Nama : Yusliatin
Nim : F201901195
Kelas : C4 Farmasi
Tugas : FTS Obat Tradisional
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
1
Program Studi Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
2
Program Studi Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Email: nofita82apt@gmail.com
HP: 082186751140
ABSTRACT
Guava is one of the plants that can traditionally be used for the treatment of diseases.
Many kinds of guava, one of which is the Australian guava has the characteristics of
roots, stems, leaves, dark red fruit. This study aims to determine the toxicity of the
ethanol extract of Australian guava leaves (Psidium guajava L) using the BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test) method and determine the chemical content of Australian
guava leaves (Psidium guajava L). The extract was made by the ultrasonic method
using 96% ethanol solvent. Toxicity tests were carried out using 48-hour-old Artemia
salina Leach shrimp larvae. The toxic effect of the extract was identified by the
percentage of shrimp larvae mortality using probit analysis (LC 50). From the research
results, phytochemical content includes tannins, flavonoids, alkaloids, terpenoids and
saponins, and flavonoid compounds have the highest content compared to the
others. Research shows that the ethanol extract of Australian guava leaves is of a
moderate category (LC50 441,977 ppm).
Keywords :Australia guava leaves, BSLT, Artemia salina L, Ultrasonic
ABSTRAK
Jambu biji merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Banyak macam jambu biji salah satunya
jambu biji Australia yang memilki ciri akar, batang, daun, buah berwarna merah tua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak etanol daun jambu
biji Australia (Psidium guajava L) menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test) dan menentukan kandungan kimia dari daun jambu biji Australia (Psidium
guajava L). Ekstrak dibuat dengan metode ultrasonik menggunakan pelarut etanol
96%. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan larva udang Artemia salina
Leach yang berumur 48 jam. Efek toksik ekstrak diidentifikasi dengan persentase
kematian larva udang menggunakan analisis probit (LC50). Dari hasil penelitian,
kandungan fitokimia meliputi tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin, dan
senyawa flavonoid memiliki kandungan yang paling tinggi dibandingkan yang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji Australia bersifat toksik
kategori sedang (LC50 441,977 ppm).
Kata kunci : daun jambu biji Australia, BSLT, Artemia salina L, ultrasonik
10
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
11
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
12
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
3. Penetapan Kadar Alkaloid laut untuk melarutkan ekstrak, jika tidak larut
maka ditambahkan tween 80 beberapa
a. Pembuatan Larutan Standar Kafein tetes. Setelah homogen lalu dicukupkan
Pembuatan larutan baku dibuat dengan dengan air laut sampai volume mencapai 10
menimbang kafein 25 mg dilarutkan dengan mL, digunakan sebagai larutan stok 2000
aquadest 25 mL. dari konsetrasi 1000 ppm ppm dan dibuat pengenceran 1000 ppm, 500
dibuat 100 ppm yaitu dengan mengambil 2,5 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 12,5 ppm
mL dalam 25 mL aquadest. Kemudian dibuat dan 0 ppm sebagai kontrol tanpa
konsentrasi 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm penambahan ekstrak.
dan 14 ppm diukur pada panjang gelombang
274 nm. 3. Uji toksisitas
Pengujian dilakukan dengan memasukkan
b. Penentuan Kadar sampel 10 ekor larva udang ke dalam masing-
masing wadah pengujian (mikroplat) dan
Penetapan kadar alkaloid dilakukan dengan
ditambah ekstrak dengan konsentrasi 1000
cara sampel sebanyak 25 mg dalam 25 mL
ppm, 500 ppm, 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm,
aquadest. Kemudian dipipet 1 mL dilarutkan
12,5 ppm, volume setiap wadah pengujian
dalam 10 mL aquadest dan disaring.
dicukupkan hingga 2 mL dengan
Kemudian diukur absorbansinya pada
penambahan air laut. Setiap konsentrasi
panjang gelombang 273 nm. ekstrak diuji sebanyak 4 kali pengulangan.
Kemudian diinkubasi dilakukan pada suhu
kamar dibawah sinar lampu TL 14 watt
selama 24 jam, dilakukan pengamatan
Uji Toksisitas Menggunakan Larva Udang terhadap jumlah larva yang mati. Kontrol
(A.salina L) Metode BSLT (Brine Shrimp dilakukan dengan prosedur yang sana tanpa
penambahan ekstrak.
Lethality Test)
b= slop
2. Penyiapan larutan stok
y = nilai probit y = 5,00 (kematian 50%)
Sebanyak 20 mg ekstrak ditempatkan pada
labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan air x = konsentrasi ekstrak lalu di antilog
13
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
Dari hasil skrining fitokimia menunjukkan Uji senyawa tanin menggunakan reagen
bahwa ekstrak daun jambu biji Australia FeCl3 1% untuk mengidentifikasi gugus
mengandung senyawa golongan fenol. Terbentuknya warna hijau
terpenoid, tanin, alkaloid, flavonoid dan kehitaman atau biru tinta pada ekstrak
saponin..Untuk uji fitokimia terpenoid setelah ditambah dengan FeCl3 karena
ekstrak ditambah reagen Liebermann- tanin akan membentuk senyawa kompleks
Burchad yaitu campuran antara HCl pekat dengan ion Fe3+.
dengan H2SO4 pekat. Analisis ini
didasarkan pada kemampuan senyawa Uji fitokimia alkaloid dilakukan
terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 penambahan HCl sebelum ditambah
pekat dalam pelarut asam klorida. pereaksi karena alkaloid bersifat basa
Hasilnya pada uji fitokimia sampel sehingga diekstrak dengan pelarut asam
mengandung terpenoid yang membentuk (Harborne,1996). Pada uji Mayer,
warna ungu. terbentuk endapan kekuningan. Uji
14
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
wagner memberikan hasil warna merah dilakukan dalam suasana asam dengan
kehitaman. Pereaksi dragendroff penambahan HCl. Flavonoid merupakan
membentuk endapan orange. Prinsip dari senyawa yang mengandung dua cincin
metode analisis ini adalah reaksi aromatik dengan gugus hidroksil lebih dari
pengendapan yang terjadi karena adanya satu.
penggantian ligan. Atom nitrogen yang
mempunyai pasangan elektron bebas
Uji fitokimia saponin menunjukkan hasil
pada alkaloid dapat mengganti ion iodo
positif yang ditandai dengan
dalam pereaksi-pereaksi.
terbentuknnya busa setelah pengocokan
dan stabil setelah didiamkan selama 10
Pada uji fitokimia flavonoid, ekstrak menit. Timbulnya busa ini menunjukkan
ditambahkan serbuk Mg lalu ditambahkan adanya glikosida yang mempunyai
HCl pekat, terbentuk warna jingga. Uji ini kemampuan membentuk buih dalam air
menggunakan magnesium sebagai yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
pereduksi dimana reduksi tersebut senyawa lainnya (Rusdi, 1990).
Dari hasil penetapan kadar tanin, flavonoid membentuk kompleks sehingga terjadi
dan alkaloid menggunakan spektro- pergeseran panjang gelombang ke arah
fotometri UV-Vis menunjukkan bahwa visible (tampak). Ditandai dengan larutan
kadar flavonoid menunjukkan kadar yang yang menghasilkan warna lebih kuning.
paling tinggi. Pada penelitian kandungan Penambahan kalium asetat bertujuan
tanin ditentukan berdasarkan pen- untuk mempertahankan panjang gel-
ambahan reagen pembentuk warna yaitu ombang pada daerah tampak (Chang et
folin denis. Pembentukan warna yang al, 2002). Ekstrak etanol daun jambu biji
terjadi berdasarkan reaksi reduksi Australia diukur serapannya dan dihitung
oksidasi. Tanin sebagai reduktor dan folin kadar flavonoid diperoleh hasil 4,10%.
denis sebagai oksidator. Prinsip reagen
folin denis yaitu terbentuknya senyawa
kompleks berwarna biru sehingga dapat Pada penetapan kadar alkaloid,
diukur serapannya pada daerah sinar pengukuran absorbansi alkaloid untuk
tampak. Ekstrak etanol daun jambu biji menentukan kurva kalibrasi kafein dengan
Australia diukur serapannya dan dihitung panjang gelombang maksimal yang
kadar tanin diperoleh hasil 3,41%. diperoleh yaitu 274 nm. Ekstrak etanol
daun jambu biji Australia diukur
serapannya dan dihitung kadar alkaloid
Pada penetapan kadar flavonoid, larutan diperolehhasil 4,07%.
sampel ditambahkan AlCl3 yang dapat
15
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
Dari hasil Pengujian toksisitas dengan Tanin merupakan senyawa polifenol, pada
menggunakan metode BSLT (Brine konsentrasi tinggi bertindak sebagai toksin
Shrimp Lethality Test) diperoleh hasil bagi plasma untuk merusak dinding sel
441,977 mg/L yang tergolong toksisitas dan mengumpulkan protein sel,
sedang. Menurut hamidi (2014) rentang sedangkan pada konsentrasi rendah dapat
kategori toksik sedang yaitu 100-500 menghambat multifikasi enzim in vitro
mg/L. Jika nilai LC50 ekstrak atau senyawa (Ogata et al., 2005 dalam Herawati et al.,
yang diuji <1000 mg/L maka dianggap 2009). Senyawa-senyawa tersebut dapat
menunjukkan adanya aktivitas biologik, bersinergi berperan sebagai toksin
sehingga pengujian ini dapat digunakan sehingga nilai toksisitas ekstrak yang
sebagai skrining awal terhadap senyawa mengandung banyak senyawa tersebut
bioaktif yang diduga berkhasiat sebagai menjadi toksik
antikanker ( Meyer et al, 1982). Dari hasil
analisa penelitian menunjukkan pula
bahwa pada kontrol tidak ada larva udang KESIMPULAN
yang mati, kematian larva hanya
disebabkan oleh pengaruh ekstrak yang Dari hasil penelitian uji toksisitas
ditambahkan. ekstrak etanol daun jambu biji Australia
(Psidium guajava L) dengan metode BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test) dapat
Golongan senyawa flavonoid, alkaloid, disimpulkan :
terpenoid, saponin pada kadar tertentu 1. Ekstrak etanol daun jambu biji
memilki potensi toksisitas akut serta dapat Australia (Psidium guajava L) memilki
menyebabkan kematian larva Artemia efek toksik terhadap larva udang
salina L (Cahyadi, 2009). Mekanisme (Artemia salina Lech) toksisitas
kematian larva berhubungan dengan sedang.
fungsi senyawa tersebut dalam daun 2. Nilai LC50 ekstrak etanol daun jambu
jambu biji Australia yang dapat biji Australia (Psidium guajava L)
menghambat daya makan larva terhadap larva udang (Artemia salina
(antifedant). Cara kerja senyawa- Leach) sebesar 441,977 mg/L.
senyawa tersebut bertindak sebagai racun
perut atau stomach poisoning sehingga DAFTAR PUSTAKA
akan menggangu alat pencernaannya.
Selain itu reseptor perasa pada daerah Ahmad AR, Juwita J, Ratulangi SAD,
mulut larva juga akan dihambat sehingga Malik A. 2016. Penetapan Kadar
menyebabkan gagalnya stimulus rasa Fenolik dan Flavonoid Total
pada larva sehingga tidak mampu Ekstrak Metanol Buah dan Daun
mengenali makanannya. Hal ini Patilaka (Etlingera
mengakibatkan larva mengalamai elatior (jack) Rm Sm)
kelaparan dan akhirnya mati. Menggunakan Spektrofotometri
16
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 9 No. 1 , Juni 2020
17
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
Original Research
Abstrak
Jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah tanaman obat yang digunakan didaerah tropis dan subtropis untuk
mengobati banyak gagguan kesehatan. Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa yang memiliki antibakteri.
Namun dari fraksi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) saat ini belum diketahui khasiat antibakteri penyebab
karies gigi yaitu Streptococcus sanguis. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan difusi cakram (Kirby-bauer),
dimana media Nutrient Broth yang sudah dibiakkan dengan bakteri Streptococcus sanguis dan diinkubasikan selama
24 jam. Kontrol positif menggunakan ampicillin, kontrol negatif menggunakan DMSO, serta sampel uji yakni fraksi
etil asetat. Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong millimeter. Uji lanjutan dengan mengukur KHM dari
senyawa yang memiliki aktivitas tertinggi terhadap pertumbuhan bakteri, dilakukan dengan metode dilusi cair. Media
Nutrien Broth yang sudah dibiaakkan S. sanguis diberikan konsentrasi ekstrak masing-masing 5 %,10 %, 15 %, 20 %
dan 25 %. Hasil penelitian menunjukan fraksi etil asetat daun jambu biji memiliki aktivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dengan rerata zona hambat 16.00 ± 0.719 mm pada bakteri S. sanguis. Dilanjutkan dengan uji
KHM dengan nilai KHM 15 %. Uji kebocoran asam nukleat dan protein menunjukkan adanya kebocoran sel pada
bakteri pada nilai 1 KHM dan 2 KHM.
Kata kunci : Fraksi; Daun Jambu Biji; Psidium guajava Linn; Streptococcus sanguis
Abstract
Guava (Psidium guajava Linn.) is a medicinal plant used in tropical and subtropical regions to consume a lot of
health benefits. White guava leaf extract contains compounds that have antibacterial properties. But from the guava
leaf fraction (Psidium guajava Linn.) At present there is no known antibacterial effect of dental caries, Streptococcus
sanguis. The antibacterial activity test was carried out by disc diffusion (Kirby-bauer), where the Nutrient Broth media
was cultured with Streptococcus sanguis bacteria and incubated for 24 hours. The positive control group used
80
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
ampicillin, the negative control group used DMSO, and the test sample was ethyl acetate fraction. The inhibition zone
is measured using millimeter calipers. Further testing by measuring the MIC of the compound which has the highest
activity against bacterial growth was carried out by liquid dilution method. Nutrient Broth media which have been
cultivated by S. sanguis are given extract concentrations of 5%, 10%, 15%, 20% and 25% respectively.The results
showed that ethyl acetate fraction of guava leaves had activity in inhibiting the greatest bacterial growth with a mean
inhibition zone of 16.00 ± 0.719 mm in S. sanguis bacteria. Followed by MIC test with a MIC value of 15% for each
bacterium. Leak test of nucleic acid and protein showed cell leakage in both bacteria at 1 MIC and 2 MIC values.
PENDAHULUAN
Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi (periodontal) umumnya disebabkan oleh
plak gigi, yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan mulut dan
gigi. Plak gigi adalah lengketan yang berisi bakteri dan produk-produknya yang terbentuk pada
permukaan gigi [2].
Bakteri kariogenik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan dalam menyebabkan
karies. Bakteri ini meliputi Actinomyces, Lactobacillus, Streptococcus mutans dan Streptococcus
sanguis. Streptococcus sanguis merupakan bakteri yang dapat berkolonisasi di permukaan gigi
pada tahap awal pembentukan plak sehingga menyebabkan bakteri lain [7].
Jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah tanaman obat yang digunakan didaerah tropis
dan subtropis untuk mengobati banyak gagguan kesehatan. Jambu biji (Psidium guajava Linn.)
menunjukan bahwa daunnya memiliki antibakteri, hipoglikemik, antiinflamasi, analgesik,
antipiretik [6].
Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa saponin, tanin, steroid, flavonoid,
alkaloid dan triterpenoid [5]. Flavonoid dari isololat daun jambu biji memiliki antibakteri terhadap
S. aureus dan E. Coli [9]. Namun dari fraksi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) saat ini
belum diketahui khasiat antibakteri penyebab karies gigi yaitu Streptococcus sanguis. Berdasarkan
paparan diatas maka peneliti ingin melakukan pengujian aktivitas antibakteri fraksi etil asetat
terhadap bakteri penyebab karies gigi yaitu Streptococcus sanguis.
METODE
Sampel (Bahan) Penelitian
Bahan alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji yang diperoleh
dari Balitro. Determinasi tanaman daun jambu biji (Psidium guajava L.) dilakukan di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bahan yang digunakan untuk ekstraksi, uji fitokimia, dan
fraksi adalah etanol 96%, aquadest, pereaksi Dragendorf, logam magnesium, amil alkohol,
ammonia, reagen FeCl3, Bouchardat, etil asetat. Bahan uji aktivitas antibakteri yaitu media TSA,
mrdia NB, DMSO, Natrium klorida, McFarland 0,5. Streptococcus sanguis di peroleh dari
Laboratorium Kedokteran Universitas Indonesia.
81
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
Prosedur kerja
Ekstraksi
Daun jambu biji dibersihkan dari kotoran lalu dikeringkan dan diblender menjadi sebuk.
Serbuk diekstraksi dengan etanol 96% dengan perbandingan 1 bagian bahan dan 6 bagian pelarut.
Metode yang digunakan yaitu maerasi selama selama 3 x 24 jam. Lakukan pengocokan berputar
tanpa membuka batol kaca 1 x 12 jam, Setelah 3 hari simplisia tersebut disaring menggunakan
kertas saring. Ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator dan water bath.
Fraksi Etil Asetat
Ekstrak etanol ditimbang sebanyak 30 g dimasukkan kedalam gelas piala kemudian
ditambahkan 20 mL aquadest dan 10 mL larutan etil asetat, lalu diaduk. Dimasukkan ke dalam
corong pisah, didiamkan hingga terjadi pemisahan antara air dan etil asetat. Kemudian dikeluarkan
air, dimasukkan ke dalam gelas piala dan etil asetat dimasukkan ke dalam vial sebagai ekstrak etil
asetat. Ekstrak hasil fraksinasi dipekatkan dengan penangas air sehinngga diperoleh bentuk fraksi
kental.
82
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
dengan kecepatan 10.000 g selama 15 menit. Selanjutnya filtrat dibuang dan pellet dalam tabung
dicuci dengan buffer fosfat pH 7,0 sebanyak 2 kali.
Kemudian pellet disuspensikan kedalam larutan buffer fosfat dengan pH sebesar 7,0
ditambahkan larutan uji (fraksi). Kemudian inkubasi dalam shaker inkubator selama 24 jam.
Kemudian suspensi bakteri disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 10.000 g sehingga
diperoleh filtrat yang selanjutnya diukur absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Kontrol positif yang dipakai berisi media, suspense
bakteri dan antibiotik ampisilin.
83
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
25
19.69*13.69
20
Diameter Zona Hambat
16.00*10.00
15
10
5
0
0
Kontrol Negatif DMSO(mm) Kontrol Positif Ampisilin (mm) Fraksi Etil Asetat (mm)
Perlakuan
84
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
Uji aktivitas antibakteri menunjukan bahwa sampel fraksi etil asetat daun jambu biji
memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk.
Terbentuknya zona bening merupakan bentuk penghambatan pertumbuhan terhadap bakteri. Hasil
hambatan menjadi 4 kelompok zona hambat yaitu zona hambat yang lemah dengan diameter ≤ 5
mm, zona hambat sedang dengan diameter 5-10 mm, zona hambat yang kuat dengan diameter 10-
20 mm dan zona hambat yang sangat kuat dengan diameteer ≥ 20 mm.10 Berdasarkan dari
penelitian yang dilakukan nilai rata-rata zona hambat yang didapat untuk bakteri dapat dikatakan
sudah memasukin standar. Hasil uji aktivitas antibakteri pada ekstrak fraksi daun jambu biji adalah
16.00 mm tersebut termasuk dalam zona hambat kuat. Uji antibakteri fraksi daun jambu biji
terhadap bakteri Streptococcus sanguis digunakan untuk membandingkan dengan penelitian
sebelumnya yang menggunakan ektrak daun jambu biji terhadap bakteri Streptococcus mutan [8].
Hasil uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis oleh karena itu bisa dilanjutkan untuk
mengetahui nilai konsentrasi hambat minumum (KHM) dari fraksi etil asetat daun jambu biji.
Hasil dari KHM yang didapatkan dari konsentrasi 5 % - 25 % diperoleh nilai KHM 15 % pada
bakteri S. sanguis. Uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji dilakukan triplo
pada setiap sampel.
Tabel 2 Nilai OD dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis
Konsentrasi Rata-rata SD
Kontrol + 0.008 0.004
Kontrol - 0.203 0.006
5% 0.198 0.070
10% 0.184 0.026
15% 0.168 0.035
20% 0.067 0.002
25% 0.063 0.010
85
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
Nilai KHM dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis
0.3 0.198
0.25 0.203 0.184 0.168
Nilai OD
0.2
0.15
0.1 0.067 0.063
0.05 0.008
0
Kontrol + Kontrol - 5% 10% 15% 20% 25%
Konsentrasi
Gambar 6 Diagram Nilai OD dari Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap S. sanguis
Hasil uji aktivitas antibakteri dari fraksi etil asetat daun jambu biji memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis oleh karena itu bisa dilanjutkan untuk
mengetahui nilai konsentrasi hambat minumum (KHM) dari fraksi etil asetat daun jambu biji. Uji
KHM digunakan 5 varian konsentrasi dimana konsentrasinya adalah sebesar 5%, 10%, 15%, 20%,
dan 25% untuk masing-masing bakteri. Hasil dari KHM yang didapatkan dari konsentrasi 5 % -
25 % diperoleh nilai KHM 15 % pada bakteri S. sanguis. Pada konsentasi 15 % ekstrak fraksi daun
jambu biji memiliki selisih nilai absorbansi OD adalah nol, sehingga dapat diartikan terjadi
penghambatan pertumbuhan bakteri. Konsentrasi 5% masih terdapat pertumbuhan bakteri karena
tingginya nilai absorbansi. Sedangkan pada konsentrasi 15% terjadi penurunan absorbansi yang
signifikan yaitu 0,244. Hal ini dapat menunjukan bahwah pada konsentrasi 15% tidak ada
pertumbuhan bakteri S. sanguis. Peningkatan absorbansi pada 1 KHM dan 2 KHM menunjukan
terjadinya peningkatan kebocoran sitoplasma. Adanya kebocoran pada sel bakteri uji diduga
diakibatkan oleh kandungan senyawa-senyawa pada fraksi. Uji konsentrasi hambat minumum
(KHM) biji dilakukan triplo pada setiap sampel.
Tabel 3 Nilai OD Spektrofotometer Ekstrak Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji Terhadap
S. Sanguis
Nilai
Perlakuan
K+ (Amp 10 µg) K - (NB + Bakteri) 1 KHM 2 KHM
0.520 0.059 0.382 0.467
As. Nukleat 0.534 0.062 0.381 0.465
0.523 0.054 0.376 0.468
Rata-Rata 0.526 0.058 0.380 0.467
SD 0.007 0.004 0.003 0.002
0.712 0.043 0.487 0.616
Protein 0.765 0.037 0.486 0.614
0.700 0.051 0.481 0.613
Rata-Rata 0.726 0.044 0.485 0.614
SD 0.034 0.007 0.003 0.002
86
8
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
0.4
As. Nukleat
0.3
Protein
0.2
0.1
0
K+ (Amp 10 µg) K - (NB + Bakteri) 1 KHM 2 KHM
Perlakuan
Gambar 7 Diagram Kebocoran Sel Protein dan Asam Nukleat Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji terhadap S.
Sanguis
Pemberian fraksi etil asetat daun jambu biji pada bakteri sesuai dengan KHM dapat
mengakibatkan terjadinya kebocoran sel yang diamati dengan adanya kebocoran protein dan asam
nukleat. Adanya kebocoran pada sel bakteri uji diduga diakibatkan oleh kandungan senyawa-
senyawa pada fraksi. Peningkatan absorbansi menunjukan terjadinya peningkatan kebocoran
sitoplasma. Sesuai dengan penelitian sebelumnya jika semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
semakin tinggi nilai absorbansi yang terdeteksi dan semakin meningkatt kebocoran sel [4].
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolisme energi.
Mekanisme antibakteri flavonoid menghambat sintesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang
memegang peran penting dalam proses interkelasi atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa
asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA. Flavonoid menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom,dan lisosom sebagai hasil interaksi antara
flavonoid dengan DNA bakteri [1].
Berdasarkan pembahasan diatas menunjukan bahwa mekanisme dari flavonoid yang
terdapat dalam daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki peran sebagai antibakteri terhadap
bakteri S. sanguis. Mekanisme kerja zat aktif tersebut dapat menghambat sintesis dinding sel dan
menghambat fungsi membran sel. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan untuk membuat
bentuk sediaan antibakteri terhadap bakteri S.sanguis.
87
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
KESIMPULAN
Adanya aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun jambu biji terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus sanguis sebesar 16,00 mm yang termasuk zona hambat yang kuat. Nilai KHM yang
diperoleh dari ekstrak fraksi etil asetat daun Jambu biji terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguis
adalah pada konsentrasi 15%.
DAFTAR RUJUKAN
1. Carolia, N., & Noventi, W. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai alternatif
terapi Acne vulgaris. Jurnal Majority. 2016. 5(1). 140-145.
2. Handayani F., Reksi S., Ria M.S. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Streptococcus
mutans dari Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.). Akademi
Farmasi, Samarinda. 2017.
3. Kemenkes RI. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Penerbit Menkes RI. Jakarta. 2009.
5. Maulana, E. A., Asih, I. A., & Arsa, M. Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn). Jurnal Kimia. 2016.
6. Oktiarni D, Manaf S, Suripno. Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus musculus). Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Bengkulu; 2012. 8(1).
7. Santoso, T. B., & Budi, H. T. Pengaruh Seduhan Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap
Hambatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Sanguis Penyebab Karies (In Vitro), Doctoral
dissertation. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
8. Tampedje, A. A, Uji efek antibakteri ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.)
88
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal Vol 5, No. 1 (2020), pp. 45-53
9. Ukwueze, S. E., Osadebe, P. O., & Okoye, F. B. A new antibacterial benzophenone glycoside
from Psidium guajava (Linn.) leaves. Natural product research, 2015. 29(18). 1728-1734.
10. Wijaya, I., Valerian, A., Purba, M. H., Dalmasius, D., Girsang, E., & Nasution, S. W. Uji
Perbandingan Antibakteri Antara Ekstrak Daun Mangkok (Nothopanax scutellarium) dengan
Antibiotik Ciprofloxacin Terhadap Staphylococcus aureus. SCIENTIA JOURNAL.
2018. 7(2). 176-181.
89