Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Teologis
Istilah Teologis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kaya yaitu theos yang artinya
Allah atau tuhan dan lagia yang artinya kata kata, ucapana, atau wacana. Jadi, teologi adalah
wawacana yang berdasarkan malar mengenao agama, spiritualitas dan tuhan atau dengan kata
lain, teologi adalah ilmu yang mempelajaro segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
beragama
B. Pengertian karakter dan moral
Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu
charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis,
memahatkan, atau menggoreskan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan
dengan tabiat, sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yanglain. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti itu berarti karakter identik dengan kepribadian
atau akhlak. Seiring dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa baik
buruknya karakter manusia sudah menjadi bawaan dari lahir. Jiwa bawaannya baik, maka
manusia itu akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika bawaannya jelek, maka manusia itu akan
berkarakter jelek. Jika pendapat ini benar, maka pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena
tidak akan mungkin merubah karakter orang yang sudah taken for granted. Sementara itu
sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, yakni bahwa karakter bisa dibentuk dan
diupayakan, sehingga pendidikan karakter menjadi sangat bermakna untuk membawa manusia
dapat berkarakter yang baik.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi Moral dalam zaman sekarang memiliki
nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah perbuatan/ tingkah laku/ ucapan
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya danAgama. Tahap-tahap perkembangan moral
menurut John Dewey, yaitu : 1) Tahap pramoral, ditandai bahwa anak belum menyadari
keterikatannya padaaturan 2) Tahap konvensional, ditandai dengan berkembangnya kesadaran
akan ketaatan padakekuasaan 3) Tahap otonom, ditandai dengan berkembangnya keterikatan
pada aturan yang didasarkan pada resiprositas
C. Pengertian Pendidikan karakter dan moral
Secara sederhana, Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat
dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yanginti. Pendidikan karakter menurut Lickona
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Frye mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai, “A national movement creating schools that foster ethical,
responsible, and caring young people by modeling and teaching good character through an
emphasis on universal values that we all share”. Jadi, pendidikan karakter harus menjadi
gerakan nasional yang menjadikan sekolah sebagai agen untuk membangun karakter siswa
melalui pembelajaran dan pemodelan. Melalui pendidikan karakter, sekolah harus berpretensi
untuk membawa peserta didik memiliki nilai-nilai karakter mulia seperti hormat dan peduli pada
orang lain, tanggung jawab, memiliki integritas, dan disiplin. Di sisi lain pendidikan karakter juga
harus mampu menjauhkan peserta didik dari sikap dan perilaku yang tercela dan dilarang.
D. Tujuan Pendidikan karakter dan moral
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata
kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak
lain adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural
sosial yang diterimanya, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih
lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus. Pendidikan karakter juga bertujuan
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Tujuan mulia pendidikan karakter ini akan
berdampak langsung pada prestasi anak didik. Menurut Suyanto, ada beberapa penelitian yang
menjelaskan dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilanakademik. Pendidikan karakter
pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
E. Visi dan misi Pendidikan karakter
Visi: Menanamkan pentingnya pembentukan karakter
Misi:
1) Menerangkan pengertian pendidikan karakter
2) Menjelaskan pentingnya pendidikan yang berkarakter
3) Menjelaskan manfaat Pendidikan berkarakter
F. Pilar-Pilar PendidikanKarakter

Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat
menyetujui nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di
bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan
Berkarakter, yaitu sebagai berikut:

1. Trust worthiness (Kepercayaan) Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah
handal melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian
untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh, berdiri dengan
keluarga, teman dan negara.
2. Respect(Respek) Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan
bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam, memukul atau
menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility(Tanggungjawab) Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin,
berpikirlah sebelum bertindak, mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab atas
pilihananda.
4. Fairness(Keadilan) Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran terbuka,
mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang lain, jangan
menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring(Peduli) Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli, ungkapkan
rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang membutuhkan.
6. Citizenship(Kewarganegaraan) Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik,
bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik,
mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup
G. Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
 Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilakubaik
 Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yangmultikultur
 Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulandunia
 Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan
mediamassa
H. Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai
pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini
merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya
pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the
existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun. Dalam
rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,yaitu:
1) Jujur 2) Toleransi 3) Disiplin 4) Kerjakeras 5) Kreatif 6) Mandiri 7) Demokratis 8) Rasa
InginTahu 9) Semangat Kebangsaan 10) Cinta TanahAi 11) Menghargai Prestasi 12)
Bersahabat/Komunikatif 13) Cinta Damai 14) Gemar Membaca 15) Peduli Lingkungan 16)
Peduli Sosial 17) Tanggung Jawab 18) Religius
I. Pentingnya Pendidikan Karakter dan Moral
Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Ada sebuah kata
bijak mengatakan “ ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga
artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta
tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan
tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa
pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan
dikendalikan oranglain.
Empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan
karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
1. Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif.
Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada normatersebut.
2. Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak
didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan
tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasibaru.
3. Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan
mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihakluar.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa
yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang
dipilih

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi
dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati, dan
sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki
kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Proses Pembentukan Karakter Pada Anak Seringkali orangtua dan guru lupa akan hal ini. Bisa
saja mereka tidak mau repot, atau kasihan pada anak. Kadangkala Good Intention atau niat baik
kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak
kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi
sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Sama halnya bagi pembentukan karakter
seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru untuk
mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan
yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika
kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak
positif,paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang
yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun
guru.

Thomas Lickona mengatakan “ seorang anak hanyalah wadah di mana seorang dewasa yang
bertanggung jawab dapat diciptakan”. Karenanya, mempersiapkan anak adalah sebuah strategi
investasi manusia yang sangat tepat. Sangatlah wajar jika kita mengharapkan keluarga sebagai
pelaku utama dalam mendidik dasar–dasar moral pada anak. Akan tetapi banyak anak, terutama
anak-anak yang tinggal di daerah miskin, tidak memperoleh pendidikan moral dari orang tua
mereka. Kondisi sosial-ekonomi yang rendah berkaitan dengan berbagai permasalahan, seperti
kemiskinan, pengangguran, tingkat pendidikan rendah, kehidupan bersosial yang rendah,
biasanya berkaitan juga dengan tingkat stres yang tinggi dan lebih jauh lagi berpengaruh
terhadap pola asuhnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di
daerah miskin 11 kali lebih tinggi dalam menerima perilaku negatif (seperti kekerasan fisik dan
mental, dan ditelantarkan) daripada anak-anak dari keluarga yang berpendapatan lebih tinggi.
Hal ini akan membahayakan, karena mereka belum siap secara mental dan psikologis, sehingga
dapat membuat mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan dapat membunuh kecintaan
mereka untuk belajar. Dengan demikian sebuah program penanganan masalah ini dibutuhkan
untuk mempersiapkan anak dengan berbagai pengalaman penting dalam Pendidikan
prasekolah.
J. Penyaluran Pendidikan Karakter
1. Penyaluran Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter karena anak-anak dari
semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan
sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan
mempengaruhi pembentukan karakternya. Dukungan saran dan prasarana sekolah,
hubungan antar murid, serta tingkat kesadaran kepala sekolah dan guru juga turut
menyumbang bagi keberhasilan pendidikan karakter ini, disamping kemampuan diri sendiri
(melalui motivasi, kreatifitas dan kepemimpinannya) yang mampu menyampaikan konsep
karakter pada anak didiknya dengan baik.
a) Keberlanjutan : yaitu bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dan budaya
bangsa dimualai dari awal peserta didik masuk hingga selesai dari satuanpendidikan.
b) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.
c) Nilai-nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan: yaitu bahwa nilai-nilai karakter bukan
merupakan pokok bahasan yang harus diajarkan, sebaliknya mata pelajaran dijadikan
sebagai bahan atau media mengembangkan nilai-nilaikarakter.
d) Proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik secara aktif danmenyenangkan.

Dengan demikian pengembangan pendidikan karakter dapat melalui mata pelajaran


(terintegrasi), kegiatan pengembangan diri dan budaya sekolah.

Selain itu dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang
strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola
bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap
dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan
kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab
besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, danbermoral.

Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk
memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter
peserta didik di sekolah, sebagai berikut :

a) Optimalisasi peran guru dalam prosespembelajaran.


b) Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam matapelajaran.
c) Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan
atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak
mulia yangkontekstual
d) Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya
karakter pesertadidik.
e) Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
pengembangan pendidikan karakter.
f) Menjadi figur teladan bagi pesertadidik.
2. Penyaluran Pendidikan Karakter di SekolahDasar
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena
pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai,
sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Penerapan
pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan
pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko
kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di
masyarakat. Adapun penjelasan masing-masing ranah tersebut adalah sebagaiberikut.
3. Kegiatan Pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan
pendekatan kontekstual. Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi
tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata.Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan
dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
beberapa strategi pembelajaran kontekstual antara lain:
a) pembelajaran berbasismasalah
b) pembelajaran kooperatif
c) pembelajaran berbasisproyek
d) pembelajaran pelayanan
e) pembelajaran berbasis kerja
4. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar Pengembangan budaya sekolah
dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan
rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian.Adapun hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.
5. KegiatanRutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap saat.
Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan
konsisten setiap saat (Puskur, 2011: 8). Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan
upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,
shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan
diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
6. KegiatanSpontan Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.Kegiatan ini
dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.Contoh kegiatan ini adalah
mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk
masyarakat ketika terjadibencana.
7. Keteladanan Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”.Sikap menjadi contoh
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan
contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
siswa lain (Puskur, 2011: 8). Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang
bersih, rapi, ramah, dan supel.
8. Pengkondisian Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan
fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan
karakter.Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang
bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang
dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas (Puskur, 2011: 8).Sedangkan pengkondisian
lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada
perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut. 9. Kegiatan Ko-Kurikuler dan atau
KegiatanEkstrakurikuler Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di
luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga
mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
9. Penyaluran Pendidikan Karakter di PergruanTinggi Pendidikan karakter di lingkup satuan
pendidikan perguruan tinggi dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi, budaya
organisasi, kegiatan kemahasiswaan, dan kegiatan keseharian (Tim Pendidikan Karakter
Ditjen Dikti, 2010). Penjelasan dari setiap aspek pendidikan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai