di permukaan gigi
pada tahap awal pembentukan plak sehingga menyebabkan bakteri lain [7].
Jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah tanaman obat yang digunakan didaerah tropis
dan subtropis untuk mengobati banyak gagguan kesehatan. Jambu biji (Psidium guajava Linn.)
menunjukan bahwa daunnya memiliki antibakteri, hipoglikemik, antiinflamasi, analgesik,
antipiretik [6].
Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa saponin, tanin, steroid, flavonoid,
alkaloid dan triterpenoid [5]. Flavonoid dari isololat daun jambu biji memiliki antibakteri terhadap
S. aureus dan E. Coli [9]. Namun dari fraksi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) saat ini
belum diketahui khasiat antibakteri penyebab karies gigi yaitu Streptococcus sanguis. Berdasarkan
paparan diatas maka peneliti ingin melakukan pengujian aktivitas antibakteri fraksi etil asetat
terhadap bakteri penyebab karies gigi yaitu Streptococcus sanguis.

METODE
Sampel (Bahan) Penelitian
Bahan alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji yang diperoleh
dari Balitro. Determinasi tanaman daun jambu biji (Psidium guajava L.) dilakukan di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bahan yang digunakan untuk ekstraksi, uji fitokimia, dan
fraksi adalah etanol 96%, aquadest, pereaksi Dragendorf, logam magnesium, amil alkohol,
ammonia, reagen FeCl3, Bouchardat, etil asetat. Bahan uji aktivitas antibakteri yaitu media TSA,
mrdia NB, DMSO, Natrium klorida, McFarland 0,5. Streptococcus sanguis di peroleh dari
Laboratorium Kedokteran Universitas Indonesia.

81
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Prosedur kerja
Ekstraksi
Daun jambu biji dibersihkan dari kotoran lalu dikeringkan dan diblender menjadi sebuk.
Serbuk diekstraksi dengan etanol 96% dengan perbandingan 1 bagian bahan dan 6 bagian pelarut.
Metode yang digunakan yaitu maerasi selama selama 3 x 24 jam. Lakukan pengocokan berputar
tanpa membuka batol kaca 1 x 12 jam, Setelah 3 hari simplisia tersebut disaring menggunakan
kertas saring. Ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator dan water bath.
Fraksi Etil Asetat
Ekstrak etanol ditimbang sebanyak 30 g dimasukkan kedalam gelas piala kemudian
ditambahkan 20 mL aquadest dan 10 mL larutan etil asetat, lalu diaduk. Dimasukkan ke dalam
corong pisah, didiamkan hingga terjadi pemisahan antara air dan etil asetat. Kemudian dikeluarkan
air, dimasukkan ke dalam gelas piala dan etil asetat dimasukkan ke dalam vial sebagai ekstrak etil
asetat. Ekstrak hasil fraksinasi dipekatkan dengan penangas air sehinngga diperoleh bentuk fraksi
kental.

Uji Aktivitas Antibakteri


Uji aktivitas dilakukan terhadap bakteri Streptococcus sanguinis dengan menggunakan
metode difusi cakram menggunakan kertas cakram. Pada media TSA yang sudah dicampurkan
suspense bakteri, kertas cakram diletakkan di atas media TSA dan ditetesi larutan uji dengan
konsentrasi 100%. Ampisilin sebagai kontrol positifnya, dan kontrol negative digunakan aquadest
steril. Kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Setelah itu diameter daerah hambat
diukur menggunakan penggaris dan jangka sorong.

Uji Konsentrasi Hambat Minimum


Sebanyak 5 mL media NB steril dimasukan dalam tabung reaksi yang ditambkan 1 mL
fraksi etil asetat daun jambu biji dengan konsentrasi (5 %, 10%, 15%, 20% dan 25%) dan bakteri
uji dalam hal ini yaitu Streptococcus sanguis kemudian semua tabung reaski dihomogen kan dan
diambil sebayak 2 mL untuk diukur nilai absorbansi Optical Density (OD) bakteri dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS (ƛ = 600 nm). Setelah itu tabung reaksi diatas diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37 ̊ C. Nilai OD pasca inkubasi diukur kembali dengan mengambil 2 mL
untuk diukur nilai OD dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS (ƛ = 600 nm). Pada
kontrol positif yang dipakai berisi media, suspense bakteri dan antibiotik ampisilin. Sedangkan
pada kontrol negatif berisi media.

Uji Kebocoran Protein dan Asam Nukleat


Diambil suspensi bakteri yang akan diuji yaitu Streptococcus sanguinis yang sebelumnya
telah diinkubasi selama 24 jam dalam media NB sebanyak 10 mL Kemudian lakukan sentrifus

82
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

dengan kecepatan 10.000 g selama 15 menit. Selanjutnya filtrat dibuang dan pellet dalam tabung
dicuci dengan buffer fosfat pH 7,0 sebanyak 2 kali.
Kemudian pellet disuspensikan kedalam larutan buffer fosfat dengan pH sebesar 7,0
ditambahkan larutan uji (fraksi). Kemudian inkubasi dalam shaker inkubator selama 24 jam.
Kemudian suspensi bakteri disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 10.000 g sehingga
diperoleh filtrat yang selanjutnya diukur absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Kontrol positif yang dipakai berisi media, suspense
bakteri dan antibiotik ampisilin.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai rendamen yang didapatkan adalah 15,13% hasil ini sesuai dengan syarat yaitu tidak
kurang dari 12.3%.3 Hasil identifikasi organoleptis ekstrak daun Jambu biji yaitu ekstrak kental
berwarna hijau kehitaman dengan rasa pahit dan dengan bau yang khas dari simplisia. Hasil bobot
dari ektrak kental fraksi etil asetat sebesar 4,9 g dari perbandingan 30 g ekstrak : 10 mL aquadest
: 90 mL etil asetat lalu dipekatkan dengan rotary evaporator dan water bath. Uji antibakteri ekstrak
fraksi etil asetat dilakukan triplo pada setiap sampel.

Gambar 1 Daun Jambu Biji

Gambar 2 Ekstrak Kental Daun Jambu Biji

83
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Gambar 3 Fraksinasi Etil Asetat Daun Jambu Biji

Tabel 1 Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Fraksi Etil Asetat

Kontrol Kontrol Zona


Pengulangan Negatif Positif Hambat
(mm) (mm) (mm)
1 0 20.18 15.62
2 0 19.44 16.83
3 0 19.46 15.55
Jumlah 0 59.08 48.00
Diameter rata-rata (mm) 0 19.69 16.00
SD 0 0.421 0.719

25

19.69*13.69
20
Diameter Zona Hambat

16.00*10.00
15

10

5
0
0
Kontrol Negatif DMSO(mm) Kontrol Positif Ampisilin (mm) Fraksi Etil Asetat (mm)

Perlakuan

Gambar 4 Diagram Diameter rata-rata S. Sanguis

84
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Gambar 5 Hasil Uji Aktivitas Bakteri S. Sanguis

Uji aktivitas antibakteri menunjukan bahwa sampel fraksi etil asetat daun jambu biji
memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk.
Terbentuknya zona bening merupakan bentuk penghambatan pertumbuhan terhadap bakteri. Hasil
hambatan menjadi 4 kelompok zona hambat yaitu zona hambat yang lemah dengan diameter ≤ 5
mm, zona hambat sedang dengan diameter 5-10 mm, zona hambat yang kuat dengan diameter 10-
20 mm dan zona hambat yang sangat kuat dengan diameteer ≥ 20 mm.10 Berdasarkan dari
penelitian yang dilakukan nilai rata-rata zona hambat yang didapat untuk bakteri dapat dikatakan
sudah memasukin standar. Hasil uji aktivitas antibakteri pada ekstrak fraksi daun jambu biji adalah
16.00 mm tersebut termasuk dalam zona hambat kuat. Uji antibakteri fraksi daun jambu biji
terhadap bakteri Streptococcus sanguis digunakan untuk membandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang menggunakan ektrak daun jambu biji terhadap bakteri Streptococcus mutan [8].
Hasil uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis oleh karena itu bisa dilanjutkan untuk
mengetahui nilai konsentrasi hambat minumum (KHM) dari fraksi etil asetat daun jambu biji.
Hasil dari KHM yang didapatkan dari konsentrasi 5 % - 25 % diperoleh nilai KHM 15 % pada
bakteri S. sanguis. Uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji dilakukan triplo
pada setiap sampel.
Tabel 2 Nilai OD dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis

Konsentrasi Rata-rata SD
Kontrol + 0.008 0.004
Kontrol - 0.203 0.006
5% 0.198 0.070
10% 0.184 0.026
15% 0.168 0.035
20% 0.067 0.002
25% 0.063 0.010

85
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Nilai KHM dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis
0.3 0.198
0.25 0.203 0.184 0.168
Nilai OD

0.2
0.15
0.1 0.067 0.063
0.05 0.008
0
Kontrol + Kontrol - 5% 10% 15% 20% 25%
Konsentrasi

Gambar 6 Diagram Nilai OD dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis

Hasil uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis oleh karena itu bisa dilanjutkan untuk
mengetahui nilai konsentrasi hambat minumum (KHM) dari fraksi etil asetat daun jambu biji. Uji
KHM digunakan 5 varian konsentrasi dimana konsentrasinya adalah sebesar 5%, 10%, 15%, 20%,
dan 25% untuk masing-masing bakteri. Hasil dari KHM yang didapatkan dari konsentrasi 5 % -
25 % diperoleh nilai KHM 15 % pada bakteri S. sanguis. Pada konsentasi 15 % ekstrak fraksi daun
jambu biji memiliki selisih nilai absorbansi OD adalah nol, sehingga dapat diartikan terjadi
penghambatan pertumbuhan bakteri. Konsentrasi 5% masih terdapat pertumbuhan bakteri karena
tingginya nilai absorbansi. Sedangkan pada konsentrasi 15% terjadi penurunan absorbansi yang
signifikan yaitu 0,244. Hal ini dapat menunjukan bahwah pada konsentrasi 15% tidak ada
pertumbuhan bakteri S. sanguis. Peningkatan absorbansi pada 1 KHM dan 2 KHM menunjukan
terjadinya peningkatan kebocoran sitoplasma. Adanya kebocoran pada sel bakteri uji diduga
diakibatkan oleh kandungan senyawa-senyawa pada fraksi. Uji konsentrasi hambat minumum
(KHM) biji dilakukan triplo pada setiap sampel.
Tabel 3 Nilai OD Spektrofotometer Ekstrak Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap
S. Sanguis
Nilai
Perlakuan
K+ (Amp 10 µg) K - (NB + Bakteri) 1 KHM 2 KHM
0.520 0.059 0.382 0.467
As. Nukleat 0.534 0.062 0.381 0.465
0.523 0.054 0.376 0.468
Rata-Rata 0.526 0.058 0.380 0.467
SD 0.007 0.004 0.003 0.002
0.712 0.043 0.487 0.616
Protein 0.765 0.037 0.486 0.614
0.700 0.051 0.481 0.613
Rata-Rata 0.726 0.044 0.485 0.614
SD 0.034 0.007 0.003 0.002

86
8
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

Kebocoran Sel Protein dan Asam Nukleat Bakteri


0.8
0.7
0.6
0.5
Nilai OD

0.4
As. Nukleat
0.3
Protein
0.2
0.1
0
K+ (Amp 10 µg) K - (NB + Bakteri) 1 KHM 2 KHM
Perlakuan

Gambar 7 Diagram Kebocoran Sel Protein dan Asam Nukleat Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji terhadap S.
Sanguis

Pemberian fraksi etil asetat daun jambu biji pada bakteri sesuai dengan KHM dapat
mengakibatkan terjadinya kebocoran sel yang diamati dengan adanya kebocoran protein dan asam
nukleat. Adanya kebocoran pada sel bakteri uji diduga diakibatkan oleh kandungan senyawa-
senyawa pada fraksi. Peningkatan absorbansi menunjukan terjadinya peningkatan kebocoran
sitoplasma. Sesuai dengan penelitian sebelumnya jika semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
semakin tinggi nilai absorbansi yang terdeteksi dan semakin meningkatt kebocoran sel [4].
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolisme energi.
Mekanisme antibakteri flavonoid menghambat sintesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang
memegang peran penting dalam proses interkelasi atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa
asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA. Flavonoid menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom,dan lisosom sebagai hasil interaksi antara
flavonoid dengan DNA bakteri [1].
Berdasarkan pembahasan diatas menunjukan bahwa mekanisme dari flavonoid yang
terdapat dalam daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki peran sebagai antibakteri terhadap
bakteri S. sanguis. Mekanisme kerja zat aktif tersebut dapat menghambat sintesis dinding sel dan
menghambat fungsi membran sel. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan untuk membuat
bentuk sediaan antibakteri terhadap bakteri S.sanguis.

87
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

KESIMPULAN
Adanya aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun jambu biji terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus sanguis sebesar 16,00 mm yang termasuk zona hambat yang kuat. Nilai KHM yang
diperoleh dari ekstrak fraksi etil asetat daun Jambu biji terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguis
adalah pada konsentrasi 15%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan dan Ketua Program Studi Farmasi yang
telah memberikan kesempatan untuk berkarya di Kampus Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dan pihak-pihak lain yang telah mendukung dalam pembuatan jurnal penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN
1. Carolia, N., & Noventi, W. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai alternatif
terapi Acne vulgaris. Jurnal Majority. 2016. 5(1). 140-145.

2. Handayani F., Reksi S., Ria M.S. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Streptococcus
mutans dari Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.). Akademi
Farmasi, Samarinda. 2017.

3. Kemenkes RI. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Penerbit Menkes RI. Jakarta. 2009.

4. Madduluri S, Babu S, In Vitro Evaluation Of Antibacterial Activity Of Five Indigenous Plants


Extract Against Five Bacterial Pathogens Of Human. Internasional Journal Of Pharmacy And
Pharmasetical Sciences. 2013, 5 (4):679-684.

5. Maulana, E. A., Asih, I. A., & Arsa, M. Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn). Jurnal Kimia. 2016.

6. Oktiarni D, Manaf S, Suripno. Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus musculus). Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Bengkulu; 2012. 8(1).

7. Santoso, T. B., & Budi, H. T. Pengaruh Seduhan Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap
Hambatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Sanguis Penyebab Karies (In Vitro), Doctoral
dissertation. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.

8. Tampedje, A. A, Uji efek antibakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.)

88
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53

terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans. PHARMACON, 2016, 5(3).

9. Ukwueze, S. E., Osadebe, P. O., & Okoye, F. B. A new antibacterial benzophenone glycoside
from Psidium guajava (Linn.) leaves. Natural product research, 2015. 29(18). 1728-1734.

10. Wijaya, I., Valerian, A., Purba, M. H., Dalmasius, D., Girsang, E., & Nasution, S. W. Uji
Perbandingan Antibakteri Antara Ekstrak Daun Mangkok (Nothopanax scutellarium) dengan
Antibiotik Ciprofloxacin Terhadap Staphylococcus aureus. SCIENTIA JOURNAL.
2018. 7(2). 176-181.

89

Anda mungkin juga menyukai