Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

DISUSUN OLEH:

ALFONSO GIRSANG

( 5193351002 )

PRODI S-1 PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA


DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul
“Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem” dengan tepat waktu.Dari makalah ini semoga dapat
memberikan informasi kepada kita semua betapa pentingnya kita ketahui apa saja fungsi dan
struktur arsitektur komputer dan komponen-komponen pembentuk komputer .Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap
penyusun.Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari atas kekurangan kemampuan saya dalam pembuatan makalah


ini,sehingga akan menjadi satu kehormatan besar bagi penyusun apabila mendapatkan
kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna serta komprehensif. Demikian akhir kata dari saya,semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak,.Terima Kasih.

Medan, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan...................................................................................................... 3
2.2Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem ............................................................................................... 6
2.3 Substansi Filsafat Pendidikan ....................................................................................................... 9
2.4 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan .......................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu
ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya,
dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau
dikaji. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian,
dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang
telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum


atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan
mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama
atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa
itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu
menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis,
sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka
lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang; (1) disusun metodis,
sistematis dan koheren (saling mempengaruhi ) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan
(realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang
khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh
kenyataan (realitas). Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang
kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran,
fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan
bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat.

1
Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban
filsafat. Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya
ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan?
1.2.3 Apa hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian filsafat pendidikan sebagai suatu sistem.
1.3.2 Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian substansi filsafat pendidikan.
1.3.3 Mengetahui hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan


Filasafat pendidikan sebagai philosohycal approach to education merupakan suatu bentuk
applied philosophy yang bersayap tioritis dan praktis.

 Teoritis- tentang norma- norma hidup


 Praktis- berhubungan dengan tindakan atas norma-norma
( Burhanuddin,2011: 66)

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. (Sutisna Oteng,1990). Ada beberapa pendapat dari para
ahli tentang Filsafat pendidikan diantaranya sebagai berikut:

1. Al- syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktivitas fikiran yang teratur yang menjadikan filasafat tersebut
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.

2. Jhon dewey
Filasafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik yang menyangkut daya fikir ( intelektual) maupun daya perasaan( emosional), menuju
tabiat manusia.

3. Imam barnadid
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidasng pendidikan baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu
analaisis filosofis terhadap bidang pendidikan.

4. Brubachen
Filsafat penddikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan filsafat
dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan berdiri
secara bebas memperoeh keuntungan karena mempunyai kaitan dengan filsafat umum.
5. Randal curren

3
Filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafat dalam praktik
pendidikan

Dengan pengertian konsep pendidikan sehingga dapat dijelaskan mengenai filsafat


pendidikan.Hal ini jelas menyangkut suatu pengertian konsep filsafat yang diterapakan
kedalam bidang pendidikan.Menurut Dictionary of Education oleh Carter V.Good;filsafat
pendidikan itu adalah:
1. Suatu upaya yang hati-hati,kritis dan sistematik secara intelektual untuk melihat
pendidikan sebagai suatu keseluruhan dan sebagai satu bagian keseluruhan dari
budaya manusia.
2. Suatu filsafat yang menyangkut atau yang diterapkan terhadap proses pendidikan
umum atau pendidikan swasta dan digunakan sebagi dasra bagi ketentuan umum,bagi
penafsirannya dan untuk mengevaluasi masalah-masalah pendidikan yang
menyangkut tujuan,pelaksanaan sehari-hari,hasil-hasilnya,keperluan-keperluan siswa
dan masyarakat,bahan-bahan yang digunakan dalam belajar dan semua segi yang
diperlukan dilapangan.

Sebagai kesimpulan,bahwa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan itu adalah


usaha-usaha untuk memahami sedalam-dalamnya hakikat pendidikan dari berbagai segi
seperti eksistensi,fungsi,ciri-ciri,kegunaan,pelaku,hasil-hasil,tujuan,kurikulum,masalah-
masalah serta cara-cara memecahkan masalah itu.
Bedasarkan tulisan Zanti Arbi (1988) dalam (Pidarta Made.2007:45) yang menceritakan
tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut:

1. Menginspirasikan
2. Menganalisis
3. Mempreskriptifkan
4. Menginvestigasi

Maksud dari menginspirasikan adalah memberi inspirasi kepada para pendidik untuk
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof
memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, ke mana diarahkan pendidikan itu, siapa saja
yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah
tentu ide – ide ini didasari oleh asumsi – asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarajat

4
atau lingkungan, dan negara. Salah satu conoh filsafat menginspirasikan adalah buku Emile
karya Rousseau. Dia ingin memberi inspirasi kepada para pendidik tentang pendidikan
naturalis, atau mempengaruhi para pendidik untuk mengikuti idenya mengenai pendidikan
alami. Dalam buku ini Rousseau menceritakan bahwa anak – anak tidak perlu diarahkan atau
melalui metode – metode tertentu. Mereka cukup dihindarkan dari kemungkinan kena
bencana berat saja. Selebihnya biarlah mereka berkembang sendiri di alam, biar alam yang
mendidik mereka, biar mereka mendapatkan pengalaman langsung sendiri – sendiri. Dari
pengalaman – pengalaman ini mereka akan belajar banyak dan berkembang secara perlahan –
lahan.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah
memeriksa secra teliti bagian – bagian pendidikan agar dapat dikatehui secara jelas
validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun konsep pendidikan secara utuh
tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demikian ide –
ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alay –
alatnya juga dapat ditentukan yang tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The Advancement of Learning mengemukakan tesis
bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur – unsur
validitas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan – persoalan sehari – hari, bila
pengetahuan itu dibersihkan dari salah konsep yang telah berlangsung selama bertahun –
tahun. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik kritis atau analisis untuk
menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi dan aksiologi.Dapat
dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti yang
luas.Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan
adalah manusia,makhluk mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Epistemologi menyelidiki secara kritis hakikat,landasan,batas-batas dan patokan
kesahihan pengetahuan.Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencari sumber-sumber
pengetahuan dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Landasan aksiologi
dalam praktek pelaksanaan pendidikan didasarkan pada nilia-nilai dasar yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 menekankan bahwa pendidikan dimaksudkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa;warga Negara
tua-muda,kaya-miskin,di kota-di desa tanpa memamndang latar belakang dan cerdas dalam

5
hidup dan kehidupan,kognitif,psikomotor,dan afektif,totalitas dan integratif(Edward Purba
dan Yusnadi.2015:13).
Oleh karena filsafat pendidikan mengaitkan pengertian filsafat dan pendidikan maka ada
baiknya secara umum dan ringkas dijelaskan batasan dalam rangka memahami arti
pendidikan itu sendiri.
Menurut Arthur K.Ellis dan kawan-kawan:education is the sum total of learning of
experiences during a life time,not just organized formal learning experiences.It is a process
by which a person gains understanding of self,as well as the environment.”Dengan bahasa
Indonesia bebas dapat dikatakan bahwa,pendidikan dalah jumlah keseluruhan dari
pengalaman-pengalaman belajar seseorang selama hidup,tidak saja yang diperoleh melalui
belajar dari organisasi formal disekolah-sekolah tetapi mencakup semua pengalaman-
pengalaman belajar.Seluruh pengalaman itu adalah suatu proses dan melalui proses itulah
seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dia sebagaimana ia mengerti
llingkungannya.
Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian dan
pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat pada
pengembangan subjek didik perlu disempurnakan.Filsafat pendidikan yang bersifat
perenialisme dan progresif yng melihat subjek didik sebagai bagian dari warga dunia,dan
mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga Negara tidak didikte oleh perubahan
tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu member alternative.Dengan dasar
itu,maka misi pendidikan nasional dalam hal ini disebabkan sebagai rekonstruksi social.

2.2Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem


Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai
kedewasaan(Hadiwijono Harun,1980:45).
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

6
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk
mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda,
kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan
kehidupan,kognitif, piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Filsafat pendidikan terujud dengan menarik garis linier, antara filsafat dan pendidikan.
Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam pendidikan dengan
maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran
filsafat, misalnya dengan idealisme. Bila konsep dasar tentang kenyataan yang pada
hakikatnya, menurut idealisme, adalah sama dengan hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang
lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan itu adalam mengutamakan perkembangan
aspek aspek spritual dan kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah
atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan jawaban yang tidak
semata-mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya,
untuk memperjelas konsep ini memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab
dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan
mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai
dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu
pendidikan umumnya.

McAshan(1983) mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau


rencana dikomposisi oleh satu set elemen,yang harmonis,merepresentasikan kesatuan
unit,masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terururt
dalam bentuk yang logis.Sementara itu Immegart(1972) mengatakan esensi system adalah
merupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara
sistematis,bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain,serta peduli terhadap konteks
lingkungannya.Dari kedua pendapat diatas jelaslah system itu memiliki struktur yang
teratur.Sistem terdiri dari beberapa subsistem,setip subsistem mungkin terdiri dari beberapa

7
sub-subsistem,selanjutnya setiap sub-subsistem,begitu seterusnya sampai bagian itu tidak
dapat dibagi lagi yang disebut komponen.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan ciri-ciri sebuah system sebagai berikut:

1. Merupakan suatu kesatuan atau holistik.Istilah holistic mengandung makna


menyeluruh atau utuh.Pendekatan holistic memandang manusia secara utuh,dalam arti
manusia dalam unsure kognitif,afeksi dan perilakunya.Manusia juga tidak bias berdiri
sendiri,namun terkait erat dengan lingkungannya.Manusia tidak bias terlepas dari
manusia lain,demikian pula dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya.Manusia
juga tergantung kepada Tuhan YME selaku pencipta dan penentu hidupnya.
2. Contohnya menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual
dengan kelompok,antara isi dengan proses,antara pengetahuan dengan
imajinasi,antara rasional dengan intuisi dan antara kuantitatif dengan kualitatif.
3. Memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki.Artinya bahwa
system itu memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang mendasar sampai tingkatan
yang tinggi.Contohnya system dalam lembaga pendidikan ada tingkatan yang disebut
mulai dari siswa atau pelajar,tenaga tata usaha,tenaga pengajar(guru)sampai tingkat
yang tinggi kepala sekolah.
4. Bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain.Semua yang berada dalam sebuah
system akan membentuk hubungan timbale balik antar individu dengan
lingkungan.Misalnya system dalam ruangan kelas ada guru dan pelajar yang
menimbulkan adanya komunikasi antara guru dan pelajar dalam PBM.
5. Konsem terhadap konteks lingkungannya.

Balpoin misalnya sebagai suatu system,merupakan suatu kesatuan.Bagiannya terdiri


dari tutup dan badan.Badan terdiri dari bagian luar dan isi.Isi terdiri dari buluh,tinta dan
bola/ujung.Bagian-bagian itu dalah bertingkat dan berelasi satu dengan yang lain.Sedangkan
konsep terhadap lingkungan tampak pada badannya yang enak dipegang keetika
menulis,bola/ujungnya lancip sehingga tulisannya menjadi baik,dan tutpnya diisi cantelan
sehingga bias digantungkan dikantong.

Sistem itu adalah sebagai suatu strategi,cara berpikir,atau model berpikir.Ini berarti
ada model berpikir system dan adapula model berpikir nonsistem.Melaksanakan pendidikan
agama secara system akan menekankan pada semua aspeknya secara berimbang seperti
pemahaman,hafalan,penghayatan,tindakan sehari-hari pergaulan di masyarakat dan

8
sebagainya.Tetapi bila melaksanakan dengan nonsistem mungkin akan menekankan tentang
tata cara sembahyang saja.Secara konsep berpikir secara system dipandang lebih baik
daripada secara nonsistem dalam melaksankan atau menyelesaikan masalah tertentu(Sidi
Gajalba,1973:89).

Pendidikan merupakan sistem terbuka oleh sebab tidak mungkin pendidikan dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan lingkungan.Pendidikan
berada di masyarakat,ia adalah milik masyarakat.Itulah sebabnya pemerintah menegaskan
bahwa pendidikn adalah menjadi tanggung jawab pemerintah/sekolah,orangtua,dan
masyarakat.Oleh karena keberadaan pendidikan seperti itu maka apa yang berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan.Faktor-faktor itu
akan memberikan um[an balik dan atau memberikan tekanan kepada pendidikan(Made
Pidarta,2007:30).

Jadi pendidikan sebagai system berada bersama,terikat dan tertenun di dalam


suprasistemnya yang terdiri dari tujuh system(filsafat
Negara,agama,sosial,kebudayaan,ekonomi,politik dan demografi).Berarti membangun suatu
lembaga pendidikan baru atau memperbiki lembaga pendidikan lama tidak dapat memisahkan
diri dari suprasisitem tersebut.

2.3 Substansi Filsafat Pendidikan


Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi
pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap
filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan
mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar pad hakekatnya adalah upaya untuk
memperkaya atau meperkuat substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada
peringkat lanjut. Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan

9
praksis dan praktik pendidikan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
dijelaskan nyata arah dan tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Harapan ini didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap warga
negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai pada
tingkat pendidikan dasar. Tujuaan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi
dan arahnyayakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan
lainnya.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian
dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan
tentang konsep-konsep dasar pendidikan.Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan
berdasar pada praksis dan praktik.Praksis sebagai acuan yang didasarkan pada landasan yang
tersusun dalam bentuk kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan.Hal ini sekaligus sebagai
acuan yang harus dipedomi dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Pancasial dan UUD 1945
dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan
pendidikan.Hal ini menjadikan pancasila ,atau khususnya filsafat pancasila mempunyai
kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan,dan nilai-nilai serta norma-norma pancasila
dan UUD 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan,baik itu mengenai toeri
maupun mengenai praktek pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi.2015:14)

Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda,sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan.Kalau
dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan karakter atau perilaku
manusia yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang
Maha Mulia,misalnya,maka sudah sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan
oraksis serta praktek pelaksanaan pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi,2015:15)

2.4 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan


Menurut James S.Ross bahwa filsafat dan pendidikan pada hakikatnya merupakan hal
yang satu.Seperti kedua sisi dari satu mata uang.Filsafat merupakan segi pemikirannya dan
pendidikan merupakan segi dinamisnya.

Artinya bahwa filsafat mencakup nilai yang dijunjung dan merupakan pedoman
perbuatan.Baik pedoman perbuatan ini dilaksanakan dalam sikap sehari-hari maupun dalam
hal mendidik.Jadi,bila nilai-nilai yang dimiliki itu betul-betul merupakan kepercayaan yang

10
vital,maka nilai-nilai itulah yang dijadikan dasar dan pedoman bagi segala perbuatan
termasuk mendidik.Dengan kata lain perbuatan mendidik merupakan realisasai dari nilai-nilai
yang dimilikinya.

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat
tersebut atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau
aktifitas yang dilakukan dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang
hakekat dan martabat manusia serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat
yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala
gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama
sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam
pendidikan dan pembelajaran(M.Sukardjo dan Ukim Komaruddin,2009:87).

11
Bagan skematis

Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

Filsafat Filsafat Pendidikan

Metafisika

 Filsafat kenyataan(theory of  Dasar-dasar pendidikan;tujuan


reality);hakikat kenyataan alam hakikat mutlak(altimate aims);tujuan
semesta(kosmologi,ontology) hakikat manusia = tujuan analitis(antropogi
metafisika)tujuam hakikat pendidikan.
Etika

 Filsafat moral  Tujuan intermidit(intermediate


kesusilaan(theory of aims),tujuan etis normative,tujuan
moral)aksiologi(axiology);theory of normative operasional,isi moral
value),teori nilai-nilai estetika dan pendidikan,nilai-nilai spiritual etis,nilai-
etika nilai pendidikan.
Logika

 Epistemologi(theory of  Science of education;sistem


knowledge)=filsafat ilmu pendidikan;sistem
penetahuan;logika formal teoritis pendidikan(kepemimpinan,metode,organisa
dan logika materil si dan politik pendidikan);behavioural
praktis(instrumental dan simbolis) pattern = pola-pola tingkah laku perbuatan
dalam rencana pelajaran terurai;the art of
education.
(H.Burhanuddin Salam,2011:42)

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslahantara lain
pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan
penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik
dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan
dengan realita.
Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperke

12
mbangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan (Burhanuddin Salam,2011:66)

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan
filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawab dari pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis, dengan sendirinya
filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap
lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap
orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai
tenaga pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian
para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejathteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan
oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan
ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-
pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan
dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang
diketemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan
dapat diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-
masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat
pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu.

13
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teratur
dan mendalam yang menyelaraskan dan mengharmonisasikan dana menerangkan nilai-nilai
dan tujuan kesatuan yang utuh antara filsafat,filsafat pendidikan,dan pengalaman mnusian
atau pendidikan.Filsafat menemukan ide-ide,nilai-nilai,dan cita-cita yang lebih baik dan
pendidikan merupakan kegiatan untuk merealisasikan ide-ide menjadi kenyataan berupa
tingkah laku,perbuatan bahkan membina perilaku manusia(Edward Purba dan
Yusnadi,2015:16).
Dari uraian tersebut,dapat dikatakan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan adalah:

1. Filsafat alam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan,mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan(Jalaluddin,1997:23).
Dari penjelasan tersebut bahwa ada kaitan yang sangat kuat antara filsafta dan filsafat
pendidikan bahwa filsafat merupakan segi pemikirannya dan filsafat pendidikan merupakan
segi dinamisnya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan itu adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-dalamnya
hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-ciri,kegunaan,pelaku,hasil-
hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-cara memecahkan masalah ituSubstansi
Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari
fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang
konsep-konsep dasa pendidikan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi dan aksiologi.Dapat
dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti yang
luas.Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan
adalah manusia,makhluk mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
4. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.

15
5. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan
logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.

3.2 Saran
Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami terlebih dahulu filsafat dan hakikat filsafat pendidikan.Pemahaman tersebut akan
menyebabkan kita memahami peran,mendudukkannya,dan menilai pendidikan secara
proporsional.

16
DAFTAR PUSTAKA

Purba,Edward.dan Yusnadi.2015.Filsafat Pendidikan.Medan:Unimed Press

Sutisna,Oteng.1990.”Filsafat dan Ilmu Pendidikan”,Jurnal Pendidikan.Nomor 4,Tahun


IX,Desember

17

Anda mungkin juga menyukai