Anda di halaman 1dari 5

11/7/2020 Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

Situs: Online Learning Universitas Negeri Jakarta Dicetak Oleh: Vivi Fathiyaturrahmah
Kursus: Landasan Pendidikan (Neti Karnati PG PAUD) Tanggal: Sabtu, 7 November 2020, 23:41
Buku: Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

onlinelearning.unj.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=37774 1/5
11/7/2020 Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

Keterangan

Capaian : Mampu menelaah hakikat pendidikan sebagai


Pembelajaran MK ilmu yang otonom
Indikator : Mampu menyimpulkan lingkup kajian (ontologi)
ilmu Pendidikan sebagai ilmu yang otonom

onlinelearning.unj.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=37774 2/5
11/7/2020 Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

Daftar Isi

1. Ontologi Pendidikan

onlinelearning.unj.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=37774 3/5
11/7/2020 Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

1. Ontologi Pendidikan

Materi 3 Ontologi Ilmu Pendidikan

Pada banyak kalangan ahli terjadi perdebatan tentang apakah ilmu pendidikan  merupakan ilmu yang otonom atau ilmu terapan. Sebagai
ilmu yang otonom, kedudukan ilmu  pendidikan akan dianggap sejajar dengan ilmu lain seperti psikologi, sosiologi dan antropologi. Pada
sebagian ahli, kedudukan keilmuan itu penting karena berkaitan dengan jati diri, eksistensi dan kewibawaan sebagai ilmuwan. Sebagian lain
berpendapat kedudukan keilmuan yang otonom tidak penting karena lebih penting bagaimana praktik yang membangun dan
mengembangkan potensi anak.

Sebagai ilmu terapan, ilmu pendidikan dianggap sebagai terapan dari ilmu psikologi, terapan dari sosiologi atau terapan dari antopologi.
Praktik pendidikan dianggap sebagai terapan dari psikologi pendidikan. Demikian juga bagi ilmu sosiologi, pendidikan merupakan penerapan
dari sosiologi pendidikan dan seterusnya. Perdebatan pandangan ini melahirkan suatu konstelasi (pertautan) dengan munculnya gerakan
pendidikan yang tetap mengibarkan bendera ilmu pendidikan (Pedagogiek atau pedagogic) dan bendera disiplin pendidikan (yang biasanya
menggunakan kata education) atau konsep pedagogy. Bendera pedagogiek sering dikibarkan oleh kaum pendidikan Continental (golongan
Eropa) sedangkan disiplin pendidikan banyak dianut oleh kaum Anglo Saxon (golongan Amerika, termasuk Australia). Garis batas pengibaran
bendera tersebut bukan sesuatu yang demarkatis (punya garis batas yang pasti) karena belakangan di Amerika pun mulai dikaji tentang
pedagogiek, salah satu diantaranya adalah Child Development and Pedagogy. Gagasan pedagogiek lebih mengarah pada ilmu pendidikan
teoritis sedang pendidikan (education atau pedagogy) mengarah pada pendidikan praktis.

Terlepas dari dua golongan aliran pendidikan, golongan Timur (termasuk timur tengah, Asia dan Timur Jauh seperti Jepang dan China) belum
banyak dilakukan berbagai kajian ke arah mana aliran Ilmu pendidikan mereka? Pada bagian bab ini, pembahasan akan lebih diarahkan pada
landasan sebagai acuan untuk menguji apakah sebuah ilmu itu otonom atau tidak. Sebagai the mother of science (induk dari segala ilmu
pengetahuan), ilmu filsafat (khususnya filsafat pendidikan) telah memberikan 3 pijakan utama. Sebuah ilmu dikatakan otonom jika ia memiliki
batas-batas wilayah kajian sendiri yang berbeda dengan ilmu lainnya. Batas kajian ini dikenal dalam filsafat dengan istilah ontologi. Setiap
ilmu yang otonom memiliki ontologi ilmunya masing-masing. Sebagai pijakan kedua, ilmu filsafat memberikan rambu kedua yakni bagaimana
cara ilmu tersebut menyusun, menemukan dan mengembangan sendiri pengetahuan ilmiahnya. Bagaimana cara sebuah ilmu membangun
pengetahuannya atau bagaimana sebuah ilmu menggunakan cara-cara memperoleh pengetahuan yang benar disebut oleh ilmu filsafat
sebagai epistimologi ilmu.  Sebuah ilmu yang otonom memiliki landasan epistimologi yang kuat dalam membangun standar keilmuannya. 

Pada landasan ketiga, ilmu filsafat memberikan pijakan yang disebut dengan aksiologi (ilmu tentang nilai). Aksiologi membahas tentang untuk
apa ilmu itu digunakan dan dikembangkan. Ilmu yang otonom akan memiliki acuan nilai dan norma yang dibangun untuk mengembangkan
kemaslahatan bagi manusia. Ketiga landasan filsafat tersebut akan menjadi fokus kajian dari bab ini untuk meyakinkan bahwa ilmu
pendidikan adalah ilmu yang otonom. Pembahasan ini akan diakhiri dengan kedudukan ilmu lain (khususnya psikologi, sosiologi dan
antropologi) dalam IPAUD serta bagaimana memahami konsep interdisiplin, multidisiplin dan trandisiplin dalam ilmu pendidikan.

Secara etimologi, ontologi berasal dari  ontos yang bermakna proses  penelaahan dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian, ontologi
merupakan ilmu yang membahas atau menelaah lingkup kajian pada suatu pengetahuan atau ilmu. Suatu pengetahuan atau ilmu akan
memusatkan diri dalam mempelajari dan membahas pada bidang tertentu dengan objek tertentu. Sebagai contoh, filsafat mempunyai
wilayah kajian (ontologi) pada segala sesuatu yang ada dan mungkin ada sedangkan ontologi ilmu mengkaji pada segala sesuatu yang ada
dan dapat dijangkau oleh pikiran dan pengalaman manusia.       

Sebelum membahas ontologi ilmu pendidikan ada baiknya dipahami terlebih dahulu wilayah kajian ilmu pendidikan dan ilmu lain yang paling
dekat yaitu ilmu psikologi. Ilmu pendidikan memiliki dua bentuk objek, yakni objek materia dan objek forma. Objek materia ilmu pendidikan
adalah segala bentuk peristiwa interaksional antara pendidik dan peserta didik dalam membantu mengembangkan potensi peserta didik.
Selain pendapat tersebut, pendapat lainnya mengatakan bahwa objek materia ilmu pendidikan adalah :

1. Pergaulan yang bersifat khusus antara pendidik dan anak didik.

2. Setiap peristiwa, gejala atau fenomena pendidikan.

3. Setiap perbuatan pendidik dalam melaksanakan pendidikan.

Berbagai sudut pandang tersebut menunjukkan pendapat yang beragam tentang apa yang menjadi objek materia ilmu pendidikan.

Namun demikian, pusat kajian materia ilmu pendidikan terletak pada peristiwa atau gejala interaksi (hubungan timbal balik) antara pendidik
dan anak didik yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik. Objek materia ilmu pendidikan tidak berhenti pada
peristiwa interaksional saja karena ilmu sosiologi juga memiliki objek peristiwa interaksional, termasuk psikologi sosial. Oleh karena itu, ilmu
pendidikan mempertegas bahwa peristiwa atau fenomena interaksional yang dimaksud terjadi antara pendidik dan anak didik atau peserta
didik. Materia pendidik merupakan kekhususan kajian yang membedakan ilmu pendidikan dengan ilmu lainnya termasuk ilmu psikologi
pendidikan. Tidak berhenti pada kajian itu tetapi dilanjutkan pada peristiwa itu terjadi secara sengaja untuk tujuan yang edukatif (mendidik).
Sampai pada konsep tujuan yang mendidik, para ahli memiliki pandangan dan rumusan yang berbeda.

Ada ahli yang merumuskan tujuan pendidikan pada pengembangan potensi, ada yang merumuskan tujuan pada tercapainya kedewasaan,
ada yang merumuskan pada tercapainya tanggung jawab, dan ada yang merumuskan melanggengkan atau pewarisan budaya. Para ahli
lebih banyak menggunakan terminologi (peristilahan) peserta didik daripada anak didik. Peserta didik dapat mencakup anak, remaja dan
orang dewasa. Peserta didik juga ada yang anak atau orang dewasa yang normal dan ada yang berkebutuhan khusus. Ilmu pendidikan yang
fokus kajiannya pada anak dikenal dengan sebutan pedagogiek sedangkan fokus kajian pada orang dewasa disebut dengan andragogiek.
Dengan fokus kajian peserta didik tersebut maka tidak heran jika ilmu pendidikan sendiri memiliki cabang ilmu pendidikan anak usia dini,
pendidikan luar sekolah (lebih pada kajian pendidikan masyarakat), pendidikan berkebutuhan khusus, ilmu pendidikan untuk anak usia SD.
Fokus kajian inilah yang membedakan ilmu pendidikan dengan ilmu lainnya, khususnya psikologi. Psikologi dikenal dengan ilmu kejiwaan
(psikologis) yang fokus kajiannya pada perilaku manusia sebagai manifestasi dari gejala-gejala kejiwaan. Gejala-gejala kejiwaan manusia
terjadi pada segala tempat, misalnya gejala kejiwaan pada anak maka muncul kajian psikologi anak, remaja (psikologi remaja), orang

onlinelearning.unj.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=37774 4/5
11/7/2020 Pertemuan 3- Ontologi Ilmu Pendidikan

dewasa (psikologi orang dewasa), gejala kejiwaan manusia dalam konteks industri (psikologi industri), dalam konteks interaksi sosial (psikologi
sosial), konteks perkembangan (psikologi perkembangan), kajian khusus kepribadian (psikologi kepribadian) dan masih ada lagi sepanjang
manusia itu ada.

Dengan memahami materia ilmu pendidikan akan semakin menambah jelas objek materia dalam ilmu pendidikan. Kita mungkin bisa
menyimpulkan bahwa kajian awal dan kebanyakan ahli membangun kajian ilmu pendidikan yang ditujukan pada anak dan banyak rumusan
arti pedagogiek itu sendiri yang mengarah pada makna ilmu mendidik anak. Jadi tidak mungkin ada ilmu pendidikan tanpa ilmu pendidikan.
Jika ditelusuri lebih jauh dan mendalam materia apa saja yang spesifik (khusus) dikaji oleh ilmu pendidikan yang berkaitan dengan fokus
proses interaksional edukatif antara anak dengan pendidik. Konteks yang menjadi fokus interaksional edukatif anak dengan pendidik adalah
aktivitas belajar dan mengaja. Mengajar (terminology lain pembelajaran) merupakan aktivitas yang dengan sengaja dirancang, diciptakan
dan dihadirkan pendidik untuk membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan. Dalam konteks ini, pembelajaran yang
dihadirkan mengandung berbagai objek materia yang spesifik. Objek materia dalam pembelajaran ada yang disusun dalam bentuk konten
(isi) perkembangan (bahasa, kognitif, sosial-emosi, agama & moral dan fisik/motorik) dan ada juga yang berwujud konten akademik seperti 
(matematika, sains, bahasa, studi sosial, dan seni). Permbahasan materia spesifik ini hampir selalu ada pada kajian kurikulum.

Link Referensi

http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-ilmu-pendidikan-dan-fungsinya/

onlinelearning.unj.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=37774 5/5

Anda mungkin juga menyukai