(PSF 205)
MODUL 14
REVIEW DAN DISKUSI
APLIKASI KODE ETIK FARMASIS SERTA PERMASALAHAN DAN
PELANGGARAN ETIKA DAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PRAKTEK
KEFARMASIAN DI BIDANG FARMASI
DISUSUN OLEH
apt. Dra. Ayu Puspitalena RTR. MP
Toko Obat
Toko Obat termasuk pedagang eceran. Menurut peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang tenaga kefarmasian pasal 1 Toko Obat adalah
sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas
terbatas untuk dijual secara eceran. Berdasarkan Kemenkes RI No 1331 tahun 2002
pasal 1 ayat1 Pedagang eceran obat atau tokoh obat menjual obat-obat bebas
terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Ayat 2
pedagang eceran harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan
berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedang besar farmasi yang mendapat izin
dari menteri kesehatan
Registrasi Obat
Obat yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Edar. Untuk
memperoleh Izin Edar harus dilakukan Registrasi yang diajukan oleh Pendaftar
kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi
untuk memperoleh Izin Edar yang diberikan oleh Menteri; Menteri melimpahkan
pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan;
Dikecualikan dari ketentuan untuk:
a. Obat penggunaan khusus atas permintaan dokter;
b. Obat Donasi;
c. Obat untuk Uji Klinik;
d. Obat Sampel untuk Registrasi.
Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang
dimaksud dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan
anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 tentang Apotek, Apotek adalah Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan
Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. lokasi;
b. bangunan;
c. sarana, prasarana, dan peralatan; dan
d. ketenagaan
Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan
f. arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara; dan
d. sistem proteksi kebakaran.
Apoteker pemegangSurat Izin Apotek (SIA) dalam menyelenggarakan Apotek
dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin
praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-undang Kesehatan
Ketentuan Pidana
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien
yang dalam keadaan gawat darurat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah). Dalam hal perbuatan tersebut mengakibatkan terjadinya
kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
(2) Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan
kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
(5) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan
praktik kefarmasian dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
D. Kunci Jawaban
1. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi
Penderita
2. Tujuan engaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit :
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional
3. Tablet dan effervescent
E. Daftar Pustaka
1. Anonim. 2009. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta (dan peraturan lain yang mendukung)
2. Anonim, 1999, Undang-Undang RI no 8 tahun 1999. Jakarta (dan peraturan lain
yang mendukung)
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Permenkes No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.
6. Permenkes No. 34 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1148 tahun 2010
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi
8. SK Menkes RI No. 167/Kab/ VII/ 1972 tentang Pedagang Eceran Obat.
9. SK Menkes RI No. 1331/ Menkes/ SK/ X/ 2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menkes RI No. 167/Kab/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.
10. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik