Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH “LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN”

MATA KULIAH FILSAFAT

DOSEN PENGAMPU: WAWAN HERMAWAN, M.PD

DISUSUN OLEH:

• ADITYA NATA WIDIGDA(52106130001)

• NUR ARI ANDOYO(52106130019)

 MUKHAMMAD AQMAL AZIZ(52106130007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT
FAKULTAS KEGERUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
         
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah
“LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN” dapat saya selesaikan dengan tepat waktu. Pada
dasarnya makalah ini saya buat untuk tambahan pembelajaran, dan agar semua yang membaca
makalah ini dapat pengetahuan yang bermanfaat, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua.
Saya minta maaf jika makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu silahkan anda
memberikan kritik dan saran agar saya membuat makalah ini lebih baik.

                                                          

                                                                                  Mojokerto, 27 MARET 2022


                                       
                                                                                       
                                                                                                   

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Pendidikan...............................................................................5
2. Filsafat Sebagai Induk Pengetahuan.......................................................................5
3. Pendidikan Sebagai Cabang Ilmu Dari Filsafat......................................................7
4. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan........................................................................9
5. Pancasila Sebagai Sistim Filsafat............................................................................10
6. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Sistim Pendidikan Nasional.......................12
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Landasan filsafat pendidikan merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam
dunia pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan bersifat normatif dan perspektif. Selain itu,
dengan filosofis pendidikan kita akan mengetahui mengapa, apa, dan bagaimana kita melakukan
pelajaran, siapa yang  kita ajar dan mengenai hakikat belajar. Hal ini merupakan seperangkat
prinsip yang menuntun kita dalam melakukan tindakan profesional melalui kegiatan dan
masalah-masalah yang kita hadapi.
Landasan pendidikan filosofis pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan
yang dijelaskan berdasarkan filsafat umum yang terdiri dari Metafisika, Epestimologi, dan
Asiologi. Sebagimana didalam filsafat umum, didalam landasan filosofis pendidikan juga
terdapat berbagai aliran yang dikenal dengan adanya landasan filosofis Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme. Selain ketiga landasan filosofis tersebut sebenarnya masih banyak jenis landasan
filosofis lainnya. Namun di Indonesia memiliki filosofi pendidikan tersendiri yaitu filosofi
pendidikan berdasarkan pancasila.
Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan
konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek
Pendidikan
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian landasan filsafat?


2. Bagaimana landasan filsafat pendidikan?
3. Bagaimana landasan filsafat pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme?
4. Bagaimana pancasila sebagai landasan filsafat sistem pendidikan nasional?

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Definisi Filsafat secara Etimologis yaitu dari bahasa Inggris ( Phylosophy ) dan dalam
bahasa arab ( falsafah ) dan yang berasal dari yunani kuno berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos
(kebijaksanaan), dengan demikian secara etimologis, philosopia ( filsafat ) berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Menurut Ciceros (106-43 SM) penulis Romawi, orang
yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap
cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras
mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-
tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun
menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah
perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh
karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti
seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya .
”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Datangnya hikmah
bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain ,
dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang
yang melihat tetapi tidak memperhatikan.

      2.      FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN


Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dari keduanya.Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita
tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan
sebagai berikut:
 Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli
 Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika

5
 Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh
jangkauan kemampuan manusia
 Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana
hakikat sebenarnya.
 Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui
kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran
pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan
menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat
memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang
menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari
pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang
dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang
mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain
mencakup:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum

6
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep
dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-
pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu tersebut.

3.   PENDIDIKAN SEBAGAI CABANG ILMU DARI FILSAFAT


Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun
pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan.
Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,
sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Filsafat
Praktek Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang
bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis
komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan
melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah
pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya
dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan
membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan
pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:

7
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu
Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material
Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis Ilmu Pendidikan
Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga
diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam
pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan
pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh
pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
1.  Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah
khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan
terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa
yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan
keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan
oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai
tuhan
2.   Aristoteles (384 – 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui
riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju
prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini
berkembang pada abad 13 – 14. Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik
kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi
(kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan.
Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis
untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.

8
4.      ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori
yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang
saat ini antara lain:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan
baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-
tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
2. Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di
satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek
pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos
Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart
Mill.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme:
Demokritos, Ludwig Feurbach
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun
sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles
sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.
Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan
tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia
atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber,
Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada

9
tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O.
Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
7. Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada
mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di
antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs,
Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu
perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh,
kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan
ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.
Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme
dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George
Count, Harold Rugg.

5.. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pengungkapan dan penelaahan dunia fisik dan
dunia riil secara sistemik (menyeluruh) dan sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila memberi
ajaran tata hidup manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat keselarasan.
Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran tentang metafisika dan ontologi
Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika Pancasila.

10
Ajaran Metafisika dan Ontologi Pancasila
Asas-asas metafisika dan ontologi dalam filsafat Pendidikan Pancasila adalah sebagai
berikut:
Asas monoteisme Merupakan realisasi dari sila I Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa
Indonesia hanya mengakui satu tuhan saja ialah Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia
menganut asas kemerdekaan untuk memilih dan menganut agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dengan menjunjung toleransi antar pemeluk agama.
Asas makrokosmos-mikrokosmos Asas makrokosmos merupakan pengakuan kepada realita yang
ada, ialah alam semesta ini, dunia dengan tata suryanya. Alam semesta raya mempunyai hukum-
hukum alamnya dan menjadi sumber daya kehidupan semua makhluk hidup. Manusia sering
dipandang sebagai mikrokosmos sebab pada manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-unsur seperti
yang ada pada makrokosmos.
Asas tata ada yang selaras, serasi, seimbang (harmoni) Bahwa yang ada di dunia merupakan hal
yang serba berlawanan namun tetap dapat berlangsung secara selaras.
Asas tata hidup manusia budaya (asas kultural/religius) Cipta, rasa dan karsa manusia secara
integratif mampu menciptakan perlengkapan-perlengkapan hidup yang secara keseluruhannya
disebut kebudayaan.
Asas persatuan dan kesatuan Hidup budaya manusia membentuk kesatuan-kesatuan secara
menyeluruh mulai dari tingkat terbawah yaitu keluarga sampai pada kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Asas tertib damai, kemerdekaan dan keadilan Hidup membudaya adalah hidup tertib, teratur dan
damai menghindari pertengkaran dan perselisihan
Asas bhineka tunggal ika Asas ini memberi makna bahwa hidup budaya manusia menunjukan
variasi-variasi, seperti adanya ras-ras manusia, macam-macam agama dan kebudayaan daerah
dan sebagainya.
Asas idealisme, realistis dan pragmatis Hidup bangsa Indonesia tidak tanpa arah, tetapi
mempunyai arah yang ideal yakni hidup masyarakat yang adil dan makmur.
Epistomologi Pancasila
Ajaran Pancasila dengan teorinya selaras, serasi dan seimbang, mengakui kebenaran
pengetahuan rasio dan pengetahuan pengalaman. Baik rasio maupun pengalaman dapat menjadi
sumber pengetahuan. Pengetahuan datang dari intuisi dan juga bersumber pada kebenaran

11
agama. Logika yang dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah logika formal
(deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.
Aksiologi Pancasila
Prinsip-prinsip ajaran nilai atau aksiologi Pancasila adalah sebagai berikut:
Prinsip nilai religius Prinsip nilai religius bersumber pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang
Maha Esa). Agama menjadi sumber-sumber nilai-nilai kebaikan dan juga kebenaran. Fungsi
Pancasila terhadap agama adalah memberi fasilitas kepada hidup subur dan berkembangnya
agama dan memberi situasi dan kondisi kerukunan dan kedamaian hidup di antara umat
beragama.
Prinsip nilai alami Prinsip nilai alamia artinya alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang berisi
kebaikan-kebaikan alamiah yang berupa nilai-nilai hukum alam.
Prinsip nilai manusia Prinsip nilai-nilai manusia yakni bahwa manusia adalah subjek penilai.
Dalam mencapai nilai-nilai dalam hidupnya, maka manusia akan melaksanakan nilai-nilai: (1)
nilai-nilai kemanusian; (2) nilai-nilai persatuan hidup bersama; (3) nilai-nilai kerakyatan atau
demokrasi; (4) nilai-nilai keadilan.
Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai Nilai-nilai hidup budaya manusia ada yang bersifat
relatif, terbatas oleh kurun waktu dan tempat.

6. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS SISTEM PENDIDIKAN


NASIONAL
Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI
No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah bahwa pancasila adalah
Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna
diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Sedangkan Pendidikan
Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia

12
yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai
cita-cita nasional Indonesia. Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan
yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan
demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan
negara Indonesia.
Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:
1. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan disebut sistem Pendidikan
Pancasila
2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan
3. Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan warga negara Indonesia,
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia
4. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila, pendidikan agama,
pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani,
pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.
5. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta, asas pendidikan
seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan
dengan ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika, Asas keselarasan,
keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil dan merata.

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat
umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga
upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta,
rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat
yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
(1) Filsafat Praktek Pendidikan dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu (1)
apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan
cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai
Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai :
(1) struktur ilmu dan
(2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu
Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material
Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis
Ilmu Pendidikan

14
Filsafat Pancasila yang muncul pada masa kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan oleh
tokoh-tokoh perjuangan bangsa. Sebagai sebuah filsafat pendidikan, Pancasila mengandung
pemahaman nilai mengenai metafisika dan ontologi, epistomologi dan aksiologi sebagai mana
yang terkandung dalam filsafat pendidikan. Kedudukan Pancasila sebagai filsafat Pendidikan
Indonesia diperkuat dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989.
Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kekurangan dari sana sini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
relevan dari pembaca guna memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik dan berguna bagi
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amien,A.M., ( 2005 ), Pendidikan Dari Perspektif Sains Baru : Belajar Merajut Realitas,
Lembaga Penerbitan Unhas.
Callahan J.F., Clark,L.H., ( 1983 ), Foundation Of Education,Macmillan Publishing Co. Inc.,
New York.
Henderson, S. Van P., Introduction to Phylosopy of Education, The University Of Chicago Press,
Chicago.
Kneller, G., ( Ed ), ( 1971 ) Foundation Of Education, John Wiley and Sons, New York.
Noor, M., ( Ed), ( 1987 ) Filsafat dan Teori Pendidikan : Jilid I Filsafat Pendidikan, Sub
Koordinator Mata Kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP
Bandung.
Oesman, O., Alfian, ( Penyunting ) ( 1992 ), pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP 7 Pusat.
Syarifpudin,T. dan Kurniasih, ( 2008 ), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Percikan Ilmu.

16

Anda mungkin juga menyukai