Terdiri dari pasal 1 sampai pasal 8 dimana apoteker harus mengamalkan sumpah / janji
apoteker,sungguh – sungguh dalam menghayati dan mengamalkan kode etik
apoteker,harus menjalankan profesi apoteker sesuai kompetensi apoteker indonesia, aktif
mengikuti perkembangan dibidang kesehatan pada umumnya dan farmasi pada
khususnya,harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri sendiri, harus menjadi
contoh yang baik bagi orang lain , harus menjaga perilaku dihadapan publik,apoteker
menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya dan mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan kesehatan pada umumnya khususnya farmasi.
Merupakan Pasal 9 yang intinya seorang apoteker harus menjaga rahasia apoteker, rahasia
kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan baik, harus menghargai keputusan dokter
sebagai penulis resep yang sesuai dengan diagnosa penyakit dan sebagainya.
Merupakan pasal 10 sampai pasal 12. Apoteker harus memperlakukan teman sejawat
dengan baik,memperlakukan teman sejawat dengan baik dan santun, harus saling
menasehati antar sesama rekan sejawat,apoteker harus saling membantu dan mempercayai
rekan sejawatnya.
Kode etik ke lima merupakan pasal 15 yang merupakan penutup yaitu apoteker
diwajibkan mengamalkan kode etik dalam menjalankan profesinya.
Disiplin apoteker
LANDASAN FORMAL
Yang dijadikan landasan dalam disiplin apoteker :
1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.
2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya yang
dikeluarkan oleh IAI.
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
yang sah.
ataupun masyarakat.
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai dan memberikan penjelasan yang tidak
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin dari segi mutu‟, ‟keamanan‟, dan
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi kesehatan fisik yang tidak stabil
pelayanan profesi.
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat membahayakan
pasien.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur dan tidak etis, kepada pasien atau
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan
tepat.
18. Membuat catatan atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
SANKSI DISIPLIN
A. Sanksi disiplin dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yaitu :
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan atau pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau
Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
B. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud
dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Prakti sementara
selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau
selamanya;
C. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
1) Pendidikan formal atau
2) Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan
atau sarana pelayanan kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama satu tahun.
Apoteker harus melaksanakan kewajibannya dengan mengikuti aturan kode etik dan
akan dikenakan sanksi apabila terjadi pelanggaran disiplin apoteker. Karena akan
sangat berbahaya jika adanya kesalahan, jika terjadi kesalahpahaman pemberian
informasi dan lain – lain .
Perbedaan sediaan terapeutik dan nonterapeutik
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 39 tahun
2013, sediaan terapeutik adalah semua sediaan untuk penggunaan manusia dengan
tujuan memulihkan/ mengetahui kondisi fisiologis/patologis untuk kebaikan pengguna
sediaan. Sedangkan yang dimaskud dengan Sediaan nonterapeutik atau Nonproduk
Terapetik adalah semua sediaan yang masuk dalam golongan makanan/minuman,
suplemen, obat tradisional, kosmetik dan PKRT
Vaksin masuk dikategorikan dimana ?
Jawab :
Vaksin masuk dalam kategori produk terapeutik karena vaksin juga memiliki tujuan
untuk memulihkan kondisi fisiologis/patologis dari pengguna contohnya vaksin cacar
air. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 39 tahun
2013, vaksin juga termasuk produk biologi. Dimana produk biologi itu sendiri adalah
vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah dan produk hasil fermentasi
lainnya (termasuk antibody monoklonal dan produk yang berasal dari teknologi
rekombinan DNA) yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan
dan peningkatan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2013, Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2009 Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi-Jabaran
kode etik.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia, Majelis Etik dan