Anda di halaman 1dari 15

FARMASI FORENSIK

STUDI KASUS
KASUS 1 (PRO)
KELOMPOK 1 A5A

Ade Dwi Indah Pratiwi 201021001


A.A. Istri Eka Rahma Yanthi 201021002
A.A. Ngurah Wahyu Ningrat 201021003
Aprilin Enjelina 201021004
Aulia Kurniasari 201021005
Ayu Made Dwi Jayanti 201021006

2
Kasus
Seorang memesan obat menggunakan aplikasi online di sebuah
apotek, ketika obat tersebut sudah sampai ke pembeli, tiba-tiba
pembeli sesak dan mengalami reaksi alergi yang hebat. Setelah
dibawa ke UGD nyawa pasien bisa terselamatkan. Tetapi pihak
keluarga tidak terima akan hal tersebut dan menuntut pihak apotek.
Menurut anda dari segi hukum dan forensik dapatkan anda
melihat kasus tersebut terjadi karena kesalahan apotek berdasarkan
pelayanan kefarmasian? Jika anda sebagai ahli forensic dan anda
menjawab Ya, coba berika alasan anda.

3
Dari segi hukum dan forensik dapatkah anda
melihat kasus tersebut terjadi karena
kesalahan apotek berdasarkan pelayanan
kefarmasian?

4
LITERATURE REVIEW
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN
Permenkes No. 73 Tahun 2016
Apoteker/petugas kefarmasian memahami dan menyadari
kemungkinan medication error dalam proses pelayanan dan
mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah obat (drug
related problem)
PERLINDUNGAN KONSUMEN
UU No 8 tahun 1999
Pasal 1 ayat (1) tentang Perlindungan Konsumen
Pasien yang dirugikan dapat melaporkan apoteker yang
bersangkutan kepada pihak berwajib untuk diproses secara pidana
atau melakukan gugatan pada Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (“BPSK”)

5
Berdasarkan kasus yang diberikan, dari segi hukum dan forensik kasus
tersebut terjadi karena kesalahan apotek berdasarkan pelayanan
kefarmasian.
Pernyataan tersebut dapat didukung dengan adanya Permenkes
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Kefarmasian di Apotek,
Apotek online telah melanggar pasa 3 ayat 3 huruf C dan D.

6
Untuk pasal 3 ayat 3 huruf C menguraikan bahwa apotek mempunyai standar layanan farmasi
dimana salah satunya adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO).Dalam hal ini yang dimaksud dengan PIO
adalah suatu kegiatan dimana terdapat kegiatan penyediaan dan informasi. Hal itu juga mencakup
rekomendasi obat yang benar dan tepat sehingga keakuratan obat tersebut sesuai dengan kebutuhan
konsumen atau pasien.
Selanjutnya, untuk pasal 3 ayat 3 huruf D juga masih merupakan salah satu dari standar layanan
farmasi yakni adanya kegiatan konseling. Diketahui bila membeli produk farmasi di apotek online,
konsumen hanya mengirim resep dan apoteker memberi obat sesuai resep tanpa mempertanyakan lagi
apakah sesuai dengan kebutuhan konsumen.Belum lagi bila resep yang diberikan oleh pengguna layanan
apotek online adalah resep yang tidak sebenarnya ( resep palsu ).Kadang kala, pergantian obat saat obat
yang diberikan diresep tidak ada biasanya dari pihak apotek online tidak konsultasi dan langsung
mengganti.
Dilihat dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 4 angka
1 dan 3 jugak telah menyalahi.Dimana dalam pasal tersebut menguraikan bahwa konsumen berhak atas
kenyamanan, keamanan, Keselamatan, serta informasi serta pelayanan yang benar. Hak konsumen untuk
memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur tidak dilaksanakan dalam kegiatan atau praktik
apotek online.Hal itu dikarenakan tidak dilakukan pelayanan kefarmasian secara langsung.Padahal obat
adalah sesuatu yang seharusnya didapatkan dengan informasi yang lengkap dan penggunaannya harus
sangat diperhatikan oleh seorang apoteker, atau tenaga kesehatan lain yang berkompeten dan mampu. 7
Peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen/pasien yang mengkonsumsi produk
farmasi.Bila tidak ada kejelasan dalam regulasi tentang apotek berbasis internet, kemungkinan besar akan
menimbulkan penyalahgunaan yang berakibat fatal.Dalam apotek online konsumen/pasien dapat dengan bebas
memilih obat/produk farmasi yang mereka inginkan.Itu bila obat tanpa resep dokter (obat bebas).Walaupun
pasien/konsumen memakai resep dokter pun saat melakukan pembelian di layanan kesehatan apotek online, juga
tidak akan menjamin bahwa si konsumen/pasien terbebas dari penyalahgunaan.Hal itu disebabkan apotek online
hanya berorientasi pada produk farmasinya saja tanpa memperhatikan kebutuhan sebenarnya drai
pasien/konsumen.

8
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2020 TENTANG
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN YANG DIEDARKAN SECARA DARING
pasal 9 ayat 3 yaitu:

Apotek dan/atau Pihak Ketiga dalam melaksanakan pengiriman Obat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib:
a) Menjamin keamanan dan mutu Obat;
b) Menyertakan informasi produk, label dan/atau informasi penggunaan Obat;
c) Menjaga kerahasiaan isi pengiriman;
d) Mengirimkan Obat dalam wadah tertutup;
e) Memastikan Obat yang dikirim sampai pada tujuan; dan
f) Mendokumentasikan serah terima Obat termasuk dari Pihak Ketiga kepada pasien.

9
Menurut pasal 5 Peraturan Perundang-Undangan Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian  mengatur mengenai pekerjaan yang dilakukan kefarmasian
yakni :
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi :
1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
2. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produk Sediaan Farmasi;
3. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
4. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.

10
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang  Pekerjaan Kefarmasian yang menyatakan
bahwa :

“Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker” .

Berarti pada dasarnya ada standarisasi pelayanan oleh kefarmasian yang diatur didalam pasal 3 ayat 1
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek yang menyatakan bahwa :
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar :
a) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b) Pelayanan farmasi klinik .

11
Sebelum obat tersebut diberikan kepada kita maka apoteker terlebih dahulu akan
menanyakan lagi nama pasien dan menjelaskan dosis penggunaan obat tersebut dan meminta
tandatangan kita sebagai tanda bukti kita mengerti penjelasan penggunaan obat serta dosisnya.
Kita sebagai orang awam yang tidak mengerti hanya mengingat mengenai dosis penggunaan
obatnya saja dan tidak secara detail mengenai kegunaan obatnya karena ini merupakan salah satu
pengalaman admin. Nah hal ini memiliki dasar hukum didalam pasal 7 ayat b Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa :
“Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”

12
13
14
THANKS!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

15

Anda mungkin juga menyukai