Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU
Dr.Rosdiana, M.pd.
DISUSUN OLEH:

1.SAQINATUZ ZAHRA
2.NOFIRI GEA
3.DESWITA MAHARANI PADANG

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah filsafat pendidikan ini sesuai waktu
yang ditentukan.

Makalah ini kami buat sebagai tugas dan media pembelajaran di Universitas
Negeri Medan.untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dan sebagai
bahan pembelajaran.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan kata atau kalimat dan
tata letak dalam makalah ini.untuk kebaikan dan sempurna nya makalah ini kritik
dan saran yang membangun yang diharapkan dari dosen dan teman teman
sekalian.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

28 AGUSTUS 2023

KELOMPOK 12
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................
Daftar isi………………………………………………………………………..……
Bab 1 pendahuluan…………………………………………………………………..
A.latar belakang.........................................................................................................
B.rumusan masalah....................................................................................................
C.tujuan......................................................................................................................
Bab II pembahasan……………………………………………………..……………
A. Pengertian filsafat pendidikan..............................................................................
B.Pengertian sistem dan substansi dalam filsafat pendidikan.................................
C. Bagaimana filsafat sebagai system dan substansi ……………………………..
Bab III penutup………………………………………………………………………
A.kesimpulan……………………………………………………………….....
B.saran.......................................................................................................................
Daftar pustaka .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat pendidikan adalah cabang dari filsafat yang mempelajari konsep,
prinsip, dan teori yang mendasari pendidikan. Ini mencakup pemikiran tentang
tujuan pendidikan, proses pembelajaran, nilai-nilai yang terlibat dalam pendidikan,
peran guru dan siswa, serta pertimbangan etis dalam konteks Pendidikan
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu
selalu ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati

B. RUMUSAN MASALAH
 Pengertian filsafat Pendidikan
 Pengertian sistem dan substansi dalam filsafat pendidikan
 Bagaimana filsafat sebagai system dan substansi

C. TUJUAN
 Menjadikan seseorang sebagai manusia lebih mendidik serta mampu
membangun diri sendiri.
 supaya manusia menjadi lebih terdidik dan memiliki pengetahuannya, serta
mampu menilai hal-hal disekitarnya secara objektif.
 supaya manusia menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupannya.
 supaya manusia memiliki pandangan yang luas dalam pendidikan filsafat.
BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FILSAFAFAT PENDIDIKAN

1.PENGERTIAN FILSAFAT
Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata "philos" dan
"shopia". Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan
atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam
terhadap kearifan atau kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu
pendirian hidup (bagi individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup
(masyarakat). Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/pemikiran manusia yang
memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya.
Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan
berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut
me ngandung tiga ciri utama yaitu radikal, sistematis, dan universal. Untuk ini
filsafat menghendaki berpikir yang sadar, yang berarti, dan teratur. Artinya bahwa
manusia menugaskan pikirannya untuk bekerja sesuai dengan aturan logika dan
hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik
yang berasal dari dalam dirinya atau di luar dirinya.

Berpikir merupakan subjek dari filsafat akan tetapi tidak semua berpikir berarti
berfilsafat. Subjek filsafat adalah seseorang yang berpikir/memikirkan hakikat
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Objek filsafat, dapat berwujud
suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri, contohnya si aku berpikir tentang
di- rinya sendiri, maka objeknya adalah subjek itu sendiri.

2.PENGERTIAN PENDIDIKAN
Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah Education yang artinya adalah the
process of training and developping the knowledge, skill, mind, character, etc., by
formal schooling: teaching: training. (Neufeldt and Guralnik. 1996). Pengertian ini
menekankan bahwa pendidikan tidak hanya mencakup nalar atau intelektual saja,
melainkan mencakup pengembangan moral atau kepribadian, karakter atau sikap
anak yang meliputi berbagai kecerdasan yang dapat dikembangkan dalam
kehidupan anak sebagai manusia. Dalam pengembangan diri anak sebagai manusia
dalam kegiatan pendidikan terjadi interaksi dengan lingkungannya yang
berlangsung secara formal.

Dalam bahasa Jerman, pendidikan berasal dari kata Ziechung; artinya membawa
keluar. Kemudian dalam bahasa Romawi kuno pendidikan ialah educare, artinya
menarik keluar. Apa yang dibawa keluar dan apa yang ditarik keluar? Menurut
kedua pengertian ini setiap orang atau individu memiliki potensi yang dibawa sejak
lahir, yang dapat dikembangkan.

3. TUJUAN FILSAFAT PENDIDIKAN

- Berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang bijaksana dan bisa
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Membuat manusia memiliki perspektif yang luas dalam melihat sesuatu.
Dengan hal ini maka manusia dapat memiliki pandangan yang luas dan
dapat terhindar dari egosentrisme.
- Dengan menilai berbagai macam hal di sekitarnya secara objektif, maka
melalui filsafat diharapkan manusia akan lebih terdidik dan mampu
memiliki pengetahuan yang luas.
- Filsafat dapat mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan dan lebih
mendalami ilmu pengetahuan.
- Dengan mempelajari filsafat maka manusia juga dapat memahami
perkembangan, kemajuan pengetahuan, serta sejarah pertumbuhan dari
pengetahuan tersebut.
- Filsafat membuat manusia agar memiliki kemauan untuk berpendapat
sendiri, mandiri dalam hal rohaniah, berpikir sendiri, serta dapat
menunjukkan sifat yang kritis.
- Manusia dapat mendalami pokok ilmu sampai ke cabang-cabangnya.
Dengan demikian maka akan lebih mudah dalam memahami hakikat ilmu
beserta sumber dan tujuannya.
- Filsafat juga sangat berguna bagi dunia pendidikan, karena baik siswa
maupun pengajar punya pedoman yang kuat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan. Terutama untuk membedakan mana persoalan yang bersifat
ilmiah dan tidak ilmiah.

B. PENGERTIAN SISTEM DAN SUBSTANSI DALAM FILSAFAT


PENDIDIKAN.

1. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


Sistem /“system” adalah cara kerja dari komponen-komponen yang mempunyai
fungsi, saling berhubungan.untuk mecapai tujuan, apabila dari komponen-
komponen tersebut ada yang tdk berfungsi/ tidak ada maka tujuan akan terhambat
Komponen komponen tersebut antara lain:
1. Kurikulum
2. Tujuan
3. Peserta didik
4. Pendidik
5. Metode
6. Media
7. Evaluasi
pemunculan atau lahirnya teori-te atau sistem pemikiran yang dihasilkan oleh para
pemikir atau fils besar seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
Spinoza, Hegel, Karlmax, August Comte (Surajiyo, 2008, 5) Filsafat pendidikan
sebagai mana cabang filsafat lainny mencakup sekurang-kurangnya tiga cabang
utama dari filsafa yakni, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi berasal
dari kata Yunani 'onta' yang berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada, kenyataan
yang sesungguhnya, dan 'logos' yang berarti teori atau ilmu. Ontologi mempelajari
keberadaan dalam bentuknya yang paling abstrak (Surajiyo, 2008, 158). Dapat
dikatakan bahwa ontologi membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti
yang luas. Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut, maka pandangan ontologi
dari pendidikan adalah manusia, makhluk mulia, potensi, interaksi, budaya, dan
lingkungan.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SUBSTANSI
Istilah "substansi" dapat memiliki beragam makna tergantung pada konteksnya. Di
berbagai bidang ilmu dan dalam bahasa sehari-hari, kata "substansi" dapat merujuk
kepada berbagai konsep. Berikut beberapa pengertian umum dari kata "substansi".
Dalam filsafat, "substansi" sering digunakan untuk merujuk kepada sesuatu yang
nyata dan eksis secara mandiri, yang tidak bergantung pada apapun. Misalnya,
dalam pemikiran Aristoteles, substansi adalah aspek dasar dari realitas yang berdiri
sendiri dan bukan hanya sekadar atribut atau sifat.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai
bagian dari fondasi-fondasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di
Indonesia teraktualisasi dengan berdasar pada praksis dan praktik. Praksis sebagai
acuan yang didasarkan pada landasan yang tersusun dalam bentuk kebijakan dalam
pelaksanaan pendidikan. Hal ini sekaligus sebagai acuan yang harus dipedomani
dalam praktik pelaksanaan pendidikan. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap
pelaksanaan pendidikan. Hal ini menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat
Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-
nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi
pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktik
pelaksanaan pendidikan.

Sudah barang tentu hal ini juga berarti, bila dilakukan pendekatan linier dapatlah
tersusun Filsafat Pendidikan Pancasila. Semua konsep pendidikan di Indonesia
berorientasi pada wawasan ini. Dengan berpijak pada pandangan tentang
kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka
sikap konvergensi atau eklektik inkorparatif terhadap filsafat atau filsafat
pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan Berhubung dengan itu
upaya mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan dari luar pada hakikatnya adalah
upaya untuk memperkaya dan memperkuat filsafat pendidikan Pancasila. Bila telah
sampai pada tingkat ini substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada
peringkat lanjut.

C. BAGAIMANA FILSAFAT SEBAGAI SISTEM DAN SUBSTANSI

1.SISTEM FILSAFAT
Sistem filsafat adalah kerangka kerja pemikiran yang terstruktur dan koheren yang
digunakan untuk memahami dan merespons pertanyaan-pertanyaan filosofis
tentang dunia dan kehidupan manusia. Ini mencakup seperangkat prinsip, konsep,
metode berpikir, dan pandangan yang membentuk dasar pemikiran filosofis
seseorang.

2.SUBSTANSI FILSAFAT
Substansi dalam filsafat merujuk kepada pokok atau esensi dari sebuah gagasan
atau konsep. Ini adalah bagian paling penting atau inti dari pemikiran filosofis
yang sedang dipertimbangkan.

Empat kajian tentang substansi filsafat ilmu yang berhubungan dengan filsafat
menurut ismaun, (2001) yaitu:

1 Fakta atau kenyataan. Fakta memiliki pengertian yang beragam tergantung dari
sudut pandang filosofis yang melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa
sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual
lainnya. Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian
kenyataan ini. Yang pertama menjurus ke arah korespondensi yaitu adanya
korespondensi antara ide dengan fenomena. Yang kedua menjurus kearah
koherensi moralitas,kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai(Komara,
2014).
2. Kebenaran. Terdapat berbagai teori tentang kebenaran yaitu koherensi,
korespondensi dan pragmatik (Jujun, 1993).
Kebenaran koherensi yaitu adanya keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan
sesuatu yang memiliki hierarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur, baik berupa
skema, ataupun nilai. Koherensi dapat dilakukan pada tatanan sensual rasional
maupun pada tatanan transendental (Komara, 2014).
Kebenaran korespondensi adalah berpikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan
sesuatu lain. Korespondensi relevan dibuktikan dengan adanya kejadian sejalan
atau
sberlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan
kepercayaan yang diyakini yang sifatnya spesifik (Komara, 2014). Kebenaran
pragmatic, yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis (Komara, 2014).

3. Konfirmasi. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk


yang akan datang, atau memberi pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probabilistik. Menampilkan
konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau aksioma yang
sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan
postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan
untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif,
atau reflektif.

4. Logika. Logika yang dimaksud adalah logika matematika yang menguasai


positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta.
BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN
Filsafat pendidikan adalah cabang dari filsafat yang mempertimbangkan
pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang pendidikan. Ini mencakup analisis dan
refleksi mendalam tentang sifat, tujuan, metode, nilai-nilai, dan implikasi moral
dari pendidikan
Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada didalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu
menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan perbuatan mendidik.
Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah
sebagai bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan
perlu menengahkan tentang konsep- konsep dasa pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun
atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari
filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat.
B.SARAN
Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidikan ini, diharapkan
mulai sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada
di dunia pendidikan.
Demikian jika nantinya penyusunan kata dari makalah ini ada yang kurang tepat
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan kata-kata
yang tepat. menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Muhammad Prenadamedia.(2014).Filsafat Pendidikan.Jakarta:
prenadamedia
Tim Pengajar. 2011. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: Universitas
Negeri Medan
Burhanuddin Salam. (1988). Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai