BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupana manusia merupakan kebutuhan primer atau
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk
maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya. Dalam
pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat
dan agama.
Penulis akan memberikan penjelasan dan pembahasan mengenai pendidikan
dan pembentukan karakter, yang di dalamnya akan dibahas secara singkat tentang
pendidikan dan pembentukan karakter dan hubungan antara pendidikan dan
pembentukan karakter. Karena pendidikan karakter merupakan hal yang paling
penting dan mendasar untuk membentuk suatu manusia yang ideal dan cerdas.
Urgensi Pendidikan Karakter memiliki fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan
pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral,
sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam konteks keindonesiaan, penerapan pendidikan karakter merupakan
kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Karena melihat fakta dilapangan
mengenai akhlak dan moral, banyaknya terjadi penyimpangan moral merupakan
salah satu alasan mengantarkan pendidikan karakter dalam ranah pendidikan
dengan mengacu pada cita-cita bangsa. Diharapkan melalui pendidikan karakter
ini, akan tercapainya tujuan pendidikan bangsa yang cerdas dan berkahlak mulia
serta menjadi manusia yang seutuhnya.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
C.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah,
diantaranya :
Apa pengertian karakter ?
Apa saja dimensi pendidikan karakter ?
Apa definisi Pendidikan Karakter ?
Apa saja Tujuan Pendidikan Karakter ?
Apa saja saluran-saluran Pendidikan Karakter ?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu karakter.
2. Untuk mengetahui apasaja dimensi pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari pendidikan karakter.
5. Untuk mengetahui apa saja saluran-saluran pendidikan karakter.
D.
Sistematika Penulisan
Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, tujuan
penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai apa yang dimaksud
dengan karakter, apa saja dimensi dari karakter, apa pengertian pendidikan
karakter, tujuan pendidikan karakter, serta saluran dalam pendidikan karakter.
Pada Bab III Penutup, menguraikan menngenai kesimpulan dan saran untuk
melengkapi makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
4. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan
berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada
individu.
5. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
7. Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani karasso
yang berarti to mark yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah
laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus
dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku
jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah
karakter erat kaitannya dengan personality(kepribadian) seseorang.
B.
Karakter Mulia
Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai seperti : reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif,
mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani,
dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif,
pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib.
Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga
mampu bertidak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut.Karakter adalah realisasi perkembangan
positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia
internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan disertai
dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
2. Nilai Karakter
Berdasarkan nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan
prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai
utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan.
a.
Yaitu religius : pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada
nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal)
1) Jujur :Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan tindakan, dan perkerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab :Sikap dan perilaku seseorang untu melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan YME.
3) Bergaya hidup sehat :Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) DisiplinTindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras :Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri :Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhdapat pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha :Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, dan inovatif :Berrpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9) Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugastugas.
10) Ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
11) Cinta ilmu : Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi miliki/hak diri sendiri dan orang lain
serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
Patuh pada aturan-aturan social
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepertingan umum.
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
1)
2)
3)
4)
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
memiliki karakter bangsa hanya ditimpahkan pada guru mata pelajaran tertentu,
misalnya guru PKN atau guru pendidikan agama. Walaupun dapat dipahami
bahwa yang dominan untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah para
guru yang relevan dengan pendidikan karakter bangsa.Tanpa terkecuali, semua
guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para
siswanya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design
pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.
Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokan kedalam beberapa factor diantaranya :
Olah Hati (Spiritual and emotional development);
Olah Pikir (intellectual development);
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development) dan
Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).
Menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi
yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Menurut Annas (2011) dalam
penerapan pendidikan karakter, ada beberapa faktor penunjang sebagai berikut :
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan upaya untuk
menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka
banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Situasi
pembelajaran yang kondusif serta kerjasama yang baik antara guru dan siswa
menjadikan materi-materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran di kelas
dapat diterima dan diaplikasikan oleh siswa dengan baik termasuk materi
pendidikan karakter.
Komitmen Guru Guru mempunyai peran dan fungsi sangat penting dalam upaya
penanaman pendidikan antikorupsi. Guru yang baik adalah guru yang selain bisa
memberi teori atau materi pelajaran, juga bisa memberikan contoh yang baik bagi
siswa.
Komitmen Kepala Sekolah Kepala Sekolah merupakan orang yang mempunyai
kewenangan paling tinggi dalam menentukan kebijakan sekolah. Berjalan
tidaknya organisasi sekolah termasuk baik buruk kegiatan pembelajaran, prestasi,
dan kegiatan-kegiatan lain di lingkungan sekolah salah satunya ditentukan oleh
kebijakan kepala sekolah.
Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Memadai Sarana dan prasarana
merupakan faktor penunjang yang harus ada dalam penerapan pendidikan karakter
di sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan
penerapannya dapat terlaksana dengan baik pula. Oleh sebab itu, jika sarana dan
1.
b.
c.
d.
e.
f.
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial,
tanggung
jawab.
Implementasi
pendidikan karakter harus sejalan dengan orientasi pendidikan. Pola pembelajarannya dilakukan dengan
cara menanamkan nilai-nilai moral tertentu dalam diri anak yang bermanfaat bagi perkembangan
pribadinya sebagai makhluk individual sekaligus sosial. Implementasi pendidikan karakter harus sesuai
dengan saluran-saluran pendidikan karakter itu sendiri, maksudnya penerapan atau implikasinya harus
mempunyai metodelogi-metodelogi yang tepat yang berbeda antara satu dan lainnya dissuaikan dimana
tempat penerapan pendidikan karakter itu.Implikasi pendidikan karakter mempunyai berbagai
penyaluran yaitu di lingkungan Keluarga, di Sekolah, di Perguruan Tinggi, dan di lingkungan
luar.Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih ditekankan pada keteladanan dalam nilai pada kehidupan
nyata, baik di sekolah maupun di wilayah publik.
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan dalam penyalurannya terhadap saluransaluran pendidikan karakter.Nilai ini berlaku universal, karena dapat digunakan oleh seluruh semua
orang khususnya siswa di Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.Nilai-nilai
ini bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat,
dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan
kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang
berasal dari agama.
2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan Kebangsaan dan
kenegaraan yang disebut Pancasila.Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni.Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan
menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh deskripsinya.Deskripsi
beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah.adapun deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Nilai
Deskripsi
1. Religius
rukun dengan
pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang
didasarkan pada upaya
menjadikan
dirinyasebagai orang
yang selalu dapat
dipercaya dalam
perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi
4. Disiplin
Tindakan yang
menunjukkan perilaku
tertib dan patuhpada
berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang
menunjukkan upaya
sungguhsungguhdalam
mengatasi berbagai
hambatan belajar dan
tugas,
serta menyelesaikan
tugas dengan sebaikbaiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan
melakukan sesuatu
untuk menghasilkan
caraatau hasil baru dari
sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri
tergantung padaorang
lain dalam
menyelesaikan tugastugas.
8.Demokratis
Cara berpikir,
bertindak, dan
berwawasan
yangmenempatkan
kepentingan bangsa
dan negara di atas
kepentingan diri dan
kelompoknya.
12.Menghargai Prestasi
menghormati
keberhasilan orang
lain.
13.Bersahabat/Komunikti
f
Tindakan yang
memperlihatkan rasa
senang
berbicara,bergaul, dan
bekerja sama dengan
orang lain.
14. CintaDamai
15. GemarMembaca
Kebiasaan
menyediakan waktu
untuk membaca
berbagaibacaan yang
memberikan kebajikan
bagi dirinya.
18. Tanggung-jawab
kewajibannya, yang
seharusnya dia
lakukan,
terhadap diri sendiri,
masyarakat,
lingkungan (alam,
sosial dan budaya),
negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
1)
Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan
1.
a)
b)
c)
d)
e)
2.
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan
atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Adapun penjelasan
masing-masing ranah tersebut adalah sebagai berikut.
Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
strategi yang tepat.Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan
kontekstual.Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak
siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata.Dengan dapat
mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat
mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak
hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta
psikomotor (olah raga) (Puskur, 2011 : 8).
Adapun beberapa strategi pembelajaran
kontekstual antara lain
pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran pelayanan, dan
pembelajaran berbasis kerja.
Puskur (2011 : 9) menjelaskan bahwa kelima strategi tersebut dapat memberikan nurturant
effect pengembangan karakter siswa, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa
ingin tahu.
Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan
pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian.Adapun
hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
Kegiatan rutin
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga
berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Puskur, 2011: 8).
Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa
sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga
pendidik, dan teman.
Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa
perencanaan terlebih dahulu.Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman
yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap menjadi contoh.Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap
guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain (Puskur, 2011: 8).Contoh kegiatan ini
misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel.
d.
3.
Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi
terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter.Kegiatan menata lingkungan fisik
misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan
pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas (Puskur, 2011:
8).Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak
menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran.
Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam
pembelajaran.Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter.
Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi
kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada
siswa.
B.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Kesimpulan
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai
dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan
pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam dunia pendidikan
didasarkan pada 4 sumber, yaitu ; Agama, Pancasila, budaya bangsa dan tujuan
pendidikan nasional itu sendiri.
Implikasi pendidikan karakter mempunyai berbagai penyaluran yaitu di
lingkungan Keluarga, di Sekolah, di Perguruan Tinggi, dan di lingkungan luar.
Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih ditekankan pada keteladanan dalam
nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di wilayah publik.
B. Saran
Sebagai pendidik maupun calon pendidik, pendidikan karakter menjadi suatu hal
yang sudah sepatutnya terkuasai oleh pelaku pendidik dalam menciptakan peserta
didik berkarakter yang tahu akan pembatasan nilai-nilai moral yang menunjang
dalam pencapaian tatanan kehidupannya.
DFTAR PUSTAKA
Haryanto.
2012. Pengertian
Pendidikan
Karakter. [Online].Tersedia:http://belajarpsikologi.com[ 11 Februari 2014 ]
Lovita, Nia. 2012. Pengertian Pendidikan Karakter.
[ Online ]. Tersedia :http://nialovita.wordpress.com [ 11 Februari 2014 ]
Muspitasari, Yulita. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah. [Online].
Tersedia:http://edukasi.kompasiana.com. [10 Februari 2014].
Hamdan Husein, Batubara. 2013. Cara Jitu Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah. [Online]. Tersedia: http://media-nomor1.blogspot.com.[10 Februari 2014].
Wijayanto, Nur. 2011. Upaya Mendisiplinkan Siswa Melalui Pendidikan Karakter.
[Online]. Tersedia: http://nurwijayantoz.wordpress.com[10 Februari 2014].
Antoro, Dwi. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar.[Online].
Tersedia:http://atariuz.blogspot.com. [10 Februari 2014]
Zuchdi, Darmiyati.2012. Implementasi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi.
[Online].Tersedia: http://phitry-kawaii.blogspot.com. [10 Februari 2014].
Husaini, Ahmad. 2012. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter. [ Online]
Tersedia :http://pndkarakter.wordpress.com. [10 Februari 2014 ]