Anda di halaman 1dari 21

MINI RISET

Filsafat Pendidikan
( Disusun untuk memenuhi tugas Mini Riset Filsafat Pendidikan )

Dosen Pengampu : Imelda Free Unita S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
1. Bintama Sihotang (4192421023)
2. Indah Sri R. Sitompul (4191121010)
3. Meri Cintia Afrilia Sitinjak (4193131035)
4. Putri Pratiwi (4191121005)

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

EXCECUTIVE SUMMARY

Filsafat adalah upaya berfikir sitematis dan radikal tentang tentang segala
realitas yangada dan diduga ada untuk menemukan kebenaran yang
sesungguhnya.nilai kebenaran suatu filsafat selalu dilihat dari aspek bagaimana ia
memperoleh kebenaran tersebut.artinya filsafatmengajarkan bagaimana subjeknya
dapat meraih kebenaran dari keseluruhan realitas menurut tata cara yang benar-
benar dapat dipertanggungjawabkan secara menyeluruh,baik dari segi isi maupun
dari segi memperolehnya.

Manusia sebagai individu maupun sebagai bagian anggota masyarakat


serta segala aktivitas yang dilakukannya bukanlah berada dalam kevakuman,berhe
nti,dan final,akan tetapi ia berada dalam tatanan hukum proses,bergerak dan
berubah menuju tataran idealitas. Lahirnya beragam pemikiran filosofis dalam
pendidikan sebagai buah dari pengembangan pemikiran dialektik dialogis dalam
menjawab berbagai problematika dalam wilayah pendidikan yang diakui sangat
luas dan kompleks.Tentunya ,kemestian gerak perubahan dan pengembangan
dalam pemikiran filosofis pendidikan ini tidak terlepas dan melepaskan jati
dirinya dari substansi peningkatan dan pembaikan pendidikan itu sendiri,yakni
terwujudnya perilaku moral etis dalam diri anak didik seiring dengan
kecakapandan kemampuanya mengapresiasi problematika dirinya dan sosial
masyarakatnya,kemudin mampu pula memberikan solusi yang bertanggung jawab
secara etis atas problematika disamping itu memiliki kecakapan dan pengetahuan
dalam rangka peningkatan kualitas.

Filosofis pendidikan sejatinya dikembangkan yakni pendidikan yang


secara konsistenakan pencapain perilaku moral etis anak didik dan dapat pula
mengapresiasi persoalan social masyarakatnya yang timpang secara struktural,yan
g pada gilirannya anak didik dapatmemberikan ide-ide pemikiran akan pentingnya
sistem-sistem penataan kehidupan yang transformatif,emansipatoris,dan elegan
guna terciptanya nilai-nilai etis sosial dalam kehidupan masyarakat.

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia


mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan
menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna
amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah
perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para
pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari
uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam
adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan
kesamaan kesepakatan pendidikan.

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu


pengetahuan tapi. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu
pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi
obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya
merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan
tersendiri.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan tugas mini riset ini.Dalam penulisan laporan mini riset ini, kami
tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Kedua orang tua kami
yang selalu mendoakan. Kepada ibu dosen pengampu, Imelda Free Unita
Manurung,S.Pd.M.Pd.

Kami menyadari bahwa mini riset ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang
ada dalam mini riset yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.

Medan,03 November 2019

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY................................................................................... i

Kata pengantar.........................................................................................................

Daftar isi..................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................

B. Identifikasi Masalah................................................................................

C. Batasan Masalah.....................................................................................

D. Rumusan Masalah..................................................................................

E.Tujuan Survey ........................................................................................

F. Manfaat Survey ......................................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................

BAB III.METODE SURVEY..................................................................................

A. Tempat dan Waktu Survey....................................................................

B. Subject Survey ........................................................................................

C. Teknik Pengambilan Data......................................................................

D. Instrumen Survey ................................................................................

E. Teknik analisis data .............................................................................


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................

A. Gambaran Hasil Survey........................................................................

B. Pembahasan ............................................................................................

C. Temuan Lapangan................................................................................

BAB V. PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................

B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

Lampiran................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Filsafat adalah cara pandang dan perspektif atas kenyataan, apa yang
dipahami sebagai hakikat kenyataan, kebenaran, kebaikan dan keindahan. Filsafat
menangani keseluruhan pengalaman manusia dan meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia. Suatu bentuk kajian terhadap hakikat kenyataan denga
mengajukan pertanyaan dan berusaha memberikan jawaban yang akan
menciptakan kebermaknaan hidup seseorang. Untuk melakukan filsafat, maka
harus diciptakan kesadaran yang sangat tinggi dari fenomena dan peristiwa dalam
dunia masa kini dalam kesadaran diri sepenuhnya.

Pendidikan sebagai proses atau upaya memanusiakan manusia pada


dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan potensi individu sehingga
bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta
memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Filsafat bagi
pendidikan adalah teori umum sehingga dapat menjadi pilar bagi bangunan dunia
pendidikan yang berusaha memberdayakan setiap pribadi warga negara untuk
mengisi format kebudayaan bangsa yang diinginkan dan diwariskan.

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri”


sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi). Penguasaan
diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang
mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya,
mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh
sikap yang mandiri dan dewasa.

Ki Hajar Dewantara menyatahkan bahwa pendidikan adalah daya upaya


untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan
alam dan masyarakatnya.Pendidikan idealnya merupakan sarana humanisasi bagi
peserta didik bagi, karena pendidikan memberikan ruang untuk pengajaran etika
dan moral, serta segenap aturan luhur yang membimbing anak didik untuk
mencapai humanisasi. Melalui proses itu anak didik menjadi terbimbaing,
tercerahkan, sementara tabir ketidak tahuanya terbuka lebar-lebar sehingga
mereka mampu mengikis bahkan meniadakan aspek-aspek yang mendorong ke
arah dehumanisasi. Bapak pendidikan bangsa Indonesia ini telah merintis tentang
konsep tri pusat pendidikan yang menyebutkan bahwa wilayah pendidikan guna
membangun konstruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh
dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Ketika pendidikan di lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan
dan dipercayakan pada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang semakin
kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan pengaruh
yang cukup besar pada pendidikan seorang individu. Maka lingkungan sekolah
dalam hal ini guru menjadi frontliner dalam peningkatan mutu pendidikan
karakter, budaya dan moral. Sebagai sosok atau peran guru, yang dalam filosofi
Jawa disebut digugu dan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak
di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Guru adalah model bagi
anak, sehingga setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi model
contoh baginya. Seorang guru harus selalu memikirkan perilakunya, karena segala
hal yang dilakukannya akan dijadikan teladan murid-muridnya dan masyarakat.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah maka


permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini, yang menjadi identifikasi masalah
adalah :
1. Peran guru dalam menyelesaikan masalah anak.

2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam memahami ruang lingkup permasalahan


dalam penelitian ini maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi
masalah diatas maka permasalahan ini hanya kami tanyakan kepada salah satu
guru yang ada di SMA N 2 KABANJAHE, yaitu ibu

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian, latar belakang masalah, identifikasi masalah dan


pembatasan masalah maka rumusan masalah yang diteliti adalah : “bagaimana
implikasi aliran filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara di SMA N 2
KABANJAHE.”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini : “Untuk mengetahui bagaimana


penerapan aliran filsafat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara di SMA N 2
KABANJAHE.”

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

 Bagi siswa, untuk meningkatkan semangat belajar .

 Bagi Guru, penelitian ini diharapkan membantu guru di SMA N 2


KABANJAHE agar dapat memilih cara mengajar yang tepat di sekolah
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan
mencapai tujuan pembelajaran serta apa yang diharapkan.
 Bagi sekolah, diharapkan dengan adanya kegiatan yang dilakukan serta
hasil yang diberikan membawa dampak positif terhadap perkembangan
sekolah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sehingga dapat
tercapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah, yaitu peningkatan hasil belajar siswa dengan meningkatkan
keberhasilan siswa berarti meningkatkan mutu sekolah.

 Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman langsung


untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, jika nanti telah menjadi guru.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. IMPLEMENTASI FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR


DEWANTARA

Untuk menangkal model pendidikan sebagai komoditas maka konsep


pendidikan Ki Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap distorsi-
distorsi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Menurut Ki Hadjar
Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk menginternalisasikan
nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh
baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut
dengan filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi
dari filsafat progresivisme tentang kemam- puan kodrati anak untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-
luasnya, dipadukan dengan pemikiran esensialisme yang memegang teguh
kebudayaan yang sudah teruji selama ini. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara
menggunakan kebudayaan asli Indonesia sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil
secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen dan
konsentris). Tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap
pendidikan Indonesia ada- lah penerapan trilogi kepemimpinan dalam pendidikan,
tri pusat pendidikan dan sistem paguron.
Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan: (1)
pendidikan keluarga; (2) pendidikan dalam alam per- guruan; dan (3) pendidikan
dalam alam pemuda atau masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara memasukkan kebudayaan dalam diri anak dan


memasukkan diri anak ke dalam kebudayaan mulai sejak dini, yaitu Taman Indria
(balita). Konsep belajar ini adalah Tri No, yaitu nonton, niteni dan nirokke.
Nonton (cognitive), nonton di sini adalah secara pasif dengan segenap panca
indera. Niteni (affective) adalah menandai, mempelajari, mencermati apa yang
ditangkap panca indera, dan nirokke (psychomotoric) yaitu menirukan yang
positif untuk bekal menghadapi perkembangan anak.

B. KONSEPSI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA


DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN
PROGRESIVISME

1. Konsep Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan

Konsep Ki Hadjar Dewantara pada sistem among mengatakan bahwa


sistem among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu: pertama,
kodrat alam sebagai syarat kemajuan dengan secepat- cepatnya dan sebaik-
baiknya; kedua, kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat
berpikir serta bertindak merdeka.

Konsep jiwa merdeka ini selaras dengan filsafat progresivisme terhadap


kebebasan untuk berpikir bagi anak didik, karena merupa- kan motor penggerak
dalam usahanya untuk mengalami kemajuan secara progresif. Anak didik
diberikan kebebasan berpikir guna mengembangkan bakat, kreatifitas dan
kemampuan yang ada dalam dirinya agar tidak terhambat oleh orang lain.
Konsep Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan sebagai usaha
kebudayaan ini selaras juga dengan filsafat progresivisme yang mengatakan bahwa
kemajuan atau progress menjadi inti perkataan progresivisme maka beberapa ilmu
pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan merupakan bagian-bagian
utama dari kebudayaan. Antara filsafat Ki Hajar dengan progresivisme terdapat
perbedaan, jika dalam progresivisme ilmu pengetahuan yang mampu
menumbuhkan kemajuan adalah ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu
alam, sedangkan dalam konsep Ki Hadjar Dewantara di samping ilmu yang
umum, kesenian merupakan bagian yang penting dalam kurikulum pendidikan.

Berdasarkan pengamatan secara langsung dalam kehidupan masyarakat


saat ini sebenarnya banyak menjumpai pendidikan pada pesantren modern yang
berkembang di kota-kota besar maupun di desa-desa di Indonesia. Penulis
ingin menunjukkan bahwa konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang
dikenal dengan sistem paguron benar-benar diterapkan dalam dunia pendidikan di
luar Taman Siswa. Pendidikan di sekolah ini memiliki citra kedisiplinan pada
kenyataannya sangat relevan dengan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara di
Taman Siswa, yaitu memberikan kebebasan bagi para individu untuk berkembang
sesuai dengan kodrat alam. Ki Hadjar Dewantara juga pernah mengatakan bahwa
kita bisa hidup di alam masyarakat yang tertib dan damai. Artinya, kebebasan
tidak boleh lepas dari ketertiban, karena ketertiban akan melahirkan kedamaian.
Kalau tidak tertib, pasti tidak akan ada kedamaian, oleh sebab itu, kalau kita semua
masyarakat tertib dipastikan karena masyarakatnya disiplin, jadi semua itu sangat
relevan dengan apa yang terdapat di dalam pendidikan militer. Antara pendidikan
di sekolah ini dan pendidikan di Taman Siswa tidak ada perbedaan, sama-sama
menciptakan tujuan yang positif, yaitu tertib dan damai.

Melihat berbagai macam pola pendidikan yang berbeda satu dengan


lainnya, sekolah tetap berkeyakinan bahwa sistem pendidikan harus kembali ke
sistem pendidikan yang sudah dijabarkan oleh Ki Hadjar Dewantara walaupun
harus disesuaikan dengan perkembangan jaman dan globalisasi. Apa yang
ditanamkan Ki Hadjar Dewantara sesungguhnya sudah menjadi dasar pemikiran
yang terus- menerus harus disosialisasikan kepada anak didik dan masyarakat.

Pengaruh budaya luar tidak bisa ditolak, jika terdapat hal yang baik, bisa
diambil dijadikan ajaran baru, sedang yang jelek dibuang. Semuanya harus
sesuai dengan jati diri bangsa dan kemudian dikem- bangkan sebagai bagian
ajaran baru. Filter dari semuanya adalah kesadaran akan kodrat alam bahwa
manusia mempunyai kebiasaan-kebia- saan hidup yang berbeda-beda antara satu
bangsa dengan bangsa yang lain. Dipilihnya sistem paguron dari Ki Hadjar
Dewantara karena sistem yang dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara besar sekali
faedahnya.
BAB III

METODE SURVEY

A. Tempat dan Waktu Survey

Tempat pelaksanaaan tugas Mini Riset yang kami lakukan berlokasi di


SMA N 2 KABANJAHE pada hari Sabtu 2 November 2019 pukul 11.00
WIB.

B. Subject Penelitian

Salah satu Subject penelitian yang kami ambil adalah seorang guru yang
berjabat sebagai guru BP di SMA N 2 KABANJAHE.

C. Teknik Pengambilan Data

Teknik yang digunakan pada saat pengambilan data di lapangan adalah


teknik wawancara tatap muka, dengan menggunakan instrument berupa 6
butir pertanyaan yang mencakup objek permasalahan yang ada di sekolah
yang berkaitan dengan penerapan aliran filsafat pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara.

D. Instrumen Survei
Instrument survey yang kami gunakan adalah pedoman wawancara. Kami
menemui orang yang kmai anggap mampu memberikan keterangan yang
akurat untuk penelitian kami. Kami mendapatkan keterangan dari
responden dengan cara bertanya langsung kepada responden.jenis
wawancara yang kami gunakan adalah wawancara terstruktur, karena
pertanyaan yang akan kami ajukan kepada responden sudah kami siapkan
secara rinci sebelumnya.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang kami gunakan adalah analisis statistic
inferensial, yaitu kami sebagai peneliti membuat kesimpulan yang berlaku
untuk objek yang kami teliti.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Hasil Survei
Dari hasil survey yang kami peroleh, yaitu keterangan jawaban yang kami peroleh
dai responden yang merupakan seorang guru di SMA Negeri 2 Kabanjahe, dapat
diketahui bahwa SMA Negeri 2 Kabanjahe telah memenuhi kategori sebagai
sekolah yang menerapkan system ajaran filsafat Ki Hadjar Dewantara, baik dalam
proses pembelajarannya maupun seluruh kegiatan yang berlangsung di SMA
Negeri 2 Kabanjahe tersebut.
B. Pembahasan
Berikut merupakan pertanyaan yang kami ajukan kepada responden selama proses
wawancara.
1. Citra ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah memberikan kebebasan bagi para
individu untuk berkembang sesuai dengan kodrat alam. Jadi apakah
sekolah ini memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa berkembang
sesuai dengan keinginan masing-masing Bu? Ataukah sekolah
memberikan batasan tertentu terkait perkembangan peserta didik disini
Bu?
Jawaban: sekolah tidak memberikan batasan untuk kebebasan peserta didik di
sekolah ini. Semua peserta didik diberikan kebebasan untuk menyampaikan
pendapat, kebebasan untuk berkembang sesuia dengan telenta masing-masing dan
menyelesaikan masalah sesuai dengan pemikiran masing-masing peserta didik.
2. Sekolah tentunya memberikan kebebasan kepada peserta didik. Apakah
kebebasan yang telah diberikan sekolah ini pada peserta didik tetap berada
dalam ketertiban dan kedamaian Bu?
Jawaban: ya, sekolah memberikan kebebasan untuk berkembang sesuai dengan
kodrat masing-masing, tapi masih harus menjaga ketertiban dan kedamaian di
lingkungan sekolah. Bagi siswa yang melanggar aturan untuk menjaga ketertiban
sekolah akan diberikan sanksi yang sesuai.
3. Apakah menurut Ibu perkembangan pendidikan harus sesuai dengan
perkembangan globalisassi Bu? Jika ya, bagaimana cara Ibu
menyampaikan pendidikan kepada peserrta didik dengan tetap
menyesuaikan pada perkembangan globalisasi Bu?
Jawaban: Ya, kami menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
globalisasi. Kami tetap menerapkan teknologidalam proses pembelajaran,
misalnya kami menggunakan teknologi berupa infokus dalam proses
pembelajaran.
4. Di era globalisasi seperti in tentunya akan banyak ajaran baru yang masuk
ke masyarakat dan lingkungan sekolah. Bagaimana tanggapan Ibu
terhadap ajaran baru itu Bu? Apakah Ibu mengambil bagian yang baiknya?
Ataukah Ibu langsung menolak ajaran baru itu Bu?
Jawaban: Ajaran yang baru tidak kami tolak sepenuhnya, melainkan kami
mengambil bagian yang berguna dan yang baik untuk pendidikan. Misalnya pada
penggunaan smartphone sebagai sumber belajar di sekolah untuk membantu siswa
memperoleh bahan pelajaran. Di sekolah ini kami memberikan izin kepada siswa
untuk membawa smartphone nya dalam proses pembelajaran. Tapi jika ada siswa
yang kedapatan menggunakan smartphonenya selain yang sudah diperintahkan
oleh guru akan diberikan sanksi.
5. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut Filsafat Pendidikan
Among yang merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang
kemampuan kodrati anak didik untuk mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapi dengan ,e,berikan kebebasan berpikir seluas-luasnya Bu?
Jawaban: Untuk masalah pribadi kami memberikan siswa kebebasan untuk
mengatasi persoalan tersebut, tetapi kami juga membantu dengan memeberikan
saran yang mungkin dapat memudahkan siswa. Tetapi untuk masalah yang
berkaitan dengan peraturan lingkungan sekolah, kami yang memberikan sanksi
kepada siswa. Mislanya siswa yang ketahuan merokok, kami memberikan
hukumannya, bukan siswa itu sendiri.
6. Filsafat Ki Hadjar Dewantara juga adalah Sistem Paguron, yang
mengajarkan Tri Pusat Pendidikan, yaitu sebagai tempat gur, sebagai
tempat belajar dan sebagai tempat pendidikan dalam masyarakat. Apakah
system ini telah diterapkan di keseharian pendidikan di SMA Negeri 2
Kabanjahe ini Bu?
Jawaban: Ya, kami telah menerapakan system Paguron ini di lingkungan sekolah
SMA N 2 Kabanjahe ini.

C. Temuan Lapangan
Di sekolah SMA Negeri 2 Kabanjahe ini, saat melakukan wawancara, kami
mendapati ada beberapa orang siswa yang sedang diberikan sanksi karena
melanggar aturan sekolah. Para siswa tersebut cabut dalam proses pembelajaran.
Jadi para guru memberikan hukuman dan surat penggilan kepada orang tua, untuk
dapat menyelesaikan masalah anak iu dan membinanya ke depan hari. Hal ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengusahakan anak menjadi
probadi yang cerdas dan berkarakter untuk ke depan hari.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah ini sejauh ini telah berusaha untuk menunjukkan bahwa filsafat
pendidikan relevan dengan ajaran Filsafat Ki Hadjar Dewantara. Ini bertentangan
dengan rata-rata bahwa maksud dan tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan
manusia dan masyarakat yang beradab pria dan wanita. Agar pendidikan dapat
mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan, maka perlu dibuat busana yang
baik filsafat pendidikan. Dapat diperdebatkan, jika filsafat pendidikan relevan
dalam pengembangan bentuk apa pun, harus mempertimbangkan relevansinya
dengan laki laki dan praktik pendidikan, karena laki-laki dan pendidikan adalah
elemen utama dari pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai