Anda di halaman 1dari 2

Nama : Khairullah Dzaky Muammar

NPM : B1A020123
Kelas : C
Dosen : Subanrio, S.H., M.H.
Mata Kuliah Hukum Islam

PUASA DAN TOLERANSI KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA

Indonesia memang bukanlah negara agama, akan tetapi sejak


kemerdekaan, dulu disepakati bahwasanya Indonesia sebagai negara yang
menganut sistem demokrasi yang berideologikan Pancasila. Ini bermakna,
meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, namun keberadaan dan
hak hidup agama-agama lain juga diakui, dan mendapat tempat yang sejajar.
Maka dari itu, semua ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku
tetap merujuk pada hukum nasional.
Banyaknya perbedaan di Indonesia, dimulai dari aspek budaya, adat
istiadat dan khususnya aspek keagamaan, ini benar-benar menjadi suatu
kekuataan sosial yang berlangsung secara turun-temurun. Berbeda agama dan
keyakinan harus dipandang sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa, karena
masalah itu bersifat sangat fitriyah dan kodratiyah. Itulah sebabnya, dalam
satu rumpun keluarga di negeri ini, bisa saja diisi oleh orang-orang yang
berbeda agama, dan di Indonesia tidak menegakkan sistem diskriminasi
terhadap suatu golongan. Terbentuknya konsep kerukunan hidup dan toleransi
intra dan inter-agama di Indonesia, itu merupakan suatu wujud
mempersatukan hubungan antara suatu golongan terhadap golongan yang
lain.
Selama bulan suci Ramadan, praktik-praktik dalam mewujudkan sikap
toleransi di dalam kehidupan sehari-hari, benar-benar menjadi ladang sosial
yang terus berbuah. Oleh karenanya sikap bertoleransi terhadap antar
golongan umat beragama, sangat diutamakan untuk menuju kerukunan dalam
bertetangga dan bernegara terhadap sesama maupun berbeda golongan.
Selain toleransi selama ramadhan ini, dianjurkan kita sebagai umat beragama,
untuk saling menghormati dan menghargai baik orang yang berpuasa maupun
orang yang tidak berpuasa.
Orang-orang yang tak berpuasa, entah karena perbedaan agama maupun
halangan-halangan lainnya, haruslah menunjukkan sikap toleransi dan
tenggang rasa pada orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Persoalan
mendasar yang sangat dirasakan dalam sikap bertoleransi ini terkait urusan
makan, minum dan merokok di siang hari pada bulan puasa ramadhan saat ini.
Bisa dimaklumi apabila pihak pemerintah di hampir setiap daerah
memberlakukan aturan larangan beroperasinya rumah makan dan restoran
secara terbuka. Akibat nya, para pemilik rumah makan dan restauran yang
sudah menjadi mata pencaharian sehari-hari biasanya memilih cara sembunyi-
sembunyi menjalankan bisnis kulinernya. Inilah yang kemudian di gelai publik
sebagai warung makan remang-remang. Sebab, pandangan dari depan, rumah
makan dan restauran itu seolah-olah tertutup tapi di bagian dalamnya
beroperasi seperti biasa.
Sikap dan rasa menghormati orang-orang berpuasa menjadi keniscayaan
dengan mengedepankan sikap empati yang tinggi. Sikap toleransi baik
seagama maupun berlainan agama pada bulan suci Ramadan, sesungguhnya
begitu mudah dilaksanakan. Sikap menahan lapar dan dahaga yang diperankan
oleh umat Islam secara mudah dapat disikapi oleh orang-orang sekitar yang
kebetulan tidak berpuasa. Sebaliknya, sikap emosi orang-orang berpuasa yang
bisa saja mudah tersulut bisa pula disikapi dengan mengedepankan sikap dan
rasa sabar sebagai batu ujian yang dapat mengantarkan diri menjadi orang-
orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wataala.

Anda mungkin juga menyukai