Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

KODE ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER

Nama : A. Yusmania
Nim : 15120210051
Dosen : apt. Hj. Faradiba, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….1


KATA PENGANTAR…………………………………………………………2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………4
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………...5
2.1 Kode Etik Apoteker ……………………………………………………….5
2.2 Disiplin Apoteker …………………………………………………………12
BAB III PENUTUP …………………………………………………………..17
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….17
3.2 Saran ……………………………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung


pengertian bahwa manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan
perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan
makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat. Untuk mengatakan
apakah suatu pekerjaan termasuk profesi atau bukan,kriteria pekerjaan tersebut
harus diuji.
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan
bidang pekerjaan tertentu yang berhubungan langsung dengan masyarakat atau
konsumen. Dengan kata lain, kode etik profesi dibuat agar seorang
profesional bertindak sesuai dengan aturan dan menghindari tindakan yang
tidak sesuai dengan kode etik profesi
Kode etik apoteker dibuat sebagai panduan dasar bagi
para apoteker untuk berlaku profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebelum
bertugas, seorang apoteker harus melakukan sumpah jabatan dan mendapat
surat izin ketenagakerjaan berdasarkan aturan yang berlaku di Indonesia.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan melindungi pasien


dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselarnatan pasien, penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas harus berpedoman pada standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Jelaskan apa itu kode etik apoteker ?
1.2.2 Jelaskan mengenai disiplin Apoteker ?

1.3 Tujuan penulisan


Untuk mengetahui apa saja itu kode etik apoteker dan disiplin apoteker
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Apoteker


BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Sumpah/Janji
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Apoteker.
Pasal 2
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Setiap Apoteker harus menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan setiap Apoteker harus menjadi diri sendiri dari usaha untuk
mencari keuntungan sendiri yang bertentangan dengan martabat dan tradisi jabatan
kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi
makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana mestinya.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Pasal 12
Setiap Apoteker harus setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama baik
sesama Apoteker dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan pemberian.

BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT
PETUGAS KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan, saling mempercayai, menghargai dan menghormati
Sejawat Petugas Kesehatan.
Pasal 14
Setiap Apoteker menilai diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lainnya.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja idtak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui
dan menerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang
menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggung jawabkan nya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

SUMPAH APOTEKER

1. SAYA BERSUMPAH / BERJANJI AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP


SAYA GUNA KEPENTINGAN PERIKEMANUASIAAN TERUTAMA
DALAM BIDANG KESEHATAN.
2. SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA
KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA
SEBAGAI APOTEKER.
3. SEKALIPUN DIANCAM, SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN
PENGETAHUAN KEFARMASIAN SAYA UNTUK SESUATU YANG
BERTENTANGAN DENGAN HUKUM PERIKEMANUSIAAN.
4. SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK –
BAIKNYA SESUAI DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR
JABATAN KEFARMASIAN.
5. DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN
BERIKHTIAR DENGAN SUNGGUH – SUNGGUH SUPAYA TIDAK
TERPENGARUH OLEH PERTIMBANGAN KEAGAMAAN,
KEBANGSAAN, KESUKUAN, KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN
SOSIAL.
6. SAYA IKRAR SUMPAH / JANJI INI DENGAN SUNGGUH-
SUNGGUH DENGAN PENUH KEINSYAFAN
KODE ETIK

Fungsi Kode Etik


1. Memberikan arahan bagi suatu pekerjaan profesi

2. Menjamin mutu moralitas profesi di mata masyarakat

Tuntutan bagi anggota profesi:


1. Keharusan menjalankan profesinya secara bertanggung jawab
2. Keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain

Kode etik harus disosialisasikan karena :


1. Sebagai sarana kontrol social.
2. Mencegah campur tangan yang dilakukan oleh pihak luar yang bukan kalangan
profesi
3. Mengembangkan petunjuk baku dari kehendak manusia yang lebih tinggi
berdasarkan

4. moral.

1. Tujuan Kode Etik


a. Melindungi anggota organisasi untuk menghadapi persaingan pekerjaan profesi
yang tidak jujur dan untuk mengembangkan tugas profesi sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
b. Menjalin hubungan bagi anggota profesi satu sama lain dan menjaga nama baik
profesi kualifikasi
c. Merangsang pengembanganprofesi pendidikan yang memadai
d. Mencerminkan hubungan antara pekerjaan profesi dengan pelayanan masyarakat
dan kesejahteraan social
e. Mengurangi kesalahpahaman dan konflik baik dari antar anggota maupun dengan
masyarakat umum
f. Membentuk ikatan yang kuat bagi seuma anggota dan melindungi profesi
terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersifat imperatif sebelum disesuaikan
dengan saluran norma moral profesi.
2. Kode Etik
a. Kewajiban terhadap Profesi
b. Kewajiban Ahli Farmasi terhadap teman sejawat
c. Kewajiban terhadap Pasien/pemakai Jasa

d. Kewajiban Terhadap Masyarakat


e. Kewajiban Ahli Farmasi Indonesia thd Profesi Kesehatan Lainnya

3. Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian

a. Kewajiban terhadap Profesi

1) Seorang Asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara martabat,


kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.

2) Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan


pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.

3) Seorang tenaga teknis kefarmasian senantiasa harus melakukan pekerjaan


profesinya sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang
berlaku dan kode etik profesi

4) Serorang tenaga teknis kefarmasian senantiasa harus menjaga profesionalisme


dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi

b. Kewajiban Ahli Farmasi terhadap teman sejawat

1) Seorang Ahli Farmasi Indonesia memandang teman sejawat sebagaimana dirinya


dalam memberikan penghargaan

2) Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa menghindari perbuatan yang


merugikan teman sejawat secara material maupun moral

3) Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa meningkatkan kerjasama dan


memupuk keutuhan martabat jabatan kefarmasiaqn,mempertebal rasa saling
percaya didalam menunaikan tugas

c. Kewajiban terhadap Pasien/pemakai Jasa

1) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus bertanggung jawab dan menjaga


kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien/pemakai jasa secara
professional
2) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak

3) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus berkonsultasi/merujuk kepada teman


sejawat atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang akurat atau
baik.

d. Kewajiban Terhadap Masyarakat

1) Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagi suri teladan ditengah-tengah


masyarakat

2) Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya memberikan


semaksimal mungkin pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

3) Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti perkembangan


peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang kesehatan
khususnya dibidang Farmasi

4) Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha – usaha
pembangunan nasional khususnya dibidang Kesehatan

5) Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat informasi sesuai bidang
profesinya kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan

6) Seorang ahli Farmasi Indonesia harus menghindarkan diri dari usaha- usaha yang
mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan jabatan Farmasian.

e. Kewajiban Ahli Farmasi Indonesia terhadap Profesi Kesehatan Lainnya

1) Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa harus menjalin kerjasama yang baik,
saling percaya, menghargai dan menghormati terhadap profesi Kesehatan lainnya

2) Seorang Ahli Farmasi Indonesia harus mampu menghindarkan diri terhadap


perbuatan perbuatan yang dapat merugikan,menghilangkan kepercayaan,
penghargaan masyarakat terhadap profesi kesehatan lainnya

4. Sumpah Tenaga Teknis Kefarmasian mengandung 4 (empat) butir-butir


penting,
bunyinya:

1. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, akan melaksanakan tugas saya
sebaik-baiknya, menurut undang – undang yang berlaku, dengan penuh tanggung
jawab dan kesungguhan.

2. Bahwa saya, sebagai sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam melaksanakan


tugas atas dasar kemanusiaan, tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan,
keturunan, golongan, bangsa dan agama.

3. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam melaksanakan tugas, akan
membina kerja sama, keutuhan dan kesetiakawanan, dengan teman sejawat.

4. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, tidak akan menceritakan kepada
siapapun, segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya, kecuali jika diminta
oleh pengadilan, untuk keperluan kesaksian. Semoga tuhan yang maha esa,
memberikan kekuatan kepada saya.

5. Profesi Farmasi di Masyarakat


SWOT Analysis

Kekuatan :
a. Kecenderungan Mayoritas Wanita
b. Basic Knowledge Yang Dapat Diandalkan
c. Regulasi Yang Menyangkut Profesi Farmasi

d. Trend Masyarakat Membuka Apotek


e. Tawaran Pendidikan Lanjut

Peluang
a. Pelayanan Asuhan Kefarmasian Yang Terus Berkembang

b. Lingkup Bidang Pelayanan Obat Yang Masih Luas


c. Harapan Masyarakat Yang Tetap Tinggi

Hambatan
a. Arus Globalisasi

b. Sistem Birokrasi Yang Ada


c. Pandangan Sebelah Mata Profesi Lain

d. Semangat Negatif Anggota Profesi

Kelemahan
a. Kepercayaan Diri Yang Rendah.
b. Basic Knowledge Yang Berkaki Dua

c. Desakan Kebutuhan Hidup


d. Kesadaran Profesional Yang Rendah

e. Egoisme Dalam Kebersamaan Berprofesi


f. Regulasi Yang Kontradiktif Dengan Profesi
Dalam melaksanakan tugas profesinya Asisten Apoteker /Tenaga Teknis
Kefarmasian bekerja berdasarkan standart profesi dan kode etik profesi yang telah
ditentukan. Standar profesi dan kode etik digunakan sebagai pedoman bagi seluruh
Asisten Apoteker / TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian ) dalam melaksanakan tugas
profesinya. TTK yang professional adalah tenaga kesehatan yang kompeten,
memiliki dasar ilmu pengetahuan sesuai dengan profesinya, memiliki kemauan
untuk trampil melakukan profesinya dan memiliki sikap yang menampilkan
profesinya

2.2 Disiplin Apoteker


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
2014
BAB II
KETENTUAN UMUM

1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam:
a. Peraturan perundang-undangan. dan/atau
b.Peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman
disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah :
Penegakan aturan-aturan dan/atau Ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,
mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota
maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan menegakkan disiplin
apoteker Indonesia.

BAB IV. BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN


1.Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.
Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek
Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi
menimbulkan/mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.
2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah.
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu atau tenaga
kesehatan lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk pekerjaan itu
- Tidak hadir di tempat praktik pada pelayanan
4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada masyarakat :
-Menetapkan harga obat terlalu tinggi padahal obat tersebut diperlukan secara luas
oleh masyarakat
-Memberikan saran kepada masyarakat untuk menggunakan sediaan tertentu yang
tidak sesuai dengan kebutuhan
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara
yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
- Menyembunyikan beberapa informasi misal : ES obat
6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional
sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.
-Tidak ada PROTAP di tempat praktik
-Ada PROTAP tapi tidak disosialisasikan ke personil lain di tempat praktik
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan
‟khasiat/manfaat‟ kepada pasien.
-Menyerahkan obat tanpa informasi yang jelas, benar dan lengkap terkait
penyimpanan
8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan
baku obat, tanpa prosedur yang berlaku :
- Pengadaan obat dari jalur tidak resmi
9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian kepada pasien.
-Tidak melakukan skreening resep terkait dengan kesesuaian farmasetik/kesesuaian
klinik
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga
berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-
medikasi(self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif :
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan
yang diketahuinya secara benar dan patut.
TUGAS DAN FUNGSI MEDAI PUSAT
1.Melaksanakan Program Kerja
2.Menyusun dan/atau menempurnakan Kode Etik
3.Memberikan pendapat atau mediasi konflik
4.Menyusun Penjabaran Kode Etik dan PDAI
5.Menyusun tata laksana penanganan kasus
6.Menyusun dan melaksanakan program tahunan
7.Melakukan internalisasi dan sosialisasi KEAI
8. Membina , mengawasi, menilai pelaksanaan KEAI
9. Membuat putusan terkait pelanggaran
10. Menegakkan kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia
11. Bekerja sama dengan perguruan tinggi farmasi
12. Meminta pertimbangan dari tenaga ahli
13. Melakukan dokumentasi
TUGAS DAN FUNGSI MEDAI DAERAH
1.Menyusun dan melaksanakan program Kerja tahunan
2.Melakukan internalisasi dan sosialisasi KEAI
3.Membina , mengawasi, menilai pelaksanaan KEAI
4. Membuat putusan terkait pelanggaran
5. Menegakkan kode etik dan disiplin Apoteker Indonesia
6. Bekerja sama dengan perguruan tinggi farmasi
7. Meminta pertimbangan dari tenaga ahli
8. Melakukan dokumentasi dan Pelaporan
PROGRAM KERJA MEDAI
1.Internalisasi Etik-Disiplin
2.Pembinaan :
a. Apoteker Baru
b. Apoteker Yang Sudah Praktik
3. Pengawasan Pelaksanaan Etik-disiplin
a. Protap
b. Kerja sama dg. Koordinator Wilayah, PC, dan Instansi Institusi Terkait
4. Penegakan Etik Disiplin :
a. Pelatihan dan melaksanakan Sidang
b. Kerja sama dengan : PD,PC, Bidang Advokasi,
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,
mengatur, dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam
menjalankan profesinya secara baik dan benar serta tidak melakukan perbuatan
tercela.
Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam Peraturan
perundang-undangan. dan/atau Peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau
dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
3.2Saran
Sebagai apoteker sebaiknya menjalankan apa yang terdapat dalam kode etik
apoketer dan menjalankan displin dalam melaksanakan tugas apoteker agar tidak
terjadi kesalahan yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan: Profil Kesehatan Indonesia


Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik (2006). Rumah
Tangga Sehat. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan kesehatan dan perilaku kesehatan.
Jakarta: Rineka.
Glenz, K. (1990). Health behaviour and health education theory
research and practice. San
Soekidjo Notoatmodjo, 2018. Etika dan Hukum Kesehatan. PT Asdi
Mahasatya , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai