Anda di halaman 1dari 13

Kelompok : 2

Kasus pasal 9 BAB II tentang kewajiban


apoteker terhadap pasien
Nama Anggota Kelompok :
1. Lavera Sura’Mairing (F201901128)
2. Ade Ariska Putri (F201901155)
3. Fira Wulandari (F201901191)
4. Waode Nuratika Rimbasua (F201901188)
5. Devi Triani Pardede (F201901160)
6. Zakrawan Ananda (F202002005)
7. Nova Marlin (F201901181)
8. Risnawati (F201901180)
9. Dyan Purnamasari (F201901184)
10.Neneng Risnawati (F201901169)
11.Nur Norma (F202002002)
Uraian pada pasal 9 Bab II Kewajiban Apoteker
terhadap Pasien
“Seorang Apoteker dalam melakukan
praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak
azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani
Implementasi kode etik Apoteker pada pasal 9 Bab II
Kewajiban Apoteker terhadap Pasien
Implementasi - Jabaran Kode Etik :

1.    Kepedulian  kepada  pasien  adalah  merupakan  hal  yang  paling  utama  dari seorang
apoteker.
2.    Setiap  tindakan  dan  keputusan  profesional    dari  apoteker  harus  berpihak  kepada
kepentingan pasien dan masyarakat.
3.    Seorang  apoteker  harus  mampu  mendorong  pasien  untuk  terlibat  dalam
keputusan pengobatan mereka.
4.    Seorang  apoteker    harus    mengambil    langkah-langkah    untuk    menjaga
 kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah.
5.    Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat
yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat.
6.    Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan rahasia
kedokteran dengan baik.
Contoh Kasus :

Obat
Kadaluarsa
Beredar di
Apotik
KASUS :

Seorang ibu bernama Mrs. M menjadi korban obat kedaluwarsa. Warga Kelurahan Sudiang ini
menuturkan, dia membeli obat seperti itu (kadaluarsa) di salah satu apotek di Daya. Dia
mencari obat diare. Saat itu, kata Mrs. M, dirinya hendak membeli Lacto B, suplemen makanan.
Namun, oleh penjaga apotek, jenis obat tersebut dinyatakan habis. Penjaga apotek tersebut,
kemudian menawarkan Dialac yang tersimpan di dalam lemari pendingin. Menurut penjaga
apotek tersebut, Dialac memiliki komposisi dan kegunaan yang sama dengan Lacto B. Mrs. M
mengatakan, setelah obat tersebut diminumkan ke anaknya dengan cara mencampur ke susu,
si buah hatinya mengalami muntah hingga lima kali. Mrs. M mengaku panik. Dia pun kemudian
membaca seksama sampul Dialac tersebut. Hasinya, suplemen makanan dengan nomor
registrasi POM SI.044 216 731 tersebut memiliki masa kedaluwarsa 19 November 2008
sebagaimana yang tercantum di pembungkus obat.
PEMBAHASAN KASUS :

Pada kasus yang terjadi di apotek tersebut, dimana seorang pasien diberikan
obat yang sudah kadaluarsa oleh pihak apotek, dapat dikategorikan ke
dalam kasus pelanggaran kode etik apoteker. Kode etik apoteker Indonesia
itu sendiri merupakan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan
nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik kefarmasian.
Di dalam Kode Etik Apoteker Indonesia Bab II tentang Kewajiban Apoteker
Terhadap Pasien, dimana pasal 9 berbunyi : Pasal 9 Seorang apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk
hidup insani.
Dalam hal ini Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik ini, dapat dikenakan
sanksi organisasi, berupa: pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara, dan
pencabutan keanggotaan tetap.
Dimana pasien yang dirugikan dapat melaporkan apoteker yang bersangkutan kepada pihak
berwajib untuk diproses secara pidana atau melakukan gugatan kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (“BPSK”), yakni badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan
sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.

Tugas dan wewenang BPSK ini adalah:

a. melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara konsiliasi,


mediasi atau arbitrase;
b. menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
KESIMPULAN

Apoteker memiliki kewajiban dimana salah satu kewajibannnya yaitu seorang


Apoteker harus memastikan bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat
yang terjamin mutu, keamanan, khasiat, dan cara pakai obat yang tepat. Berdasarkan
pasal di atas, apoteker sebagai mitra pasien dalam menjalani pengobatan seharusnya
lebih teliti, bertanggung jawab dan lebih mementingkan kepentingan dan keselamatan
pasien.
TERIMA
KASIH
Pertanyaan dan Jawaban:
1. Findi Rahmawati Syahadat (Kel. 1)
Apakah Apoteker wajib memberikan informasi obat pada pasien ,dan bagaimana tanggapan
kelompok anda mengenai Apoteker yang tidak memberikan informasi obat pada pasien secara
langsung seperti pada kasus yang sy alami di apotek rawat jalan ?
Jawab: Nova Marlin dan Devi Triani Pardede
Pemberian informasi penggunaan obat kepada pasien itu wajib bagi seorang apoteker, dan
tanggapan dari kami mengenai kasus yang pernah saudari findi alami bahwa dia menerima obat
dari Apoteker di Apotek rawat jalan tanpa di sertai dengan informasi penggunaan obat tersebut,
Menurut tangapan kami bahwa seorang apoteker ini telah melanggar kode etik yaitu kurang
perhatian, adapun sanksi yang bisa di berikan pada Apoteker ini yaitu teguran lisan, peringatan dan
pembinaan khusus.
2. Wa Ode Siti Nursafaat (Kel. 3)
Pendapat anda tentang pasal tersebut?
Jawab: Devi Triani Pardede
Dalam menjalankan tugasnya apoteker harus berpeganng pada standar profesi,
peraturan disiplin profesi, serta kode etik apoteker. Kode etik ini akan memastikan
apoteker memiliki seluruh kompetensi yang relevan untuk menjalankan perannya,
termasuk kepada pasien.

3. Elfi Marningsih (Kel.4)


Sangsi apa yg patut di berikan kepada apoteker,dan apa sangsi yg membuat apoteker
tersebut jera?
Jawab: Neneng Risnawati
Dalam hal ini Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik ini, dapat dikenakan
sanksi organisasi, berupa: pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan sementara,
dan pencabutan keanggotaan tetap.Dimana pasien yang dirugikan dapat melaporkan
apoteker yang bersangkutan kepada pihak berwajib untuk diproses secara
pidana atau melakukan gugatan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(“BPSK”).
Tambahan dari Meliawati (Kel. 1)
Dengan di periksa dulu apa betul kadaluarsa kemudian ,di kembalikan ke pasien,
masalah ini mau di selesaikan secara kekeluargaan atau hukum , jika kekeluargaan
maka apoteker di beri peringatan, bimbingan dan teguran.

Anda mungkin juga menyukai