Anda di halaman 1dari 18

Orientasi dan Ruang Lingkup Filsafat

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika

Dosen Pengampu :
Nur Cholis, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Anisaul Munadhiroh (126204202077)


2. Annisa’ Nur Lutfia (126204201008)
3. Miatus Sholekah (126204201009)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA (TMT)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemanfaatan Aplikasi-aplikasi
Flatform Digital dalam Pengembangan Pembelajaran di Era New Normal dengan Model
Pembelajaran E-learning” ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terimakasih sebesar
besarnya kepada :
1. Prof. H. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan
dukungan untuk menunjang kelancaran perkuliahan kami.
2. Bapak Dr. H. Abd Aziz, M.Pd. selaku Wakil Rektor Bidang Akademi dan Pengembangan
Lembaga.
3. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I, selaku Dekan FTIK IAIN Tulungagung.
4. Ibu Ummu Sholihah, M.Si, selaku Kepala Jurusan Tadris Matematika
5. Bapak Nur Cholis, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika yang telah membimbing kami.
6. Civitas Akademika dan teman-teman yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
7. Teman-teman sekalian yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini bisa berguna untuk semua orang. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 01 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ........ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ........ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

C. tTujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat ...................................................................................... ........... 3

B. Cabang-Cabang Filsafat ............................................................................. ........... 5

C. Rambu-Rambu Berfilsafat .......................................................................... ........... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. ........... 13

B. Saran .......................................................................................................... ........... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ........... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara harfiah filsafat yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Bahasa
Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan
atau kebenaran. filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan
sebagai suatu sikap seseorang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Filsafat matematika merupakan salah satu ilmu yang merupakan dasar dari
berbagai bidang ilmu lainnya. Kehadiran filsafat matematika dapat menjawab berbagai
teka-teki yang sebelumnya menjadi misteri. Filsafat matematika dengan ciri khasnya
dapat menguak berbagai keajaiban-keajaiban yang ada di semesta. Filsafat pendidikan
matematika pada intinya dapat dikatakan sebagai maksud dan tujuan untuk pendidikan
matematika, sebuah teori pengajaran matematika, dan sebuah teori pengajaran
matematika yang menerapkan teori pembelajaran dalam membangun tujuan tersebut
(Martin, 2009:3).
Penerapan filsafat pendidikan dalam pembelajaran matematika dapat membantu
guru untuk memahami pentingnya konsep pendidikan matematika, praktik pembelajaran
matematika, serta memahami bahasa matematika. Selanjutnya diharapkan akan terwujud
pembelajaran matematika yang membawa siswa mampu mengembangkan diskusi
mengenai bagaimana menemukan matematika, metodologi apa yang diterapkan, dan
bagaimana pengetahuan matematika mencapai status sebagai ilmu yang terjamin,
bagaimana siswaa mengembangkan pengalaman matematika mereka, apa nilai
matematika, asal-usul siswa, tujuan pendidikan matematika, asal-usul siswa belajar
matematika, asal-usul sumber belajar mengajar, dan asal-usul matematika sekolah
(Marsigit, 2009).

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat kami simpulkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Bagaimana cabang-cabang yang terdapat di dalam filsafat?
3. Bagaimana rambu-rambu dalam berfilsafat tersebut?.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat dituliskan tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat secara jelas
2. Untuk mengetahui cabang-cabang yang terdapat dalam filsafat
3. Untuk memahami rambu-rambu dalam berfilsafat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
1. Pengertian Filsafat secara Etimologis
Jika kita amati lebih lanjut, kata filsafat berasal dari bahasa arab falsafah dan
bahasa Inggris piloshophy serta berasal dari bahasa Yunani philoshophia dimana kata
itu terdiri dari dua kata “Philos” yang berarti cinta dan “Shopia” yang berarti
kebijaksanaan.1 Dalam hal ini, jika kedua kata tersebut dijadikan satu maka akan
bermakna mencintai kebijaksanaan.
Kebijaksanaan di sini dapat berarti kebenaran dalam perbuatan. Jika seseorang
beriman maka ia akan memiliki prinsip bahwa kebenaran yang mutlak hanya ada
pada Tuhan semata, dan manusia hanya bisa mencari kebenaran karena adanya
dorongan yang merupakan akibat dari rasa cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-
sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni.2
Berdasarkan catatan sejarah, kata Philosopia ini digunakan untuk yang pertama
kali oleh Pythagoras, seorang filosof yang hidup pada rentang tahun 582-496 sebelum
Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya yang
bukunya masih dibaca hingga saat ini mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai oleh
Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang
menamakan diri mereka sebagai ‘ahli pengetahuan’. Pythagoras mengatakan bahwa
ilmu begitu luas dan terus berkembang seiring waktu dan tiada seorangpun yang
mungkin untuk mencapai ujungnya. Jadi, jangan pernah sombong menjuluki diri kita
sebagai ‘ahli’ dari ilmu pengetahuan. Karena bukan itu maksud dari kata
kebijaksanaan. Menurut Pythagoras, kata ini lebih cocok dikatakan sebagai pecinta
atau pencari ilmu pengetahuan dan juga kebijaksanaan, yakni filosof.3

1
Ali Maksum, Pengantar Filafat Dari Mass Klsik Hingga Potmodernime, (Jakart: AR-Rus Media, 2011), h.15
2
Burhanuddin Salam, Filsafat Manusia Antropologi Metafisika, Bina aksara, Jakarta, 1988, h. 5
3
Nur A. Fadhil Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, (Jakarta: Publishing, 2015), h.5

3
2. Pengertian Filsafat secara Terminologis
Adapun definisi filsafat menurut filosof, yaitu:
a. Plato (427-348 SM)
Mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai
kebenaran yang asli., karena kebenaran mutlak ditangan tuhan atau disingkat
dengan pengetahuan tentang segala yang ada.4
b. Aristoteles (384-322 SM) :
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, sosial
budaya dan estetika atau menyelidiki sebab dan asas segala benda.5
c. Cicerio (106—43 SM)
Filsafat ialah induk dari segala ilmu pengetahuan, sesuatu yang diciptakan
Tuhan.6
d. Al- Farrabi (950 SM)
Filsafat adalah pengetahuan tentang yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yangsebenarnya.7
e. Rene Descrates (1590-1650)
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.8
f. Hasbullah Bakry
Memberi defenisi filsafat dengan “ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai
manusia”.
Dari beberapa pengertian filsafat menurut para filosof, penulis menyimpulkan
bahwa filsafat adalah akar dari keilmuan dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang
hingga sekarang.

4
Suraiyo, Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), h.3
5
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat,(Jakarta: Wiaya, 1986), h. 11
6
Abu Bakar Aceh, Sejarah Filsafat ... h. 9
7
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat... h. 67
8
Abu Bakar Aceh,Sejarah Filsafat ... h. 9

4
B. Cabang-Cabang Filsafat
Dalam filsafat terdapat 3 bidang pokok yang menjadi inti dari permasalahan yang
dibahas, yaitu: pertama logika, kedua etika yang mana dianggap baik dan buruk tentang
apa yang termasuk indah.9 Menurut The Liang Gie, filsafat dibagi menjadi:10
1. Metafisika (filsafat tentang hal ada),
2. Epistemologi (teori pengetahuan),
3. Metodologi (teori tentang metode),
4. Logika (teori tentang penyimpulan),
5. Etika (filsafat tentang pertimbangan moral),
6. Estetika (filsafat tentang keindahan),
7. Sejarah filsafat
Berdasarkan pembagian cabang-cabang dari filsafat ini dapat dilihat bahwa ada
begitu luas pembahasan di dalamnya. Sedangkan jika setiap cabangnya kita perinci satu-
persatu akan masih ada banyak ranting-ranting, dan sebagiannya bahkan berkembang
menjadi vidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini pun kembali kepada ciri filsafat yang
bersifat umum, universal, dan ultimate (tertinggi). Jadi, ilmu apapun difinalkan dengan
pembahasan fundamen filosofis.
Sidi Gazalba yang mengemukakan bahwa bidang permasalahan filsafat terdiri
atas:
1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam
atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2. Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat pengetahuan, dari
mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat
dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia
mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui manusia, serta sampai
di mana batas pengetahuan manusia.
3. Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana letak nilai,
apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada manusia yang menilainya;
mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang

9
Muhammad Syukri Albani Nasution dan Riki Muhammad Haris, Filsafat Ilmu,Jakarta: Radja Grafindo Persada,
2017),h.
10
Lubis, Nur A. Fadhil, Pengantar Filsafat Umum... h.13-14

5
menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan
penilaian.11
Menurut Asmoro Achmadi, filsafat terbagi dengan beberapa macam, yaitu:
1. Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari:
a. Epistemology,
b. Logika,
c. Kritik ilmu
2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari:
a. Metafisika umum (ontologi)
b. Metafisika khusus, terdiri:
- Teologi metafisik
- Antropologi
- Kosmologi
c. Filsafat tentang tindakan, terdiri dari:
- Etika
- Estetika
d. Sejarah filsafat.12
Dari pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam
coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika,
estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya. Berikut penjelasan dari cabang-
cabang filsafat:
1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
2. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
6. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum,
filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah

11
Sidi Gazalba.. Sistematika Filsafat. (Jakarta: Bulan Bintang., 1973), h.7
12
Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum... h. 12

6
dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya ialah
mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir
(logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian
(metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu
(maya).

C. Rambu-Rambu Berfilsafat
Masyarakat awam beranggapan bahwa filsafat adalah hal yang berbahaya dan
tidak penting. Padahal, filsafat merupakan salah satu pengetahuan sekaligus disiplin ilmu
yang unik dan sangat mendasar serta merupakan induk dari semua disiplin ilmu lainnya.
Bahkan setiap kita adalah orang-orang yang berfilsafat di setiap detik hidup kita ketika
kita berpikir dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan atau yang
membuat takjub diri kita. Filsafat tidak bertujuan untuk mencari salah dan benar, tetapi
filsafat bertujuan untuk mencari kebenaran tanpa menyalahkan. Filsafat tidak bertujuan
untuk membanding-bandingkan kebaikan dan keburukan, tetapi filsafat bertujuan untuk
memperbaiki hal-hal yang dianggap buruk secara normatif, manusiawi, dan hasilnya
dapat diterima sesuai dengan kesepakatan (konvensi) walaupun sifatnya sementara
(tentatif). Filsafat tidak bertujuan untuk menimbulkan kesalahpahaman, tetapi filsafat
justru bertujuan untuk ‘membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa
kita kepada tindakan yang lebih layak serta membawa kita kepada tujuan yang jelas
kemana kita harus bereksistensi dalam kehidupan kita.
Filsafat adalah proses berpikir. Kita diajak untuk merenung dan memikirkan
apapun dengan berbagai pertanyaan yang muncul di benak kita dan dengan pengetahuan
yang kita miliki kita berusaha untuk menjawabnya. Jawaban-jawaban yang kita ajukan
akan selanjutnya menjadi pertanyaan yang lebih lanjut. Proses ini berlangsung dalam
bentuk siklus hingga kita mendapatkan jawaban yang lebih bijak sekaligus menjadi
pengetahuan bagi kita.13
Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal ini
disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti berpikir
itu ada manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk direalisasikan dari berpikir

13
Endry Boeriswati dan Fernandes Arung, Filsafat Ilmu, …, hal 3-18

7
itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang pasti/sudah ada planning dan contohnya, dan
yang paling utama hasil dari berpikir itu bermanfaat bagi orang banyak, tapi berpikir
tidak berarti berfilsafat, karena isi dari berpikir itu belum tentu bermakna atau
mempunyai tujuan yang jelas atau mungkin hanya khayalan saja14
Seseorang sedang berpikir tentang sesuatu, maka yang pertama dia lakukan
adalah membentuk gagasan umum tentang sesuatu. Kedua, dia menentukan sesuatu dari
gagasan umum itu. Ketiga, dia menalarkannya dengan cara mempertimbangkan hal-hal
yang berkaitan dengan sesuatu tersebut (mencari argumentasi). Penjelasan ini
mengukuhkan bahwa proses berpikir dalam filsafat dilakukan secara bertahap dan
berurutan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum filsafat berarti upaya
manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Artinya,
filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk, maka proses yang dilakukan
adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip
logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu diterima atau ditolak.
Ada enam karakteristik berpikir dalam filsafat yaitu :

1. Menyeluruh
Berpikir secara menyeluruh adalah mencermati objek yang menjadi kajian yang tidak
dipandang hanya dari satu sisi saja.
2. Mendasar
Berpikir secara mendasar adalah berpikir sampai ke pondasi dari ilmu atau
pengetahuan yang kita kaji. Dalam berpikir secara mendasar, kita harus
melakukannya secara sistematis, tidak hanya memikirkan pada tataran praxis saja
tetapi juga teknis, dan metodologis sampai pada yang intinya yaitu filsafat.
3. Spekulatif
Berpikir spekulatif di sini bukan coba-coba tanpa dasar pemikiran melainkan
didasarkan pada pemikiran yang matang.

14
Rihlah Nur Aulia, Berfikir Filsafat:Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak, Jurnal Studi Al-
Qur’an. Volume 11 Nomor 1, hal 87

8
4. Reflektif
Berpikir reflektif adalah proses berpikir secara aktif, terus menerus, gigih, dan
mempertimbangkan dengan saksama tentang segala sesuatu yang dipercaya
kebenarannya dengan alasan yang mendukungnya dan menuju pada suatu
kesimpulan.
5. Kritis
Berpikir kritis adalah proses menentukan kebenaran, ketepatan, atau penilaian
terhadap sesuatu yang ditandai dengan mencari alasan dan alternatif, dan mengubah
pandangan seseorang berdasarkan bukti.
6. Postulatif.
Postulat merupakan cara padang yang tidak perlu diverifikasi secara empiris. Cara
pandang ini bisa diterima atau bisa ditolak karena tidak berdasarkan fakta empiris.

Dalam bernalar, kita dituntut untuk melibatkan pergerakan pikiran yaitu dari satu
pikiran ke pikiran lain yang berhubungan agar kita dapat menarik sebuah kesimpulan.
Inilah yang membedakan kita dengan hewan atau binatang.

Seseorang yang berpikir tentang kefilsafatan harus dapat berpikir sebagai berikut :

1. Komprehensif dan Mendalam


Berpikir kefilsafatan berarti berpikir secara komprehensif atau universal atau
menyeluruh dan melingkupi totalitas dan mendalam atau hingga ke akar-akarnya.
Berpikir dengan cara ini akan membawa kita pada pertanyaan demi pertanyaan yang
memberikan wawasan yang lebih luas untuk melihat kompleksitas kehidupan
manusia dan sekitarnya.
2. Konseptual
Konseptual yang merupakan generalisasi dan abstraksi dari pengalaman-pengalaman
hidup kita serta proses-prosesnya satu demi satu.
3. Konsisten dan Koheren
Berpikir kefilsafatan harus bersifat koheren; bersatu dan membentuk keseluruhan atau
saling berpaut satu sama lain, atau sesuai dengan kaidah berpikir, dan konsisten;
berlaku dengan cara yang sama dari waktu ke waktu atau tidak berubah-ubah atau taat

9
asas atau tidak terdapat kontradiksi. Prinsip ini juga disebut sebagai sistematis
sehingga berpikir kefilsafatan juga mengandung ciri sistematis; teratur.
4. Rasional
Rasional artinya bahwa apa yang kita ajukan dan nyatakan bersesuaian dengan nalar
dan bersifat logis. ciri berpikir kefilsafatan yang rasional maksudnya bahwa
gagasangagasan filosofis yang kita ajukan harus saling berhubungan secara logis
antara satu dengan yang lainnya.
5. Bebas dan Kritis
Bebas berarti bahwa ketika berpikir kefilsafatan, pikiran kita bebas dari prasangka
sosial, budaya, historis, dan agamawi. Kritis berarti bahwa ketika kita berpikir
kefilsafatan, kita tidak berusaha mencari dan menemukan fakta-fakta tetapi kita
menerima fakta-fakta tersebut untuk mengujinya lebih lanjut apakah penjelasan fakta-
fakta tersebut sudah memadai atau belum.
6. Tanggungjawab
Kita bertanggung jawab untuk meragukan setiap hal yang menjadi bayang-bayang
dunia pendidikan, terus-menerus mengajukan pertanyaan filosofi dalam upaya untuk
mencari, menemukan, dan menyatakan realitas dunia pendidikan.15

Orang yang berpikir tentang kefilsafatan yang tidak sesuai dengan cara berpikir
diatas dapat mengalami kesalahan atau kesesatan. Dalam berfikir ada yang namanya
kesesatan berfikir. Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang
sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala
berfikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan
relevansinya. Kesesatan relevansi timbul ketika seseorang menurunkan suatu kesimpulan
yang tidak relevan pada premisnya atau secara logis kesimpulan tidak terkandung bahkan
tidak merupakan implikasi dari premisnya.

1. Kesesatan material
Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi (materi)
penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa (kesesatan bahasa) yang
menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan, dan juga dapat teriadi karena

15
Endry Boeriswati dan Fernandes Arung, Filsafat Ilmu, …, hal 3-18

10
memang tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan
kesimpulannya (kesesatan relevansi).
2. Kesesatan formal
Penalaran dapat sesat kalau bentuknya tidak tepat dan tidak sahih. Kesesatan inilah
yang disebut dengan kesalahan formal. Kesalahan formal adalah kesalahan yang
terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika. Kesesatan formal adalah
kesesatan yang dilakukan karena bentuk (forma) penalaran yang tidak tepat atau tidak
sahih. Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika
mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen (lihat hukum-hukum silogisme).16

Metode Berfikir

a. Metode Intuitif
E Sumaryono menyebutkan metode intuitif sebagai metode klasik yang bersifat
reflektif, dimana seorang filsuf memandang kehidupan dan dunia serta selalu
berinteraksi dengan kedua hal tersebut. Dalam setiap aktifitas yang dihadapinya
dalam menghadapi kehidupan dan dunia ini, para filsuf ini menggunakan
kesadarannya serta kesimpulan yang diperolehnya tidak selalu senada dengan para
filsuf lainnya.
b. Metode Transedental
Keniscayaan dari suatu pengertian, universalitas, dan objektivitas merupakan hal
yang dipertahankan, tetapi Kant juga menerima teori yang menyatakan bahwa
fenomena yang tidak dapat melampaui batas-batasnya merupakan asal dari
pengertian. Kebenaran ditempatkan Kant dalam pernyataan dan kesimpulan lengkap,
bukan merupakan konsep tunggal.
c. Metode Dialektika
Plato membahas filsafat dengan metode dialektik, melalui dua orang yang berdialog
yang saling melemparkan pertanyaan serta memberikan jawaban masing-masing
secara bergantian. Secara berangsurangsur, keraguan dan ketidakjelasan akan dapat
dikurangi dengan adanya metode dialektika, dimana dengan bertanya dan menjawab
akan diperoleh kebenaran yang diharapkan.

16
Ainur Rahmat Hidayat, Filsafat Berpikir, (Pamekasan : Duta Media, 2018), hal 130

11
d. Metode fenomenologis
Fenomenologi berarti pembahasan tentang fenomena atau sesuatu yang sedang
menampakkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala. Fenomenologi pada
hakikatnya ingin mencapai suatu pengertian yang benar, yakni pengertian yang
menangkap realitas sebagaimana dikehendaki oleh yang namanya realitas itu sendiri.
e. Metode Analitika Bahasa
Metode analitika bahasa meminimalisir kerancuan makna kata dengan cara meneliti
agar dapat menemukan bahasa yang lebih mudah dipahami,logis dan meyakinkan
dengan cara menetapkan peraturan masing-masing bahasa.
f. Metode Hermeneutik
Hermeneutik pada dasarnya adalah penafsiran yang sifatnya sangat sederhana,
dimana seseorang dapat melakukan penafsiran atas objek yang dilihat, dirasa, dan
dihadapi dalam kehidupannya. Namun, agar makna yang terkandung di dalam objek
itu tidak melenceng, filsafat memberikan pegangan dimana penafsiran tidak
dilakukan begitu saja. Seseorang harus terlebih dahulu memenuhi syarat-syaratnya.
g. Logika filsafat
h. Analisis Logis
i. Analisis Inferensi

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah sebuah ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang.
Walaupun memang sedikit rumit bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi
apabila kit adapt mempelajarinya secara sistematik, maka akan di dapat pemahaman
yang komprehensif mengenai filsafat tersebut. Dari pembahasan tentang cabang-
cabang filsafat diatas dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang filsafat terdiri dari
Metafisika, Epistemologi, Metodologi, Logika, Etika, Estetika, dan Sejarah filsafat
yang bertanya tentang seluruh kenyataan yang benar dan memberim petunjuk
pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
Masyarakat awam beranggapan bahwa filsafat adalah hal yang berbahaya dan
tidak penting. Padahal, filsafat merupakan salah satu pengetahuan sekaligus disiplin
ilmu yang unik dan sangat mendasar serta merupakan induk dari semua disiplin ilmu
lainnya. Bahkan setiap kita adalah orang-orang yang berfilsafat di setiap detik hidup
kita ketika kita berpikir dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan
atau membuat takjub dari kita. Filsafat tidak bertujuan untuk mencari salah dan benar,
tetapi filsafat bertujuan untuk mencari kebenaran tanpa menyalahkan.
Filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk, maka proses yang
dilakukan adalah berpikir kritis yaitu, usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti
prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan
tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Ada beberapa
karakteristik berpikir dalam berfilsafat, Menyeluruh, Mendasar, Spekulatif, Reflektif,
Kritis, dan Postulatif.
Dalam bernalar, kita dituntut melibatkan pergerakan pikiran yaitu dari satu
pikiran ke pikiran yang lain yang berhubungan agar kita dapat menarik sebuah
kesimpulan. Seseorang yang berpkir tentang kefilsafatan harus dapat berpikir secara
Komprehensif dan Mendalam, Konseptual, Konsisten dan Koheren, Rasional, Bebas
dan Kritis, serta Tanggungjawab.

13
B. Saran
Penulis mengharap pembaca dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai
Orientasi dan Ruang Lingkup Filsafat serta mengetahui bagaimana Rambu-Rambu
Berfilsafat dengan baik dan benar. Penulis juga berharap pembaca dapat
mengembangkan pengetahuan selain yang ada di makalah ini, karena penulis
menyadari banyaknya kekurangan dari segi penulisan, pengetahuan dan referensi.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah diperlukan guna evaluasi
agar pembuatan makalah lebih baik kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maksum. 2011. Pengantar Filafat Dari Mass Klsik Hingga Potmodernime. Jakart: AR-Rus
Media.
Burhanuddin Salam. 1988. Filsafat Manusia Antropologi Metafisika. Jakarta: Bina Aksara.
Nur A. Fadhil Lubis, MA. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Jakarta: Publishing.
Suraiyo. 2013. Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasbullah, Bakry. 1986. Sistematik Filsafat. Jakarta: Wiaya.
Muhammad Syukri Albani Nasution dan Riki Muhammad Haris. 2017. Filsafat Ilmu. Jakarta:
Radja Grafindo Persada.
Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Ainur Rahmat Hidayat. 2018. Filsafat Berpikir. Pamekasan : Duta Media.
Rihlah Nur Aulia. Berfikir Filsafat:Sebagai Pembentukan Kerangka Berfikir Untuk Bertindak.
Jurnal Studi Al-Qur’an.

15

Anda mungkin juga menyukai