Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

“KODE ETIK APOTEKER & DISISPLIN APOTEKER”

OLEH:

NAMA : AINUN FADHILAH SALIM

NIM : 15120230065

KELAS : C1.3

DOSEN : apt. AHMAD NAJIB.,S.Si.,M.Farm., Ph.D.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
RANGKUMAN KODE ETIK APOTEKER INDONESIA & DISIPLIN APOTEKER

Kode Etik Apoteker Indonesia merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak dan
nilai-nilai yang dianut dan menjadi pegangan dalam praktik kefarmasian,

Tujuan Kode Etik Apoteker Indonesia, sebagai berikut :

1. Menjunjung tinggi martabat Profesi

2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota

3. Meningkatkan pengabdian anggota

4. Meningkatkan mutu Profesi

5. Meningkatkan layanan kepada pengguna jasa

6. Untuk menentukan standard sendiri

Oleh sebab itu, diharapkan Kode Etik Apoteker Indonesia berfungsi :

- Sebagai pedoman setiap anggota dalam menjalankan profesinya

- Sebagai sarana kontrol bagi masyarakat atas pelaksanaan profesi tersebut

- Mencegah campur tangan pihak luar organisasi tentang hubungan etika dan keanggotaan organisasi.
Kode Etik Apoteker Indonesia, terdiri dari 5 bab dan 15 pasal (8 pasal Kewajiban umum, 1 pasal Kewajiban
terhadap pasien, 3 pasal Kewajiban terhadap teman sejawat, 2 pasal terhadap tenaga Kesehatan lain ,
dan 1 pasal Penutup).

Mukadimah

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan
keahliannya, harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker
di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya, selalu berpegang teguh kepada
sumpah/janji Apoteker.

Pedoman Pelaksanaan :

1. Setiap Apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengalaman ilmunya harus didasari oleh sebuah
niat luhur untuk kepentingan makluk lain sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa

2. Sumpah dan janji Apoteker adalah komitmen seorang Apoteker yang harus dijadikan landasan moral
dalam pengabdian profesinya

3. Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh Apoteker sebagi pedoman dan
petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan.
BAB I - Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah Apoteker.

Pasal 2

Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia.

Pasal 3

Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam menjalankan
kewajibannya.

Pasal 4

Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang Kesehatan pada umumnya dan
bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan
diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundangundangan di bidang


Kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

BAB II – Kewajiban Apoteker terhadap Pasien

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat,
menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.

BAB III – Kewajiban Apoteker terhadap Teman Sejawat

Pasal 10 Seorang Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan .

Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi
ketentuan ketentuan kode etik
Pasal 12 Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan Kerjasama
yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV – Kewajiban Apoteker terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lain

Pasal 13 Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas
Kesehatan lain

Pasal 14 Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari Tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
Kesehatan lain.

BAB V – Penutup

Pasal 15 Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan
sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia
wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI)
dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kriteria Pelanggaran Etik :

a. Ignorant (tidak tahu)

b. Kelalaian (alpa)

c. Kurang perhatian

d. Kurang terampil

e. Sengaja

Penilaian, Pembuktian dan Sanksi terhadap Pelanggaran Etik , sebagai berikut :

a. Unsur Ketidaktahuan

- Penyebab : adanya celah pengetahuan atau keterampilan antara kenyataan yang dihadapi dalam praktek
dengan apa yang diketahui pada saat kuliah

- Pembuktian : tahun kelulusan Apoteker, dan pernah/tidak mengikuti Pendidikan berkelanjutan.

- Sanksi : kewajiban untuk mengikuti Pendidikan berkelanjutan yang terkait dengan kesalagan yang
diperbuat.

b. Unsur Kelalaian

- Penyebab :

1.) Tidak menjalankan apa yang seharusnya dilakukan


2.) Menjalankan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan

3.) Lalai terhadap aturan perundangan yang berlaku untuknya

c. Unsur Kurang Perhatian

Seorang anggota profesi dianggap kurang perhatian apabila ia tidak menjalankan prosedur kerja yang
seharusnya diikuti.

- Pembuktian : diperlukan tanya jawab tentang sejauh mana ia mengetahui ada prosedur kerja profesi

d. Unsur Kurang Terampil

Seorang profesi dianggap kurang terampil apabila ia tidak mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan yang
seharusnya menjadi tugas profesionalnya.

- Pembuktian : diperlukan simulasi yang disaksikan oleh saksi ahli - Sanksi : mengulangi belajar di
perguruan tinggi terhadap kekurangan terampilan yang dimiliki

e. Adanya kesengajaan

Unsur kesengajaan merupakan pelanggaran etika Apoteker berat, maka sebelum membuat keputusan
harus memperhatian faktor personal, faktor situasional, dan faktor ada/tidaknya kelompok seminat. -
Saran apabila terbukti :

1.) Usul pembinaan khusus untuk penyandaran

2.) Usul penundaan sementara ijin kerja Apoteker

3.) Usul pencabutan ijin kerja Apoteker


DISIPLIN ILMU APOTEKER

Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk mentaati kewajiban dan
menghindari larangan sesuai dengan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan atau
peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dapat dijatuhkan hukuman disiplin.

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan atau ketentuan penerapan
keilmuan. Dimana berupa setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Apoteker yang tidak menaati kewajiban
dan atau melanggar larangan ketentuan disiplin Apoteker

Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker , sebagai berikut :

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten

2. Membiarkan berlangsungnya praktek kerfarmasian yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa


kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti atau Apoteker pendamping yang sah

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga Kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut

4. Membuat keputusan profesinal yang tidak berpihak kepada kepentingan pasien

5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara mudah dimengerti oleh
pasien

6. Tidak membuat / tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi
seluruh porsenil di sarana pekerjaan/ pelayanan kefarmasi, sesuai dengan kewenangannya

7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak menjamin mutu, keamanan, dan khasiat kepada pasien

8. Melakukan pengadaan obat/ bahan baku obat, tanpa prosedur yang berlaku

9. Tidak mengitung dengan benar dosis obat

10.Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar

11.Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat Kesehatan fisik ataupun mental yang sedang
terganggu

12.Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan


13.Melakukan pemeriksaan/ pengobatan dalam pelaksanaan praktik swamedikasi yang tidak sesuai
dengan kaidah pelayanan kefarmasian

14.Memberikan penjelasan yang tidak jujur/ tidak etis dan tidak objektif kepada yang membutuhkan
15.Menolak / menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alas an yang layak dan sah
16.Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak

17.Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya

18.Membuat catatan/ pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak benar
19.Berpraktik dengan menggunakan STRA/ SIPA/SIKA dan sertifikat kompetensi yang tidak sah

20.Tidak memberikan informasi, dokumen da alat bukti lainnya yang diperlukan MEDAI untuk
pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin

21.Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan yang dimiliki, baik lisan/tulisan yang tidak benar
atau menyesatkan

22.Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang diketahuinya secara
benar dan patut.

Sanksi Disiplin

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan PerUndang-undangan yang
berlaku, sebagai berikut :

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomentasi pembekuan/ pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker atau Surat Izin Praktik
Apoteker atau Surat Izin Kerja Apoteker

3. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau pelatihan di institusi Pendidikan apoteker.

Anda mungkin juga menyukai