Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“FITOTERAPI ANTIHEPATITIS”

Disusun Oleh :

NUR AINUN 15020190141

AINUN FADHILAH SALIM 15020190159

NUR HIKMAWATI AMIN 15020190165

ALIAH FAJRIANI 15020190168

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah mata kuliah teknik komunikasi yang membahas tentang ”Fitoterapi
Antihepatitis” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini,Penulis menyadari bahwa makalah ini masih


kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Makassar,

Kelompok

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3
2.1 Pendahuluan antimikroba dan obatnya 4

2.2 Tanaman Fitoterapi 5

2.3 Deskripsi Tanaman 5

2.4 Kandungan Kimia 8

2.5 Penggunaan secara empiris

2.6 Farmakologi

2.7 Mekanisme Aksi 10

2.8 Keamanan

2.9 Dosis

2.10Biomaker

2.11Sediaan Dipasaran

2.12

2.13 BAB III PENUTUP 14


KESIMPULAN 14
SARAN 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain maka
komunikasi adalah salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang dikeliling kita.
Ada komunikasi yang bersifat verbal dan ada pula yang bersifat non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi dengan berbicara pada orang lain
sedangkan non verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui perantara atau media.
Dalam komunikasi verbal maka sangat penting untuk bisa menyusun kata-kata yang
keluar dari mulut kita menjadi sebuah informasi yang dapat dimengerti, berguna dan
menarik bagi orang lain. Komunikasi yang jelas akan membuat orang lain
memperhatikan dan menghargai apa yang kita bicarakan. Teknik
berkomunikasi/bicara yang baik tentu akan diperlukan terutama bagi orang-orang
yang bekerja dengan menggunakan keahlian berkomunikasi.

Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga
dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik
berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan
komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan. Teknik komunikasi
digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin secara efektif. Pengertian teknik
adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan
pengertian komunikasi adalah penyampaian informasi dari komunikator ke
komunikan melalui media tertentu. Maka pengertian teknik komunikasi adalah suatu
cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan
dengan media tertentu. Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara
efektif melakukan komunikasi satu sama lain dan secara tepat menggunakannya.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk komunikasi profesional di bidang farmasi

2. Bagaimana penerapan bentuk komunikasi

3. Apa teori dasar wawancara dan anamnesis

4. Bagaimana etika dan prosedur anamnesis

5. Bagaimana pembuatan data dokumentasi data klinis klien

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi profesional di bidang farmasi

2. Untuk mengetahui penerapan bentuk komunikasi

3. Untuk mengetahui teori dasar wawancara dan anamnesis

4. Untuk mengetahui etika dan prosedur anamnesis

5. Untuk mengetahui pembuatan data dokumentasi data klinis klien

4
BAB II PEMBAHASAN

 Pengertian komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang sangat kompleks. Menurut Coiera (2006) suatu system
komunikasi melibatkan orang-orang, pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan, teknologi
yang memediasi percakapan, dan struktur organisasi yang mendefinisikan dan membatasi
percakapan yang dibiarkan terjadi. Ada tantangan organisasi dan tantangan komunikasi
signifikan yang dihadapi oleh tenaga layanan kesehatan di masyarakat (Coiera, 2006). Tenaga
kesehatan sering tidak siap untuk membantu pasien mengatasi rasa malu yang terkait dengan
rendahnya kesadaran kesehatan. Selain itu, lingkungan institusi kesehatan sering menghalangi
upaya petugas untuk menjelaskan secara menyeluruh cara mengobati atau mencegah penyakit
dengan kata-kata yang dipahami pasien (Schwartzberg, 2007). Banyak penyedia layanan
kesehatan yang mungkin memerlukan pendidikan khusus mengenai pengetahuan kesehatan
masyarakat yang rendah dan implikasinya untuk sistem perawatan kesehatan, serta strategi
untuk berkomunikasi dengan pasien yang memiliki pengetahuan kesehatan yang rendah (Ngoh,
2009).
Terdapat empat bentuk komunikasi yang terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Secara singkat komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri saat menerima stimulus dari lingkungan.
Adapun komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran makna orang orang yang saling
berkomunikasi. Komunikasi kelompok adalah interaksi antara tiga atau lebih individu untuk
memperoleh maksud dan tujuan tertentu. Sementara itu komunikasi massa berarti komunikasi
yang dilakukan di mana sebuah media dalam memproduksi dan menyebarkan pesan kepada
publik secara luas.
1. Komunikasi personal
 Komunikasi interpersonal yang jelas dan objektif diperlukan dalam konseling untuk
membantu pasien mengambil keputusan terbaik yang berhubungan dengan
kesehatannya dan mempengaruhi perilaku seperti kepatuhan terhadap regimen
pengobatan. Namun, untuk menangani konseling pasien secara profesional,
pendidikan, dan pelatihan apoteker harus melampaui prinsip komunikasi yang
efektif,sehingga dapat menguasai keahlian dalam menjalin hubungan. Apoteker

5
perlu merespons emosi pasien dengan tepat agar dapat menangani semua aspek
penting kesehatan. Hal ini bertujuan untuk mencapai pemahama yang lebih baik
tentang kondisi psikologi pasien terkait status kesehatan dan pengobatan saat ini.
Karakteristik khusus yang mendasari komunikasi dalam konseling adalah rasa
saling percaya. Kedua orang yang berdialog harus memiliki rasa percaya terhadap
yang lain seperti pada diri mereka sendiri. Apoteker harus menghormati hak dan
kemauan pasien untuk membuat keputusan dengan menyesuaikan pengetahuan dan
tindakan profesionalnya dengan kebutuhan pasien. Menghormati hak dan kemauan
pasien, serta membangun tanggung jawab bersamanya dalam proses konseling,
merupakan landasan konseling pasien. Apoteker perlu mengakui kepercayaan
pasien dan pasien juga perlu menerima apoteker sebagai konselor, jika tidak,
konseling yang efektif akan sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai.

2. Komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnnya, dan memandang Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut (Deddy Mulyana. 2005). Kelompok ini biasanya keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
rapat untuk mengambil suatu keputusan.
Komunikasi kesehatan kelompok mempelajari tentang peranan performa
komunikasi dalam koordinasi yang saling terkait di antara anggota kelompok,
seperti misalnya dalam tim kesehatan, komite etik dan keluarga. Para anggota ke
lompok dalam komunikasi kesehatan kelompok akan berba gi informasi kesehatan
yang relevan dalam rangka pembuat an keputusan kesehatan yang tepat
(Schement, 2002: 399). Satu tim kesehatan misalnya, berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda, seperti dokter, perawat, ahli terapi, dan apoteker. Mereka
berada dalam sebuah kelompok yang menangani pasien yang sama. Mereka harus
mampu bekerja sama dalam sebuah kelompok demi kesembuhan pasien.

6
Seiring dengan kemajuan teknologi dan pelayanan kese hatan yang semakin
terspesialisasi, kemampuan berkomuni kasi dalam kelompok menjadi semakin
penting. Opini yang berbeda harus mampu diatasi oleh anggota kelompok. Ang
gota kelompok harus bersedia menerima keputusan kelom pok daripada
pendapatnya sendiri. Anggota kelompok harus mampu berbagi informasi dengan
baik,

Komunikasi dengan kelompok di luar profesi farmasi yang merupakan suatu


sarana yang efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menyeluruh.
Apoteker rumah sakit dapat melaksanakan program pendidikan obat "in service"
dalam berbagai bentuk edukasi bagi profesional kesehatan, antara lain: edukasi
langsung bagi perawat; pengadaan buletin atau surat berita bagi dokter,
berpartisipasi dalam konferensi staf medis; dan memberikan pendidikan "in-
service" secara informal dalam kunjungan ke ruang.

3. Komunikasi massa
komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, Media massa yang
dimaksud merupakan produk dari teknologi modern seperti surat kabar, radio,
televisi dan film.Media massa adalah segala bentuk saluran untuk menyampaikan
informasi. Media massa dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu media cetak, media elektronik, dan media cyber atau media internet.

Salah satu tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan dalam
bidang kefarmasian adalah Apoteker. Menurut Kode Etik Apoteker Indonesia'
pasal 7. "seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya" dimana pemberian informasi tersebut harus dengan cara yang mudah
dimengerti serta yakin apabila informasi tersebut sesuai, relevan, dan up to date.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap obat. (IAI, 2009)

7
Secara khusus, beberapa penelitian tentang pemanfaatan media sosial oleh
apoteker telah dilakukan misalnya penelitian yang dilakukan di London kepada
apoteker pada bidang pelayanan (Community pharmacist), dimana mereka telah
memanfaatkan teknologi internet sejak lama, terutama untuk penggunaan pribadi
misal memperoleh pengetahuan terkait obat obatan dan melakukan praktik
profesional farmasi dalam hal pelayanan informasi obat (Crilly P., dkk., 2018).
Studi lain terkait penggunaan media sosial secara pribadi maupun praktik
profesional kepada 268 farmasis di Alberta menyatakan bahwa, lebih dari 60%
farmasis menggunakan akun media sosial untuk praktik profesional dan mayoritas
untuk berhubungan dengan farmasis lainnya (Barry, 2015). Kemudian, studi
kualitatif yang dilakukan kepada 31 farmasis dari tiga negara yaitu Australia,
Brazil dan Jerman memberikan kesimpulan bahwa mereka menggunakan media
sosial untuk membagikan informasi yang berhubungan dengan praktik profesional
kepada masyarakat maupun rekan kerja, dan mengakses informasi terkait
pengumuman seputar pekerjaan (Benetoli, 2016).

 Penerapan bentuk komunikasi


Penerapan komunikasi yang efektif dalam dalam pelayanan di rumah sakit membutuhkan
ketrampilan interpersonal. Ketrampilan interpersonal yang dapat diterapkan tidak hanya
melalui kemampuan mengirim dan menerima pesan, namun juga didukung adanya rasa hormat,
empati, dan mengembangkan kepercayaan hubungan (Rustan, 2017)
1) Menunjukkan rasa hormat
Menyampaikan sikap bahwa klien dan orang lain memiliki kepentingan, martabat, dan
nilai konsep dasar untuk tindakan petugas kesehatan. Tindakan petugas kesehatan
meliputi apresiasi rasa hormat terhadap ide-ide dan komentar klien sebagai hal yang
berharga serta layak untuk diperhatikan. Selain itu, menunjukkan sikap minat untuk
memahami dari sudut pandang orang lain dengan ucapan menyapa sederhana seperti
memanggil nama dengan gelar "Tuan" atau "Nyonya". Hal ini didukung dengan
penggunaan nada suara tenaga kesehatan yang halus, memberikan isyarat non verbal,
dan mendengarkan aktif.

8
2) Berempati
Empati merupakan bagian dari komunikasi karena melibatkan terkait pemahaman dan
perasaan klien. Kapasitas untuk berempati mengkomunikasikan kesadaran yang sensitif
tentang perasaan, keadaan emosional, dan poin orang lain. Perasaan empati ditunjukkan
dengan berusaha menempatkan diri kita sendiri dalam posisi klien dengan
mencerminkan perasaan mereka dan mengungkapkan pesan dalam
3) Menghormati klien sebagai individu, dengan cara:
a. Mendorong klien untuk berperan aktif dalam kesehatan peduli dan dilibatkan
dalam semua keputusan dan pilihan.
b. Mempertimbangkan latar belakang etnis dan budaya.
c. Mempertimbangkan latar belakang keluarga, kepercayaan dan nila nilai.
d. Pengetahuan, kepercayaan diri, kreativitas, kasih sayang dan empati.
e. Kemampuan untuk memecahkan masalah dan untuk mneghadapi atau
mengarahkan bila perlu.
Dalam pelayanan kesehatan, penerapan komunikasi dapat diterapkan dalam berbagai tahapan
yang dapat dimulai saat melakukan pengkajian, penetapan masalah kesehatan, perencanaan,
tindakan sampai dengan tahap evaluasi (Boyd, 2014; Erb, Berman, Snyder, 2011; Suryani,
2017).Pengkajian Proses pengkajian kemampuan komunikasi klien untuk mengumpulkan data
tentang faktor konstektual dalam komunikasi. Faktor internal dan karakteristik, sifat hubungan,
situasi yang membutuhkan komunikasi, lingkungan, dan unsur budaya
a. Faktor fisik dan emosional. Komunikasi dengan kehadiran fisik secara langsung dapat
membantu pemahaman dari pemberi dan penerima informasi. Dengan adanya kehadiran
langsung akan membantu memberikan dukungan secara emosional. Keluarga atau
orang terdekat dari pasien merupakan sumber informasi yang dapat membantu proses
komunikasi pada pasien yang mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
b. Faktor perkembangan, tingkat pertumbuhan dan perkembangan pasien menjadi hal
dasar yang harus diperhatikan tenaga kesehatan dalam komunikasi proses pelayanan.
Pendekatan yang disesuaikan dengan usia penderita membantu proses komunikasi yang
terjalin.
c. Faktor sosial budaya. Mengenal dan memahami setiap bahwa individu dibekali dengan
keunikan masing-masing menjadi hal yang sangat diperlukan. Konteks budaya yang

9
dimiliki individu akan mempengaruhi proses individu tersebut memahami atau
menginterpretasi komunikasi yang terjalin. Sehingga fokus tim kesehatan untuk juga
dapat memperhatikan budaya dari pasien yang ditangani.
d. Gender. Cara berfikir, bertindak, dan merasakan sangat dipengaruhi oleh gender. Fokus
diskusi pria lebih pada bertujuan mneyelesaikan tugas, bertentangan dengan wanita
yang lebih berhubungan dengan perasaan. Pada pelayanan keehatan perbedaan gender
harap menjadi hal yang perlu dipertimbangkan saat proses komunikasi.

TEORI DASAR WAWANCARA


Jenis-jenis Wawancara
Metode wawancara terdiri dari berbagai jenis yang dapat digunakan sesuai
kebutuhan para peneliti. Setiap jenis dapat digunakan sebagai rujukan dalam mengumpulan
data. Berikut adalah beberapa jenis wawancara yang dapat digunakan dalam penelitian:
a) Wawancara Pendahuluan
Dalam wawancara pendahuluan, tidak ada sistematika tertentu yang harus
digunakan. Wawancara yang dilakukan cenderung bersifat informal, terjadi secara
spontan, tidak diorganisir, bahkan tidak terarah. Wawancara jenis ini biasanya
dilakukan hanya untuk tahap perkenalan antara peneliti dengan narasumber
sebelum memasuki tahapan wawancara yang lebih formal. Pada umumnya dalam
wawancara pendahuluan, peneliti mulai memperkenalkan diri dan berusaha untuk
mengenal narasumbernya lebih dekat. Wawancara ini pada dasarnya bertujuan
untuk membangun hubungan baik antara peneliti dan narasumber. Wawancara ini
hanya digunakan sebagai pembuka sebelum masuk ke pertanyaan terstruktur dan
mendalam.
b) Wawancara Terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti akan menggunakan pedoman
wawancara. Bentuk ini dikenal dengan wawancara sistematis atau wawancara
terpimpin. Dalam wawancara ini, pertanyaan yang diajukan biasanya tersusun
secara sistematis yang biasanya dimulai dari pertanyaan yang mudah kemudian
dilanjutkan ke pertanyaan yang lebih kompleks. Peneliti dituntut untuk mengajukan
10
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata yang
baik dan mudah dipahami oleh narasumber.
c) Wawancara Semistruktur
Dalam wawancara ini, peneliti biasanya mempunyai daftar pertanyaan
tertulis yang telah disusun untuk diajukan kepada narasumber. Akan tetapi,
pewawancara juga memiliki kemungkinan untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara bebas yang masih memiliki kaitan dengan permasalahan yang
dibahas. Meskipun dapat mengajukan pertanyaan secara bebas, namun sifatnya
tetap terarah pada permasalahan yang dibahas
d) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan
data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan narasumber agar
mendapatkan data yang lengkap dan lebih mendalam. Jenis wawancara ini biasanya
dilakukan dengan berulang secara intensif. Peneliti harus mampu mem bedakan
responden dengan informan. Responden merupakan orang yang diwawancarai
hanya sekali, sedangkan informan adalah orang yang diwawancarai beberapa kali.
Wawancara jenis ini biasanya menjadi alat utama untuk penelitian kualitatif yang
dikombinasikan dengan observasi partisipan. Dalam wawancara ini, peneliti tidak
memiliki kontrol atas semua jawaban narasumber atau dengan kata lain narasumber
bebas memberikan jawaban. Oleh karena itu, peneliti harus benar-benar
memastikan bahwa tidak ada jawaban penenu narus benar-benar memastikan
bainwa пdak aun jawavan yang disembunyikan oleh narasumber.

Teknik Wawancara Wawancara dipengaruhi oleh kemampuan teknik yang dimiliki


oleh pewawancara, misalnya bahasa yang digunakan, kemampuan mendengar, kemmapuan
interpretasi apa yang dimaksud oleh narasumber, dan kemampuan untuk dapat
mengembangkan pertanyaan agar lebih mudah dipahami oleh narasumber. Berikut adalah
beberapa teknik penting dalam melakukan wawancara:
a) Siapkan pertanyaan sesuai topik wawancara: buatlah daftar pertanyaan sesuai dan
relevan dengan topik yang akan dibahas.
b) Pastikan pertanyaan jelas dan mudah dimengerti: jangan sampai ada pertanyaan yang

11
memberatkan atau menyulitkan narasumber.
c) Tetap fokus dalam wawancara: pewawancara harus tetap fokus topik dan permasalahan
yang dibahas. Tidak fokus akan membuat informasi yang diterima hanya sebagian dan
dapat menimbulkan kesalahpahaman.
d) Tidak segan untuk meminta contoh atau penjelasan: pewawancara harus kritis dalam
proses wawancara untuk membuat informasi yang diterima hanya sebagian dan dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
e) Tidak segan untuk meminta contoh atau penjelasan: pewawancara harus kritis dalam
proses wawancara untuk meyanyakan hal-hal yang belum dipahami. Diharapkan
pewawancara tidak cepat merasa puas terhadap pertanyaan pertanyaan yang dibuat.

Etika anamnesia
Pasien merupakan orang yang hendak diperiksa dengan harapan mendapatkan
informasi mengenai apa yang dirasakannya, bahkan mengharapkan solusi dari masalah
tubuh yang dialaminya (Amalia, 2016). Untuk itu, seorang petugas medis harus melakukan
pelayanan yang baik sehingga pasien merasa nyaman. Dalam membangun kenyamanan,
dibutuhkan etika yang baik, sopan santun, dan keramahan agar ketika berkomunikasi
pasien dapat memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal ini akan
membantu proses anamnesis untuk memperoleh data pribadi tentang pasien dan
keluhannya.
Etika yang baik ditunjukkan dengan berpakaian rapi, bersih, dan perpenampilan
baik. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien, perawat atau dokter harus tetap
menjaga sopan santun dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi dengan pasien, Bahasa
yang digunakan haruslah bahasa yang baik dan benar. Jangan menggunakan bahsa yang
sulit dipahami oleh pasien. Gunakanlah bahasa yang komunikatif atau Bahasa yang
persuasif untuk mempengaruhi pasien agar dapat memberikan informasi penting terkait
data-data yang dibutuhkan dalam anamnesis. Penggunaan bahasa juga meliputi intonasi
atau nada berbicara. Tinggi rendahnya intonasi sangat mempengaruhi efektif atau tidaknya
proses komunikasi. Intonasi dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Jika
berhadapan dengan pasien yang memiliki gangguan pendengaran, maka intonasi tinggi bisa
saja digunakan. Namun hal tersebut kurang sopan jika terdengar oleh orang lain, sehingga

12
disarankan untuk berbicara dengan jarak yang lebih dekat.
Selain itu, ekspresi yang terlihat ketika melayani pasien juga akan berpengaruh
pada perasaan pasien. jika melakukan pemeriksaan dengan ekpresi data, cuek atau bakan
kesal, maka pasien akan enggan memberikan informasi yang dibutuhkan karena tidak
nyaman dengan ekpresi petugas. Keramahan dalam melayani pasien sangatlah penting,
karena akan membuat pasien berbicara apa adanya dan lebih komunikatif sehingga akan
memberikan informasi yang memadai sesuai dengan yang dibutuhkan

Prosedur Anamnesis
Secara umum, prosedur dalam melakukan anamnesis dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Amalia, 2016):
a) Memulai wawancara
Dalam memulai wawancara, sapalah pasien dengan ramha dan sopan, kemudian
persilakan untuk duduk. Selanjutnya tanyakan identitas pasien (nama, usia, alamat,
pekerjaan, dan lain lain), dan pad abagian akhir tanyakan maksud kedatangannya menemui
petugas medis.
b) Menggali informasi
Pada tahap ini dilakukan penggalian informasi dari pasien untuk menentukan
diagnosis pasien. Hal pertama yang dilakukan ialah mendengarkan perihal kedatangannya
untuk memeriksakan diri dan berrespon dengan cara menanyakan keluhannya. Dengarkan
keluhan serta informasi lain yang disampaikan dengan fokus. Berikan respon yang baik
dan positif. Selanjutnya tanyakan hal-hal sebagai berikut:
1) Lokasi: lokasi yang menjadi sumber keluhan atau tempat yang menyebabkan
keluhan dan rasa sakit pada tubuh.
2) Waktu: kapan mulainya tanda-tanda sakit yang dirasakan atau kapan munculnya
keluhan-keluhannya
3) Kualitas: bertujuan untuk mendalami sifat penyakit atau berat ringannya suatu
penyakit.
4) Kuantitas: untuk mengetahui derajat penyakit atau frekuensi mengalami suatu
penyakit.
5) Kronologi: penting untuk mengetahui bagaimana perkembang an penyakit yang

13
dialami, mulai dari awal hingga terakhir.
6) Faktor modifikasi: bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang membuat
penyakit semakin ringan atau berat.
7) Keluhan lain: untuk mengetahui keluhan-keluhan atau tanda tanda lain yang
muncul menyertai penyakit dari luar.

Selain itu dalam proses menggali informasi, tanyakan juga hal-hal sebagai berikut:
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
4) Riwayat sosial
c) Membangun hubungan
Sangatlah penting untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien. mualilah
dengan mendengar, menerima dan menampung semua keluhan pasien. Tunjukkan rasa
empati terhadap keluhan pasien, sehingga pasien akan merasa senang dan nyaman karena
adanya dukungan dari petugas kesehatan. Selanjutnya berikan ide-ide menarik kepada
pasien agar mereka termotivasi untuk melakukan sesuaut yang lebih baik. Ide yang
diberikan harus disertai dengan penjelasan yang mudah dipahami oleh pasien.
d) Penjelasan dan rencana
Bagian ini merupakan bagian yang berhubungan dengan penyakit. Mulailah dengan
menanyakan apa yang pasien ketahui tentang penyakitnya. Setelah itu berikan penjelasan
terkait informasi penting yang harus diketahui oleh pasien. Kemudian tanyakan kembali
apakah informasi yang diberikan sudah jelas dan sudah dipahami. Inti dari tahapan ini ialah
mengedukasi pasien terkait penyakit yang dialaminya. Selanjutnya berikan terapi serta
tambahan saran untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien
e) Penutup wawancara
Pada tahap ini yang perlu dilakukan ialah penegasan terhadap apa yang telah
disampaikan sebelumnya, dan berikan kesimpulan akhir terkait penyakit pasien. Pada tahap
ini juga, petugas kesehatan menanyakan kembali kepada pasien apakah ada hal-hal yang
kurang jelas atau belum dipahami oleh pasien. Berikan juga arahan mengenai tindakan
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien agar segera memperoleh hasil terapi yang

14
optimal

15

Anda mungkin juga menyukai