Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOLOGI MOLEKULER

“ ENZIM SEBAGAI TARGET AKSI OBAT“

DOSEN PENGAMPU :

Apt. ANDI MAULANA K., S.Farm, M.Clin.Pharm

DISUSUN OLEH :
NAMA : AINUN FADHILAH SALIM
STAMBUK : 15020190159
KELAS : C11

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
Petanyaan
1. Jelaskan tetang mekanisme inhibisi enzim
2. Jelaskan tentang inhibitor kolinesterase
3. Jelaskan tentang inhibitor MAO (IMAO)
4. Jelaskan tentang inhibitor siklooksigenase (COX)
5. Jelaskan tentang ESO inhibitor siklooksigenase (COX)
6. Jelaskan tentang obat antimetabolit

Jawab :
1. Mekanisme Inhibis Enzim, yaitu
Kerja enzim sangat bergantung pada pembentukan kompleks enzim substrat (ES).
Kerja enzim tersebut akan menurun atau tidak aktif jika pada saat penggabungan
enzim dan substrat terdapat inhibitor (hambatan). Inhibitor dapat berupa molekul
atau ion yang dapat mengganggu pembentukan kompleks enzim substrat. Inhibitor
dapat dibedakan berdasarkan mekanisme inhibisi atau hambatannya, menjadi
inhibitor/ hambatan dapat balik (reversible) dan tidak dapat baik (irreversible).
 Inhibitor tidak dapat balik (irreversible) disebabkan karena adanya proses
destruksi atau modifikasi gugus fungsi atau lebih yang terdapat molekul enzim.
Inhibitor ini tidak dapat balik karena adanya ikatan yang kuat (ikatan kovalen)
antara enzim dan inhibitor.
Contohnya adalah pestisida yang bersifat beracun bagi serangga. Interaksi
antara inhibitor tidak dapat balik dan enzim ini permanen sehingga tidak dapat
balik lagi. Oleh karena itu, kajian mengenai inhibitor tidak dapat balik tidak bisa
dikaji oleh persamaan Michaelis-Menten dan Lineweaver-Burk.
 Inhibitor dapat balik (reversible) bersifat dapat balik karena ikatan yang
terbentuk antara enzim dan inhibitor ini biasanya tidak terlalu kuat (ikatan non
kovalen). Inhibitor ini dapat dibedakan menjadi competitive inhibitor
(hambatan bersaing) dan noncompetitive inhibitor (hambatan tidak bersaing).
(Andi Wahyudi, dkk. 2020)

2. Inhibitor Kolinesterase
Fungsi obat Cholinesterase Inhibitors adalah untuk memulihkan kelumpuhan otot
akibat pelumpuh otot nondepolarisasi sehingga otot dapat kembali normal. Namun,
golongsn obat ini juga dapat memperpanjang depolarisasi blockade fase I melalui dua
cara, yaitu menghambat acetylcholinesterase dan menghambat
pseudocholinesterase. Peningkatan konsentrasi Ach pada ujung saraf akibat
hambatan pada acetylcholinesterase dan berkurangnya proses pemecahan SCh akibat
hambatan pada pseudocholinesterase menjadikan proses depolarisasi semakin kuat.
Pemanjangan durasi kerja SCh dapat dilihat pada pasien yang mendapat obat tetes
mata golongan cholinesterase inhibitor Echothiophate.
(N. Margarita R,dkk. 2019)
Kolinesterase adalah enzim yang mengkatalisis degradasi asetilkolin menjadi kolin dan
asetat. Penghambatan kerja asetilkolinesterase menyebabkan degradasi asetilkolin
berkurang, akibatnya konsentrasi asetilkolin meningkat. Obat neostigmine ini
digunakan pada terapi penyakit Alzheimer, dimana terjadi degenerasi saraf kolinergik
yang dikarakterisasi dengan berkurangnya secara signifikan enzim kolin asetil-
transferase yang mengkatalisis sintesis asetilkolin. Karena itu, salah satu strategi
terapinya adalah dengan memberikan penghambat kolinesterase agar asetilkoling
yang disintesis tidak segera terdegradasi.
Contoh obat inhibitor enzim kolinesterase adalah rivastigmin, donepezil, dan
galantamin. (Zullies Ikawati,2018)

3. Inhibitor MAO (IMAO)


Inhibitor Monoamine axidase , yang dikenal juga sebagai MAOI, merupakan kelompok
obat yang digunakan dalam terapi depresi, yang bekerja menghambat monoamine
oksidase, enzim yang ditemukan di jaringan otak, meredakan depresi. MAOI juga
dapat diprogramkan untuk pasien yang mengalami fobia, hipokondria atipikal, atau
gambaran histeria.
Fakta bahwa MAOI menghambat monoamine oksidase dan menyebabkan akumulasi
neurotransmitter amin menimbulkan banyak isu keamanan. Saat kadar amin naik, jika
pasien makan salah satu bahan makanan yang mengandung tiramin amin, rekasi
antikolinergik dapat terjadi, dengan efek yang serupa adrenalin pada tubuh. Hal
tersebut dapat menyebabkan krisis hipertensi, peningkatan tekanan darah yang
berbahaya.
Efek samping MAOI meliputi mengantuk di siang hari, tekanan darah rendah, limbung,
diare, mulut kering, nyeri otot, perubahan sensasi rasa, grogi, insomnia, kenaikan
berat badan, penurunan Hasrat seksual, disfungsi erektil, sulit berkemih, dan
parestesia di kulit.
(Claire Boyd, 2015)

Monoamine oksidase (MAO) merupakan enzim yang menjadi target aksi obat yang
banyak digunakan secara klinis pada pengobatan penyakit saraf depresi atau
Parkinson. MAO adalah enzim yang mengkatalisis oksidasi senyawa monoamine.
Enzim ini banyak terdapat dalam keadaan terikat atas dua subtype, yaitu MAO-A dan
MAO-B. Keduanya terdapat pada saraf dan astroglia. Selain di saraf, MAO-A juga
terdapat pada hati, saluran gastrointestinal dan plasenta , sedangkan MAO-B
terutama terdapat pada platelet darah. Karena itu, MAO-A terutama penting untuk
menguraikan senyawa monoamine yang terdapat pada makanan yang masuk dalam
saluran pencernaan. Enzim ini menjadi target aksi obat-obat golongan inhibitor MAO
untuk meningkatkan kadar neurotransmitter amin pada kondisi-kondisi patologis
yang disebabkan karena kekurangan senyawa monoamin, seperti depresi.
Contoh obat antidepresan golongan inhibitor MAO adalah tranilsipromin, fenelzin dan
isokarboksasid. Obat ini bersifat ireversivel dan tidak selektif.
(Zullies Ikawati,2018)

4. Inhibitor siklooksigenase (COX)


Inhibitor siklooksigenase (COX) berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya
adalah prostaglandin. (Evi Sovia, dkk. 2019)
AINS menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat
menjadi Prostaglandin terganggu. Ada 2 macam enzim siklooksigenase, yaitu COX-1
yang selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahannkan
fisiologi tubuh seperti produksi mucus di lambung, dan COX-2 yang merupakan enzim
yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan jaringan, tapi akan meningkat pada
keadaan inflamasi atau patologik. AINS akan berikatan pada bagian aktif enzim,
sehingga enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah asam
arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin.
AINS yang termasuk penghambat COX-1 adalah Asetosal/ aspirin, Piroxicam. Yang
termasuk penghambat COX-2 misalnya Diclofenak, Meloxicam, Celecoxib dan
Rofecoxib. Penghambat COX-1 dan COX-2 adalah Ibuprofen, Indometasin, dan
Naproxen. (Roslan Yusni H, dkk. 2014)

5. Efek Samping Obat Inhibitor siklooksigenase (COX)


Perlu diperhatikan bahwa OAINS menghambat COX-2 selektif memiliki efek samping,
dimana mereka mampu meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler pada
penggunaan jangka Panjang. (Evi Sovia, dkk. 2019)
AINS yang tidak selektif dapat menghambat sintesis prostaglanding yang dibutuhkan
tubuh untuk proteksi mukosa lambung. Karena itu, efek samping utama obat-obat
AINS adalah tukak lambung. (Zullies Ikawati,2018)

6. Obat antimetabolit
Obat yang mempengaruhi sintesis DNA pada tingkat ini merupakan obat spesifik siklus
sel dan tepat dinamai antimetabolit. Sementara fungsi antimetabolit sebagai substrat
palsu, agen alkilasi mencederai molekul DNA secara langsung. (David C. Sabiston,
1995)
Antimetabolit adalah senyawa yang dapat menghambat jalur metabolic yang penting
untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui penghambatan asam folat, purin,
pirimidin, dan asam amino, serta jalur nukleosida pirimidin yang diperlukan pada
sintesis DNA. Hambatan replikasi DNA ini dapat secara langsung maupun tidak
langsung sehingga menyebabkan sel tidak berkembang biak dan mengalami kematian.
Struktur antimetabolit berhubungan erat dengan struktur metabolit normal dan
bersifat sebagai antagonis. Antimetabolit menimbulkan efek samping cukup besar,
seperti leukopenia, trombositopenia, anemia, dan pendarahan saluran cerna.
Berdasarkan sifat antagonismenya, antimetabolit dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu antagonis pirimidin (5-Fluorourasil, tegafur, capecitabin), antagonis purin,
antagonis asam folat dan antagonis asam amino .(Abdul Rohman,2018)
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, Claire. 2015. Keterampilan Penatalaksanaan Obat untuk Perawat. Jakarta: Bumi
Medika.

Ikawati, Zullies. 2018. Farmakologi Molekuler. Target Aksi Obat dan Mekanisme
Molekulernya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rehatta, N. Margarita, dkk. 2019. Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Rohman, Abdul. 2018. Analisis Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sabiston, David. C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.

Sovia, Evi. 2019. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis. Yogyakarta : Deepublish


Publisher.

Wahyudi, Andi, dkk.2020. Biomolekul dalam Konteks Kentang Bahan Ajar Biokimia.
Bandung: Media Sains Indonesia.

Yusni Hasanm Roslan,dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi V. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai