NIM : 20180311135
Sesi : KJ18
Karakter dimaknai sebgai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, bagsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
bertanggungjawab setiap akibat dari keputusannya. Lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perkataan, perbuatan, berdasarkan norma-norma agama,
hokum, tata karma, budaya, adat istiadat dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.
Sebagai identitas atau jati dir suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku
yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter
dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar, kedamaian, menghargai,
kerja sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih saying tanggung
jawab, kesederhanaan, toleransi dan persatuan.
Menurut David Horsager, karakter memiliki dua komponen, yaitu Integritas dan
Moral-Etika. Kedua komponen ini ibarat seperti dua sisi dari sekeping koin, dimana yang
satu merupakan bagian dari yang lain yang tidak bisa dipisahkan. Dan kualitas seseorang
bergantung pada kualitas dua komponen tersebut.
1. Pertama adalah Integritas, yaitu konsistensi antara kata yang diucapakan dan tindakan
yang dilakukan. Integritas adalah kejujuran yang didasarai pada nilai kehidupan yang
baik, bukan hanya sekedar satunya kata dan perbuatan. Seorang pemimpin yang tidak
memiliki integritas tidak dapat dipercaya karena apa yang diucapkan belum tentu sama
dengan tindakannya.
2. Kedua adalah Moral-Etika yang dipraktikkan. Moral etika berkaitan dengan sifat baik
atau buruk, betul atau salah, dan diperlihatkan pada waktu sendirian maupun dengan
orang lain. Tanpa Moral-Etika yang kuat, orang akan memandang segala sesuatu secara
relatif yaitu baik atau buruk, benar atau salah bergantung pada situasi. Sebaliknya, orang
yang memiliki Moral-Etika yang berpendapat kuat dan tidak tergantung pada situasi.
Seorang pemimpim dituntut agar lebih bijak dan memiliki karakter yang baik dalam
kepemimpinannya. Namun, sebenarnya pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh dua
fkator, yaitu faktor biologis dan faktor lingkungan:
1. Faktor Biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini juga
dapat berasal dari keturunan atau bawan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh keturunan
dari salah satu sifat.
2. Faktor Lingkungan, di samping faktor-faktor hereditas (factor endogen) yang relative
konstan sifatnya, mileu yang terdiri antara lain atas lingkungan hidup, pendidikan, situasi
hidup dan kondisi masyarakat (Faktor eksogin) sangat berpengaruh besar terhadap
pembentukan karakter. Termasuk didalamnya adat-istiadat peraturan yang berlaku dan
Bahasa yang digerakkan. Sejak anak dilahirkan sudah mulai bergaul dengan orang
disekitarnya. Pertama-tama dengan keluarga. Keluarga mempunyai posisi terdepan dalam
dalam memberikan pengaruh terhadap pendidikan karakter anak. Keluarga adalah
lingkungan anak yang membina dan mengembangkan pribadi anak. Pembinaan karakter
dapat dilakukan melalui pembiasaan dan contoh yang nyata.
Mengacu pada pengertian dan defenisi karakter, serta factor-faktor yang dapat
mempengaruhi karakter, maka karakter dapat diartikan sebagai nilai dasar yang membangun
membangun pribadi seseorang, terbentk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Hodge mengatakan sebagaimana dikutip dari nur effendi, ciri atau karakteristik
seorang pemimpin sangat penting harus mempunya visi dan misi. Berikut ini adalah perincian
pendapat hodge tentang sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif yaitu, (1) memiliki misi,
(2) pemimpin yang efektif memiliki focus untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan membuat
misi menjadi kenyataan, (3) pemimpin yang efektif memenangi dukungan untuk visinya
dengan memanfaatkan gaya aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai individu, (4)
pemimpin yang efektif secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya, (5)
pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling efisisen dan
efektif, (6) pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
mereka untuk mencapai tujuan, (7) pemimpin yang efektif tidak mencoba untuk menjadi
orang lain, (8) pemimpin yang efektif secara alami mencari orang-orang dengan berbagai ciri
efektifitas alam, (9) pemimpin yang efektif menarik orang lain, (10) pemimpin yang efektif
terus mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dan encapai tujuan
yang baru.
Menjadi seorang pemimpin harus juga cinta kepada sesama. Cinta orang yang
sungguh-sugguh mencitai sesamanya, akan berusaha betul-betul dengan segala gagasan yang
ada padanya, dengan perkataan yang keluar dari mulutnya dan perbuatan yang dapat
dilakukan, agar sesamanya mendapatkan sistem dan aparatur pemerintahan yang baik.
Cinta kepada sesame menjadi wadah yang paling luas dan dasar yang paling kuat
untuk menerima dalam dirinya tanggungjawab dalam salah satu bidang kehidupan demi
kebaikan sesame. Cinta sejati menjadi pendorong yang paling hebat untuk berbuat sesuatu
yang nyata bagi sesamanya. Dari sanalah mengalir perhatian, rasa simpati dan keadilan
bekerja serta berjuang bagi sesame. Karenanya sseorang merasa terpanggil untuk
menyelesaikan sesuatu dalam kehidupan ini, karenya seseorang dipenuhi oleh suatu “sense of
mission”. Dari hidupnya dia mengharap yang nyata dan meninggalkan tonggak-tonggak jasa
dibelakang langkah-langkahnya.
Tanpa dasar cinta sejati kepada sesame seseorang tidak terdorong untuk berbuat
sesuatu. Tanpa landasan cinta kasih merekayang sudah memberanikan diri mengambil salah
satu tanggungjawab dalam kehidupan akan mudah putus asa dan meninggalkannya. Cinta
kepada sesame menjadi sikap dasar paling penting bagi seorang pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA: