Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

ISLAM DISIPLIN ILMU

NAMA : FADILLAH RAMADHANI


STAMBUK : 15120180108
KELOMPOK : I (SATU)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
TUGAS
Menyimpulkan tentang kode etik apoteker
Menyimpulkan tentang disiplin apoteker
Kode etik apoteker
Kode etik apoteker yang berlaku diindonesia merupakan petunjuk untuk apoteker yang
merupakan kewajiban moral berdasarkan nilai – nilai yang dibuat oleh organisasi apoteker
untuk memudahkan apoteker berhubungan dengan pasien, sesama profesi apoteker
maupun profesi kesehatan lainnya dan masyarakat atau prinsip yang harus diikuti oleh
apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan
mengambil keputusan . adapun tujuan adanya kode etik apoteker adalah membimbing para
apoteker dalam dalam membina hubungan dengan pasien, rekan sejawat, tenaga
kesehatan lainnya dan masyarakat.

Kode etik yang pertama merupakan kewajiban umum

Terdiri dari pasal 1 sampai pasal 8 dimana apoteker harus mengamalkan sumpah / janji
apoteker,sungguh – sungguh dalam menghayati dan mengamalkan kode etik
apoteker,harus menjalankan profesi apoteker sesuai kompetensi apoteker indonesia, aktif
mengikuti perkembangan dibidang kesehatan pada umumnya dan farmasi pada
khususnya,harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri sendiri, harus menjadi
contoh yang baik bagi orang lain , harus menjaga perilaku dihadapan publik,apoteker
menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya dan mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan kesehatan pada umumnya khususnya farmasi.

Kode etik yang kedua merupakan kewajiban apoteker terhadap pasien

Merupakan Pasal 9 yang intinya seorang apoteker harus menjaga rahasia apoteker, rahasia
kefarmasian dan rahasia kedokteran dengan baik, harus menghargai keputusan dokter
sebagai penulis resep yang sesuai dengan diagnosa penyakit dan sebagainya.

Kode etik ketiga merupakan kewajiban apoteker terhadap teman sejawat

Merupakan pasal 10 sampai pasal 12. Apoteker harus memperlakukan teman sejawat
dengan baik,memperlakukan teman sejawat dengan baik dan santun, harus saling
menasehati antar sesama rekan sejawat,apoteker harus saling membantu dan mempercayai
rekan sejawatnya.

Kode etik ke empat merupakan kewajiban apoteker terhadap sejawat petugas


kesehatan lain
Pasal ke 13 dan 14 . intinya apoteker harus menjalin hubungan dengan baik dengan
sesama petugas kesehatan lainnya dan meminimalisir tindakan yang dapat merusak
hubungan baik antara apoteker dan tenaga kesehatan lain.

Kode etik ke lima merupakan pasal 15 yang merupakan penutup yaitu apoteker
diwajibkan mengamalkan kode etik dalam menjalankan profesinya.

Disiplin apoteker

Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan oleh seorang Apoteker untuk


menaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang undangan dan peraturan praktik yang apabila dilanggar dapat dijatuhi
hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan atau
ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal,
yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.

LANDASAN FORMAL
Yang dijadikan landasan dalam disiplin apoteker :
1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.
2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya yang
dikeluarkan oleh IAI.
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten, maksudnya Melakukan

Praktek kefarmasian tidak sesuai dengan standar.

2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung jawabnya,

tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker penggantI atau Apoteker pendamping

yang sah.

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu atau tenaga kerja

lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan pasien

ataupun masyarakat.

5. Tidak memberikan informasi yang sesuai dan memberikan penjelasan yang tidak

mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan

kerusakan atau kerugian pasien.

6. Tidak membuat atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional

7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin dari segi mutu‟, ‟keamanan‟, dan

‟khasiat/manfaat‟ kepada pasien.

8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan baku

obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan tidak

terjaminnya mutu, khasiat obat.

9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan kerusakan

atau kerugian kepada pasien.

10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi

menimbulkan penurunan kualitas obat.

11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi kesehatan fisik yang tidak stabil

ataupun mental yang sedang terganggu sehingga dapat merugikan kualitas

pelayanan profesi.

12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak

dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat membahayakan

pasien.

13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi

yang tidak sesuai denga peraturan pelayanan kefarmasian.

14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur dan tidak etis, kepada pasien atau

masyarakat yang membutuhkan.

15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan

tepat.

16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.

17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya atau profesinya

18. Membuat catatan atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar.

19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau

Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat

kompetensi yang tidak sah.

20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI

untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

21. Mempromosikan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan,

yang tidak benar atau menyesatkan.

22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang

diketahuinya secara benar.

SANKSI DISIPLIN
A. Sanksi disiplin dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yaitu :
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan atau pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker, atau
Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker.
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
B. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud
dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Prakti sementara
selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau
selamanya;
C. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
1) Pendidikan formal atau
2) Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan
atau sarana pelayanan kesehatan atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama satu tahun.
Apoteker harus melaksanakan kewajibannya dengan mengikuti aturan kode etik dan
akan dikenakan sanksi apabila terjadi pelanggaran disiplin apoteker. Karena akan
sangat berbahaya jika adanya kesalahan, jika terjadi kesalahpahaman pemberian
informasi dan lain – lain .
 Perbedaan sediaan terapeutik dan nonterapeutik
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 39 tahun
2013, sediaan terapeutik adalah semua sediaan untuk penggunaan manusia dengan
tujuan memulihkan/ mengetahui kondisi fisiologis/patologis untuk kebaikan pengguna
sediaan. Sedangkan yang dimaskud dengan Sediaan nonterapeutik atau Nonproduk
Terapetik adalah semua sediaan yang masuk dalam golongan makanan/minuman,
suplemen, obat tradisional, kosmetik dan PKRT
 Vaksin masuk dikategorikan dimana ?
Jawab :
Vaksin masuk dalam kategori produk terapeutik karena vaksin juga memiliki tujuan
untuk memulihkan kondisi fisiologis/patologis dari pengguna contohnya vaksin cacar
air. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 39 tahun
2013, vaksin juga termasuk produk biologi. Dimana produk biologi itu sendiri adalah
vaksin, imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah dan produk hasil fermentasi
lainnya (termasuk antibody monoklonal dan produk yang berasal dari teknologi
rekombinan DNA) yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan
dan peningkatan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2013, Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2009 Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi-Jabaran
kode etik.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2014, Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia, Majelis Etik dan

Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI).

Anda mungkin juga menyukai