Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Dr. Bambang Permadie M. Pd.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implikasi adalah keterlibatan
Dengan demikian Implikasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah keterlibatan
filsafat imu dalam mengembangkan pendidikan
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah
ilmu adalah:
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah
alam semesta badaniah.Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual.
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan
materialisme humanistis.
Idealisme, yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif
dan idealisme objektif.
Realisme, aliran ini berpendapat bahwa dunia batin atau rohani dan dunia
materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap
mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan
manusia.
a. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas
hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif).
b. Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau
ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi
fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu
pikiran atau spirit atau roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak
nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran ataujiwa atau roh.
c. Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat
spiritual atau kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian
jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian
rasional,thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan,
kebutuhan atau nafsu). Dari ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah
satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan
jiwa atau spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau
makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas
dan bertujuan.
Kelebihan Filsafat Esensialisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Socrates.
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang
ditangkap oleh panca indera.Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa
yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami
perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran
yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan
idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap.
Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli.
Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa
dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia
yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak
bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis
mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil
adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas
menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan.
Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat
menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari
atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja
dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah
bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan
sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan
cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan
istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu,
sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah
menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai
segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kelebihan Filsafat Perenialisme
a. Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan
dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis,
dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan
pentahapan itu maka learning to reason menjadi tujuan pokok
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme memandang pendidikan
sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi
kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.
b. Pendidikan ditekankan pada kebenaran absolut yang bersifat universal
yang tidak terikat pada tempat dan waktu.
Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan
keindahan Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-
prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman
kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme
pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan
ideal yang telah teruji dan tangguh.
c. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada
seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa
harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan
karya terbaik dan paling significant yang diciptakan oleh manusia.
Contohnya, seorang guru bahasa Inggris mengharuskan siswanya
untuk membaca Moby Dick nya Melville atau drama-drama
Shakespeare.
EKSISTENSIALISME PENDIDIKAN
Kekurangan Eksistensialisme
a. Dasar Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua
kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan
atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang
keberadaan.[1]
Namun pada dasarnya term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh
Rudolf
Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang
ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.[2]
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang
mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya
ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat
ialah teori tentang keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real
artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau
keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.[3]
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental
dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang logis
yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada
dalam rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-
prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini
ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.
Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-
filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya
adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan
dengan segala sifatnya.[4]
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang
ada.
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya
Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita
dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang
berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya
pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari
setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan
jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca
indra kita nampaknya cukup nyata atau real.
Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada, yaitu ada
individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,
termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber
segala yang ada. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi
pendekatan kualitif, realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
menjadi telaah monism, paralerisme atau plurarisme.[5]
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu
antara lain:
1. Berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep-
konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi dasar
keilmuan antara lain:
a. dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar
ada.
b. dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
c. fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan
lainnya secara kausal.
2. Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang
integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-
hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan
dapat memperoleh gambaran tentang objek telaahannya, namun pada
kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan
yang parsial dan terpisah-pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak
mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
3. Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan
yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Pembagian objek
kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai
permasalahan, di antaranya ada kemungkinan terjadinya konflik perebutan
bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu masuk disiplin etika atau disiplin
biologi. Kemungkinan lain adalah justru terbukanya bidang kajian yang sama
sekali belum dikaji oleh ilmu apa pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi
membantu memetakan batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian
berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui manusia itu dari tahun ke
tahun atau dari abad ke abad.
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
( misalnya, antropologi, sosiologi,ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu
teknik, dan sebagainya).
b. Dasar Epistemologi
Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
c. Dasar Aksiologi
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu
kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang
indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus
juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek,
melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya
kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara
umum kita merasakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri
tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini
orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya
tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun
ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh
Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah
kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita
tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu
sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya,
lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk
apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat
sebagai tiga hal, yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia
pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu
ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem
kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori
filsafat ilmu.
b. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah itu dapat diselesaikan. Ada
banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai
yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
masalah tidak terselesaikan secara tuntas, penyelesaian yang detail itu biasanya
dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA