Anda di halaman 1dari 15

JURNAL TENTANG

PENDIDIKAN KARAKTER DAN KOMPONEN KARAKTER

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD NUKHI A
080116A037
II A

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
2018
1. JUDUL : Pendidikan Karakter Dan Komponen Karakter
2. TUJUAN :
a. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Pengertian Dari Pendidikan Karakteer
b. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Pengertian Dari Komponen Karakter
c. Mahasiswa Mampu Memahami Prinsip Pendidikan Karakter
d. Mahasiswa Mampu Memahami Tujuan Pendidikan Karakter
e. Mahasiswa Mampu Memahami Fungsi Pendidikan Karakter
f. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Pengertian Dari Perilaku
g. Mahasiswa Mampu Memahami Perilaku Positif Yang Dibangun
h. Mahasiswa Mampu Memahami Pengimplementasian Pendidikan Karakter
Pada Jenjang Sekolah Dasar
3. MATERI

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan karakter adalah suatu upaya baru yang dicanangkan pemerintah guna
meraih dan menghasilkan generasi-genarasi masa depan yang prestatif dan berbudi luhur.
Pendidikan karakter berasal dari dua suku kata , pendidikan dan karakter.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah suatu proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan dan didikan. Sedangkan istilah
karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, ialah sifat batin manusia yg
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, seperti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
budi pekerti, kepribadian atau akhlak yang menjadi ciri khas seseorang. Maka, pendidikan
karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk
membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan

adat istiadat.

B. PENGERTIAN KOMPONEN KARAKTER


Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan budi pekerti plus yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Integrasi diantara ketiganya akan menciptakan satu tatanan terpadu yang bermuara pada
proses pembentukan karakter. Peserta didik sebagai subyek pendidikan di sekolah perlu
diberikan satu pengalaman dan pembelajaran yang mencakup aspek pengetahuan,
perasaan, dan tindakan.
Dengan modal pengetahuan, peserta didik dapat memiliki ilmu pengetahuan agar siap
digunakan sebagai bekal pada proses kehidupan yang akan dialami di masa yang akan
datang. Melalui perasaan, ilmu pengetahuan yang tidak terbatas akan dikendalikan dan
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek emosional. Adapun tindakan yang
dihasilkan merupakan perwujudan dari proses pengembangan pengetahuan (cognitive)
melalui pertimbangan perasaan (feeling). Secara tersirat dapat diambil satu konsep
pemikiran bahwa proses pendidikan yang bermuara pada pembelajaran (baik secara
kurikuler, eksrtakurikuler, maupun ko-kurikuler) tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya yang melibatkan ketiga aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ketiganya
merupakan satu integrasi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Menurut Lickona, pendidikan karakter yang benar harus melibatkan aspek knowing
the good (moral knowing), desiring the good atau loving the good (moral feeling), dan
acting the good (moral action).
a. Moral knowing (pengetahuan moral)
Moral knowing (pengetahuan moral) berhubungan dengan bagaimana seorang
individu mengetahui sesuatu nilai yang abstrak yang dijabarkan dalam 6 sub
komponen, antara lain:
(a) moral awareness (kesadaran moral),
(b) knowing moral values (pengetahuan nilai moral),
(c) perspective-taking (memahami sudut pandang lain),
(d) moral reasoning (penalaran moral),
(e) decision-making (membuat keputusan),
(f) self-knowledge (pengetahuan diri)
b. Moral feeling (sikap moral)
Moral feeling (sikap moral) merupakan tahapan tingkat lanjut pada komponen
karakter yang dijabarkan dalam 6 sub komponen, antara lain:
(a) Conscience (nuranI),
(b) Self-esteem (harga diri),
(c) Empathy (empati),
(d) Loving the good (cinta kebaikan),
(e) Self-control (kontrol diri) dan
(f) Humility (rendah hati).
c. Moral action (perilaku moral)
Moral action (perilaku moral) dibangun atas 3 sub komponen antara lain:
(a) Competence (kompetensi),
(b) Will (keinginan) dan
(c) Habit (kebiasaan).
C. PRINSIP PENDIDIKAN KARAKTER
Terdapat sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif, yaitu:
a. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya
sebagai pondasi karakter yang baik.
b. Definisikan “karakter” secara komperhensif yang mencakup pikiran, perasaan
dan perilaku.
c. Gunakan pendekatan yang komperhensif, disengaja dan proaktif
dalam pengembangan karakter.
d. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.
e. Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
f. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati
semua peserta didik, mengembangkan karakter dan membantu peserta didik
untuk berhasil.
g. Usahakan mendorong motivasi diri peserta didik.
h. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral untuk
berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan untuk mematuhi nilai-nilai
inti yang sama dalam membimbing pendidikan peserta didik.
i. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka
panjang bagi inisiatifpendidikan karakter.
j. Libatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagi mitra dalam upaya
pembangunan karakter.
k. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan
sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.
Pendidikan karakter yang efektif, diharapkan dapat menyertakan usaha untuk menilai
kemajuan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaiyu:
(1) karakter sekolah
(2) pertumbuhan staf sekolah sebagai pendidik karakter dan
(3) karakter peserta didik
Menurut Kemendiknas (2010: 11-13) ada empat prinsip yang digunakan dalam
penegmbangan pendidikan karakter, yaitu:
a. Berkelanjutan
Mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan
sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari satuan
pendidikan.

b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan dan budaya satuan pendidikan.


Prinsip ini memiliki makna bahwa proses pengembangan karakter dilakukan melalui
setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler, eksrtakurikuler dan ko-
kurikuler.
c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melaui proses belajar.
Prinsip ini mengandung makna bawa materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar
biasa. Tidak semata semata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh di
internalisasi melalui proses belajar.
d. Proses belajar dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik
bukan pendidik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam
suasana belajar yang menimbulkan rasa senang.

D. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER


Mendiknas mengemukakan bahwa pemebentukan karakter merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Di dalam pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 juga telah disebutkan bahwa
di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki kecerdasan dan akhlak mulia.
Menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana ,tujuan pendidikan karakter
adalah sebagai berikut :
a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari
sekolah).
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan masyarakat.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
E. FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER
Fungi pedndidikan karakter adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
bakat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasakan kehidupan berbangsa.
Secara lebih khusus dan terperinci Kemendiknas menyebutkan bahwa pendidikan karakter
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau
warga negara Indonesia agar berpikir baik, berhati baik dan berperilaku sesuai dengan
falsafah hidup Pancasila.
b. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiki karakter manusia dan warga negara
Indonesia yang bersifat negatif dan membentuk peran keluarga, satuan pendidikan
masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju,
mandiri dan sejahtera.
c. Penyaringan
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara
Indonesia agar lebih bermanfaat.

F. PENGERTIAN PERILAKU
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan manusia baik secara sadar
maupun secara tidak disadari. Perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Ada dua jenis perilaku yaitu perilaku posotif dan perilaku negatif. Perilaku positif
merupakan perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang
berlaku dalam masyarakat, sedangkan perilaku negatif ialah perilaku yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan
bertentangan.
G. PERILAKU POSITIF YANG DIBANGUN
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, perilaku positif merupakan perilaku
baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat. Melalui pendidikan karakter, khusunya di Sekolah Dasar diharapkan akan
terbentuk perilaku-perilaku positif yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila, di
antaranya adalah seperti berikut ini:
a. Religius
Religius merupakan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
b. Toleransi
Toleransi adalah perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
c. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
d. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
g. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Demokratis merupakan carara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan perilaku yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi merupakan perilaku yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
m. Bersahabat
Bersahabat merupakan perilaku yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai
Cinta damai merupakan sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca
Gemar membaca merupakan suatu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan merupakan perilaku yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Peduli sosial merupakan perilaku yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

H. PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA JENJANG


SEKOLAH DASAR
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter pada jenjang Sekolah Dasar dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
dan nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan dan dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter
tidak hanya pada aspek kognitif saja, tetapi juga menyentuh intrnalisasi dan pengalaman
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Beberapa mata pelajaran di Sekolah Dasar yang memasukan nilai-nilai karakter adalah
Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), akan tetapi pengembangan mata pelajaran
tersebut saat ini masih kurang optimal. Misalnya saja pada mata pelajaran Pkn yang diajarkan
di Sekolah Dasar lebih banyak mentransferkan pengetahuan dan ketrampilan, tanpa disertai
dengan internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Pendidikan
Kewarganegaraan seharusnya, lebih menekankan pada pembentukan karakter dengan
membudayakan perilaku yang bersumber dari nilai-nilai luhur Panacsila seperti yang telah
disebutkan pad bab sebelumnya. Dengan pembiasaan perilaku-perilaku yang sesuai dengan
Pancasila, diharapkan akan terbentuk peserta didik yang mempunyai perilaku-perilaku
positif. Selain Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama, mata pelajaran lain yang diajarkan
di Sekolah Dasar sesungguhnya mengandung nilai-nilai dan norma yang tidak dijelaskan
secara langsung, jadi guru harus dapat menyampaikan nilai-nilai dan norma yang terkandung
dalam setiap mata pelajaran.
Selain melalui pembelajaran di kelas pendidikan karakter guna menghasilkan perilaku
positif juga dapat di kembangkan melalui kegiatan eksta kurikuler. Kegiatan eksrtakurikuler
yang diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk membangun
karakter peserta didik. Kegiatan eksrtakurikuler merupakan kegiatan di luar pelajaran yang
berguna untuk membantu pengembangan peseta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat dan minat. Melalui kegiatan eksrtakurikuler diharapkan dapat mengambangakan
kemampuan dan rasa tanggung serta potensi dan prestasi pesrta didik.
Untuk mengembangkan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran, di perlukan
kreatifitas dan kecerdasan para guru. Selain itu juga guru harus memiliki komitmen untuk
membangun karakter peserta didik. Paling tidak guru tersebut harus bisa menjadi panutan
dalam bersikap, bertuturkata dan bertingkah laku. Guru harus bisa menjadi menjadi teladan
bagi peserta didiknya.
Selain guru, orang tua peserta didik harus menjadi partner dalam membentuk karakter
anak, bahkan mempunyai peran utama. Sekolah yang menjalankan pendidikan karakter harus
mempunyai rencana yang jelas tentang kegiatan yang dapat dilakukan bersama orang tua
peserta didik agar pembentukan karakter anak dapat terwujud. Missalnya, sekolah dapat
melakukan seminar atau workshop untuk meningkatkan kesadaran para orang tua peserta
didik dan melibatkan mereka dalam kegiatan pendidikan karakter. Hal lain yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan bersama antara
orang tua dan anaknya di rumah. Sebagai contoh, membaca atau membuat puisi tentang topik
tertentu, membaca buku cerita yang topiknya ditentukan dan sebagainya. Cara ini dapat
mengajak seluruh orang tua peserta didik untuk dapat terlibat dalam pendidikan karakter
anak-anaknya.
Satu hal yang harus diperhatikan, penanaman pendidikan karakter di jenjang Sekolah
Dasar harus memperhatikan 11 prinsip pendidikan karakter sesuai dengan yang telah
dijelaskan diatas.
EVALUASI

A. KESIMPULAN
Banyaknya kasus-kasus yang terjadi di Indonesia seperti korupsi, premanisme,
perampokan dan lain-lain adalah disebabkan karena runtuhnya karakter diri yang dimiliki
oleh para pelaku. Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah
dengan memperbaiki karakter dari masing-masing individu, melalui pendidikan karakter.
Pendidikan karakter seharusnya dimulai sejak dini, mulai dari Play Group hingga perguruan
tingi. Di Sekolah Dasar, pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui pembelajaran
di kelas dan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu pihak sekolah harus dapat bekerja
sama dengan orang tua agar penanaman pendidikan karakter dapat terlaksana dengan optimal.
Diharapkan melalui pemebelajaran di kelas dan melalui kegiatan eksrtakurikuler sikap
serta perilaku positif peserta didik dapat terwujud. Tentunya dengan bantuan dari orang tua
masing-masing peserta didik. Dengan begitu akan dihasilkan generasi penerus bangsa yang
bertanggung jawab, memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
a. HASIL
1. Moral knowing (pengetahuan moral) berhubungan dengan bagaimana seorang
individu mengetahui sesuatu nilai yang abstrak yang dijabarkan dalam 6 sub
komponen, kecuali ?
a. moral awareness (kesadaran moral),
b. knowing moral values (pengetahuan nilai moral),
c. perspective-taking (memahami sudut pandang lain),
d. moral reasoning (penalaran moral),
e. nodecision-making (tidak membuat keputusan),
Jawaban : E

2. Tujuan pendidikan karakter adalah, kecuali ?


a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud
dalam perilaku anak yang baik
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan masyarakat.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
d. Terwujudnya perilaku anak proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah
lulus dari sekolah).
e. Mengajarkan anak sikap yang buruk di masyarakat

Jawaban : E

3. Apa saja perilaku positif yang dibangun dalam pendidikan karakter, kecuali?
a. Religius
b. Pesimis
c. Jujur
d. Disiplin
e. Kerja keras

Jawaban : B
4. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu?
a. isi kurikulum
b. proses pembelajaran dan penilaian,
c. kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
d. pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler
e. Semua Benar

Jawaban : E

5. Beberapa mata pelajaran di Sekolah Dasar yang memasukan nilai-nilai karakter


adalah ?
a. Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
b. biologi
c. fisika
d. kimia
e. matematika

Jawaban : A
DAFTAR PUSTAKA

Budi Hardiman. 2010. Pendidikan Moral sebagai Pendidikan Keadilan dalam Pendidikan:
Kegelisahan Sepanjang Zaman. Yogyakarta: Kanisius

Fatchul Mu’in. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Sekretariat Direktoral Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Mencari
Karakter Terbaik dari Belajar Sejarah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Sekretariat Direktoral Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional. 2011.


Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Sri Narwanti. 2011. Pendidikan Karakter (Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter Dalam
Mata Pelajaran). Yogyakarta: Familia.

Zainal Aqib. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV.
YRAMA WIDYA.

Zubaedi. 20012. Pendidikan Berbasis Masyarakat (Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai
Problem Sosial). Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Anda mungkin juga menyukai