Anda di halaman 1dari 9

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TANGGUNG JAWAB APOTEKER DALAM PEMBERIAN OBAT RESEP


PASIEN SELAKU KONSUMEN BILA TERJADI MEDICATION ERROR
(STUDI PADA APOTEK DI KOTA SOLO)

Amelia Nastiti*, Bambang Eko Turisno, Aminah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : amelianastiti@gmail.com

ABSTRAK

Apotek adalah toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta
memperdagangkan barang medis. Pasien selaku konsumen apabila membutuhkan obat akan
membeli obat di apotek. Dalam pelayanan kefarmasian di apotek, peranan apoteker menjadi
perhatian utama karena apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktek pelayanan
kefarmasian di apotek. Pasien Selaku konsumen apabila mengalami kerugian akibat medication
error (kesalahan pengobatan) dapat meminta pertanggung jawaban kepada apotek melalui
apoteker. Penulisan hukum ini disusun untuk mengetahui tanggung jawab Apoteker dalam
pemberian obat resep pasien selaku konsumen bila terjadi medication error serta untuk
mengetahui penyelesaian dan penerapan sanksi bila terjadi medication error yang dilakukan
apoteker pada pasien selaku konsumen
Dalam penelitian ini, digunakan metode pendekatan yuridis empiris. Data dalam
penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap obyek penelitian. Selanjutnya data
yang diperoleh akan dianalisis dengan mempergunakan teknik deskriptif analisis. Hasil analisa
tersebut kemudian akan disusun dan disajikan secara sistematis dan jelas.

Dari hasil penelitian diketahui tentang tanggung jawab apoteker dalam pemberian obat
resep pasien selaku konsumen bila terjadi medication error yaitu apoteker bertanggung jawab
dengan memberikan atau mengganti obat yang benar sesuai dengan resep yang dimaksud dan
memberi uang ganti rugi kepada pasien atas obat yang salah diberikan sebelumnya selain itu
apoteker juga menambahkan informasi yang lengkap tentang cara pengunaan obat, efek samping
obat. Bentuk penyelesaian apoteker bila terjadi medication error banyak diselesaikan dengan jalan
damai dengan pasien selaku konsumen tanpa melalui jalur pengadilan. Dalam pekerjaannya,
apoteker dibina dan diawasi oleh Dinas Kesehatan dan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia). Mereka
dapat mengeluarkan sanksi organisasi dan sanksi administratif yang akan ditujukan pada pihak
apoteker bila terjadi medication error yang merugikan pasien selaku konsumen.

Kata kunci: Tanggung Jawab, Apoteker, Medication Error, Konsumen

ABSTRACT

Pharmacy is a shop where the gathering and selling of drugs based on prescription
and medical goods trade. Patients as consumers will buy when needed medications at a pharmacy.
In the pharmaceutical services in pharmacies, the role of the pharmacist is a major concern
because the pharmacist has big responsible in pharmacy services. As a consumer if the patient
suffered a loss due to medication errors can ask for accountability to pharmacies through a
pharmacist. Legal writing is structured to determine the responsibility of pharmacists in the
delivery of prescription drugs the patient as a consumer in case of medication error and to
determine the completion and implementation of sanctions in the event of an error committed
pharmacist medication to patients as consumers
In this study, the method used empirical juridical approach. The data in this study were
obtained through interviews with the object of research. The acquired data will be analyzed by

1
using descriptive analysis techniques. The analysis results will be compiled and presented in a
systematic and clear.
The survey results revealed about the responsibilities of pharmacists in the delivery of
prescription drugs the patient as a consumer in case of medication error that pharmacists are
responsible to provide or change your medications correctly according to the recipe in question
and provide compensation to the patients on the wrong medication and than pharmacist also
added detailed information how the use of drugs or drug side effects. Forms of settlement
pharmacist if there is a lot of medication error resolved by peaceful means with the patient as a
consumer without going through the courts. In her job, pharmacist fostered and overseen by the
Department of Health and IAI (Indonesian Pharmacist Association). They can issue
organizational sanctions and administrative sanctions that will be aimed at the pharmacist in case
of medication errors that harm patients as consumers.

Keywords: Responsibility, Pharmacist, Medication Error, Consumer

dibebankan kepada pihak-pihak


I. PENDAHULUAN terkait.1
A. Latar Belakang
Tenaga kesehatan dalam Salah satu contoh kasus
bidang kefarmasian adalah Apoteker. mengenai tanggung jawab apoteker
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor terhadap pemberian obat resep
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan pasien yaitu2 Pimpinan Klinik Budi
kefarmasian, pasal 21 ayat (2) Rosari meminta maaf karena terjadi
dijelaskan bahwa yang boleh kesalahan yang dilakukan oleh
melayani pemberian obat Apotekernya yang memberikan obat
berdasarkan resep adalah Apoteker. dalam resep pasien. Pihak dokter
Hubungan hukum antara Apoteker sudah benar memberikan resep obat,
dengan pasien berdasarkan Undang- namun apotekernya yang salah
Undang Nomor 8 Tahun 1999 membaca resep, mengingat
Tentang Perlindungan Konsumen, Komposisi obat tersebut terbilang
(UUPK) yaitu apoteker dapat sama, hanya fungsinya yang berbeda.
bertindak sebagai pelaku usaha dan
pasien bertindak sebagai konsumen, Kasus lain juga terjadi pada
yakni pemakai jasa layanan bulan Desember 2014 yang lalu di
kesehatan. Oregon USA, pasien operasi otak
Prinsip tentang tanggung meninggal akibat pemberian obat
jawab merupakan perihal yang yang salah. Dokter Boileau yang
sangat penting dalam hukum menangani pasien merasa benar
perlindungan konsumen. Dalam meresepkan fosfenitoin untuk
kasus-kasus pelanggaran hak mengurangi kejang tetapi seorang
konsumen, diperlukan kehati-hatian pekerja farmasi yaitu seorang
dalam menganalisis siapa yang harus apoteker justru keliru memberi
bertanggung jawab dan seberapa obat
jauh tanggung jawab yang dapat
1
Sidharta, Hukum Perlindungan
Konsumen, (Jakarta;Grasindo:2000),
Halaman 59
2
http://batam.tribunnews.com/2012/
05/22/pimpinan-klinik-budi-rosari-minta-
maaf diunduh pada 28 Oktober 2015
rocuronium yaitu obat yang berfungi B. Perumusan Masalah
untuk melumpuhkan.3
Perumusan masalah dalam
Pasien yang menderita penulisan hukum ini adalah sebagai
kerugian akibat tindakan kesalahan berikut:
tenaga kesehatan selama dalam 1. Bagaimana tanggung jawab
pelayanan kesehatan, maka pasien Apoteker dalam pemberian
tersebut berhak menuntut ganti rugi obat resep pasien selaku
kemudian pihak yang tidak konsumen bila terjadi
melakukan apa yang telah medication error?
diperjanjikannya, salah satu pihak 2. Bagaimana penyelesaian dan
lalai atau ingkar janji atau salah satu penerapan sanksi bila terjadi
pihak melanggar apa yang medication error yang
diperjanjikannya atau salah satu dilakukan apoteker pada
pihak melakukan atau berbuat sesuai pasien selaku konsumen?
yang tidak boleh dilakukannya maka
harus bertanggung jawab Hukum
Perdata. II. METODE PENELITIAN
Apoteker dalam melakukan Metode pendekatan yang
pekerjaannya harus bekerja digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan prosedur yang berlaku adalah metode pendekatan yuridis
dan mampu mempertanggung empiris. Metode pendekatan empiris
jawabkan obat yang akan diberikan yaitu suatu cara prosedur yang
kepada pasien selaku konsumen. digunakan untuk memecahkan
Dalam pertanggung jawaban obyek masalah penelitian dengan meneliti
berupa ganti rugi atas barang atau data sekunder terlebih dahulu untuk
benda pemenuh kebutuhan biasa, kemudian dilanjutkan dengan
akan tetapi hal tersebut tidak sama mengadakan penelitian terhadap data
dengan obyek penjualan obat, disini lapangan.4 Dalam kaitannya dengan
juga ada aspek lainnya yaitu aspek penelitian ini, selain berdasarkan
kesehatan dari konsumen obat penelitian lapangan, penulis juga
tersebut, yang tentu saja mempunyai melakukan penelaahan secara
sifat yang berbeda dengan benda atau mendalam terhadap peraturan
barang tak hidup pada umumnya. perundang-undangan yang berkaitan
Oleh karena itu, judul yang dipilih dengan tanggung jawab Apoteker
dalam jurnal ilmiah ini adalah: dalam pemberian obat resep pasien
“Tanggung Jawab Apoteker Dalam selaku konsumen bila terjadi
Pemberian Obat Resep Pasien medication error ditinjau dari
Selaku Konsumen Bila Terjadi peraturan perundang-undangan yang
Medication Error (Studi Pada terkait.
Apotek di Kota Solo)”

3
http://www.nydailynews.com/new 4
Soerjono Soekanto, Pengantar
s/national/brain-surgery-patient-dies-wrong-
Penelitian Hukum (Jakarta;UI Press:1986)
drug-article-1.2038982 diunduh pada 28
halaman 43
Oktober 2015
III. HASIL PENELITIAN DAN yang diakibatkan karena kelalaian
PEMBAHASAN atau kesalahan maka apoteker dapat
dikatakan tidak memenuhi unsur
A. Tanggung jawab Apoteker
ketentuan pada pasal 9 yang
dalam pemberian obat resep
tercantum pada kode etik apoteker
pasien selaku konsumen bila
tersebut sehingga dapat merugikan
terjadi medication error
pasien selaku konsumen obat.
Medication error yang
Medication error (kesalahan
terjadi pada beberapa apotek di Kota
pengobatan) pada kelompok
Solo terhadap pelayanan obat yang
dispensing yang terjadi dalam kasus
tidak tepat atau membahayakan
kesalahan pemberian obat yang tidak
pasien terjadi pada kelompok
sesuai dengan resep maka melanggar
Dispensing (kesalahan pemberian
ketentuan pada pasal 8 ayat (1) huruf
obat tidak sesuai dengan resep) dan
b, c, d, e Undang-Undang Nomor 8
Administering (kekurangan informasi
tahun 1999 tentang Perlindungan
obat antara lain berupa: kurang
Konsumen. Kemudian medication
informasi mengenai kegunaan dari
error pada kelompok administering
obat yang dikonsumsi, kemudian
khususnya pada kasus seorang pasien
informasi yang tidak jelas mengenai
tidak diberitahu informasi mengenai
cara pemakaian, dan kurangnya
efek lain atau efek samping dari obat
informasi mengenai efek samping
yang dikonsumsi maka seorang
obat). Pelayanan kefarmasian yang
apoteker dikatakan telah melanggar
dilakukan apoteker apabila masih
larangan-larangan yang telah diatur
terjadi medication error (kesalahan
dalam pasal 8 ayat (1) huruf a bahwa
pengobatan) dalam pemberian obat
pelaku usaha dilarang
resep pasien selaku konsumen, maka
memperdagangkan barang dan/atau
hal tersebut tidak memenuhi standar
jasa tidak memenuhi atau tidak
dalam pelayanan kefarmasian karena
sesuai dengan standar yang
di dalam peraturan terdapat standar
dipersyaratkan dan ketentuan
pelayanan yang wajib dipatuhi oleh
peraturan perundang-undangan.
apoteker yang bersangkutan. Standar
pelayanan ini tertuang dalam Selain itu di dalam penjelasan
Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Pemerintah No 51 tahun
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
2014 tentang Standar Pelayanan dari penjelasan dalam PP No 51
Kefarmasian di Apotek (“Permenkes tahun 2009 tersebut penulis
35/2014”). Standar Pelayanan berpendapat apabila terjadi
Kefarmasian adalah tolak ukur yang medication error maka apoteker di
dipergunakan sebagai pedoman bagi dalam pelayanannya belum sesuai
tenaga kefarmasian dalam dengan pelayanan komprehensif
menyelenggarakan pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan
kefarmasian. kualitas hidup dari pasien dan kurang
Bila terjadi medication error mengantisipasi terjadinya medication
seperti yang terjadi dalam kasus error (kesalahan pengobatan) yang
kesalahan pemberian obat yang tidak dampaknya bisa merugikan pasien
sesuai dengan resep (dispensing)
dari akibat yang ringan sampai akibat pertanggung jawaban yang sesuai
yang berat atau fatal. dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku bila terjadi
Pasien selaku konsumen
medication error yang merugikan
apabila membutuhkan atau membeli
pasien selaku konsumen. Bentuk
obat berdasarkan resep dokter akan
pertanggung jawaban apoteker
dilayani oleh seorang apoteker. Pihak
dengan memberikan atau mengganti
apotek dengan pasien selaku
obat yang benar sesuai dengan resep
konsumen melakukan transaksi jual
yang dimaksud disertai dengan
beli obat resep, yang merupakan
pemberian informasi yang
salah satu bentuk perjanjian jual beli
dibutuhkan pasien selaku konsumen
obat bentuknya tertulis di dalam
dalam mengkonsumsi obat, telah
resep. Resep dalam arti yang sempit
sesuai dengan pertanggung jawaban
ialah suatu permintaan tertulis dari
yang diamanatkan pada Pasal 19 ayat
dokter, dokter gigi, atau dokter
(1) Undang-Undang Nomor 8 tahun
hewan kepada apoteker untuk
1999 tentang Perlindungan
membuatkan obat dalam bentuk
Konsumen. Perawatan kesehatan
sediaan tertentu dan
belum pernah diberikan karena
menyerahkannya kepada penderita.5 pasien selaku konsumen tidak pernah
mengalami akibat yang berat dari
Apabila mengalami suatu
kejadian medication error di apotek.
kerugian yang ditimbulkan akibat
wanprestasi dapat meminta B. Penyelesaian dan Penerapan
pertanggung jawaban kepada apotek sanksi bila terjadi medication
melalui apoteker. Wirjono error yang dilakukan apoteker
Prodjodikoro mengatakan6: pada pasien selaku konsumen
“Wanprestasi adalah berarti
ketiadaan suatu prestasi dalam Berdasarkan ketentuan di
hukum perjanjian, berarti suatu hal dalam pasal 29 Undang-Undang
harus dilaksanakan sebagai isi dari Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
suatu perjajian. Barangkali dalam berbunyi “Dalam hal tenaga
Bahasa Indonesia dapat dipakai kesehatan diduga melakukan
istilah pelaksanaan janji untuk kelalaian dalam menjalankan
prestasi dan ketiadaan pelaksanaan profesinya kelalaian tersebut harus
janji untuk wanprestasi”. diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi”.
Apoteker pengelola apotek
(A.P.A) sebagai pengelola sebuah Pada kenyataannya bentuk
apotek yang mempergunakan sarana penyelesaian yang dilakukan antara
dari pemilik sarana apotek (P.S.A) lain sebagai berikut:
pada intinya telah melakukan 1. Pada kelompok Dispensing
yaitu kesalahan yang terjadi
5
Nanizar Zaman, Resep yang dalam peracikan atau
Rasional (Surabaya; Airlangga University pengambilan obat di apotek.
Press:1990) halaman 7 Upaya penyelesaian yang
6
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., ditempuh adalah dengan jalan
halaman 18
damai berupa penggantian
obat dan mengembalikan tahun 2009 tentang Pekerjaan
uang pembeliannya. Dengan Kefarmasian dan Undang-Undang
ini berarti bahwa sengketa Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
konsumen diselesaikan pada pasal 178 j.o pasal 182.
terlebih dahulu dengan IAI (Ikatan Apoteker
pertemuan langsung antara Indonesia) dan Dinas Kesehatan
apoteker dengan pasien Kota Solo selalu berusaha
selaku konsumen. Pada saat melakukan koordinasi dan telah
apoteker menemui pasien berupaya untuk dapat mewujudkan
selaku konsumen maka tenaga kesehatan yang profesional
terjadilah negosiasi sebagai agar dapat melayani masyarakat
suatu proses dan mencapai dengan baik. Pembinaan dan
kesepakatan terhadap penerapan sanksi organisasi
penyelesaian konsumen yang dilakukan oleh IAI (Ikatan Apoteker
terjadi antara apoteker Indonesia) Pengurus Cabang Solo.
dengan konsumen. Pembinaan dilakukan oleh IAI
2. Pada kelompok dengan mengadakan pelatihan dalam
Administering merupakan pengetahuan dan atau keterampilan
kesalahan dalam dengan melalui seminar wajib yang
proses berkaitan dengan hal- harus diikuti oleh apoteker demi
hal yang bersifat administrasi meningkatkan kompetensinya dalam
pada saat obat diberikan atau pelayanan kefarmasian menghindari
diserahkan kepada pasien. kejadian medication error (kesalahan
Penyelesaian yang terjadi pengobatan). Kemudian penerapan
adalah pihak pasien selaku sanksi organisasi akan dilakukan
konsumen menghubungi oleh IAI apabila telah mendapat surat
pihak apoteker untuk keterangan tembusan dari Dinas
meminta penjelasan yang Kesehatan bahwa apoteker perlu
benar atas obat yang dibina. Langkah selanjutnya akan
diminum. Atas kekurangan ditindak lanjuti dengan pemberian
informasi obat tersebut maka sanksi oleh Majelis Etik dan Disiplin
secara langsung apoteker di daerah akan memberikan sanksi
akan memberikan informasi, berdasarkan aturan dalam organisasi
mendengarkan keluhan serta profesi IAI (Ikatan Apoteker
menjelaskan dengan jelas Indonesia).
berkenaan dengan obat yang
dipakai atau dikonsumsi oleh Pengawasan dan penerapan
pasien selaku konsumen sanksi administratif oleh Dinas
Kesehatan Kota Solo telah dilakukan
Peran organisasi profesi IAI sesuai dengan peraturan perundang-
(Ikatan Apoteker Indonesia) dan undangan. Dinas Kesehatan belum
Dinas Kesehatan sudah sesuai pernah mengeluarkan sanksi
dengan peraturan yang mengatur administratif berupa pencabutan izin,
pembinaan dan pengawasan yang namun bila Dinas Kesehatan kota
tercantum pada pasal 58 dan 59 Surakarta menemui kegiatan
dalam Peraturan Pemerintah No 51 pelayanan kefarmasian yang tidak
sesuai maka akan memberikan V. DAFTAR PUSTAKA
teguran tertulis kepada pihak
apoteker. Ketentuan dalam BUKU
pemberikan sanksi oleh Dinas
Kesehatan sudah sesuai dengan Adi, Rianto. 2004. Metodologi
kewenangannya yang tercantum pada Penelitian Sosial dan Hukum.
pasal 188 Undang-Undang Jakarta : Granit
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.
Anief, moh. 2007. Apa yang Perlu
IV. KESIMPULAN Diketahui tentang Obat.
1. Perlu adanya pengkajian ulang Yogyakarta: Gajahmada
terhadap PP No 51 tahun 2009 University Press
tentang pekerjaan kefarmasian Dewi, Alexandra Indriyanti. 2008.
mengenai aturan sanksi yang Etika dan Hukum Kesehatan.
jelas bagi tenaga kefarmasian, Yogyakarta: Putaka Book
sehingga diharapkan dimasa Publisher
yang akan datang apoteker Jas, A. 2009.Perihal Resep & Dosis
sudah memiliki payung hukum serta Latihan Menulis Resep.
yang jelas didalam menjalankan Ed 2. Medan: Universitas
profesinya. Sumatera Utara Press
2. IAI (Ikatan Apoteker Indonesia)
Katalog Dalam Terbitan Departemen
perlu mengubah pembinaan
Kesehatan RI. 2008. Buku
yang berupa konsep seminar ke
saku tanggung jawab
konsep pelatihan. Konsep
apoteker
seminar saat ini dianggap kurang
memberikan kontribusi yang terhadap keselamatan pasien
baik dalam peningkatan (patient safety). Jakarta:
kapasitas seorang apoteker Departemen Kesehatan RI
terhadap pelayanan kefarmasian
sehingga harus diubah menjadi Mertokusumo, Sudikno. 1986.
konsep pelatihan yang betul- Penemuan Hukum Suatu
betul melibatkan apoteker agar Pengantar, Yogyakarta:
dapat melayani pasien selaku Liberty
konsumen dengan lebih baik. Miru, Ahmadi., dan Sutarman Yodo.
3. Pelaksanaan pengawasan 2014.Hukum Perlindungan
langsung sebaiknya dilakukan Konsumen. Jakarta: PT.
oleh Dinas Kesehatan secara RajaGrafindo Persada
rutin dan menyeluruh pada
apotek di Kota Solo agar Prodjodikoro, Wirjono. 1991. Hukum
kualitas standar pelayanan Perdata tentang Persetujuan-
kefarmasian yang dilakukan Persetujuan Tertentu.
apoteker lebih terjamin dan Bandung: Sumur
pasien selaku konsumen lebih Purba, Anny Victor. 2007. Kesalahan
terlindungi. Dalam Pelayanan Obatdan
Usaha
Pencegahannya. Surabaya:
Badan Penelitian dan . 1990. Aspek
Pengembangan Kesehatan Hukum Apotik dan Apoteker.
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Buku Bandung:
Pintar Apoteker. Yogyakarta: Mandar Maju
Diva Press
Siahaan, N.H.T. 2005. Hukum Soemitro, Ronny Hanitjo.
Konsumen Perlindungan 1982.Metodologi Penelitian
Konsumen dan Tanggung Hukum. Jakarta : Ghalia
Jawab Produk, Jakarta: Panta Indonesia
Rei Supranto, J. 2003. Metode Penelitian
Sidabalok, Janus. 2010. Hukum Hukum dan StatistiK. Jakarta
Perlindungan Konsumen di : PT Rineka Cipta
Indonesia. Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti Syamsuni,H.A. 2006. Ilmu Resep.
Sidharta, 2000, Hukum Jakarta: EGC
Perlindungan Konsumen, Widjaja, Gunawan., dan Ahmad
Jakarta: Grasindo Yani. 2000. Hukum tentang
Perlindungan Konsumen.
Shidarta., dan Muchtar Jakarta: PT. Gramedia
Kusumaatmadja. 2000. Pustaka Utama
Pengatar Ilmu Hukum; Suatu Zaman,Nanizar.1990. Resep yang
Pengenalan Pertama Ruang Rasional. Surabaya:
Lingkup Berlakunya Ilmu Airlangga University Press
Hukum, Buku I. Bandung:
Alumni
Subekti, R. 1987. Hukum Perjanjian, PERATURAN PERUNDANG-
Jakarta: Intermasa UNDANGAN
Sugiyono. 2010. Statistik
Peraturan Pemerintah Republik
untuk Penelitian.
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Bandung: Alfabeta
tentang Pekerjaan Kefarmasian
Surahmad, Winarno. 1973. Dasar
dan Tehnik Research : Peraturan Menteri Kesehatan
Pengertian Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan
Metodologi Ilmiah, Kefarmasian di Apotek
Bandung : CV. Tarsito
Undang- Undang No. 8 Tahun 1999
Soekanto., dan Sri Mamudji. 2001.
tentang Perlindungan Konsumen
Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat. Undang-Undang No 36 tahun 2009
Jakarta: PT Raja Grafindo tentang Kesehatan
Persada
Soekanto,Soerjono. 1986.Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press
.
1987.Pengantar Hukum
Kesehatan. Jakarta: Remadja
Karya
WEBSITE http://pharmacyapotek.blogspot.co.id
www.batam.tribunnews.com/2012/0 diunduh pada 28 Oktober 2015
5/22/pimpinan-klinik-budi-rosasri- http://www.ikatanapotekerindonesia.
minta-maaf diunduh pada 28 net/ diunduh pada 17 Februari 2016
Oktober 2015
www.nydailynews.com/news/nationa
l/brain-surgery-patient-dies-wrong-
drug-article-1.2038982 diunduh pada
28 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai