1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang
apoteker.
2. Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak kepada
kepentingan pasien dan masyarakat.
3. Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam
keputusan pengobatan mereka.
4. Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah.
5. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat
yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat.
6. Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan rahasia
kedokteran dengan baik.
Contoh Kasus :
Obat
Kadaluarsa
Beredar di
Apotik
KASUS :
Seorang ibu bernama Mrs. M menjadi korban obat kedaluwarsa. Warga Kelurahan Sudiang ini
menuturkan, dia membeli obat seperti itu (kadaluarsa) di salah satu apotek di Daya. Dia
mencari obat diare. Saat itu, kata Mrs. M, dirinya hendak membeli Lacto B, suplemen makanan.
Namun, oleh penjaga apotek, jenis obat tersebut dinyatakan habis. Penjaga apotek tersebut,
kemudian menawarkan Dialac yang tersimpan di dalam lemari pendingin. Menurut penjaga
apotek tersebut, Dialac memiliki komposisi dan kegunaan yang sama dengan Lacto B. Mrs. M
mengatakan, setelah obat tersebut diminumkan ke anaknya dengan cara mencampur ke susu,
si buah hatinya mengalami muntah hingga lima kali. Mrs. M mengaku panik. Dia pun kemudian
membaca seksama sampul Dialac tersebut. Hasinya, suplemen makanan dengan nomor
registrasi POM SI.044 216 731 tersebut memiliki masa kedaluwarsa 19 November 2008
sebagaimana yang tercantum di pembungkus obat.
PEMBAHASAN KASUS :
Pada kasus yang terjadi di apotek tersebut, dimana seorang pasien diberikan
obat yang sudah kadaluarsa oleh pihak apotek, dapat dikategorikan ke
dalam kasus pelanggaran kode etik apoteker. Kode etik apoteker Indonesia
itu sendiri merupakan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan
nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik kefarmasian.
Di dalam Kode Etik Apoteker Indonesia Bab II tentang Kewajiban Apoteker
Terhadap Pasien, dimana pasal 9 berbunyi : Pasal 9 Seorang apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk
hidup insani.
Dalam hal ini Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik ini, dapat dikenakan
sanksi organisasi, berupa: pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan
pencabutan keanggotaan tetap.
Dimana pasien yang dirugikan dapat melaporkan apoteker yang bersangkutan kepada pihak
berwajib untuk diproses secara pidana atau melakukan gugatan kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (“BPSK”), yakni badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan
sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.